Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BESAR TEKNIK PRODUK PEMUNGUTAN SOLVENT HEMAT ENERGI

Disusun oleh :

ACHMAD AMRIZAL FAUZI (08/264555/TK/33546)

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011
0

NAMA NIM

: ACHMAD AMRIZAL FAUZI : 08/TK/264555/33546

TUGAS TEKNIK PRODUK

Pemungutan Solvent Hemat Energi

A. Needs Untuk memproduksi barang-barang yang berbahan baku kimia, diperlukan bahan baku tertentu dengan tingkat kemurnian yang telah ditentukan oleh spesifikasi alat yang akan digunakan. Tingkat kemurnian ini mempengaruhi reaksi kimia yang akan dilangsungkan untuk memproduksi produk kimia yang akan dihasilkan. Tetapi masalahnya adalah baik bahan baku yang berasal dari alam maupun bahan baku yang disintesis tidak memiliki kemurnian sesuai dengan yang diinginkan, atau masih tercampur dengan pengotor ataupun zat lainnya. Senyawa-senyawa tersebut perlu dipisahkan dari senyawa yang kita inginkan. Untuk memisahkan senyawa-senyawa tersebut telah dikembangkan berbagai macam proses pemisahan dengan driving force yang berbeda-beda pula. Pada umumnya, proses pemisahan atau pemurnian bahan yang kita inginkan (solute) ini menggunakan proses distilasi, yaitu memisahkan senyawa dengan memanfaatkan perbedaan volatilitas dan perbedaan titik didih antara solute dan senyawa-senyawa lainnya (diluent). Proses distilasi menggunakan panas sebagai driving force untuk memisahkan bahan yang volatil dan bahan yang kurang volatil. Digunakan bahan yang lebih volatil sebagai agen pembawa panas. Tinggi dari kolom distilasi ditentukan dari tingkat kemurnian solute yang diinginkan. Kemurnian dari solute juga dapat diatur menggunakan sistem reflux. Sistem reflux adalah dengan mengembunkan uap hasil atas distilasi, lalu dikembalikan lagi ke dalam kolom distilasi. Semakin besar reflux, maka tinggi kolom distilasi akan semakin rendah. Masalah yang muncul dari proses ditilasi ini adalah besarnya kebutuhan panas yang dibutuhkan selama proses pemisahan. Panas yang digunakan untuk proses pemisahan ini diperoleh dari pembakaran bahan bakar. hal ini menyebabkan kebutuhan bahan bakar yang banyak pula. Semakin banyak bahan bakar yang digunakan, maka biaya produksinya pun akan semakin besar. Selain itu, bahan bakar yang digunakan akan menghasilkan gas buang. Gas buang yang paling banyak adalah karbon dioksida (CO2). Efek dari gas CO2 ini dapat menyebabkan kenaikan suhu bumi. Gas CO2 ini juga dapat membunuh manusia apabila kandungannya terlalu besar dalam darah. Dari beberapa masalah di atas, maka diinginkan suatu proses pemisahan yang dapat menghemat energi, yang nantinya dapat menghemat biaya produksi pula. Dengan
1

demikian diharapkan pula proses pemisahan tersebut dapat mengurangi efek rumah kaca yang sebagian besar disebabkan oleh gas CO2. Bila dilihat dari masalah yang timbul dari proses pemisahan pada umumnya, yaitu distilasi, dan kebutuhan perusahaan untuk menghemat biaya , maka dapat dibuat daftar kebutuhan dari alat pemisahan sebagai berikut : Biaya alat tidak terlalu mahal Membutuhkan energi yang relatif lebih sedikit Ramah lingkungan Pengoprasian yang mudah Aman pengoprasiannya Biaya operasi tidak terlalu mahal B. Ideas Ide-ide untuk proses pemisahan zat terlarut dari pelarut yang hemat energi yaitu : 1. Distilasi 2. Ditunggu sampai terpisah sendiri 3. Distilasi pada tekanan sangat rendah 4. Menggunakan CO2 sebagai agen pemisah 5. Distilasi pada suhu yg tidak terlalu tinggi dan tekanan yang rendah 6. Menggunakan agen pemisah 7. Menggunakan reaksi yang selektif terhadap solute 8. Tidak perlu dipisahkan, gunakan seadanya 9. Mereaksikan agar pelarut terendapkan 10. Menggunakan settler 11. Mereaksikan dengan senyawa lalu di-recovery 12. Mengganti bahan dengan bahan yang telah murni dengan sendirinya 13. Menggunakan solvent yang volatil 14. Menggunakan adsorben untuk menjerab pelarut C. Selection Dari ide-ide yang telah dikemukakan, maka ide-ide tersebut di-sorting terlebih dahulu untuk menghilangkan ide-ide umum dari ide yang spesifik, dan menghilangkan ide-ide yang kurang bermanfaat. Setelah di-sorting kemudian ide-ide yang ada dikelompokkan seperti yang ada pada tabel berikut ini. I. Mengoptimalkan proses distilasi A. Distilasi pada tekanan sangat rendah B. Distilasi pada suhu yg tidak terlalu tinggi dan tekanan yang cukup rendah C. Menggunakan solvent yang volatil II. Mengembangkan proses baru A. Menggunakan CO2 sebagai agen pemisah B. Menggunakan reaksi yang selektif terhadap solute III. Menggunakan adsorben untuk menjerab pelarut
2

Dari ide-ide tersebut, maka diambil proses distilasi sebagai patokan. Proses distilasi dipilih sebagai patokan karena distilasi adalah proses pemisahan yang umumnya digunakan pada indutri. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah kematangan ilmu pengetahuan, pengaruh tehadap lingkungan, konsumsi energi, dan opini dari masyarakat. Kematangan ilmu pengetahuan diberi bobot 0,2 karena dapat tidaknya proses tersebut dilaksanakan bergantung terhadap poin ini. Faktor lingkungan diberi bobot 0,3 karena saat ini alat-alat yang digunakan harus ramah terhadap lingkungan dikarenakan baku mutu lingkungan yang semakin menurun. Faktor konsumsi energi diberi bobot 0,4 karena faktor ini yang menentukan tingkat kehematan bahan bakar yang digunakan pada saat proses. Faktor opini masyarakat diberi bobot 0,1 karena faktor ini mempengaruhi alat tersebut dapat diterima di lingkungan atau tidak, faktor ini diberi bobot paling kecil karena pengaruhnya terhadapa proses yang paling kecil. Diambil proses pemisahan dengan menggunakan gas CO2 sebagai agen pemisah, dan penjeraban pelarut dengan suatu adsorben sebagai alternatif proses pemisahan yang nantinya akan digunakan sebagai pengganti distilasi. Dipilih kedua proses pemisahan tersebut sebagai alternatif karena kedua proses tersebut sedang dikembangkan dan memenuhi hampir semua kriteria yang diharapakan dari sebuah proses pemisahan. Pada proses pemisahan dengan menggunakan gas CO2 sebagai agen pemisah, larutan solvent dan solute ditambahkan dengan air. Lalu kedalamnya dialirkan gas CO2. Setelah gas CO2 terlarut kedalamnya, maka solvent dan solute akan terpisah kedalam dua fasa yang berbeda. Dengan demikian solvent dan solute dapat dipisahkan dengan menggunakan settler. Maka akan diperoleh solute yang murni, dan solvent yang terlarut dengan air dan gas CO2. Untuk me-recovery solvent, maka gas CO2 perlu dihilangkan dari larutan. Gas CO2 dalam larutan dapat dihilangkan dengan cara mengalirkan gas N2. Setelah gas CO2 dihilangkan, maka akan terbentuk larutan dua fasa yang terdiri dari air dan solvent. Dengan menggunakan proses pemisahan dengan gas CO2 sebagai agen pemisah, maka ada beberapa keuntungan yang diperoleh. Keuntungan pertama adalah proses ini dapat menghemat energi bahan bakar. Keuntungan yang kedua proses ini dapat mengurangi gas CO2, karena pada proses ini digunakan gas CO2. Tidak seperti proses distilasi yang menghasilkan banyak gas CO2 dari pembakaran bahan bakar. Keuntungan lainnya adalah proses ini relatif lebih mudah untuk dilaksanakan. Kekurangan dari proses ini adalah pengoprasiannya yang tidak bisa memakai sistem continues. Pada proses pemisahan dengan menggunakan adsorben sebagai bahan penjerab solvent, larutan umpan dialirkan melalui tumpukan adsorben, sehingga pada saat keluar solute akan menjadi lebih murni. Dengan menggunakan proses ini ada beberapa keuntungan. Keuntungan pertama yaitu pengoperasiannya yang sederhana. Kedua tidak menyebakan polusi. Tetapi kerugian pada proses ini adalah biaya adsorbennya yang mahal, dan dibutuhkan adsorben yang berbeda untuk solvent yang berbeda.
3

Dari keterangan di atas lalu dibuat tabe nilai untuk masing-masing proses. Proses distilasi dijadikan nilai patokan, sehingga untuk tiap faktor pada proses distilasi diberi nilai 5. Lalu dibuatlah tabel yang berisi masing-masing nilai untuk tiap proses, kemudian dilakukan seleksi secara matriks. Dari hasil seleksi matriks maka dapat dilihat bahwa proses yang dapat dijadikan alternatif adalah proses pemisahan dengan menggunakan gas CO2 sebagai agen pemisah.

Kriteria Seleksi Kematangan ilmu Pengetahuan Lingkungan Konsumsi energi Pendapat umum Total nilai

Faktor Penilai 0,2 0,3 0,4 0,1 1

Distilasi

Pemisahan dengan menggunakan CO2 3 9 8 8 7,3

Menggunakan adsorben 4 8 7 6 6,6

5 5 5 5 5

Setelah kita tetapkan proses pemisahan dengan menggunakan gas CO2, langkah berikutnya kita perlu meninjau resiko-resiko yang bisa muncul apabila kita memilih proses ini. Analisis resiko dari proses pemisahan dengan gas CO2 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Resiko Peraturan pemerintah Kematangan teknologi Ketangguhan alat Dapat diterima pelanggan Kemungkinan Konsekuensi 0,5 0,3 0,6 0,5 0,7 0,3 0,3 0,5 Tingkat Resiko 0,35 0,09 0,18 0,25

D. Manufactured Untuk pembuatan alat pemisah dengan menggunakan gas CO2 sebagai agen pemisah sebenarnya tidak terlalu rumit, hanya saja proses ini menggunakan sistem batch. Kekurangan sistem ini adalah menghambat waktu produksi, tetapi hasilnya akan lebih sempurna daripada sistem continues. Alat yang dibutuhkan adalah tangki pengaduk untuk mencampurkan air, kemudian bubble column untuk menggelembungkan gas CO2 ke dalam larutan. Dipilih bubble column karena kelarutan gas CO2 dalam air cukup rendah. Untuk menjaga kelarutan gas dalam larutan, maka suhunya dijaga agar rendah, sekitar 15oC. Lalu larutan dialirkan ke dalam tangki pemisah berupa settler. Dari settler ini kemudian akan
4

diperoleh dua fase, fase solute dan fase solvet + air + gas CO2 yang masih dalam satu fase. Solvent kemudian di-recovey dengan cara mengalirkan gas N2 ke dalam larutan tersebut. Gas N2 dialirkan ke dalam larutan juga menggunakan bubble column. Setelah gas CO2 lepas, kemudian gas N2 dihilangkan dengan cara memanaskan larutan hingga suhu 50oC. Lalu pada larutan akan terbentuk dua fase, yaitu fase solvent dan fase air. Alat-alat penunjang lain yang diperlukan seperti pompa, kompresor, tangki penyimpanan gas, coil pendingin, refrigerant, dan heat exchanger.

Anda mungkin juga menyukai