Anda di halaman 1dari 4

Permainan Bahasa : Stand Up Comedy

Hendra Nurdiansyah Tingkat IV Teknik Rancang Bangun Peralatan Sandi Sekolah Tinggi Sandi Negara 0807100764 spectrummelodi@gmail.com

1. Artikel Humor tidak harus mengandung unsur kekerasan dengan alat-alat buatan berbahan dasar gabus. Juga tidak harus berbau "kebanci-bancian" demi nilai hiburan. Kita mulai mengenal, dan mungkin sayang, dengan jenis humor monolog, atau yang dikenal dengan stand up comedy. Tanpa memerlukan properti panggung yang mahal dan dekoratif, stand up comedy menawarkan guyonan-guyonan cerdas.Salah satu keistimewaan humor ini adalah kreativitas dan keberanian komedian untuk memperkosa fitur-fitur linguistik, dan membuat isinya menggelitik dan menarik. Dalam artikel Di Balik Pesona Humor, dijelaskan beberapa jenis humor. Kebanyakan lelucon yang ditawarkan dalam Opera Van Java cenderung tergolong dalam Superiority Theory, karena unsur bullying dalam acara tersebut tak lagi dapat dihitung dengan jari. Dalam Stand Up Comedy yang ditonjolkan adalah incongruity atau keganjilan. Biasanya keganjilan berkaitan dengan permainan bahasa. Permainan bahasa menurut Crystal (1998) merupakan sesuatu yang erat dengan manusia. Ada yang hanya gemar menyimaknya, ada pula yang terobsesi menciptakannya. Akan tetapi, tidak ada seorang pun di dunia yang terhindar darinya. Prof. Putu Wijana mengambil contoh dari masyarakat Yogyakarta yang dengan mudah menciptakan plesetan-plesetan yang memanipulasi kebahasaan. Beliau menambahkan bahwa gojekan merupakan salah satu keistimewaan kota Yogyakarta (2003:2). Permainan bahasa juga merupakan sesuatu yang esensial dalam stand up comedy. Mari simak contoh humor yang dilontarkan oleh Monggol:

Ngumpulah anak-anak muda di Tanjung Periuk. Mereka kumpul sambil minum. Satu orang pesen minum begini, Bang Kratingdaeng! Ditanyalah dengan yang satu, Emang lu dari mana Bos? Makassar.
1

Wuih, ketahuanlah minumnya KratingDAENG dari Makasar. Kan Daeng Bos. Orang papua, Ale-ALE. Ale-ale itu dari papua Bos. Orang Jawa gak mau kalah, MariMAS. Orang Manado juga gak mau kalah Sob, Ekstra JOss. Orang Ambon bingung-bingung mau pesan apa yang bunyinya rada Ambon. Dia mikir-mikir dan akhirnya dia pesan, BETAdin Bang Humor ini merupakan bentuk permainan bahasa, lebih spesifiknya permainan kata. Rumus humor ini mirip dengan kebanyakan humor one-liner atau humor satu baris. Awalnya terdapat setup (tubuh) humor, yang kemudian diikuti dengan punchline (baris penegas) (Pasaribu, 2009:30). Sejak awal kita telah hanyut dalam setup yang begitu kreatif. Monggol mengaitkan suku bangsa tertentu dengan merek minuman yang mengandung unsur budaya suku tersebut. Di sini kita bisa melihat hubungan logis antara: Kratingdaeng memiliki bunyi daeng, Ale-ale memiliki Ale, Marimas memunyai Mas, Ekstra Joss punya Jo. Dan kita dibawa ke akhir humor untuk menebak apa minuman yang ada unsur Ambonnya. Kelucuan pun meledak setelah munculnya ketidakterdugaan dalam punchline Betadine, yang secara semantik bukanlah tergolong kategori minuman. Humor yang cerdas dan segar menunjukkan kreativitas penutur dalam mengutakatik bahasa dan menganiaya ketidakterdugaan. Kita membutuhkan humor yang sehat, yang menonjolkan kreativitas dalam permainan bahasa, alih-alih mengandung stereotipe suku, agama, orientasi seksual atau seks tertentu? Tertawa yang sehat menyenangkan hati. Hati yang gembira adalah obat.

2. Hubungan dengan Filsafat a. Logika dan wawasan Stand up comedy lebih erat kaitannya filsafat. Hal ini diungkapkan oleh seorang comic indonesia yang bernama Sammy dalam tweet nya di twitter. Menurutnya Standup comedy ada kemiripan dgn filsafat, karena banyak mempertanyakan ulang logika dan wawasan yg dimiliki pemirsanya. Beliau memiliki perspektif sendiri terhadap stand up comedy. Bukan didapatkan dari buku

semata tetapi dari pengamatan terhadap materi para comedian lokal/ asing. Stand up comedy bukan joke telling, tapi lebih ke membongkar logika dan mempertanyakan asumsi umum, menyampaikan fakta dengan komedi.

b. Kejujuran Soal teori stand up comedy itu beragam contohnya setup punchline, rule of three, call back, act out, dll. Tetapi menurut Sammy, teori itu nanti yang penting materinya benar-benar apa yang sedang kita risaukan bukan dibuat-buat. Apa yang sedang dirisaukan sampaikan. Niscaya materimu tidak akan garing. Tinggal ambil relevansi, tambahin bumbu callback, act out, dll. Dan siapa orang yang selalu bicara fakta dengan cara yang lucu. Dialah stand up favorit Sammy yaitu Gus Dur.

c. Antara Keberanian dan Kebenaran Untuk menjadi stand up comedian butuh keberanian untuk mengungkapkan sebuah fakta yang akan diangkat menjadi bahan. Karena pada hakikatnya pengertian stand up comedy bukan seseorang yang sedang melucu dengan berdiri. Tapi lebih tepat kepada pengertian yang sesuai dengan I stand up for my love, I stand up for my country, dll, kata Ramon Papana. Kesemuanya menunjukkan keberanian yang teguh untuk berdiri di depan umum atau orang banyak untuk menyampaikan lelucon-lelucon berdasarkan fakta atau realita terkait yang sedang hangat dan menuntuk orang untuk berfikir. Tentu saja keberanian para stand up comedian harus diimbangi dengan kebenaran fakta yang ia ungkapkan yang dikemas dengan bahasan-bahasan yang ringan.

d. Kecerdasan berpikir Bukan mau disebut cerdas atau buat kasta baru. Standup comedy memang merupakan genre komedi yg mengajak berpikir ulang, membongkar ulang asumsiasumsi awal. Dan kalau ditelusuri lebih jauh terlihat bahwa para stand up comedian merupakan orang yang cerdas. Hal ini terlihat bagaimana ia mampu mengaitkan, merangkum, mengubah sebuah realita atau fakta yang ada menjadi sebuah lelucon yang enak didengar. Bisa dilihat bahwa seorang stand up comedian ada yang lebih dahulu mencatat apa yang akan ia bicarakan nantinya, mencatat point-pointnya saja

atau bahkan ada yang langsung secara spontanitas apa yang terlintas itulah yang ia utarakan.

3. Referensi [1] [2] Crystal, David. 1998. Language Play. London: Penguin Books Pasaribu, Truly Almendo. 2009. Decoding Gender Stereotypes from Gender Cyber Humor. Undergraduate Thesis. Malang: Universitas Negeri Malang. [3] Wijana, I Dewa Putu. 2003. Wacana Dagadu, Permainan Bahasa, Ilmu Bahasa. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Yogyakarta: UGM. [4] Stand Up Comedy Dari Kacamata @notaslimboy

Anda mungkin juga menyukai