Anda di halaman 1dari 2

Registrasi Kanker: Mata Penanganan Kanker Nasional

J. Octovianus

Tentunya kita semua setuju, bahwa dalam pelaksanaan suatu program, apapun itu, diperlukan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang bijak dan yang tak kalah penting adalah evaluasi yang menyeluruh dan valid. Hal yang sama juga berlaku dalam pelayanan medis terutama penanganan kanker. Penyakit kanker saat ini telah menjadi pemasalahan kesehatan yang besar di negara-negara maju maupun berkembang. Dengan profil penyakit yang unik, berjangka panjang dan mempengaruhi sumber daya manusia secara signifikan, penanganan kanker memerlukan tiga hal diatas untuk menjamin pelayanan yang efektif, efisien, tepat sasaran dengan harga yang rasional. Disinilah letak peran penting suatu proses pencatatan. Sungguh miris bila kita melihat data pencatatan di badan-badan pelayanan kesehatan kita hanya menjadi buku harian, bahan klaim asuransi kesehatan dan tidak diolah untuk menjadi sumber informasi yang valid bagi pelayanan pasien. Data-data tersebut terbuang, teronggok di rak ruang dokumen sebagai tumpukan kertas yang mahal nilainya, catatan perjalanan manusia yang terlupakan, tidak sempat berguna bagi sesamanya. Dan kita? Tetap buta, melakukan pelayanan kesehatan yang tak terarah dan tidak peka kebutuhan. Distribusi dana kesehatan yang tidak efisien dan tidak tepat sasaran, berujung pada pemborosan yang berkepanjangan. Masyarakat kembali menjadi korban pelayanan kesehatan yang mahal dan tidak tersubsidi. Registrasi kanker merupakan proses pengumpulan dan pencatatan data yang sistematik dan berkelanjutan dari kejadian kanker pada suatu populasi tertentu. Data ini terdiri dari data dasar pasien, temuan klinis, data patologi serta follow up pasien. Hasil dari pencatatan data tersebut akan dianalisa untuk mendapatkan informasi yang valid tentang insiden, karakteristik dan angka ketahanan hidup kanker pada suatu populasi. Data-data tersebut akan menjadi dasar perencanaan dan evaluasi layanan kesehatan dalam tindakan prevensi, diagnostik dan perawatan penyakit. Sayangnya, walaupun badan pengendalian kanker nasional telah ada di bumi Indonesia sejak 5 dekade yang lalu, dan tercantumnya registrasi kanker sebagai bagian dari program pengendalian kanker nasional (sesuai dengan keputusan menteri kesehatan tahun 1989), sampai saat ini indonesia belum memiliki data lengkap registrasi kanker berbasis populasi. Pada pelaporan 5 tahunan insiden kanker di buku Cancer in Five Continent edisi IX (tahun 2007), berbeda dengan negara tetangga ASEAN lainnya, Indonesia belum dapat memberikan data registrasi. Tentunya sangat berat bila tugas ini diserahkan sepenuhnya pada pusat kanker nasional. Beberapa waktu lalu saya berkesempatan untuk melihat proses registrasi kanker di pusat kanker nasional negeri ini. Alangkah indahnya bila proses tersebut bisa terlaksana di tiap daerah di negeri ini. Mungkin dibutuhkan kesadaran untuk memulai. Nilai dari registrasi kanker terletak pada jangkauan dan validitas data yang didapatkannya. Data yang ada di Indonesia saat ini merupakan frekuensi relatif dari beberapa pusat layanan kesehatan, yang tentunya merupakan gambaran kasar insiden kanker di negara ini. Ada beberapa faktor yang mempersulit implementasi registrasi kanker di negara ini. Tidak meratanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk diagnostik dan terapi kanker merupakan salah satu sebab utama. Layanan kesehatan khusus kanker yang umumnya terkonsentrasi di kota besar saja,walaupun

kenyataan mayoritas populasi berada di rural, menyebabkan pelayanan kesehatan khusus kanker hanya dapat dilakukan dibeberapa tempat. Hal ini menyebabkan pencatatan insiden kanker berbasis populasi sangat sulit dilakukan karena tidak menggambarkan populasi yang sebenarnya. Proses ini diperberat dengan tidak lengkapnya fasilitas penunjang diagnostik dan terapi di beberapa rumah sakit, sehingga kualitas dasar diagnostik tidak akurat dan follow up pasien tidak baik. Perputaran populasi yang dinamis juga merupakan salah satu faktor penyulit. Tendensi berpindahnya populasi rural ke kota besar, untuk mencari pekerjaan dan penghidupan yang lebih baik ikut menyulitkan proses pencatatan karena mayoritas perpindahan ini tidak resmi tercatat. Tidak adanya sistem follow up pasien kanker yang baik di negeri ini turut mempengaruhi kualitas data yang dikumpulkan. Upaya implementasi dan monitoring pelaksanaan registrasi kanker sering dihadapkan pada problem tidak adanya tenaga yang terlatih secara khusus . Seringkali proses pencatatan ini disatukan dengan proses dokumentasi rekam medik rumah sakit, yang pada beberapa aspek merupakan dua proses yang berbeda. Proses registrasi kanker memerlukan tenaga supervisor, pengumpul data, coding dan analis data untuk dihasilkannya data yang valid bagi layanan medis. Data Registrasi kanker baik yang berbasis populasi maupun rumah sakit, dapat digunakan untuk: 1. Membantu dalam proses pengambilan keputusan dan penentuan prioritas pelayanan kesehatan karena menggambarkan karakteristik dan insiden kanker di suatu komunitas. 2. Menjadi data dasar dari penelitian karena data yang disediakan akurat, komprehensif dan lebih informatif secara klinis. 3. Menjadi batu pijakan dalam studi etiologi, sehingga memiliki peran yang krusial dalam prevensi penyakit kanker. 4. Sebagai alat evaluasi terhadap upaya yang telah dilakukan untuk memperpanjang angka ketahanan hidup penderita kanker. 5. Bahan evaluasi dan monitoring efektivitas layanan kanker. Tentunya diperlukan kesadaran dan upaya aktif dari tiap layanan kesehatan untuk melakukan pencatatan penyakit kanker yang ditangani, secara sistematik, diikuti dengan follow up pasien yang paripurna. Dalam era dimana penyakit kanker telah menjadi beban berat layanan kesehatan nasional, registrasi kanker hadir menjadi mata penanganan kanker nasional. Sebagai tuntunan dalam pengambilan keputusan berskala prioritas, efektif dan efisien serta tepat sasaran.

Anda mungkin juga menyukai