Anda di halaman 1dari 9

Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011

ISSN : 1858-3695

KAJIAN KUAT TEKAN BETON ( COMPRESSIVE STRENGTH ) PADA BETON DENGAN CAMPURAN ABU SERABUT KELAPA (ASK)
Oleh Hendra Alexander, Mukhlis

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Kampus Limau Manis Padang ABSTRACT Certain pollutant materials are often used for material substitution of concrete. One of them is coconut fibre ash. This material is available anywhere in Indonesia but their advantages have not been discussed as often as other concrete materials. This research employed coconut fibre ash (CFA) which initially been burned out at about 0 700 C for two hours. This was substituted into concrete mix at 0%, 10%, 15%, 20% and 25% by weight of cement. Concrete cylinders having 150 mm diameter and 300 mm high were used for monitoring the compressive strength at the age of 7, 14, 28, 56, 90 days. Concrete cylinders were also employed to investigate the resistance of concrete after being soaked in sulphate solution (MgSO 4) for 90 days. The immersion was done after 28 days of age. Concrete cubes having 150 mm x 150 mm x 150 mm were used for absorption test after 28 days of age. From the X-Ray Diffraction test, the CFA contains pozzolanic material in term of active silica or amorphous. The Atomic Absorbtion Spectrophotometry test also indicates that the CFA contains of 42,98% silica. The cylinders with 20% CFA shows an increase of compresive strength of about 6,13% and 10,14% in comparison to the 0% CFA at 28 and 90 days of age. Key words: coconut fibre ash, amorph silica, compressive strength

PENDAHULUAN Beton sebagai bahan konstruksi tidak hanya terdiri sebagai bahan campuran semen, pasir, kerikil dan air, tapi juga adanya bahan tambahan (admixture) yang (workability), dapat kuat meningkatkan kelecakan

pada tahun 1999 sebesar 2,8 juta ton. Menurut Hazairin (1994), jumlah serabut pada sebuah kelapa sekitar 30-35% berat. Dapat kita lihat begitu besarnya potensi serabut kelapa yang bisa diolah lagi sebagai bahan tambah atau pengganti pada campuran beton. Tujuan Penelitian Penelitian pemanfaatan abu dari serabut sering kelapa (ASK) sebagai bahan campuran beton ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pemanfaatan abu dari serabut kelapa sebagai substitusi sebagian semen pada pembuatan beton. 2. Mengetahui jumlah optimum abu serabut kelapa sebagai substitusi sebagian semen untuk meningkatkan sifat-sifat mekanik

tekan, kuat tarik, kuat lentur, memperlambat atau mempercepat waktu ikat awal dan sebagainya, sesuai dengan kebutuhan. Bahan buangan atau limbah

dimanfaatkan menjadi suatu bahan yang dapat difungsikan untuk keperluan tertentu seperti bidang rekayasa bahan bangunan, limbah sudah sering diteliti untuk kemudian dimanfaatkan. Salah satu bahan buangan yang belum begitu banyak diteliti sebagai bahan bangunan beton yaitu abu dari serabut kelapa.

beton khususnya kuat tekan. Menurut data yang dikeluarkan Biro Pusat Statistik (BPS), produksi kelapa di Indonesia

63

Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011


TINJAUAN PUSTAKA Gambhir (1986) mengemukakan, bilamana semen dan air saling bersentuhan maka akan terjadi proses reaksi hidrasi membentuk pasta semen. Pasta semen berfungsi sebagai perekat agregat beton. Mindess dan Young (1981), kekuatan pasta semen bergantung pada : 1. Pengurangan total porositas. 2. Memperbaiki distribusi ukuran pori. 3. Meningkatkan kualitas hasil hidrasi kalsium silikat (C-S-H). Pozzolan Pozzolan menurut

ISSN : 1858-3695

Persyaratan

Umum

Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982) adalah bahan alam atau buatan yang sebagian besar terdiri dari unsur-unsur silikat dan atau aluminat yang reaktif. Pozzolan dapat dipakai sebagai bahan tambah atau substitusi sebagian semen portland. Bahan tambahan ini dapat membuat beton lebih tahan terhadap garam, sulfat dan air asam, tetapi laju kenaikan kekuatannya lebih lambat dari beton normal. Pada umur 28 hari kuat tekannya lebih rendah dari beton normal, sesudah 90 hari kuat tekannya lebih tinggi seperti terlihat pada

Sebagai konsekuensinya, perlu dilakukan halhal sebagai berikut: 1. Mereduksi faktor air semen (water cemen ratio ). 2. Menggunakan plastisizer. 3. Menggunakan kekuatan tinggi. 4. Menggunakan pozzolan. bahan yang bersifat semen dengan potensi

gambar 1.

Supartono (1993) mengemukakan untuk meningkatkan kekuatan beton, minimal ada konsep dasar yang perlu diikuti yaitu : 1. Peningkatan kekuatan pasta semen yang bisa didapatkan dengan cara : a. Mengurangi mengurangi porositas pasta, ratio air dengan dan

Gambar 1. Kenaikan kuat tekan terhadap waktu antara beton pozzolan dan beton tanpa pozzolan (Li dan Zhao, 2003)

Menurut Tjokrodimuljo (1996), pozzolan sendiri tidak mempunyai sifat semen, tetapi dalam keadaan halus (lolos ayakan 0,21 mm) bereaksi dengan air dan kapur pada suhu normal (24o-27o C) menjadi suatu masa padat yang tidak larut dalam air. Unsur silikat dan

semen

menggunakan bahan campur kimiawi (chemical admixture). b. Menambahkan terbang (fly ash). 2. Pemilihan kualitas agregat yang baik. bahan pencampur

aluminat yang reaktif akan bereaksi dengan kapur bebas (kalsium hidroksida) yang merupakan hasil sampingan proses hidrasi semen dan air menjadi tubermorite. Reaksi hidrasi pozzzolan yang berlangsung terus menerus ini, mengikuti terbentuknya kalsium

mineral seperti mikrosilika atau abu

64

Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011


hidroksida, secara lambat mempertinggi

ISSN : 1858-3695 susunan kristal yang sangat sedikit, yang tersusun dari partikel-partikel yang sangat kecil

kekuatan dan keawetan beton. Menurut Parka (1991) hasil hidrasi

dengan

dimensi

kurang dari

1 m

dan

pozzolan dapat memperkecil pori-pori dalam pasta, mengisi rongga antar partikel gel, sehingga beton menjadi lebih padat dan rapat air. Permeabilitas beton ini sangat erat kaitannya dengan keawetan, sifat rapat air dan kekuatannya.

menghasilkan kalsium hidroksida (Ca(OH)2) atau kapur bebas, yang dikenal dengan nama mineralnya portlandite, yang merupakan

material yang mempunyai susunan kristal dengan komposisi lengkap.(Kushartomo, 1999) Keberadaan Ca(OH)2 dalam beton

memberikan sifat negatif pada beton : Semen merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kinerja beton. Semen portland mempunyai empat komponen utama yaitu trikalsium silikat (C3S), (C2S), trikalsium aluminat tetrakalsium aluminoferite dikalsium silikat (C3A), (C4AF) dan yang 1. Menyebabkan retak beton saat terjadi

pembentukan Ca(OH)2 dari CaO dalam semen portland. 2. Sangat rentan terhadap serangan kimia Clataupun SO42 dalam air dimana beton itu terkontaminasi.

prosentase kandungannya berbeda tiap-tiap unsurnya seperti terlihat pada tabel 1. Jika Ca(OH)2 yang terbentuk pasca hidrasi Tabel 1. Kandungan unsur-unsur dalam semen portland (Gambhir, 1986) Unsur Persentase C3S 30 50 C2S 20 45 C3A 8 12 C3AF 6 - 10 semen itu diikat dengan unsur lain seperti unsur pozzolanic material maka terjadi reaksi : Ca(OH)2 + SiO2 +H2O 3CaO.2SiO2.3H2O

Portlandite silika amorfus calcium silikat hidrat Kalsium silikat hidrat (CSH) ini merupakan senyawa padat yang tidak mudah larut dalam

Reaksi Hidrasi Kalsium Silikat (C3S dan C2S) Reaksi-reaksi hidrasi dari dua kalsium silikat hidrat terlihat sangat mirip, perbedaannya terletak pada jumlah kalsium yang terbentuk. 2C3S + 6H2O C3S2H3 tubermorite 2C2S + 4H2O C3S2H3 tubermorite + 3Ca(OH)2 portlandite + Ca(OH)2 portlandite

air yang mengisi pori-pori beton yang dapat memberikan kontribusi mekanik pada beton yang lebih baik namun proses hidrasi memerlukan waktu lama, sehingga setting timenya lama.

Reaksi Hidrasi Kalsium Aluminat (C3A) Didalam semen portland, hidrasi C3A

melibatkan reaksi dengan ion-ion sulfat yang diberikan oleh gypsum. Pada dasarnya reaksi Dari reaksi hidrasi semen dengan air C3A adalah sebagai berikut : C3A + 3CSH2 + 26H Trikalsium gypsum air C6S3H32 ettringite aluminat

menghasilkan

kalsium

silikat

hidrat

(tubermorite) yang merupakan material dengan

65

Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011


(C6S3H32) atau ettringite ini adalah produk hidrasi yang pada akhirnya membentuk kalsium silikat hidrat dengan reaksi : C6S3H32 + 4 H 3C4S3H12 METODOLOGI PENELITIAN

ISSN : 1858-3695

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Abu diambil dari serabut kelapa yang ada di sekitar daerah Imogiri Yogyakarta dan lolos

Apabila kalsium silikat hidrat ini diserang oleh sulfat maka akan menghasilkan kalsium sulfoaluminat (3CaO Al2O3 3CaSO4 32H2O) yang volumenya membesar dan dapat mengakibatkan retak pada beton. Oleh karena itu, semen tahan sulfat tidak boleh

saringan

0,15

mm.

PUBI-1982

mensyaratkan lolos saringan 0,21 mm. 2. Memakai semen type I. 3. Agregat halus yang alami berasal dari Kali Krasak 4. Agregat kasar dari batu pecah berasal dari Kali Clereng berukuran maksimum 20 mm. 5. Air berasal dari Laboratorium Bahan

mengandung unsur C3A lebih dari 5 % (ASTM C 150-94). Reaksi Hidrasi Tetrakalsium Aluminoferitte (C4AF) Hidrasi C4AF ini berlangsung lambat dan melibatkan sedikit panas. Gypsum dapat

Konstruksi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Adapun tahapan penelitian yang dilakukan yaitu : 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini dilakukan penyiapan bahan dan alat yang akan digunakan. Selain itu juga dilakukan beberapa pemeriksaan alat

menghambat hidrasi C4AF. Kandungan besi yang ada pada C4AF menyebabkan hidrasi menjadi pelan seperti terlihat pada reaksi : C4AF+ 3CSH2 +21H C6AFS3 H32+AFH32

Pada pelaksanaannya menunjukan semen dengan C3A rendah tetapi tinggi dalam C4AF adalah resistan terhadap serangan sulfat yang mengakibatkan terjadinya pengembangan volume dan retak-retak pada beton sehingga beton menjadi porous dan hilangnya ikatan antara agregat dan pasta.

yang mendukung jalannya penelitian. 2. Tahap Pengujian Bahan Bahan-bahan yaitu : - Pengujian Abu dari serabut kelapa. Untuk pemeriksaan kualitas atau keaktifan abu dari serabut kelapa dilakukan pengujian X-Ray Deffraction (XRD). Sedangkan untuk mengetahui kuantitas dan kandungan zat yang dilakukan pengujian

Kekuatan Beton Sifat yang paling penting dari beton adalah kuat tekan beton yang tinggi. Pada prinsipnya, jika kekuatan beton tinggi maka sifat yang lain juga akan baik (Neville, 1987). Faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton antara lain faktor air semen (fas), jenis dan jumlah semen, bentuk dan gradasi agregat, cara pengerjaan dan perawatan beton serta umur beton.

kimianya dilakukan pemeriksaan Atomic Absorbtion Spectrofotometer (AAS). - Pengujian agregat kasar atau kerikil. - Pengujian agregat halus atau pasir.

3. Tahap Perhitungan Rencana Campuran Beton ( Mix Design )

66

Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011


Perencanaan campuran (mix design) beton bertujuan untuk mendapatkan proporsi dari masing-masing bahan (semen, kerikil, pasir, abu serabut kelapa dan air) untuk kuat tekan beton tertentu. Penentuan proporsi dari masingmasing bahan dihitung berdasarkan SK SNI T15-1990-03 dengan faktor air semen (fas) sebesar 0,45. Pada penelitian ini abu serabut kelapa (ASK) sebagai bahan substitusi semen dalam campuran adukan beton diambil Hasil 6. Tahap Analisis Hasil.

ISSN : 1858-3695

Pada tahap ini data-data hasil pengujian yang telah diperoleh, dianalisis untuk

mengetahui nilai penggunaan abu dari serabut kelapa optimum sebagai substitusi sebagian semen untuk meningkatkan kuat tekan dan juga mengetahui tekannya. HASIL DAN PEMBAHASAN pengujian terhadap bahan-bahan persentase peningkatan kuat

bervariasi sebesar 10%, 15%, 20% dan 25% dari berat semen untuk mendapatkan substitusi semen yang optimum. Untuk beton kontrol digunakan campuran adukan beton tanpa abu serabut kelapa. 4. Tahap Pembuatan dan Perawatan Untuk keperluan pengujian, digunakan dua macam benda uji yaitu silinder ukuran diameter 150 mm tinggi 300 mm dan kubus ukuran 150 mm x 150 mm x 150 mm.

campuran beton yang dipakai pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Abu Serabut Kelapa (ASK) Dari hasil pengujian X-Ray Diffractrometry (XRD), abu serabut kelapa yang dibakar pada suhu 6000C, 7000C dan 8000C selama 2 jam dan pembakaran dengan suhu 7000C mempunyai kualitas silika yang bersifat amourf lebih baik seperti pada Tabel 2. SiO2 yang dihasilkan dapat bereaksi secara kimia dengan Ca(OH)2 atau kapur bebas hasil dari reaksi

5. Tahapan Pengujian Benda Uji Pengujian benda uji silinder diameter 150 mm tinggi 300 mm meliputi yaitu pengujian slump dan kuat tekan beton ( compressive strength concrete ) pada umur 7, 14, 21, 28, 56 dan 90 hari dengan dengan substitusi abu dari serabut kelapa (ASK) 0 %, 10 %, 15 %, 20 %, dan 25 %.

hidrasi semen dengan air sehingga dapat menghasilkan senyawa padat. Pada gambar 2 terlihat SiO2 pada abu serabut kelapa bersifat aktif atau amorf sehingga dapat dikatakan tergolong bahan pozzolan. Abu dari serabut kelapa harus lolos saringan diameter 0,15 mm lebih kecil yang disyaratkan PUBI1982 yang lolos saringan diameter 0,21 mm.

Gambar 2. Hasil Analisis X-Ray Deffraction pada abu serabut kelapa

67

Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011


Tabel 2. Kandungan unsur-unsur dalam semen portland (Gambhir, 1986) Unsur Presentase SiO2 Al2O3 Fe2O3 HD 42,98 2,26 1,66 7,02

ISSN : 1858-3695

100
Persentase yang lewat ayakan

80 60 40 20 0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10

Daerah II Daerah III Psr Kali Krasak

Agregat kasar atau kerikil Dari hasil pengujian agregat kasar atau kerikil didapat komposisi 55% agregat 10-20 mm dan 45% agregat 5-10 mm seperti yang terlihat pada gambar 3.
100
Persentase yang lew at ayakan

Lubang ayakan (mm)

Gambar 4. Gradasi agregat halus

Campuran agregat kasar dan halus perlu dilakukan supaya didapat nilai perbandingan antara agregat kasar dan halus yang masuk dalam gradasi standar yaitu yang terletak antara kurva 2 dan kurva 3. Komposisi campuran agregat kasar dan halus yaitu : 65%

80 60 40 20 0

daerah butir max 20 mm gradasi AK III

agregat kasar dan 35% agregat halus seperti terlihat gambar 5.


100
persentase yang lolos ayakan

2,4

4,8

10 Lubang ayakan (mm)

20

40

80

Gambar 3. Gradasi agregat kasar dengan butiran maksimum 20 mm Agregat halus atau pasir Hasil pengujian agregat halus atau pasir didapat gradasi seperti yang terlihat pada Gambar 4.

60
kurva 1 kurva 2 kurva 3

40

20

kurva 4 kurva AC-3

0 0,15

0,3

0,6

1,2

2,4

4,8

10

20

Lubang ayakan (mm)

Gambar 5. Gradasi agregat campuran

Tabel 3. Proporsi kebutuhan bahan tiap 1 m 3 beton untuk nilai fas 0,45 Kode ASK 0% ASK 10% ASK 15% ASK 20% ASK 25% Fa(s+ASK) 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 Komposisi ASK 0% 10% 15% 20% 25% Slump (mm) 80-160 Air Semen (kg) 225 225 225 225 225 (kg) 500 450 425 400 375 Pasir (kg) Kerikil (kg) ASK (kg) 0 50 75

568,75 1056,25 568,75 1056,25 568,75 1056,25

568,75 1056,25 100 568,75 1056,25 125

68

Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011


Perhitungan Campuran Beton ( Mix Design ) Perhitungan campuran beton memakai

ISSN : 1858-3695 dengan beton tanpa abu serabut kelapa yang kuat tekannya sebesar 42.51 MPa seperti yang terlihat pada tabel 4 dan gambar 7. Terdapat peningkatan kuat tekan sebesar 10,14% antara yang disubstitusi abu serabut kelapa sebesar 20% dengan tanpa substitusi abu serabut kelapa. Hal ini disebabkan adanya reaksi antara silika amorf dari abu serabut kelapa dengan Ca(OH)2 atau portlandite membentuk

peraturan SK SNI T-15-1990-03 dengan faktor air semen (fas) 0,45 sehingga
3

didapat

komposisi campuran untuk beton tanpa abu dari serabut kelapa (ASK) tiap m beton seperti yang Tabel 3. Tes Slump Pengujian slump dilakukan untuk

kalsium silikat hidrat yang merupakan senyawa padat yang tidak mudah larut dalam air yang mengisi pori-pori beton. Kelebihan substitusi abu serabut kelapa pada ASK-25% mengakibatkan penurunan kuat tekan. Penurunan ini disebabkan abu serabut kelapa yang berlebih tersebut menyerap sebagian air yang seharusnya digunakan untuk reaksi hidrasi antara semen dan air. Proses terbentuknya C-S-H akan terhambat,

mengetahui tingkat kelecakan (workability) dari suatu campuran beton. Makin kecil nilai slump suatu campuran, makin sulit tingkat

pengerjaannya. Pada penelitian ini terlihat , gambar 6., makin besar substitusi abu serabut kelapa, makin kecil nilai slumpnya sehingga pengerjaan menjadi lebih sukar. Ini disebabkan adanya penyerapan air oleh abu serabut kelapa. Penyerapan air yang berlebihan dapat menghambat reaksi hidrasi antara semen dengan air, sehingga berkurangnya C-S-H yang berfungsi sebagai pengikat agregat.

mengakibatkan C-S-H yang dihasilkan menjadi berkurang. Abu serabut kelapa yang tersisa menjadi bersifat filler yang dapat mengurangi ikatan antara agregat dengan pasta semen. Apabila ikatan tersebut berkurang, maka kekuatannya menjadi berkurang pula.

Berkurangnya C-S-H dapat mengurangi ikatan antara agregat dan pasta.


Nilai Slump Rata-Rata(mm)

120

100

80

Tabel 4. Kuat tekan rata-rata dengan berbagai substitusi abu serabut kelapa Kuat tekan rata-rata dengan berbagai substitusi abu serabut kelapa (MPa) ASK0%
7 14 28 56 90 28,56 29,63 36,23 40,74 42,51

60

40 ASK-0% ASK-10% ASK-15% ASK-20% ASK-25%

Hari

Subtitusi Abu Serabut Kelapa

ASK10%
26,36 28,36 35,16 41,14 43,28

ASK15%
26,16 28,56 35,34 42,22 44,57

ASK20%
24,54 28,82 38,45 43,57 46,82

ASK25%
23,38 29,89 36,41 40,97 43,28

Gambar 6. Nilai slump rata-rata dari berbagai substitusi abu serabut kelapa

Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Pada pengujian kuat tekan, benda uji dengan substitusi abu serabut kelapa 20% pada beton berumur 90 hari kuat tekannya sebesar 46,82 MPa lebih besar dibandingkan

69

Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011

ISSN : 1858-3695 Tabel 5. Kuat tekan relatif dengan berbagai substitusi abu serabut kelapa

55,00

Kuat Tekan Beton (MPa)

45,00

Kuat tekan relatif dengan berbagai substitusi Hari (%) ASK0% 7 14 28 56 90 78,83 81,78 100 112,45 117,33 ASK10% 72,76 78,28 97,05 113,55 119,46 ASK15% 72,21 78,83 97,54 116,53 123,02 ASK20% 67,73 79,53 106,13 120,30 129,23 ASK25% 64,53 82,50 100,49 113,08 119,46

35,00 ASK-0% ASK-10% ASK-15% ASK-20% ASK-25%

25,00

15,00 7 14 28 56 90

Umur Beton (hari)

Gambar 7. Kuat tekan rata-rata dengan berbagai substitusi abu serabut kelapa

KESIMPULAN DAN SARAN Seperti terlihat pada Tabel 5, substitusi abu serabut kelapa 10 %, 15 % , 20% dan 25 % pada umur kurang dari 28 hari, kuat tekannya kurang dari benda uji tanpa abu serabut kelapa, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa reaksi antara silika amorf yang ada pada abu serabut kelapa dengan Ca(OH)2 yang ada pada pasta semen sangat lambat sekali. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data dapat diambil suatu kesimpulan : 1. Abu serabut kelapa termasuk bahan

pozzolan karena mempunyai kualitas silika yang bersifat aktif (amourf ) yang lebih baik. SiO2 yang dihasilkan dapat bereaksi secara kimia dengan Ca(OH)2 atau kapur bebas hasil dari reaksi hidrasi semen dengan air sehingga dapat menghasilkan senyawa padat. 2. Subtitusi abu serabut kelapa pada

Hal ini disebabkan pada reaksi ini terjadi dua kali reaksi yang memerlukan waktu lebih lama dan adanya partikel-partikel yang

menghambat dari reaksi tersebut.

campuran beton mengakibatkan terjadinya penurunan nilai slump karena abu tersebut menyerap air. Dengan ada penyerapan air, maka kualitas beton akan dapat meningkat sampai kadar optimumnya. 3. Kuat tekan beton pada umur 28 hari pada

2C3S+ 6H2O

C3S2H3 tubermorit

+ 3Ca(OH)2 portlandite

Ca(OH)2 + SiO2+ H2O Portlandit silika amorf

3CaO.2SiO2.3H2O kalsium silikat hidrat

beton yang disubtitusi 20% abu serabut kelapa, sebesar 38,45 MPa dibandingkan tanpa subtitusi abu sebesar 36,23 MPa. Ada peningkatan kekuatan sebesar 6,13% dibandingkan tanpa abu serabut kelapa. 4. Kuat tekan beton meningkat sebesar 10,14 % pada umur benda uji 90 hari untuk beton dengan substitusi abu serabut kelapa 20%

Selanjutnya terhadap

perubahan

kuat

tekan abu

relatif serabut

berbagai

subsitisu

kelapan dapat dilihat pada tabel 5 berikut :

70

Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011


dibandingkan dengan tanpa abu serabut kelapa.

ISSN : 1858-3695 Hazairin, 1994, Kalimantan Agrikultura, Jurnal Ilmiah Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Li, Gengying., Zhao, Xiaohua., 2003, Properties of Concrete Incorporating Fly Ash and Ground Granulated Blast-Furnace Slag, Cement and Concrete Composite Vol 25, pp 293-299. Mindess, S., dan Young, J.F., 1981, Concrete, Prentice Hall, London. Neville, A.M. dan Brooks, J.J., 1987, Concrete Technology, Longman Group UK Limited, London Parka, N., 1991, Bahan Mineral Tambahan Dalam Pembuatan Beton, Kumpulan Makalah Seminar Rekayasa Sipil Tentang Perencanaan, Pengembangan dan Pengendalian Pekerjaan Beton, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Supartono, F.X., 1993, Pengaruh Bahan Pencampuran Kimiawi dan Mineral pada Beton Mutu Tinggi, Seminar High Strength Concrete : Material and Design, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Tjokrodimuljo, K., 1986, Teknologi Beton, Nafiri, Yogyakarta.

Selanjutnya dapat diberikan saran sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan penelitian beton dengan umur yang lebih dari 90 hari, karena masih ada kecenderungan kenaikan kuat tekan pada beton. 2. Perlu dilakukan pengujian kualitas dan kuantitas dari abu serabut kelapa secara lengkap, dengan suhu yang berbeda dan lama pembakaran yang berbeda pula untuk mendapatkan silika aktif yang optinum.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,

1990,

Metode

Pembuatan

dan

Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium, SK SNI M-62-1990-03, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. Anonim, 1990, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal , SK SNI T-15-199003, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. Anonim, 1999, Petunjuk Praktikum Teknologi Beton, Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Anonim, 1982, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982), Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan PU, Bandung Anonim, 2000, Statistik Indonesia (Statistical Year Book of Indonesia), BPS, Jakarta. Gambhir, M.L., 1986, Concrete Technology, Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi.

71

Anda mungkin juga menyukai