Anda di halaman 1dari 8

Gagal Ginjal Kronik Definisi Gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) atau penurunan

faal ginjal yang menahun dimana ginjal tidak mampu lagi mempertahankan lingkungan internalnya yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan menetap sehingga mengakibatkan penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) berakibat ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan dan pemulihan fungsi lagi yang menimbulkan respon sakit. Kriteria:

Kerusakan ginjal selama 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan kelainan patologik atau petanda kerusaakan ginjal seperti kelainan pada komposisi darah atau urine atau kelainan pada pemeriksaan pencitraan Laju filtrasi glomerulus < 60 mL/min/1,73 m selama > 3 bualn, dengan atau tanpa kerusakan ginjal

Epidemiologi Berdasarkan data The Third National Health and Examination Survey jumlah penderita Gagal Ginjal Kronik terus meningkat dan diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10% sejak tahun 1988 1994, 13, 1% sejak tahun 1999 2004. Lebih sering terjadi pada laki laki (409 per 1 juta populasi) dibanding perempuan (276 per 1 juta populasi) dengan puncak usia diatas 65 tahun. Etiologi Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat dibagi dalam 2 kelompok : 1. Penyakit Parenkim Ginjal a. Penyakit ginjal primer : o Glomerulonefritis o Mielonefritis o Ginjal Polikistik o TBC ginjal b. Penyakit ginjal sekunder :

o Nefritis lupus o Nefropati o Amilordosis ginjal o Poliarteritis nodusa o Sklerosis sistemik progresif o Gout o Diabetes Mellitus
2. Penyakit Ginjal Obstruktif

o Pembesaran prostat o Batu saluran kemih o Refluks ureter o Secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan infeksi yang berulang dan nefron yang memburuk o Obstruksi saluran kemih o Destruksi pembuluh darah akibat diabetes dan hipertensi yang lama o Scar pada jaringan dan trauma langsung pada ginjal

Klasifikasi

Progresivitas Penyakit Stadium I Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antara 40%-75%). Tahap inilah yang paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita belum merasakan gejala-gejala dan

pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih dalam batas normal. Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui dengan memberikan beban kerja yang berat, seperti tes pemekatan kemih yang lama atau dengan mengadakan test GFR yang teliti. Stadium 2 Insufisiensi ginjal (faal ginjal antara 20%-50%). Pada tahap ini penderita dapat melakukan tugas-tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjal menurun. Pada stadium ini pengobatan harus cepat dalam hal mengatasi kekurangan cairan, kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat-obatan yang bersifat mengganggu faal ginjal. Bila langkah-langkah ini dilakukan secepatnya dengan tepat dapat mencegah penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Stadium 3 Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10%). Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan dimana tidak dapat melakukan tugas sehari-hari sebagaimana mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara lain mual, muntah, nafsu makan berkurang, sesak nafas, pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi penurunan kesadaran sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90% dari massa nefron telah hancur. Nilai GFRnya 10% dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang.

Patofisiologi

Gejala Klinis Gejala sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus, infeksi traktus urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi, hiperuricemia, Lupus Eritomatosus Sistemik (LES), dan lain lain. Timbul sindrom uremia yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, dan penurunan LFG yang dihitung mempergunakan rumus Kockcroft-Gault. Kadar kreatinin serum saja tidak bisa dipergunakan untuk memperkirakan fungsi ginjal. Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin, peningkatan kadar asam urat, hiperkalemia atau hipokalemia, hiperkloremia atau hipokloremia, hiperfosfatemia, asidosis metabolik.

Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuria, dan leukosuria, cast, dan isostenuria. Radiologi Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, dan kalsifikasi. Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ingin mengetahui fungsi setiap ginjal. Biopsi Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal yang masih mendekati normal, dimana diagnosis secara noninvasif tidak bisa ditegakkan. Pemeriksaan histopatologi ini bertujuan untuk mengetahui etiologi, menetapkan terapi, prognosis, dan mengevaluasi hasil terapi yang telah diberikan. Penatalaksanaan Tujuan: 1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid condition) 3. Memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal

4. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskuler 5. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi 6. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal Terapi spesifik:
1. Anemia EPO (50 100 U/kgBB IV/SC 3X per minggu) 2. Hiperfosfatemia diet rendah fosfat

3. Hipocalcemia suplemen calcium (Calcium acetate 1334 mg PO setiap kali makan) 4. Hiperparatiroid calcitriol (0,25 mcg/hari) 5. Hipervolemi diuretic (furosemid 20 80 mg/hari) 6. Asidosis metabolic suplemen alkali (sodium bicarbonate 2 5 mEq/kgBB IV drip 4 8

jam)
7. Gejala gangguan uremic dialisa

Indikasi dialisa: (PERNEFRI 2003) LFG < 15 mL/menit LFG <10 mL/menit dengan gejala uremia LFG < 5 mL/menit walaupun tanpa gejala

oedem paru

Hiperkalemia asidosis metabolik nefropatik diabetik

Prognosis: 5 years survival rate pada pasien dengan indikasi dialisa 35% Pada 2003 mortality rate 210,7 per 1000 pasien Pada pasien berusia diatas 65 tahun, mortalitas meningkat 6 kali lipat Pada pasien dengan gangguan kardiovaskular, mortalitas meningkat 10 20 kali lipat

Anda mungkin juga menyukai