Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara berkelanjutan membuat dunia nampak menjadi semakin menyatu dan mengecil. Kemajuan komunikasi dan transportasi telah memeberikan kontribusi dan mematangkan iklim yang kondusif terhadap hubungan ekonomi internasional.
Perdagangan internasional dapat memberikan manfaat ekonomi timbal balik kedua negara. Hubungan ekonomis tersebut dapat dimantapkan dengan investasi yang dilakukan baik dengan investasi yang dilakukan baik pemerintah maupun pihak swasta.
Kebijakan Pemajakan
Kebijakan pemajakan menurut Arnold(1986) 1. Keadilan (equity) 2. Netralitas (neutrality) 3. Penerimaan (revenue) 4. Pertimbangan administrasi dan kepatuhan (administrative and complience)
Kebijakan Pemajakan
Setiap kebijakan perpajakan mempunyai tujuan yang paling dominan adalah mengumpulkan penerimaan untuk mememuhi pengeluaran pemerintah.
Kebijakan Pemajakan
Sehubungan dengan arus penghasilan internasional kebijakan pajak diandalkan agar dapat memperoleh penerimaan pajak dari penghasilan luar negeri yang diterima atau diperoleh WPDN dan penghasilan domestik yang diterima atau diperoleh WPLN.
Ketentuan pajak internasional suatu negara meliputi 2 dimensi yang luas yaitu: 1. Pemajakan terhadap wajib pajak dalam negeri atas penghasilan luar negeri 2. Pemajakan terhadap wajib pajak luar negeri atas penghasilan dari dalam negeri
1. Pemajakan terhadap wajib pajak dalam negeri atas penghasilan luar negeri Dimensi pertama ini merujuk pada pemajakan atau penghasilan luar negeri karena umumnya melibatkan eksportasi modal ke manca negara
2. Pemajakan terhadap wajib pajak luar negeri atas penghasilan dari dalam negeri Dimensi kedua menunjuk pada pemajakan atas penghasilan domestik atas transaksi ke dalam batas negara , karena umumnya pemajakan penghasilan luar negeri dilakukan oleh negara.
Ketentuan pajak internasional suatu negara pada umumnya disusun untuk mencapai sekurang-kurangnya 4 tujuan: 1. Memperoleh bagian penerimaan dari transaksi lintas perbatasan secara adil 2. Meningkatkan keadilan dalam perpajakan 3. Memperkuat daya saing ekonomi domestik 4. Netralitas ekspor modal dan netralitas impor modal
Walaupun sistem perpajakan internasional berbeda dari satu negara dengan negara lain, namun pada dasarnya terdapat kesamaan tentang beberapa prinsip dan pengertian pemajakan. Kesamaan pengertian tersebut dirumuskan dalam perjanjian perpajakan bilateral.
Dalam sistem perpajakan internasional, terdapat suatu norma yang diterima dan diikuti secara global, termasuk Indonesia, untuk menyerahkan hak pemajakan kepada negara sumber penghasilan yang mempunyai pertalian teritorial dan mempertahankan wewenang pemajakan residual kepada negara domisili dengan pertalian personal.
Organisasi Penulisan
Perpajakan internasional pada dasarnya merujuk kepada ketentuan pemajakan domestik yang berlaku terhadap wajib pajak dalam negeri yang memperoleh atau menerima penghasilan dari luar Indonesia dan terhadap wajib pajak luar negeri yang memperoleh atau menerima penghasilan dari Indonesia dari berbagai instrumen dan dengan beberapa cara. Selain ketentuan domestik, perpajakan internasional juga merujuk kepada perjanian perpajakan dan kebiasaan dalam praktik perpajakan global