Anda di halaman 1dari 84

Jangan Biarkan Amalan Berlalu Sia-Sia

Salah satu tujuan utama dalam beramal adalah mendapat pahala dari Allah taalla, lantas bagaimana jika amalan yang sangat diharapkan sebagai tabungan diakherat ternyata kopong alias sia-sia dan tak tertulis sabagai amalan? Bagaimana mungkin amalan akan diterima tatkala kita tidak mengetahui cara agar amalan bisa diterima dan mendapat ridho dari Allah? Apalagi jika barometer kesuksesan dalam beramal tatkala mendapat pujian belaka. Tak dapat diragukan lagi walaupun lisan ini mengatakan Aku ikhlas namun ikhlas tak semudah hanya ucapan saja dan malahan perlu dicek lagi arti keikhlasannya. Baiklah marilah kita berusaha mengetahui kaidah-kaidah dalam beramal agar amalan kita tidak sia-sia. Dan ingatlah tak ada satu detik waktupun menjadi siasia dan berakhir penyesalan jika segera diikuti dengan taubat dan membenahi cara beramal dengan benar. Amalan tidak lepas dari 2 hal yaitu ikhlas dan ittiba. 1. Ikhlas adalah niat dalam beramal, dan ikhlas merupakan ruh bagi amalan. Dalilnya, Sesungguhnya amal-amal itu tergantung dengan niat dan sesungguhnya setiap orang itu mendapatkan balasan sesuai dengan yang diniatkannya. (Muttafaqunalaihi) 2. Yang kedua adalah ittiba. Iittiba adalah amalan hendaknya dilakukan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dan ittiba ini laksana jiwa bagi amalan. Allah taala berfirman, Kataknlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Ali Imran:31) Kedua syarat tersebut jangan sampai tercecer, karena jika salah satu syarat hilang maka ia tidak benar (bukan amal shalih) dan tidak akan diterima di sisi Allah, diantara dalil yang memperkuat pernyataan tersebut, Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabb-nya. (Qs. AL Kahfi: 110) Tidak Ikhlas Namun Ittiba Misalnya, melakukan shalat sesuai dengan rukun-rukun shalat yang telah dicontohkan Rasulullah, namun ditengah perjalanan shalat tersebut, ada orang yang melihat dan hati timbul rasa ingin memperbagus gerakan, memperlama waktu shalat, dll. Nah inilah perlu dipertanyakan keikhlasan shalatnya. Apakah shalat hanya mengharap wajah Allah ataukah disertai pula mengharap pujian orang lain?

Page | 1

Ikhlas Namun Tidak Ittiba Misalnya, mencari berkah dikuburan, mengkhususkan membaca surat yasin selama 7 hari setelah kematian. Mungkin mereka ikhlas melakukannya, namun sayangnya tidak ada contoh dari Rasulullah dan perbuatan tersebut bisa dikatakan bidah. Pada artikel ini penulis akan lebih memperinci mengenai syarat yang pertama yaitu berkaitan dengan keikhlasan. Hendaknya dalam beramal selain mengetahui syarat-syarat beramal juga mengetahui bagaimana caranya agar dapat mewujudkan syarat-syarat tersebut dengan mudah. Untuk mewujudkan keikhlasan dalam beramal ada beberapa cara : 1. Doa. Berdoalah agar setiap amalan ikhlas karena Allah. Sebagai manusia tak lepas dari riya, pamer dan suka dipuji. Khalifah besar seperti Umar Ibnul Khattab radhiyallahuanhum yang merupakan shahabat Rasul dan sudah dijanjikan surga kepadanya pun masih saja berdoa agar ikhlas dalam beramal. Ya Allah jadikanlah amalku shalih semuanya dan jadikanlah ia ikhlas karena-Mu dan janganlah Engkau jadikan untuk seseorang dari amal itu sedikitpun. 2. Menyembunyikan amal. Sembunyikan amal seperti menyembunyikan keburukan, seperti perkataan Bisyr Ibnul Harits berkata, Jangan kau beramal supaya dikenang. Sembunyikanlah kebaikanmu seperti kamu menyembunyikan kejelekanmu. 3. Memperhatikan amalan mereka yang lebih baik. Bacalah biografi-biografi dari para shahabat, tabiin serta orang-orang terdahulu, sebagai suri teladan dalam beramal. Karena hidup di jaman sekarang ini terkadang dari penampakan terlihat bagus dan banyak yang meneladani, namun ternyata amalan-amalan bidah yang dilakukannya. Naudzubillahi min dzalik 4. Memandang remeh apa yang telah diamalkan. Terkadang manusia terjebak dengan godaan setan, yaitu melakukan sedikit amal dan merasa kagum dengan sedikit amal tersebut. Dan akibatnya bisa fatal, karena bisa jadi satu amal kebaikan bisa memasukkan manusia ke neraka. Seperti perkataan Sad bin Jubair, Ada seseorang yang masuk surga karena sebuah kemaksiatan yang dilakukannya dan ada yang masuk neraka karena sebuah kebaikan yang dilakukannya. Seseorang yang melakukan maksiat setelah itu ia takut dan cemas terhadap siksa Allah karena dosanya, kemudian menghadap Allah dan Allah mengampuninya karena rasa takutnya kepada-Nya dan seseorang berbuat suatu kebaikan lalu ia senantiasa mengaguminya kemudian ia pun menghadap Allah dengan sikapnya itu maka Allah pun mencampakkannya ke dalam neraka. 5. Khawatir kalau-kalau amalnya tidak diterima. Poin ini berkaitan dengan poin sebelumnya, bahwa lebih baik menganggap remeh amal yang telah diperbuat agar dapat menjaga hati ini dari rasa kagum terhadap amal yang telah diperbuat. 6. Tidak terpengaruh dengan ucapan orang. Orang yang mendapat taufik adalah orang yang tidak terpengaruh dengan pujian orang. Ibnul Jauzy (Shaidul Khaathir) berkata, Bersikap acuh terhadap orang lain serta menghapus pengaruh dari hati mereka dengan tetap beramal shaleh disertai niat yang ikhlas dengan berusaha untuk menutup-nutupinya adalah sebab utama yang mengangkat kedudukan orang-orang yang mulia. 7. Senantiasa ingat bahwa surga dan neraka bukan milik manusia. Manusia tidak dapat memberikan manfaat maupun menimpakan bencana kepada manusia, begitu pula manusia bukanlah pemilik surga maupun neraka. Manusia tidak bisa memasukkan manusia lain ke surga dan mengeluarkan manusia lain keluar dari

Page | 2

neraka,lantas untuk apalagi beramal demi manusia, agar dipuji atasan, agar disanjung mertua, atau agar datang simpati dari manusia lain? 8. Ingatlah bahwa Anda akan berada dalam kubur sendirian. Jiwa akan menjadi lebih baik tatkala ingat tempat ia kembali. Bahwa ia akan beralaskan tanah dikuburnya sendiri, tak ada yang menemani, ingat bahwa manusia tidak dapat meringankan siksa kuburnya, seluruh urusannya berada ditangan Allah. Ketika itulah ia yakin bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkannya kecuali dengan mengikhlaskan seluruh amalnya hanya kepada Allah Yang Maha Pencipta semata. Semoga kita senantiasa diberikan kemudahan oleh Allah untuk mengamalkan ilmu dengan disertai keikhlasan dalam mengamalkannya tersebut. Ingatlah bahwa hanya Allah yang dapat membolak-balikkan hati hamba-Nya. Disusun ulang oleh: Ummu Hamzah Galuh Pramita Sari Murojaah: Ust. Aris Munandar Rujukan: Ikhlas Syarat Diterimanya Ibadah, penerbit Pustaka Ibnu Katsir Langkah Pasti Menuju Bahagia, penerbit Daar An Naba Sucikan Iman Anda dari Noda Syirik dan Penyimpangan, penerbit Putaka Muslim

Jangan Menyerah Saudariku!


Penulis: Ummu Ziyad Murojaah: Ustadz Subhan Khadafi, Lc. Pusing! itulah yang ada di kepala Ida (bukan nama sebenarnya). Sepertinya tuntutan hidup mengharuskan dia bekerja, yang itu berarti dia harus bercampur baur dengan para pria. Ya Allah, kuatkanlah imannya dan berikan sifat istiqomah dalam menjalankan ketaatan kepadaMu. Aamiin. Sebuah tuntutan dari orang yang telah membiayai pendidikan (kuliah), baik itu orang tua, kakak, paman, bibi, atau yang lainnya adalah sebuah kewajaran ketika mereka merasa bahwa tugas mereka menyekolahkan seorang anak telah selesai. Lalu, apakah setiap tuntutan itu harus dipenuhi? Lalu kemudian teringat sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang maknanya adalah sebuah kebaikan dibalas dengan kebaikan yang serupa, dan bila tidak mampu maka dengan mendoakannya (HR. Baihaqi). Berbagai pikiran mungkin berkecamuk di benak, Entah telah berapa puluh juta yang mereka telah keluarkan untuk membiayai kuliahku, tapi entah berapa yang bisa kubalas, atau entah apakah sebanding yang kudapat sekarang dengan yang mereka korbankan. Di samping tuntutan dari orangorang di belakang layar selama proses menempuh perkuliahan, masih pula dikejar-kejar oleh kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi. Dan biaya-biaya tak terduga yang pada intinya akan mengurangi bekal yang masih tersisa. Seakan-akan semua keadaan itu berteriak bersamasama, Kerja! kerja! kerja!, Cari yang bergaji wah!, Pendekkan saja jilbabmu, tidak apa-apa, biar cepat mendapatkan kerja!, Lepas cadarmu, tidak ada yang mau menerima wanita seperti dirimu, Jangan cuma kerja yang begitu! Dan bisikan-bisikan hawa nafsu
Page | 3

yang setiap orang pasti memilikinya, dan tidaklah hawa nafsu itu melainkan mengajak pada keburukan. Saudariku, kuatkan imanmu! Dimana pelajaran tauhid yang selama ini telah engkau pelajari? Dan kemanakah perginya konsekuensi dari pengenalan nama dan sifat Allah Taala yang telah engkau ketahui? Engkau mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa dan Maha Kaya. Engkau telah mengetahui bahwa Allah Taala telah mengatur seluruhnya dan tertulis dalam kitab Lauh Mahfuz. Jauh, jauh sebelum engkau diciptakan. Segala ketentuannya tak dapat dirubah. Namun, engkau adalah manusia yang menjalankan dengan berbagai pilihan. Dan engkau akan dimudahkan pada setiap takdir yang telah ditentukan. Dari pengenalanmu tentang Allah Subhanahu wa Taala, engkau mengetahui, bahwa rezeki, kehidupan yang baik dan buruk, seluruhnya telah ditentukan. Maka, berdoalah! Dan bersabarlah! Serta bersyukurlah dengan keadaanmu sekarang. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Al Imraan [3]: 145) Engkau tidak dapat mengejar tujuan hidup berupa kekayaan. Dan engkau -seharusnya- tidak menanggalkan pakaian ketakwaan. Kekayaan telah ditentukan. Nikmat Islam telah diberikan. Keadaan yang diberikan kepadamu sekarang, insya Allah adalah lebih baik dari yang lain atau yang sebelumnya. Jika engkau masih memikirkan, antara keinginan yang kuat untuk tetap bertahan dalam ketaatan menjalankan syariat, maka bersyukurlah! Karena itu adalah keadaan yang lebih baik untuk dirimu. Bandingkanlah dengan keadaan mereka yang tidak perlu bersusah payah mempertimbangkan itu semua. Dan dengan mudahnya mereka jatuh dalam gelimang dosa. Dan salah satu cara untuk mewujudkan rasa syukurmu adalah dengan lebih menjalankan ketaatan kepada-Nya. Perhatikanlah firman Allah taala kepada orangorang yang telah diberikan nikmat. Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (Al Araaf [7]: 69) Nikmat yang engkau rasakan dalam menjalankan ketaatan dalam agama Islam adalah jauh lebih baik dari dunia dan segala isinya. Tidak semua orang Islam dapat merasakan ini. Karena terdapat dua nikmat dalam Islam. Nikmat karena telah beragama Islam (nimat lil islam) dan nikmat dalam Islam itu sendiri (nimat fil islam). Tidak semua orang Islam mendapatkan nikmat untuk menjalankan ketundukan pada syariat yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Taala dan telah dijelaskan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Ya! Baiklah! Masih berkutat di pikiranmu. Bagaimana dengan kebutuhan hidupku?! Bagaimana dengan balas jasaku? Allahumma semoga Allah memudahkan jalanmu saudariku. Tidakkah engkau ingat bahwa masing-masing telah ditentukan rezekinya. Bahkan sampai binatang yang cacat sekalipun, yang ia tidak dapat mencari makanan sendiri atau mangsa sendiri. Allah Subhanahu wa Taala berjanji pada hamba-hamba-Nya lewat firmanNya (dan sungguh janji Allah Taala adalah benar adanya)

Page | 4

Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. At Thalaq [65]: 2) Dan ayat ini sejalan dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika memberikan jalan bagi seorang muslim dalam menghadapi kehidupan di dunia dimana seorang makhluk memiliki berbagai kebutuhan, Sekiranya kalian bertawwakal kepada Allah secara benar maka Dia akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Allah memberi rezeki pada burung. Mereka berangkat pada waktu pagi dalam keadaan sangat lapar dan pulang dalam keadaan sangat kenyang. (Hadits riwayat Ahmad, Tirmidzi, Nasai, Ibn Majah, Ibn Hibban, dan Hakim. Tirmidzi berkata, hadist ini hasan shohih) Saudariku burung tersebut tentu tidak memastikan bahwa setiap bulannya harus mendapatkan makanan sekian dan sekian. Namun ia berusaha untuk mendapatkan apa yang dia butuhkan dan mendapatkan rezeki dari Allah Subhanahu wa Taala. Maka bersyukur adalah yang lebih layak engkau lakukan dan dengan demikian maka akan terwujud sikap qonaah dalam hatimu. Syaitan menjanjikan kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan, sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengatahui. (Al-Baqoroh [2]: 268) Lalu, bagaimana dengan balas jasaku? Maka dengan menjalankan ketaatan kepada Allah, engkau memberikan balasan yang insya Allah jauh lebih besar manfaatnya untuk mereka di akherat nanti. Mengapa? Perhatikan hadits dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berikut ini (yang secara makna artinya) Tidak ada ketaatan pada makhluk dalam hal kemaksiatan pada Allah. Dan dari Abu Hurairah rodhiallahuanhu Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia menanggung dosanya dan juga menanggung dosa orang-orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka. (HR. Muslim) Maka jika engkau mengikuti mereka dalam sebuah hal yang dapat menjerumuskanmu dalam kemaksiatan, maka ketahuilah saudariku, engkau juga telah memberikan dosa-dosa yang semisal kepada mereka. Waliyyadzubillah. Dan berpuluh-puluh juta yang telah mereka korbankan untukmu agar engkau pada akhirnya menjalankan sebuah kemaksiatan tidak akan memberi manfaat sedikitpun di akherat nanti dan justru yang terjadi adalah sebaliknya, mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas segala amal perbuatannya. Maka, janganlah ukur segala sesuatu dengan materi keduniaan. Karena ada kehidupan yang jauh lebih patut untuk dipikirkan dan dipersiapkan. Pesan terakhir yang paling baik adalah kalimat dari manusia terbaik yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dari Abu Said Al-Khudry rodhiallahuanhu, dia berkata. Aku
Page | 5

memasuki tempat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan beliau sedang demam. Lalu kuletakkan tanganku di badan beliau. Maka aku merasakan panas di tanganku di atas selimut. Lalu aku berkata. Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya sakit ini pada dirimu. Beliau berkata: Begitulah kami (para nabi). Cobaan dilipatkan kepada kami dan pahala juga ditingkatkan bagi kami. Aku bertanya. Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya ? Beliau menjawab: Para nabi. Aku bertanya. Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: Kemudian orang-orang shalih. Sungguh salah seorang di antara mereka diuji dengan kemiskinan, sampai-sampai salah seorang diantara mereka tidak mendapatkan kecuali (tambalan) mantel yang dia himpun. Dan, sungguh salah seorang diantara mereka merasa senang karena cobaan, sebagaimana salah seorang diantara kamu yang senang karena kemewahan. (HR. Ibnu Majah, Al-Hakim, di shahihkan Adz-Dzahaby) Jangan menyerah saudariku! Rezeki yang kau butuhkan, tidak hanya bertumpuk pada hiruk pikuk perkantoran. Tidak hanya terkumpul pada tempat yang memudahkanmu menjalankan kemaksiatan. Balas jasamu tidak sekedar materi keduniaan. Sebuah doa dan amal sholeh lebih dapat menghindarkan mereka dari kehinaan. Insya Allah. Semoga Allah memudahkanmu dalam ketaatan. Dan memberikan yang lebih baik, yaitu manisnya iman. Sebuah nasihat bagi diriku dan ukhtifillah *** Artikel www.muslimah.or.id

Page | 6

Kaidah Dalam Amar Maruf Dan Nahi Mungkar


Maksud dari amar maruf adalah seluruh ketaatan; dan yang paling utama adalah ibadah kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, mengikhlaskan ibadah bagi-Nya semata, serta meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Kemudian, (tingkatan) di bawahnya adalah segenap ketaatan, berupa perkara-perkara yang wajib dan mustahab. (Al-Amru bil Maruf wan Nahyu anil Munkar, hlm. 6, karya Syekh Al-Allamah Shalih Al-Fauzan) Sementara itu, mungkar adalah setiap perkara yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Dengan begitu, seluruh kemaksiatan dan kebidahaan adalah perkara mungkar, dan kemungkaran yang paling besar adalah menyekutukan Allah subhanahu wa taala. (Al-Amru bil Maruf wan Nahyu anil Munkar, hlm. 67, karya Syekh Al-Allamah Shalih Al-Fauzan) Mengajak kepada perkara yang maruf dan mencegah dari perkara yang mungkar, hukumnya adalah fardu kifayah atas umat ini, bukan wajib ain. Jika amar maruf nahi mungkar telah ditegakkan oleh sebagian orang yang mencukupi, gugurlah dosa (jika tidak ada yang menunaikannya, red.) atas yang lainnya. Akan tetapi, jika tidak ada satu pun yang melaksanakannya maka seluruhnya (kaum muslimin, red.) berdosa. (Al-Amru bil Maruf wan Nahyu anil Munkar, hlm. 14 dan setelahnya, karya Syekh Al-Allamah Shalih Al-Fauzan) Allah subhanahu wa taala berfirman (yang artinya), Dan hendaklah ada, di antara kamu, segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada perbuatan yang maruf, dan mencegah dari kemungkaran. Merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran:104) Syekhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, Barang siapa yang memerintahkan hal yang maruf dan mencegah dari kemungkaran maka hendaknya dia memiliki ilmu tentang hal yang dia perintahkan dan hal yang dia larang, serta bersikap lembut dan santun ketika memerintah dan melarang. Hendaknya, ilmu didahulukan sebelum memerintah, sedangkan sikap lembut dan santun harus selalu menyertai perintah. Jika tidak berilmu maka dia tidak boleh mengerjakan segala sesuatu yang ilmu tentangnya tidaklah dia miliki. Apabila ia berilmu tetapi tidak memiliki kelembutan maka dia ibarat dokter yang tidak memilki kelembutan, kasar terhadap pasiennya, maka niscaya ia tidak akan diterima, serta ibarat pendidik yang kasar dan tidak disukai oleh anak didiknya. Sungguh, Allah telah berkata kepada Musa dan Harun alaihimassalam (yang artinya), Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. Mudahmudahan ia ingat atau takut. (QS. Thaha:4) Kemudian, orang yang memerintahkan perkara yang maruf dan mencegah kemungkaran, biasanya, disakiti. Oleh karena itulah, wajib baginya untuk bersabar dan santun. Allah subhanahu wa taala berfirman (yang artinya), Dan suruhlah (manusia) mengerjakan perbuatan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan kemungkaran, serta bersabarlah terhadap segala sesuatu yang menimpamu. Sesungguhnya, yang demikian itu termasuk halhal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman:17)
Page | 7

Beliau (Ibnu Taimiyah) menambahkan, Wajib bagi orang, yang memerintahkan perkara yang maruf dan mencegah dari kemungkaran, untuk melakukannya dengan ikhlas karena Allah, dengan maksud taat kepada Allah. Hendaknya pula, tujuannya adalah untuk memperbaiki orang yang diperintah, menegakkan hujjah (alasan, red.) kepadanya, dan jangan bertujuan untuk mencari kedudukan, baik untuk dirinya maupun untuk kelompoknya, atau untuk melecehkan orang lain. Pondasi agama adalah mencintai karena Allah, benci karena Allah, bersikap loyal karena Allah, bermusuhan karena Alllah, beribadah hanya karena Allah, meminta pertolongan hanya kepada Allah, takut hanya kepada Allah, berharap hanya dari Allah, memberi hanya karena Allah, dan mencegah pun hanya karena Allah. Itu semua diperoleh, tidak lain, hanya dengan cara mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yang perintahnya adalah perintah Allah dan larangannya adalah larangan Allah, memusuhinya berarti memusuhi Allah, taat kepadanya adalah bentuk ketaatan kepada Allah, dan bermaksiat kepadanya berarti bermaksiat kepada Allah. (Diringkas dari perkataan Ibnu Taimiyah rahimahullah) Disalin ulang dari buku Jadilah Salafi Sejati (terjemahan dari kitab Kun Salafiyyahn alal Jaddah, karya Syekh Dr. Abdussalam bin Salim As-Suhaimi), hlm. 108111, terbitan Pustaka At-Tazkia. Dengan penyuntingan bahasa oleh redaksi www.muslimah.or.id.

Kehormatanmu, Wahai Saudaraku (1)


Telah banyak tulisan atau pun buku yang membahas mengenai kewajiban seorang wanita untuk menjaga diri dan kehormatannya. Telah banyak juga artikel yang berisikan kewajiban seorang wanita menjadi manusia yang mulia dengan terus menjaga harga dirinya. Nasihatnasihat yang ditujukan kepada wanita untuk menjaga iffah (kehormatan diri) sering terdengar dan terucap dari para lelaki. Namun, tulisan ini tidak akan membahas cara agar seorang wanita menjaga diri, melainkan membahas arti kehormatan dan bentuk penjagaan diri seorang laki-laki. Allah Subhanahu wa Taala berfirman, ) ( )) ) )) )) ) ) ) ) )

Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang orang yang khusyu dalam shalatnya, orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang mencari hal lain di balik itu, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (Qs. Al-Muminun, 17) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengingatkan kita dalam sabdanya,

Page | 8

Tidaklah kutinggalkan suatu ujian yang lebih berat bagi laki-laki, melebihi (ujian terkait) wanita. (Hr. Bukhari, no. 4808; Muslim, no. 2740; dari Usamah bin Zaid)

Sesungguhnya, dunia ini manis dan hijau. Allah menjadikan kalian sebagai pengatur di dalamnya secara turun temurun, lalu Dia melihat sikap kalian perbuat. Karena itu, berhatihatilah kalian terhadap dunia, dan berhati-hatilah kalian terhadap wanita karena awal bencana yang menimpa Bani Israil adalah pada wanitanya. (Hadits sahih; Hr. Muslim, no. 2742) Telah jelaslah bagi kita, baik muslim maupun muslimah, bahwa seorang wanita itu dapat melemahkan iman seorang laki-laki. Wallahu alam. Meski begitu, pernahkah kita berpikir dan merenungi bahwasan seorang laki-laki pun dapat menjadi fitnah (ujian, ed.) untuk seorang wanita? Memang, tidak ada hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang menyatakan bahwa seorang laki-laki dapat menjadikan fitnah bagi wanita, tetapi hendaknya seorang laki-laki menyadari bahwa di dalam kehidupan ini terdapat dua jenis insan: wanita dan laki-laki. Setiap sebab dan akibat tentulah memiliki koherensi atau kesinambungan satu sama lain. Apakah mungkin ada akibat tanpa ada sebab? Atau, sebaliknya? Wallahu alam. Bagaimana bisa? Penulis berikan contoh yang menggambarkan bahwa seorang lelaki muslim pun dapat menjadi fitnah bagi seorang muslimah. Jika ada seorang laki-laki dengan kemampuan ilmu yang tinggi, baik ilmu agama atau pun ilmu dunia (misalnya, kemampuan dalam bidang teknologi, dengan di dukung penampilan fisik yang menyejukkan mata, kefasihan dalam berbahasa, atau tingkat keuangan yang mencukupi), maka apakah semua ini akan berlalu begitu saja bagi seorang wanita? Tentu tidak, wahai lelaki muslim! Seorang wanita itu juga memiliki hawa nafsu, layaknya seorang lelaki, walaupun tingkat hawa nafsunya tidak sebanding dengan laki-laki. Allahu alam. Asy-Syaukani berkata, Sebabnya adalah lelaki senang kepada wanita karena demikianlah ia telah diciptakan memiliki kecondongan kepada wanita. Demikian juga, karena sifat yang telah dimilikinya, berupa syahwat untuk menikah. Demikian juga, wanita senang kepada lelaki karena sifat-sifat alami dan naluri yang telah tertancap dalam dirinya. Oleh karena itu, setan menemukan sarana untuk mengobarkan syahwat yang satu kepada yang lainnya, sehingga terjadilah kemaksiatan. (Nailul Authar, 9:231) Iffah berlaku untuk lelaki maupun wanita Iffah, sebuah kata yang pernah atau biasa kita dengar. Si Fulan adalah seorang yang afif atau Si Fulanah adalah seorang yang afifah merupakan sebutan bagi lelaki dan wanita yang memiliki iffah. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan iffah itu?

Page | 9

Secara bahasa, iffah adalah menahan. Adapun secara istilah, artinya menahan diri sepenuhnya dari perkara-perkara yang Allah haramkan. Dengan demikian, seorang yang afif adalah orang yang bersabar dari perkara-perkara yang diharamkan, walaupun jiwanya cenderung mengarah kepada perkara tersebut dan menginginkannya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

Dan orang-orang yang belum mampu untuk menikah hendaklah menjaga kesucian dirinya sampai Allah menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya. (Qs. An-Nur:33) Termasuk dalam makna iffah adalah menahan diri dari meminta-minta kepada manusia. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

Orang yang tidak tahu tersebut menyangka bahwa mereka (orang-orang fakir) itu adalah orang-orang yang berkecukupan karena mereka taaffuf (menahan diri dari meminta-minta kepada manusia). (Qs. Al-Baqarah:273) Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu mengabarkan bahwa orang-orang dari kalangan Anshar pernah meminta-minta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Tidak ada seorang pun dari mereka yang meminta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melainkan beliau berikan, hingga habislah harta yang ada pada beliau. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun bersabda kepada mereka ketika itu,

Tidak ada harta di sisiku yang tidak kuberikan kepada kalian. Sesungguhnya, barang siapa yang menahan diri dari meminta-minta maka Allah akan memelihara dan menjaganya, barang siapa yang menyabarkan dirinya dari meminta-minta maka Allah akan menjadikannya sabar, dan barang siapa yang merasa cukup dengan Allah sehingga dia tidak meminta kepada selain-Nya maka Allah akan memberikan kecukupan kepadanya. Tidaklah kalian diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas selain daripada kesabaran. (Hr. Al-Bukhari, no. 6470; Muslim, no. 1053) Al-Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan, Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk taaffuf (menahan diri dari meminta-minta), qanaah (merasa cukup), dan bersabar atas kesempitan hidup dan hal lainnya dari beragam kesulitan (perkara yang tidak disukai) di dunia. (Syarah Shahih Muslim, 7:145) Memang, usaha yang dilakukan untuk menjaga sebuah iffah bukanlah usaha yang ringan. Perlu perjuangan jiwa yang sungguh-sungguh dengan meminta tolong kepada Allah Subhanahu wa Taala. Allah Subhanahu wa Taala telah menyatakan,

Page | 10

Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benarbenar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Qs. Al-Ankabut:69) Bagi seorang wanita muslimah, menjaga diri dan kehormatan itu sangatlah penting, namun bukan berarti perkara ini tidaklah penting bagi para lelaki muslim. Bisa jadi, berawal dari tidak pandainya seseorang menjaga diri dan kehormatan akan muncul berbagai bahaya dalam diri orang tersebut, sehingga akhirnya seorang anak Adam terpelosok ke dalam kubangan maksiat. Hal ini bisa disebabkan beberapa faktor, misalnya: penyimpangan dalam penggunaan sarana telekomunikasi, seperti: telepon, internet, dan sejenisnya. Juga, maraknya peredaran majalah dan VCD porno, serta yang semisalnya. Allah Subhanahu wa Taala befirman,

Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa yang mengikuti langkahlangkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh untuk mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. (Qs. An-Nur:21) Allah Subhanahu wa Taala berfirman, ) ) ) )

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu mereka memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka; dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui. Bagi mereka ada balasan berupa ampunan dari Rabb mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai dan mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal. (Qs. Ali Imran:135136) Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, Seandainya orang yang berakal disuruh untuk memilih antara memenuhi keinginan nafsunya sesaat atau menghabiskan sisa umurnya dalam kerugian akibat mengikuti keinginan nafsu tersebut, pastilah orang itu memilih untuk tak akan pernah mendekati nafsunya tadi kendati ia diberi dunia dengan seluruh isinya. Hanya saja, karena mabuk untuk mengikuti hawa nafsu itu telah menghalangi untuk membedakan antara akal pikiran dan hawa nafsu. (At-Taubah Wazhifatul Umr, hlm. 213) Bersambung, insya Allah . Penulis: Ummu Khaulah Ayu. Murajaah: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.A. Artikel www.muslimah.or.id

Page | 11

Kehormatanmu, Wahai Saudaraku 2 (Menjaga Kemuliaan Diri)


Menjaga kemuliaan diri Sesungguhnya, salah satu metode yang paling sukses dan berhasil meluruskan kesalahan dan penyimpangan dalam masyarakat adalah dengan cara membahas kesalahan-kesalahan tersebut, penyebabnya, serta cara pengobatannya, kendati hal tersebut sangat peka. Sementara, mendiamkan kesalahan-kesalahan tersebut dan berpura-pura tidak mengetahuinya meski sekecil atau seremeh apa pun merupakan jalur menuju puncak marabahaya dan jalan menuju kebinasaan. Perbuatan keji itu bisa saja datang karena lemahnya iman seorang hamba, serta berkuasanya setan terhadap umat manusia. Juga, disebabkan oleh pergaulan dengan teman-teman yang buruk, ditambah lagi dengan minimnya perasaan selalu diawasi Allah Subhanahu wa Taala, Dzat yang Maha Esa. Kukenal keburukan Bukan untuk terjerumus ke dalamnya Namun untuk berjaga-jaga darinya. Barang siapa yang tidak mengenal keburukan dari kebaikan Ia akan terjerumus ke dalamnya. Allah Subhanahu wa Taala telah memperingatkan kita dari keburukan, bahkan memperingatkan kita agar jangan sampai mendekati keburukan tersebut dan penyebabnya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman dalam Alquran yang jelas dan tegas isinya,

Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk. (Q.s. Al-Isra: 32) Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengingatkan kita dari segala keburukan tersebut, dengan sabdanya, Tidaklah seorang pezina dikatakan beriman pada saat dia berzina, dan tidaklah seseorang dikatakan beriman pada saat dia minum khamr. (H.r. Bukhari, no. 2995; Muslim, no. 86) Beliau shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, Apabila seorang hamba berzina maka keimanannya keluar dari dirinya; iman tersebut laksana sebuah bayangan yang melindungi di atas kepalanya. Jika ia meninggalkan zina maka iman akan kembali kepadanya. (Lihat Shahih Al-Jami, no. 586; dan As-Silsilah Ash-Shahihah, no. 509) Wahai para lelaki muslim, perlu diketahui, yang dinamakan zina bukan hanya pada kemaluan, melainkan mencakup mata, telinga, lisan, tangan, kaki, dan hati. Kemaluan yang akan membenarkan atau mendustakannya. Dari Abu Hurairah radhialahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam; beliau bersabda, Telah dituliskan bagi anak Adam bagiannya dari zina. Karenanya, itu pasti akan
Page | 12

menimpanya, bukan sesuatu yang mustahil. Kedua mata berzina; zinanya dengan melihat (perkara yang diharamkan Allah Subhanahu wa Taala). Kedua telinga berzina; zinanya dengan mendengar (perkara yang diharamkan). Lisan juga berbuat zina; zinanya dengan berkata-kata (melontarkan ucapan yang diharamkan). Tangan juga berzina; zina tangan dengan memegang (perkara yang diharamkan). Kaki juga berzina; zina kaki dengan melangkah ketempat yang diharamkan. (Zinanya) hati dengan menginginkan dan mengkhayal (berangan-angan). Kemudian semua itu dibuktikan oleh kemaluan atau didustakan olehnya. (Lihat Shahih At-Targhib wat Tarhib, no. 1904) Khususnya yang menimpa kita pada zaman ini. Zaman yang penuh dengan segala bentuk fitnah, ketika segala pintu penyimpangan telah dibuka semua pihak dari segala arah, ketika segala bencana dan cobaan telah merata, saat asingnya agama Islam dan kaum muslimin yang istiqamah mengamalkan agamanya. Kenyataanlah yang menjadi saksi atas semuanya! Waspadalah! Jangan sampai terjerumus ke dalam berbagai perbuatan dosa dan maksiat. Jangan sampai terjerumus ke dalam perkara-perkara yang menyebabkan kemurkaan Allah Taala. Kita semua yakin bahwa tidaklah manusia berbeda-beda dalam tingkatan kemuliaan dan kehormatan, tidak pula manusia akan tertimpa segala macam kesedihan, kecuali karena perkara yang menjadi kesenangan hawa nafsunya. Dengan demikian, seseorang yang memiliki kemauan kuat akan mewujudkan kemuliaan dirinya yang tampak jelas dalam kepribadian yang terpuji. Sebaliknya, kelemahan dan kehinaan bisa menjatuhkan seseorang dari derajat manusia yang sangat mulia menuju derajat binatang yang sangat hina. Oleh karena itu, harga diri manusia akan muncul kala dia menolak kehinaan dan teguh dalam pendirian, dengan segala pertimbangan yang dimilikinya, kebersihan hati dan pendengarannya dari semua kejelekan, juga kehormatan diri dalam kesuciannya, keharuman nama dan kehormatannya, serta memilih perkara terbaik di akhir kehidupannya. Sungguh, orang-orang yang mulia di setiap umat dan generasi kendati dimasa jahiliah yang penuh dengan kegelapan sekalipunberbangga dengan kemuliaan dan keharuman nama mereka serta penjagaan terhadap kehormatan dan harga diri mereka. Mereka tegak berdiri dengan dasar itu semua, laksana harimau dan singa nan buas. Mereka cuci kehinaan diri mereka dengan menggunakan ujung panah dan pedang mereka. Mereka tidak pernah tidur dalam kehinaan. Mereka tak pernah bisa bersabar atas kehinaan, juga tak pernah mau menerima kehinaan tersebut. Hindun binti Utbah radhiallahu anhuma pernah berkata ketika beliau berbaiat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Wahai Rasulullah, apakah wanita yang merdeka itu mungkin akan berbuat zina? (Lihat Qabasat min Khuthabi Al-Haramain, karya Ibnu Humaid) Pertanyaan ini diajukan kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam karena penjagaan akan kehormatan diri serta kemuliaannya. Wallahu alam. Wahai lelaki muslim, lihatlah seorang wanita di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menanyakan hal itu kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam! Lantas bagaimana dengan para lelaki muslim di zaman sekarang ini?
Page | 13

Faktor pendorong segala perbuatan keji Tidak lain, aktor di belakang semua perbuatan keji itu adalah setan yang terkutuk bersama semua pengikutnya. Mereka yang berada di balik segala perbuatan keji, yang kecil maupun yang besar. Dialah musuh kita yang sebenarnya. Allah Subhanahu wa Taala telah menjelaskan kepada kita semua di dalam Kitab-Nya, tentang permusuhan dan peperangan tersebut. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaithan-syaithan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni Naar yang menyala-nyala. (Q.s. Fathir: 6) Tatkala seorang manusia merasakan keberadaan medan pertempuran yang kekal abadi antara ia dengan musuhnya yakni setan maka ia akan selalu siap sedia dengan segala kekuatan dan kesiagaannya serta diiringi oleh jiwa pembelaannya terhadap diri sendiri. Ia akan siap sedia membela dirinya untuk menolak segala penyesatan dan penyimpangan. Ia juga akan terjaga dari segala pintu-pintu gangguan setan yang masuk ke dalam dirinya. Dia akan selalu berusaha mencari tahu hakikat segala kekhawatiran dan kecemasan, lalu ia akan selalu berusaha memalingkannya secepatnya kepada timbangan Allah Subhanahu wa Taala yang ditegakkannya agar semakin jelas bagi dirinya. Bisa jadi, segenap kekhawatiran dan kecemasan itu merupakan tipuan yang tersembunyi dari musuh bebuyutannya yang sudah lama, yaitu setan. Sesungguhnya musuh bebuyutan bagi semua keturunan Adam ini terus-menerus membuat makar dan segala tipu daya. Ia pun sudah mengikrarkan bahwa ia akan terus masuk ke dalam pertempuran sepanjang masa, dengan berbagai tingkatan yang sangat rapi dan teratur. Ia akan terus-menerus menyusun siasat untuk mengganggu manusia selangkah demi selangkah . (Lihat Maqamiusy Syaithan, karya Al-Hilali) Wahai para lelaki muslim, ketahuilah bahwa ketika seorang mukmin telah menyadari bahwa langkah di hadapannya adalah langkah-langkah setan maka wajib baginya untuk mengangkat kakinya lalu segera berbalik arah menuju jalan cahaya. Terkadang iblisakan memberikan gambaran palsu dalam pikiran orang-orang yang beriman serta membuat kerancuan bahwa jalan-jalan yang terbentang di hadapannya adalah jalan kebaikan. Meski demikian, hendaknya seorang mukmin bersikap cerdas dan berbekal ilmu agar dia bisa membedakan langkah-langkah setan dan jalan Allah Subhanahu wa Taala yang Maha Pemurah. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa yang mengikuti langkahlangkah setan maka sesungguhnya setan itu menyuruh untuk mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. (Q.s. An-Nur: 21)

Page | 14

Sesunggunya setan benar-benar akan membukakan 99 pintu kebaikan bagi seorang hamba, untuk tujuan membuka satu pintu keburukan. (Hilyatul Auliya wa Thabaqatul Ashfiya, jilid V, hlm. 331) Wahai lelaki muslim, kalian harus mengetahui kenyataan bahwa setan mampu dan sanggup untuk merasuk hingga ke dalam pemikiran dan hati manusia, tanpa ia sadari dan ia ketahui. Ia akan dibantu oleh tabiat asli penciptaan setan itu sendiri. Inilah yang sering kita sebut waswas/bisikan jahat setan. Allahu alam. Allah Subhanahu wa Taala telah mengabarkan kepada kita tentang hal itu dengan firmanNya,

Dari kejahatan (bisikan) setan yang bisa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, (Qs. An-Naas : 4-5) Sesungguhnya, jika seorang muslim memegang teguh agama dan Islamnya, baik dalam perkataan maupun perbuatan, maka setan tidak akan memperoleh jalan untuk menyesatkannya. Namun, jika ia meremehkan dan bermalas-malasan dalam sebagian perkara yaitu kebaikan maka setan akan mendapat kesempatan dan pintu masuk untuk menyesatkannya. (Lihat Alamus Syaithan, karya Dr. Al-Asyqar) Dengan demikian, hendaklah seorang muslim selalu waspada dan berhati-hati dari segala gangguan dan bisikan jahat setan! Wahai para lelaki muslim, coba kita renungkan hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam berikut ini. Shafiyyah radhiallahu anha berkata, Dahulu Nabi (shalallahu alaihi wa sallam) itikaf [pada sepuluh (hari) terakhir bulan Ramadhan]. Aku datang mengunjunginya pada malam hari, [ketika itu di sisinya ada beberapa isteri beliau sedang bergembira ria] maka aku pun berbincang sejenak, kemudian aku bangun untuk kembali, [maka beliau pun berkata, 'Jangan tergesa-gesa sampai aku bisa mengantarmu]. Kemudian beliau berdiri bersamaku untuk mengantarkanku pulang; tempat tinggal Shafiyyah itu pada kemudian hari berubah menjadi rumah Usamah bin Zaid. [Sesampainya di samping pintu masjid yang terletak di samping pintu Ummu Salamah], lewatlah dua orang laki-laki dari kalangan Anshar. Ketika keduanya melihat Nabi shalallahu alaihi wa sallam maka keduanya pun bergegas, kemudian Nabi pun bersabda, Tenanglah [Janganlah kalian terburu-buru, ini bukanlah sesuatu yang kami benci], ini adalah Shafiyyah bintu Huyay (istri Rasulullah sendiri, red.). Kemudian keduanya berkata, Subhanallah (Mahasuci Allah), wahai Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Beliau pun bersabda, Sesungguhnya setan itu menjalari anak Adam pada aliran darahnya; sesungguhnya aku khawatir kejelekan akan bersarang di hati kalian atau beliau berkata, sesuatu ). (Dikeluarkan oleh Bukhari, 4:240, Muslim, no. 2157; tambahan yang terakhir terdapat pada riwayat Abu Dawud, 7:142143 dalam Aunul Mabud) Seorang hamba Allah Taala yang paling mulia dan paling suci saja berupaya menjelaskan secara terus-terang, sebagaimana sabda beliau, Tenanglah, sesungguhnya wanita yang bersamaku adalah Shafiyyah binti Huyay. Ucapan ini ditujukan agar harga diri, kehormatan,

Page | 15

dan agama ini tetap terjaga dari segala noktah hitam yang mengotori dan merusaknya. Allahu alam. Bagaimana denganmu, wahai para lelaki muslim? Apakah engkau telah berusaha menjaga agama dan kehormatanmu? Apakah dirimu juga telah mengantisipasi segala penyebab yang bisa merusak agama dan kehormatanmu? Jawablah dengan hatimu, wahai para lelaki muslim! Duhai semua perbuatan zina adalah perjanjian yang sangat zalim. Zina adalah akhlak yang sangat hina dan rendah. Telah hilang seluruh kenikmatan karenanya dan tinggalah kerugian dan keluh kesah yang berkepanjangan. Imam Ahmad rahimahullah sering kali melantunkan syairnya, Hilanglah kelezatan Dari orang yang melakukan perbuatan haram Tinggalah dosa dan kehinaan Tinggalah akibat-akibat yang jelek Tidak ada kebaikan dalam kenikmatan Dengan sesuatu yang berakibat neraka Bersambung, insya Allah . Penulis: Ummu Khaulah Ayu. Murajaah: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.A. Artikel www.muslimah.or.id

Kehormatanmu, Wahai Saudaraku (3)


Penyebab Timbulnya Zina Setelah kita mengetahui serentetan kejelekan dan keburukan perbuatan zina maka alangkah pentingnya bagi kita mengetahui beberapa penyebab yang dapat menjerumuskan seseorang ke dalam perbuatan zina ini. Berbaris-baris kalimat yang termuat dalam majalah-majalah dan koran-koran telah mengoyak kehormatan dan harga diri umat manusia. Berbagai media lahir dalam rangka membinasakan manusia dan mempersembahkan sebuah konspirasi yang sangat nyata dalam memerangi dan menihilkan harga diri serta kehormatan jiwa manusia, sembari menyebarkan kehinanaan dan kerendahan akhlak. Media elektronik maupun media cetak ikut berperan menyebarkan semua hal itu. Hendaklah semua pemilik sarana-sarana di atas memahami makna yang benar dari firman Allah Taala,

Page | 16

Sesungguhnya Rabbmu benar-benar mengawasi. (Q.s. Al-Fajr: 14) Hendaklah mereka juga menyadari bahwa mereka itu adalah orang-orang yang merugi dalam peperangan yang mereka gelar ini, kendati mereka akan bersorak senang walaupun hanya sesaat. Ingatlah, hasil sebuah pekerjaan itu dinilai berdasarkan keadaan akhirnya. Allah Taala berfirman,

Sesungguhnya orang-orang yang menginginkan tersebarnya perbuatan yang amat keji itu berasal dari kalangan orang-orang yang beriman. Bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.s. An-Nur: 19) Wahai para lelaki muslim, hendaknya kita semua mengetahui bahwa ketika setan mendatangi seorang manusia, dia tidak akan bersikap jujur dengan mengatakan, Lakukan perbuatan dosa ini! Kerjakan perbuatan keji ini! Kerjakan perbuatan yang akan merajammu sehingga engkau mati! Kerjakan kesalahan yang menjadikan dirimu dihukum cambuk dan terhina di hadapan manusia! Sebaliknya, setan akan membisikkan perkataan-perkataan yang buruk dan menipu. Perbuatan zina tidak akan pernah terjadi dalam satu kesempatan dengan begitu saja. Namun, ada langkah-langkah, sarana-sarana, beragam penyebab, dan jerat-jerat setan yang sering disebut dengan istilah langkah-langkah setan. Semua kebusukan inilah yang akan menipu orang yang telah tersesat dari jalan hidayah (petunjuk) dan yang mulai tergoda untuk mengikuti jalan setan. Allah Taala berfirman,

. Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Dia pun berkatalah, Wahai Rabbku, mengapa Engkau menghimpunku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seseorang yang melihat? Allah berfirman, Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan. Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Rabbnya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal. (Q.s. Thah : 124127) Wahai lelaki muslim, ada banyak penyebab yang menjerumuskan manusia ke dalam jurang zina; bukan hanya satu sebab. Berikut ini adalah penyebab-penyebab keterjerumusan tersebut. Pertama: Lemahnya tauhid dan keimanan kepada Allah Taala Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
Page | 17

Ketauhidan adalah sesuatu yang paling lembut, paling suci dari segala kekejian dan murni. Jika sesuatu yang sangat kecil saja mengotorinya, ia akan terpengaruh. Ia laksana sesuatu yang putih bersih, yang mudah tercemari oleh sesuatu, kendati sangat kecil. Laksana sebuah cermin yang sangat jernih, yang akan berbekas karena tergores oleh sesuatu. Jika kadar tauhid seseoran itu kurang, bisa saja dia tidak akan malu untuk melakukan maksiat. Sebagai contoh, munculnya golongan pemuda-pemudi yang mengagungkan hawa nafsu dan kurang memahami batas-batas pergaulan antara pria dan wanita. Seluruh aktivitasnya seputar pemenuhan kebutuhan syahwatnya: makan, minum, dan kebutuhan biologis. Coba perhatikan firman Allah Taala ini, tentang gambaran manusia yang terpasung oleh hawa nafsunya,

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya. Maka apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu terdengar atau memahami? Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu. (Q.s. Al-Furqan: 4344) Sekumpulan qalbu yang kosong ini telah terjerat oleh hawa nafsu. Ketika harus berhadapan dengan syahwat yang memikat, ia tak kuasa bertahan. Terlebih lagi bagi mereka yang waktu luangnya banyak. Syekh Utsaimin rahimahullah menyebut waktu luang sebagai sebagai virus berbahaya bagi pikiran, akal, dan fisik seseorang. Alasannya, setiap orang harus bergerak dan beraktivitas. Apabila waktunya kosong dari segala aktivitas, pikirannya menjadi tumpul, akalnya menjadi dingin, dan gerakannya pun lemah. Akibatnya, was-was dan pikiran-pikiran buruk akan mendominasi hatinya. Tidak menutup kemungkinan, muncul niat-niat buruk dalam rangka menghabiskan waktu kosong ini. (Min Musykilatis Syabab, hlm. 16) Seorang penyair berkata, Jerat nafsu menghampiriku Sebelum kumengenalnya Menempati hati kosong, Hingga kini berhasil menetap. (Syekh Abdul Aziz bin Baz, Fatawa wa Maqalat Mutanawwiah, 5:254) Sungguh akan sangat baik kiranya jika kita memahami perkataan Ibnul Qayyim berikut ini, Dan terus-menerus tenggelam dalam lingkaran nafsu syahwat itu disebabkan oleh kelemahan tauhid kepada Allah Taala. Sesungguhnya kala tauhid di hati ini melemah maka semakin sedikit pula rasa ikhlasnya kepada Allah Taala. Akibatnya, ia akan semakin banyak berbuat keji dan menuruti nafsu syahwat. (Lihat Ubudiyyatus Syahawat dalam kitab AlFawaid, karya Ibnul Qayyim)

Page | 18

Kedua: Tidak peduli terhadap akibat sebuah perbuatan Faktor penyebab terjadinya maksiat sebagaimana dituturkan oleh Syekhul Islam rahimahullah ada dua: kelalaian dan jeratan syahwat. Itulah sumber kejelekan! Hal ini merujuk firman Allah Taala,

Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, dia menuruti hawa nafsunya, dan keadaannya itu melewati batas. (Q.s. Al-Kahfi: 28) Hawa nafsu tidak bisa sendirian memunculkan kejelekan-kejelekan. Pasti dia disertai dengan kebodohan. Kalau tidak demikian adanya, jika seseorang terjerat hawa nafsu, lalu ia mengetahui bahwa perbuatan maksiatnya akan benar-benar membahayakan, niscaya ia akan menghindarinya; itu akan terjadi secara otomatis. Syekh Abdul Aziz As-Sadhan hafizhahullah berkata, Sesungguhnya perbuatan maksiat adalah ibarat rahim seorang ibu yang melahirkan, sebagaimana ketaatan juga ibarat rahim yang banyak melahirkan. Oleh karena itu, terkait maksiat itu sendiri, jika pelakunya tidak menghentikannya dengan taubat dan penyesalan, batangnya akan semakin bertambah kuat dan durinya akan bertambah banyak. Duri maksiat itu akan selalu ada bersama pelaku dalam setiap kondisi dan keadaan. Duri maksiat tersebut juga akan masuk ke dalam kehidupannya sehingga menjadikan dadanya sempit dan menambah parah lukanya. Alangkah indahnya perkataan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah ketika menggambarkan kondisi sebuah hati, Setiap kali hati lengah dan jauh dari Allah Taala, segala penyakit akan semakin cepat mendatanginya. Setiap kali ia bertambah dekat kepada Allah Taala maka segala penyakit akan bertambah jauh dan menjauhinya. Menjauh dari Allah Taala itu ada beberapa tingkatannya, yang sebagian lebih parah dari beberapa tingkatannya, yang sebagian lebih parah dari sebagian yang lain. Kelalaian akan menjauhkan seorang hamba dari Allah Taala. Menjauhkan diri dari perbuatan maksiat itu lebih utama daripada menjauhi kelalaian. Menjauhkan diri dari perbuatan bidah itu lebih diutamakan daripada menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Adapun menjauhkan diri dari kenifakan dan kesyirikan maka itu lebih diistimewakan dari semua itu. (Lihat Al-Jawabul Kafi, hlm. 75) Ketiga: Siaran-siaran televisi Wahai lelaki muslim, bagaimana mungkin seseorang mampu menahan hawa nafsunya jika duduk dan menikmati acara-acara TV walau hanya 1 jam? Melihat suguhan acara-acara TV yang membuat hati miris dan merasa malu jika menontonnya. Adakah yang bisa menjamin bahwa hawa nafsu tidak akan bangkit? Sesungguhnya bahaya dari siaran-siaran televisi tidak terbatas banyaknya, meskipun banyak pihak yang selalu menutupinya. Bahaya sudah sangat nyata dan sangat berpengaruh sekali, yang mana hal ini tidak diragukan lagi bahwa bahayanya lebih besar daripada manfaatnya. Tidak ada yang mengingkari dan membantah hal ini kecuali orang yang sombong dan hatinya telah tertutup oleh perbuatan dosa. Allahu alam. Siaran-siaran televisi masa kini mayoritas telah menyuguhkan berbagai tayangan yang sangat rendah, hina, dan murahan, dengan tujuan semakin menjerumuskan manusia, menghancurkan
Page | 19

dan membinasakan manusia di dalam kubangan dosa dan maksiat. Di antara tayangan yang diekspos tersebut adalah tentang perbuatan zina, minimal adalah zina mata (dengan memandang hal-hal yang menampakkan aurat). Tidakkah engkau mendengar firman Allah Taala,

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya. (Q.s. Al-Isra: 36) Tidakkah pula engkau melihat atau membacanya dari firman Allah Taala,

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman bahwa hendaklah mereka menahan pandangannnya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala gerak-gerik yang mereka perbuat. (Q.s. AnNur: 30) Tidakkah kita dengarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Telah dituliskan bagi anak Adam bagiannya dari zina. Ia adalah sesuatu yang pasti akan menimpa, bukan sesuatu yang mustahil. Kedua mata berzina; zinanya dengan melihat (perkara yang diharamkan Allah Subhanahu wa Taala) . (Lihat Shahih At-Targhib wat Tarhib, no. 1904) Hasil apa yang akan diperoleh akibat tayangan yang berulang-ulang dan terus-menerus keberadaannya dalam setiap jam dan detik? Hasilnya adalah tersebarnya perbuatan keji (zina) dengan berbagai macam versi dan bentuknya, disertai kerusakan moral masyarakat. Sesungguhnya, penayangan acara-acara semacam itu pasti akan memberi pengaruh negatif terhadap para pemuda dan pemudi, khususnya bagi mereka yang belum menikah. Namun, sungguh aneh! Masih saja ada yang beranggapan bahwa tayangan gambar-gambar bebas dan obrolan-obrolan yang bebas, bercampurnya laki-laki dengan wanita, kisah-kisah romantik percintaan antara laki-laki dan wanita, pameran bagian-bagian tubuh yang menimbulkan godaan birahi merupakan hiburan dan kesenangan semata, untuk melepaskan ketegangan syaraf dan meringankan tekanan jiwa yang menghimpit. Kenyataannya, opini semacam ini adalah sebuah kekeliruan yang sangat telak! Apakah setiap orang sudah mengetahui bahaya dari tayangan-tayangan yang menghancurkan yang selalu muncul setiap pagi dan sore? Karenanya, waspadalah! Berhati-hatilah! Sekali terjerumus, penyesalan hanya tinggal penyesalan. Bersambung, insya Allah .Penulis: Ummu Khaulah Ayu. Murajaah: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.A. Artikel www.muslimah.or.id

Page | 20

Kehormatanmu, Wahai Saudaraku (4)


Keempat: Ikhtilath (bercampurnya laki-laki dan wanita yang bukan mahram) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Janganlah salah seorang di antara kalian berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita karena sesungguhnya setan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua. (H.r. Ahmad, 1:18; Ibnu Hibban (lihat Shahih Ibnu Hibban, 1:463); At-Thabrani dalam Al-Mujam Al-Aushath, 2:184; Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Baihaqi, 7:91; dinilai shahih oleh Syekh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, 1:792, no. 430) Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita tanpa ada mahram wanita tersebut karena setan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua. (H.r. Ahmad dari hadits Jabir, 3:339; dinilai shahih oleh Syekh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil, jilid 6, no. 1813) Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Janganlah seorang laki-laki berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita, kecuali jika bersama dengan mahram wanita tersebut. Lalu seseorang pun berdiri dan berkata, Wahai Rasulullah, istriku keluar untuk berhaji; aku telah mendaftarkan diriku untuk berjihad pada perang ini atau itu. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata, Kembalilah dan berhajilah bersama istrimu! (H.r. Al-Bukhari, no. 5233; Muslim, 2:975) Al-Munawi berkata, (Maksudnya) yaitu setan menjadi penengah (orang ketiga) di antara keduanya, dengan cara membisiki mereka (untuk melakukan kemaksiatan), menjadikan syahwat mereka berdua bergejolak, menghilangkan rasa malu dan sungkan dari keduanya, serta menghiasi kemaksiatan hingga tampak indah di hadapan mereka berdua. Sampai akhirnya, setan pun menyatukan mereka berdua dalam kenistaan (yaitu berzina) atau minimal menjatuhkan mereka pada perkara-perkara yang lebih ringan dari zina yaitu perbuatan yang menjadi jalan pembuka zina yang hampir saja menjatuhkan mereka dalam perzinaan. (Faidhul Qadir, 3:78) Permasalahan ini kadang dianggap remeh oleh sebagian orang. Ada yang berpendapat, Yang penting kan tidak melakukan hubungan layaknya suami-istri yang penting kan tidak bersentuhan . Bagaimana bisa mereka mengatakan seperti itu sedangkan zina itu tidak hanya pada kemaluan, melainkan hampir semua tubuh manusia dapat berzina! Wallahu alam. Ikhtilath dengan berbagai macam bentuk dan modelnya adalah sebuah kemungkaran yang tidak dapat diperbolehkan, baik ikhtilath yang terjadi di antara kaum kerabat maupun di antara keluarga. Kita perhatikan orang-orang keluar rumah menuju tempat-tempat rekreasi, seperti: pantai, tempat-tempat rekreasi, dan taman-taman bermain, sembari para wanita dalam rombongan itu memperlihatkan auratnya kepada orang-orang yang bukan mahramnya. Dari sinilah
Page | 21

kemungkinan bahaya yang sangat bersembunyi. Demikian samar itu semua, sehingga api syahwat akan terpercik dan membesar, lalu nafsu yang sakit akan semakin menyala-nyala. Oleh sebab itu, hendaklah setiap muslim waspada dan berhati-hati, serta selalu memiliki rasa cemburu terhadap orang-orang yang menjadi mahramnya. Jangan sampai mereka mengadakan piknik-piknik dan rekreasi yang terlarang. Selain itu, hendaklah berpegang teguh kepada aturan syariat yang mulia ini, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Orang yang benar-benar memperhatikan dan mengawasi akan memahami bahwa ikhtilath adalah salah satu penyebab terjerembabnya manusia ke dalam perangkap setan. Betapa banyak mata memandang hal-hal yang haram, kemudian setan menghiasinya! Ini terjadi gara-gara ikhtilath. Betapa banyak percintaan yang keji nan nista terjadi di antara para remaja karena ikhtilath! Betapa banyak nomor telepon diberikan tanpa keperluan syari kepada lawan jenis yang bukan mahram, tidak lain karena ikhtilath! Betapa banyak tulisan-tulisan murahan di tulis di tempat-tempat tersebut, tidak lain karena ikhtilath! Lantas, masihkah seorang hamba Allah dianggap memiliki akal sehat jika tempat-tempat tersebut menjadi tujuan yang selalu dikunjungi? Jika engkau masih menjaga diri dan jiwamu, lantas apakah dosa yang akan didapatkan oleh orang yang bergabung bersamamu dalam rekreasi tersebut, dari kalangan remaja pria dan wanita? Tanyakanlah pertanyaan ini kepada diri kita sendiri dengan penuh keterbukaan . Ikhtilath adalah sebuah keburukan, bencana dan fitnah. Karenanya, hendaklah kita tutup semua pintu ikhtilath dan menjauhkan diri dari tempat-tempat ikhtilath dan syubhat tersebut. Dari shahabat Numan bin Basyir radhiallahu anhuma, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu allaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya, perkara yang halal sudah jelas kehalalannya dan perkara yang haram juga sudah jelas keharamannya. Di antara keduanya ada perkara syubhat (rancu, tidak jelas hukumnya); hal ini tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Dengan demikian, barang siapa yang menjaga dirinya dari perkara syubhat itu, sungguh ia telah menjaga kehormatan dirinya. Barang siapa yang terjerumus ke dalam perkara syubhat maka sungguh ia telah terjerumus ke dalam perkara yang haram. Bagaikan seorang penggembala yang menggembalakan binatangnya di sekitar kawasan terlarang, sehingga dikhawatirkan ia akan masuk ke tempat larangan itu. Ketahuilah, sesungguhnya setiap raja memiliki larangan, dan ketahuilah bahwa larangan Allah Taala adalah perkara yang diharamkan-Nya. Ketahuilah, bahwa di dalam setiap tubuh ada segumpal daging. Jika daging ini jelek maka seluruh tubuh akan ikut jelek. Ketahuilah, segumpal daging yang dimaksud tersebut adalah hati. (H.r. Al-Bukhari, no. 52 dan 2051; Muslim, no. 1599 [107]) Wahai lelaki muslim, hendaknya kita menjaga diri dan keluarga kita karena kita semua akan dimintai pertanggungjawaban tentang mereka, kelak pada hari kiamat.

Page | 22

Allah Taala berfirman,

Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang berbahan bakar manusia dan batu; penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai perintah Allah kepada mereka, dan selalu mengerjakan setiap hal yang diperintahkan. (Q.s. At-Tahrim: 6) Kelima: Lemahnya sikap cemburu Ibnul Qayyim mengatakan, Pokok agama ini adalah ghirah (kecemburuan), maka siapa yang tidak memiliki ghirah berarti ia tidak memiliki agama. Ghirah ini akan melindungi hati sehingga terlindungi pula anggota badan lainnya, tertolaklah dengannya segala perbuatan jelek dan keji. Sementara, ketiadaan ghirah menyebabkan hati mati hingga anggota badan lainnya pun ikut mati. Akibatnya, tidak ada penolakan terhadap perbuatan jelek dan keji. (Ad-Da` wad Dawa, hlm. 109110) Tenggelam dalam lumpur dosa termasuk salah satu sebab padamnya api ghirah di dalam hati. Hal ini merupakan hukuman atas dosa yang diperbuat. (Ibnul Qayyim AlJauziyyah, Ad-Da` wad Dawa, hlm. 106) Sesungguhnya salah satu penyebab utama yang bisa menjerumuskan ke dalam perbuatan zina ini adalah lemahnya sikap cemburu dalam diri sebagian lelaki terhadap orang-orang yang menjadi mahramnya. Karena itulah, kita akan melihat salah seorang dari mereka menunggu di dalam mobilnya, sementara istrinya atau pun saudari-saudari yang merupakan mahramnya turun dan pergi menuju pasar atau ke toko-toko seorang diri.; sendirian tanpa ditemani oleh mahramnya, dan berlama-lama di tempat tersebut. Di sisi lain, suaminya, ayahnya, atau kakak laki-lakinya yang merupakan mahramnya tidak mengetahui keberadaan mereka dan tindak-tanduk yang sedang mereka lakukan. Wallahu alam. Bukan berarti kita tidak memercayai mereka atau ingin ikut campur dengan urusan mereka. Akan tetapi, nasihat ini disampaikan dalam rangka melaksanakan perintah Allah Taala dan Rasululah shallallahu alaihi wa sallam, yaitu menjaga kehormatan para wanita dan menutup segala pintu setan. Dalam agama yang mulia ini, seorang suami dituntut memiliki ghirah atau rasa cemburu kepada istrinya, sehingga ia tidak menjerumuskan istrinya kepada perkara yang mengikis rasa malu dan mengeluarkannya dari kemuliaan. Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau. Allah menjadikan kalian sebagai pengatur di dalamnya secara turun temurun, lalu Dia melihat cara kalian bersikap. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dari dunia dan berhati-hatilah dari wanita karena awal bencana yang menimpa Bani Israil adalah karena wanitanya. (Hadits shahih; diriwayatkan oleh Muslim, no. 2742) Saad bin Ubadah radhiallahu anhu berkata, Sekiranya aku melihat seorang pria bersama istriku, niscaya aku akan menebasnya dengan pedang, tanpa peduli lagi!

Page | 23

Hal ini kemudian sampai kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda, Apakah kalian heran dengan kecemburuan Saad? Demi Allah, aku lebih cemburu daripadanya dan Allah lebih cemburu daripadaku. Disebabkan oleh kecemburuan Allah, Dia mengharamkan perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. (H.r. Al-Bukhari, no. 6454; Muslim, no. 2760) Wahai para lelaki muslim, ada sebuah kisah di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang membuat saya berpikir, apakah di zaman sekarang ini ada seorang suami yang benar-benar merasa cemburu kepada istrinya? Asma bintu Abi Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu anha bertutur tentang dirinya dan kecemburuan suaminya, Az-Zubair menikahiku dalam keadaan ia tidak memiliki harta dan tidak memiliki budak. Ia tidak memiliki apa pun kecuali hanya seekor unta dan seekor kuda. Akulah yang memberi makan dan minum kudanya. Aku yang menimbakan air untuknya dan mengadon tepung untuk membuat kue. Aku tidak pandai membuat kue sehingga tetanggatetanggaku dari kalangan Anshar-lah yang membuatkannya; mereka adalah wanita-wanita yang jujur. Aku yang memikul biji-bijian di atas kepalaku dari tanah milik Az-Zubair yang diserahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebagai bagiannya; jarak tempat tinggalku dengan tanah tersebut adalah 2/3 farsakh. Suatu hari, aku datang dari tanah AzZubair dengan memikul biji-bijian di atas kepalaku, kemudian aku bertemu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam beserta sekelompok orang dari kalangan Anshar. Beliau memanggilku, kemudian menderumkan untanya untuk memboncengkan aku di belakangnya. Namun, aku malu untuk berjalan bersama para lelaki dan aku teringat dengan Az-Zubair dan kecemburuannya, sementara dia adalah orang yang sangat pencemburu. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengetahui bahwa aku malu maka beliau pun berlalu. Aku kembali berjalan hingga menemui Az-Zubair. Lalu kuceritakan padanya, Tadi aku berjumpa dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam keadaan aku sedang memikul biji-bijian di atas kepalaku. Ketika itu, beliau disertai beberapa orang shahabatnya. Beliau menderumkan untanya agar aku dapat menaikinya, namun aku malu dan aku tahu kecemburuanmu. (Hadits shahih; diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no. 5224; Muslim, no. 2182) Lihatlah wahai para lelaki muslim, bagaimana balutan kecemburuan Az-Zubair terhadap Rasulullah shallallahu alahi wa sallam ketika istrinya akan berjalan bersama para lelaki untuk memboncengkannya dikarenakan istri Az-Zubair memikul biji-bijian di atas kepalanya! Bandingkan dengan zaman sekarang ini; para lelaki hanya bersikap biasa saja kala wanita yang menjadi mahram mereka tengah asyik berbicara atau bertemu dengan lelaki yang bukan mahram mereka. Juga terdapat sebuah syair yang membuat saya merasa kagum dengan kecemburuan seorang shahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam kepada kayu siwak. Semoga kenikmatan selalu dilimpahkan kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu; beliau pernah melihat Fathimah radhiallahu anha (istrinya) bersiwak, maka ia cemburu kepadanya jika siwak itu menyentuh mulut Fathimah. Lalu ia bersenandung dengan syair, Wahai kayu siwak, Engkau sungguh beruntung Bisa menyentuh mulutnya Dan engkau tidak merasa takut Tatkala aku melihatmu
Page | 24

Andai aku orang yang ahli berperang Pastilah engkau telah kubunuh Namun aku tak miliki siwak Selain hanya engkau yang kumiliki. (Lihat Shalahul Ummah fii Uluwwil Himmah, jilid 5; secara ringkas) Semoga Allah meridhai mereka semua . Keenam: Mendengar musik dan nyanyian Syekhul Islam rahimahullah berkata, Nyanyian dan musik adalah mantra pembangkit zina karena dialah faktor paling utama yang menyebabkan manusia terjatuh ke dalam perbuatan keji. Sungguh, laki-laki, anak-anak, dan wanita atau seseorang itu sangat menjaga diri, tetapi setelah mendengar musik, ia tidak mampu mengendalikan diri dan mudah berbuat kekejian serta condong kepadanya, baik sebagai subjek atau objek, sebagaimana yang terjadi di kalangan para pecandu khamr. (Ibnu Taimiyyah, Majmu Fatawa, 10:417418) Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, Di antara bentuk tipu daya musuh Allah Taala dan perangkapnya yang menipu orang-orang yang memiliki sedikit ilmu, akal, atau agama, serta bisa menjerat hati orang-orang yang bodoh dan selalu berbuat kesalahan, yaitu mendengarkan siulan, tepuk tangan, dan nyanyian yang diiringi dengan alat-alat yang diharamkan, yang akan menyebabkan seseorang selalu berada di atas kefasikan dan perbuatan maksiat. Itulah al-quran (bacaan, ed.) milik setan, sekaligus menjadi hijab (tabir) yang tebal dari ArRahman (Allah Taala yang Maha Pengasih). Al-quran milik setan itu sangat erat hubungannya dengan perbuatan liwath (homoseks) dan zina. Dengan menggunakan itu, setan dapat menipu dan memperdaya jiwa-jiwa yang berdosa serta menganggap baik perbuatan ini, menjadikannya sebagai tipuan syaithan. Setan juga membisikkan syubhat-syubhat (hal-hal yang menjurus kepada perkara haram) yang batil, sehingga bisikan-bisikan itu diterima, serta menyebabkan Alquran (yang merupakan wahyu dari Allah, red.) ditinggalkannya. (Lihat Ighatsatul Lahafan, 1:232) Abu Malik Al-Asyari berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sungguh akan ada sekelompok manusia dari umatku yang meminum khamr, mereka memberi nama dengan bukan namanya, mereka berdendang diiringi musik dan para biduanita, Allah Taala menenggelamkan mereka ke dalam bumi, dan Allah Taala mengubah (beberapa orang) di antara mereka menjadi monyet dan babi. (Hadits shahih; diriwayatkan Imam Ahmad, 1:290; Abu Daud, no. 3988; Ibnu Majah, no. 4020) Ibnu Qayyim rahimahullah berkata bahwa menurut sebagian ulama, jika hati sudah terbiasa dengan kebiasaan menipu, makar, dan kefasikan, serta terwarnai dengan sifat keburukan secara lengkap maka pelakunya akan bertingkah laku seperti hewan kera dan babi. (Ibnul Qayyim, Ighatsatul Lahafan, hlm. 269) Karenanya, wahai para pemuda-pemudi, berhati-hati terhadap salah satu penyakit akhlak yang berbahaya, yaitu menyenangi nyanyian atau tarian, dengan berbagai cara dan sarana yang mengakibatkan banyak pemuda-pemudi tergila-gila. Jika seseorang yang tidak sedang dilanda asmara mendengarkan nyanyian, hatinya akan bergejolak. Lirik-lirik lagu akan membuat pikirannya membayangkan hal-hal yang tidak
Page | 25

seharusnya dia bayangkan dalam benaknya. Lalu bagaimana dengan seorang yang sedang terfitnah atau dilanda mabuk asmara? Bukankah lirik-lirik lagu akan semakin membuatnya gila dengan asmara? Maka waspadalah dan berhati-hatilah terhadap suara-suara setan tersebut. Sebagaimana Allah Taala berfirman,

Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan, dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (Q.s. Luqman: 6) Bersambung, insya Allah . Penulis: Ummu Khaulah Ayu. Murajaah: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.A. Artikel www.muslimah.or.id

Kehormatanmu, Wahai Saudaraku 5 (Internet, HP, dan Pandangan Mata)


etujuh: Majalah porno dan kisah-kisah murahan Berbagai bentuk majalah yang mengumbar nafsu, kisah-kisah yang penuh senda gurau, filmfilm murahan, serta cerita-cerita yang merusak akhlak sangat berperan dalam membangkitkan dan menyebarkan perbuatan zina dan keji. Apa bedanya memandang seorang wanita di majalah-majalah dengan di dunia nyata? Mungkin ada yang mengatakan, Sudah tentu berbeda karena di dunia nyata objeknya nyata, sedangkan jika melihat di majalah, objeknya tidak nyata. Mungkin memang benar perkataan itu, namun tidakkah kita tahu bahwasannya hanya dengan melihat gambar-gambar yang tidak senonoh, nafsu para lelaki dapat dibangkitkan dengan mudah? Untuk apa kita melihat gambar-gambar yang ada di majalah membuat pikiran tidak karuan? Allahu alam. Majalah-majalah yang berisi aneka bentuk dan tampilan bertujuan mengajak kepada perbuatan fasik dan dosa yang membangkitkan hawa nafsu serta melanggar larangan Allah Taala dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Di antara tampilan murahan tersebut adalah:

Page | 26

Gambar-gambar penuh godaan yang dimuat di sampul-sampul majalah. Begitu juga isinya. Foto para wanita yang mengenakan dengan berbagai perhiasan yang memenuhi tubuhnya, padahal foto-foto itu hanya memuat penipuan belaka. Perkataan-perkataan jorok serta ungkapan dan kalimat yang tersusun memikat, namun jauh dari sifat malu dan kemuliaan. Wallahu alam. Kisah-kisah percintaan serta berita-berita seputar selebriti (para artis), penyanyi, dan penari dari kalangan orang-orang fasik, baik dari kaum Adam maupun Hawa.

Isi majalah-majalah tersebut jelas-jelas mengajak kepada perbuatan tabarruj (bersolek) di hadapan lelaki yang bukan mahram, ikhtilath (campur baur) antara lelaki dan wanita yang bukan mahram, serta tindakan mencabik-cabik hijab muslimah. Tak lupa pula, pameran busana yang mewah namun telanjang ditujukan kepada para wanita mukminah untuk menjerumuskan mereka dalam budaya telanjang dan tasyabbuh (meniru) para wanita nakal. Naudzubillah min dzalik. Diekspos pula tentang gaya pelukan, ciuman, antara lelaki dengan wanita. Termasuk juga dimuatnya berbagai macam cerita dan perkataan-perkataan menggebu-gebu yang membangkitkan nafsu para pemuda dan pemudi, sehingga cerita tersebut akan mendorong mereka untuk mengikuti jalan hidup yang menyesatkan dan menyimpang. Akhirnya, mereka akan terjerumus dalam perbuatan zina (keji), dosa, dan percintaan yang diharamkan. Kedelapan: Penyimpangan penggunaan alat telekomunikasi (telepon atau HP) Tidaklah menjadi rahasia lagi bagi setiap muslim bahwa segala kenikmatan yang dilimpahkan Allah Taala kepada kita tidak terhitung jumlahnya. Di antara nikmat-nikmat tersebut adalah ketersediaan alat komunikasi. Allah Taala yang memudahkannya untuk kita, dengan segala kemurahan dan kemuliaan-Nya. Seorang muslim yang cerdas tidak akan salah menyikapi nikmat-nikmat yang telah Allah berikan. Allah Maha Mengetahui, siapa saja hamba yang bersyukur di antara sekian banyak hamba yang kufur (ingkar). Hendaknya kita tergolong orang yang pandai bersyukur atas nikmat-nikmat tersebut. Allah Taala berfirman,

Dan syukurilah nikmat Allah, jika hanya kepada-Nya kamu menyembah. (Q.s. An-Nahl: 114)

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (Q.s. Ibrahim: 7)

Page | 27

Dan apa saja nikmat yang ada padamu, maka dari Allah-lah (datangnya). Dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (Qs. An-Nahl : 53) Akan tetapi, jika kita tidak menggunakan nikmat tersebut secara benar atau bahkan memberikan koneksi kepada orang asing tanpa ada pengawasan, berubahlah nikmat alat-alat komunikasi tersebut menjadi hal-hal yang membinasakan dan menghancurkan harga diri dan kemuliaan seseorang. Padahal Allah Taala berfirman,

Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megahmegahkan di dunia). (Q.s. At-Takatsur: 8) Mungkin pada mulanya, sekadar perbuatan iseng yang tidak berguna. Namun ternyata, berakhir dengan kerugian dan kedustaan. Bisa juga berawal dari salah sambung. Mulanya dari sebuah panggilan salah sambung atau SMS salah kirim, akhirnya berlanjut ke pembicaraan yang mengarah kepada perkenalan, atau bahkan menuju kemaksiatan! Saya akan berikan contoh nyata dalam kehidupan kita sekarang ini, yaitu masih adanya fenomena lelaki muslim dan wanita muslimah yang bukan mahram melakukan SMS-an, dengan dalih untuk berdakwah atau menyambung silaturahim. Wahai jiwa-jiwa yang lalai, pahamilah arti dari masing-masing dalih itu. Jika suatu cara dilakukan dengan tujuan baik, namun cara itu harus melanggar syariat Allah Taala, apakah cara itu masih bisa dikatakan baik? Apakah para lelaki muslim yang tidak pandai menjaga dirinya itu tidak berpikir bahwa SMS yang dia kirimkan walau hanya sekadar ucapan salam atau kiriman hadits-hadits yang berisikan hikmah yang baik tidak dapat menimbulkan fitnah (godaan) terhadap para wanita yang bukan mahram mereka? Bisakah mereka menjamin tidak akan muncul fitnah (godaan)? Telah saya jelaskan di awal tulisan ini bahwa wanita itu dapat terfitnah juga dengan sesuatu yang ada dalam diri seorang lelaki muslim (baca: ikhwan), baik itu berupa perhatian, kebaikan, kelembutan, dan ungkapan-ungkapan manis terhadapnya. Ini perlu menjadi perhatian para ikhwan agar mereka semua berusaha tidak melakukan pelanggaran dalam penggunaan alat telekomunikasi, khususnya HP (handphone). Bagaimana bisa seseorang yang mengaku paham ilmu agama tidak mengetahui faktor-faktor fitnah (godaan)? Kita berusaha berpikir positif bahwa mungkin saja dia terlupa akan ilmu yang selama ini dipelajari, mungkin ia sedang khilaf, atau bisa juga karena tidak ada teman yang menasihati dan mengingatkannya. Bukan ingin menyalahkan seorang laki-laki dalam penggunaan alat telekomunikasi ini, melainkan hendaknya ikhwan dan akhwat berusaha membuat batas-batas dalam komunikasi yang terjadi antara mereka. Saya berikan sedikit penjelasan agar para ikhwan dapat memahaminya dengan baik, insya Allah. Misalnya, jika ada seorang akhwat yang mengirimkan SMS ke nomor HP si ikhwan, hendaknya dia benar-benar selektif dalam membalasnya. Mengapa demikian? Karena bisa

Page | 28

saja wanita ini hanya ingin mengetes ikhwan tersebut, hanya ingin mencari perhatian, atau hanya mengisi waktu luang dengan mengirim SMS kepada lelaki yang bukan mahramnya. Jika memang harus berkomunikasi dengan wanita yang bukan mahram kita, gunakanlah katakata yang nadanya datar, maksudnya tidak bertele-tele atau mendayu-dayu layaknya sedang merayu istri, atau dengan basa-basi yang tidak ditahui ujungnya membicarakan apa. Selesai keperluan, tidak perlu harus bertanya hal-hal yang bukan haknya untuk diketahui. Contohnya: Ikhwan: Assalamu alaykum, Ukhtiy. Maaf, kitab berjudul A karya siapa? Akhwat: Waalaykumus salaam wa rahmatullahi wa barakatuh. Karya B. Selesai urusannya. Tidak perlu harus bertanya yang tidak ada manfaatnya. Contohnya : Ikhwan : Jazaakillahu khoyran ya, Ukhtiy. Waktu itu belinya di mana? Dengan siapa? Oiya, anti sudah baca? Kalau sudah, bagus tidak? Kapan-kapan, saya boleh pinjam ya, Ukhtiy? Apa anti sekarang lagi membacanya ya? Semangat ya, Ukhtiy! Mungkin juga dapat berupa pertanyaan yang jauh lebih aneh dan memalukan. Contohnya: Ikhwan: Assalamu alaykum, Ukhtiy. Apa info kajian hari ini telah dikirim? Akhwat: Waalaykumus salaam wa rahmatullahi wa barakatuh. Sudah. Ikhwan: Jazaakillahu khoyran ya, Ukhtiy. Nanti berangkat atau tidak? Sama siapa berangkatnya? Jangan lupa membawa buku catatan ya, Ukhtiy! Subhanallah . Wahai para lelaki muslim, sungguh semua ini pertanda seorang laki-laki tidak pandai menjaga dirinya. Mengapa? Bisa saja, bermula dari percakapan yang ringan dan sederhana, hingga percakapan yang semakin lama semakin tidak ada faedahnya. Haruskah pertanyaanpertanyaan yang seharusnya tidak ditujukan pada orang yang bukan mahram kita keluar dari lisan kita? Ataukah rasa takut akan munculnya fitnah (godaan) telah hilang dari jiwa ini? Sekali saja seorang laki-laki membuka kesempatan kepada seorang wanita untuk melakukan percapakan yang tidak penting, maka wanita tersebut akan berusaha membuka percakapanpercakapan selanjutnya yang jauh lebih tidak penting lagi. Ini telah terjadi di zaman sekarang. Mungkin bisa saja kita menghapus pesan-pesan yang ada di dalam HP kita, atau dengan mengganti nama lelaki menjadi nama wanita di dalam phonebook HP kita, atau sebaliknya. Wahai para lelaki, bersikap jujurlah dan jangan hancurkan diri dengan kedustaan. Sesungguhnya kejujuran adalah sebuah kebajikan, sedangkan kebajikan akan menuntun seseorang menuju surga. Sesungguhnya seorang hamba bermaksud untuk jujur sampai ia tercatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya kedustaan merupakan sebuah kekejian, sedangkan kekejian akan menuntun seseorang menuju neraka. Sesungguhnya seorang hamba bermaksud untuk berdusta hingga ia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta. (H.r. Muslim, no. 4720) Dalam memberikan nomor HP pun sebaiknya harus selektif agar kita tidak terganggu oleh orang-orang yang kurang kadar tauhidnya kepada Allah.

Page | 29

Mungkin ada orang yang akan menjawab Kalo gitu, kita enggak usah beli pulsa, biar enggak bisa SMS-an. Kalo gitu, kembali aja ke zaman dulu, biar enggak perlu pakai HP. Mungkin juga ada yang berucap, Salah siapa SMS ke nomor HP saya! Mungkin juga ada jawaban seperti ini, Baiklah, kalo gitu, saya enggak perlu beli HP, biar enggak bisa komunikasi dengan lawan jenis! Demi Allah, bukan itu semua yang dimaksud. Pesan yang ingin disampaikan melalui nasihat ini hanyalah agar hendaknya setiap muslim dan muslimah membuat batas-batas dan aturanaturan dalam menggunakan HP serta mengamalkan ilmu agama yang telah dipelajari dan dipahami. Sungguh bijak petuah Ibnu Masud radhiallahu anhu, Inti ilmu adalah rasa takut kepada Allah Taala. Kesembilan: Internet dan penggunaannya yang buruk dan menyimpang Internet bisa bermanfaat, sekaligus bisa mendatangkan musibah dan bahaya. Faedahnya sangat banyak dan tak terhitung jumlahnya. Bahayanya juga sangat banyak dan tidak terhitung lagi. Ini adalah perkara yang nyata dan tidak diragukan lagi! Sedang kenyataan yang ada menjadi bukti atas kebaikan dan keburukan internet. Kemudahan dalam mengoperasikan, menggunakannya, dan menikmati segala fungsinya membuat internet menjadi pisau bermata dua. Pada penyebab kesepuluh ini, saya tidak akan banyak menjelaskan hingga detail karena jika kita memahami perkataan Ibnu Masud bahwa inti ilmu adalah rasa takut kepada Allah, maka insya Allah kita dapat mengamalkan perintah-perintah Allah Taala dalam penggunaan internet. Pada zaman sekarang ini, teknologi sudah semakin canggih sehingga jika kita mau bermaksiat, itu bukanlah hal yang sulit. Kendati demikian, hendaknya kita membaca dan memahami firman Allah Taala,

Dia mengetahui perkara rahasia dan perkara yang lebih tersembunyi lagi. (Q.s. Thaha: 7)

Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. (Q.s. Al-Mujadalah: 6)

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan segala hal yang disembunyikan oleh hati. (Q.s. Ghafir: 19)

Page | 30

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban. (Q.s. Al-Isra: 36) Apalagi dengan adanya situs jejaring facebook (FB). Tentu sudah tidak asing lagi namanya bagi kita. Telah ada artikel yang menasehatkan tentang bahayanya jika kita melakukan add atau confirm terhadap lawan jenis atau artikel tentang cara ber-FB agar kita tidak terjerumus dalam kemaksiatan. Akan tetapi, hanya sebagian orang yang mengambil hikmahnya. Renungkanlah . Bukan berarti jika kita tidak melakukan add atau confirm terhadap lawan jenis lantas kita telah aman dari fitnah (godaan). Kembali ingatlah perkataan Ibnu Masud, bahwa inti ilmu adalah rasa takut kepada Allah Taala. Sebaiknya kita pun cerdas dalam menilai suatu pesan itu penting atau tidak jika kita kirimkan untuk lawan jenis. Bisa saja tidak terlalu penting, namun dibuat agar terkesan penting. Bisa jadi pula, pertanyaan yang diajukan tidak terlalu bermanfaat, namun dibuat-buat agar terlihat bermanfaat. Semua fenomena ini bisa saja terjadi pada ikhwan maupun akhwat. Masalah ini hendaknya jangan diremehkan. Jangan sampai kita tenggelam dalam dosa hanya gara-gara penggunaan FB yang melampaui batas. Cermatilah sebuah syair dari Ibnu Mutaz berikut ini. Tinggalkan dosa-dosa, baik yang kecil maupun yang besar Itulah takwa Bersikaplah seperti orang yang berjalan di atas tanah berduri Ia akan berhati-hati kepada perkara yang dilihatnya Janganlah kau remehkan sesuatu yang kecil Karena gunung itu berasal dari kerikil-kerikil kecil. (Lihat Jamiul Ulum wal Hikam, I:402) Mungkin kita pernah mendengar sebagian orang menjawab seperti ini jika menjumpai pembahasan add atau confirm terhadap orang yang bukan mahramnya, Cuma seperti itu saja diributkan. Yang penting kan niatnya baik. Tujuannya kan baik, yaitu untuk berdakwah. Jadi, kalau ada FB ikhwan atau akhwat di FB kita, ya tidak apa-apa lah! Jangan dibuat ribet! Mari kita tanyakan kepada hati kita yang paling dalam, apakah kita bisa menjamin keadaan hati kita dari adanya fitnah (godaan)? Apakah kita sudah mampu mendirikan benteng kokoh agar tidak ada fitnah yang datang menggerogoti kehidupan kita? Ataukah kita telah memiliki kemampuan untuk menerka waktu akan datangnya fitnah (godaan) ke dalam hari-hari kita? Sementara, hati kita ini diciptakan dalam keadaan lemah . Allah Taala berfirman,

Manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah. (Q.s. An-Nisa: 28) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Segeralah beramal sebelum datangnya fitnah. Fitnah yang bagaikan potongan gelapnya malam; seseorang yang beriman di pagi hari kemudian menjadi kafir di sore hari, atau seorang yang beriman di sore hari kemudian
Page | 31

menjadi kafir di pagi harinya. Dia menukar agamanya dengan sebagian perhiasan dunia. (HR. Muslim, no. 328) Ingatlah, hati kita ini terletak di antara dua jari-jemari Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdoa, Ya Allah, Dzat yang Maha membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu. Kemudian ada yang bertanya tentang doa tersebut. Lalu beliau bersabda, Sesungguhnya, tidaklah anak Adam melainkan hatinya berada di antara dua jari dari jemari-jemari Allah. Siapa saja yang dikehendaki maka Allah akan luruskan dia, dan siapa yang dikehendaki maka Allah akan simpangkan dia. (H.r. Tirmidzi, no. 3517; Syekh Al-Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih) Mungkin juga, kita meremehkan dosa-dosa kecil dengan melakukan add atau confirm, hingga akhirnya kita bermudah-mudahan dalam berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahram kita, lalu penghujungnya adalah datangnya badai musibah dalam kehidupan kita.

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.s. Asy-Syura`: 30) Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu mengatakan, Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat. (Al-Jawabul Kafi, hlm. 87) Perkataan Ali radhiallahu anhu tersebut selaras dengan firman Allah Taala,

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.s. Asy-Syura`: 30) Para ulama salaf pun mengatakan yang serupa dengan perkataan di atas. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah mengatakan, Di antara akibat dari perbuatan dosa adalah hilangnya nikmat, dan akibat dosa adalah datangnya bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula, datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa. (Al-Jawabul Kafi, hlm. 87) Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan, Tidaklah suatu kejelekan (kerusakan) disandarkan pada sebuah hal melainkan pada disandarkan pada dosa karena semua musibah disebabkan oleh dosa. (Lathaif Al-Maarif, hlm. 75) Wahai para lelaki muslim, pahami dan renungilah perkataan-perkataan berikut ini! Umar bin Abdul Aziz mewanti-wanti penasihatnya, Maimun bin Mahran, agar tidak berduaduaan dengan wanita meskipun dengan alasan mengajarkan Alquran, Aku memberi wasiat kepadamu dengan wasiat yang harus kau jaga. Janganlah engkau berdua-duaan dengan

Page | 32

wanita yang bukan mahrammu, walau batinmu berkata bahwa kau akan mengajarinya Alquran. (Lihat kitab Hilyatul Auliya wa Thabaqatul Ashfiya, V:272) Hendaknya, kita pun memegang erat-erat wasiat Umar bin Abdul Aziz tersebut. Jangan merasa diri kita aman dari fitnah (godaan). Oleh karena itu, semoga Allah merahmatimu . Berhati-hatilah dalam menghadapi faktorfaktor bencana. Orang yang mendekati fitnah akan sulit selamat darinya. Sebagaimana kehati-hatian diiringi oleh keselamatan, tindakan mendekati fitnah itu akan diiringi oleh kebinasaan. Jarang ada orang yang selamat dari fitnah setelah dia mencoba mendekatinya. Yaitu, ia tidak terbebas dari memikirkan, membayangkan, dan menginginkannya. Semua ini menggelincirkan. (Dzammul Hawa, hlm.153) Melanjutkan perkataan di atas, Ibnul Jauzi menguraikan nasihat, Seandainya berduaan dengan wanita ajnabiyyah (bukan mahram) diperbolehkan, kamu tetap tidak dapat selamat dari penyakit-penyakit ini. Terlebih lagi, ternyata itu diharamkan. (Dzammul Hawa, hlm.153) Terdapat sebuah nasehat dari seorang sahabat wanita muslimah di seberang sana, ketika saya bertanya padanya apakah dia melakukan add atau confirm pada lelaki yang bukan mahram. Jawabannya sederhana dan membuat saya kagum. Ketika itu saya bertanya, Maaf, Ukhti. Apakah anti melakukan add atau confirm kepada yang bukan mahram? Beliau menjawab, Tidak, Ukhti. Di facebook saya hanya ada mahram saya, sehingga hanya ada 35 orang yang memang jelas mahram saya. Kemudian beliau pun berkata kepada saya Wahai saudariku, kapan kita akan menaati perintah Allah Taala dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan bertakwa kepada Allah Taala dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jika bukan sekarang!! Padahal tidak pernah sedikit pun kita mengetahui arah kedatangan maut. Memiliki facebook bukan untuk bermaksiat, namun seharusnya setiap kaum muslimin semakin hati-hati dalam menggunakan kenikmatan tersebut agar tidak terjerumus ke dalam lubang hitam kemaksiatan. Begitulah jawabannya. Padahal beliau telah menikah dan memiliki tiga orang anak. Lantas, bagaimana kita yang belum menikah? Apakah kita telah merasa aman dari fitnah? Tentu saja, ini berlaku bagi para lelaki muslim maupun wanita muslimah. Allah berfirman,

Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.s. Al-Baqarah: 231)

Dan peliharalah dirimu (dari azab yang terjadi) pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan sempurna sesuai dengan

Page | 33

perbuatan yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan). (Q.s. AlBaqarah: 281) Kesepuluh: Racun yang mematikan yaitu pandangan yang diharamkan Tahukah engkau apa itu mata yang berkhianat? Allah Subhanahu wa Taala berfirman dalam surat Al-Mumin, ayat 19.

Dia mengetahui (pandangan) mata yang berkhianat . Apa yang dimaksud dengan mata yang berkhianat itu? Sebaik-baik penafsiran adalah tafsir para shahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Oleh karena itu, mari kita merujuk kepada penafsiran seorang Turjumanul Quran (Penerjemah Alquran), Ibnu Abbas radhiallahu anhu; beliau berkata, Seseorang berada di tengah banyak orang lalu seorang wanita melintasi mereka. Maka, ia memperlihatkan kepada kawankawannya bahwa ia menahan pandangannya dari wanita tersebut. Jika ia melihat mereka lengah, ia pandangi wanita tersebut. Jika ia khawatir kawan-kawannya memergokinya, ia menahan pandangannya. Padahal, Allah Azza wa Jalla mengetahui isi hatinya bahwa ia ingin melihat aurat wanita tersebut . Ketahuilah Sedikitnya rasa malumu terhadap siapa yang berada di sebelah kanan dan sebelah kirimu saat kamu melakukan dosa itu lebih besar daripada dosa itu sendiri! Dan tertawamu saat kamu tidak tahu apa yang akan Allah perbuat terhadapmu, itu lebih besar dari pada dosa itu sendiri! Dan kegembiraanmu dengan dosa ketika kamu melakukannya, itu lebih besar daripada dosa itu sendiri! Perhatikanlah wasiat salaf berikut ini, Penglihatanmu tidak lain adalah nikmat dari Allah. Janganlah mendurhakai-Nya dengan menggunakan nikmat-Nya. Perlakukanlah penglihatan tersebut dengan menahannya dari perkara yang haram, niscaya kamu akan beruntung. Jangan sampai engkau mendapat hukuman berupa hilangnya kenikmatan itu. Waktu berjihad untuk menahan pandangan itu sejenak. Jika kau melakukannya, kau kan dapatkan kebaikan yang banyak dan selamat dari keburukan yang panjang. Perhatikan pula untaian kata mutiara yang dikutip Ibnul Jauzi, Seorang pemberani bukanlah orang yang melindungi tunggangannya pada saat berada di medan laga dan ketika api peperangan tengah berkecamuk. Akan tetapi, pemuda yang menahan padangannya dari yang haram, itulah Sang Ksatria! (Dzammul Hawa, hlm. 143181) Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Pandangan merupakan anak panah beracun dari anak-anak panah Iblis. Maka, barang siapa yang menahan pandangannya karena Allah dari kecantikan seorang wanita, niscaya Allah akan mewariskan rasa manis dalam hatinya
Page | 34

sampai hari pertemuan dengan-Nya. Demikianlah makna hadits tersebut. (Lafal hadits yang disebutkan tercantum dalam kitab Ad-Da wa Dawa karya Ibnul Qayyim tersebut diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (IV:313), Al-Qudhai dalam Musnad AsySyihah (no. 292), dan Ibnul Jauzi dalam Dzammul Hawa (hlm. 139) dari jalur Hudzaifah) Beliau shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, Tundukkanlah pandangan kalian dan peliharalah kemaluan kalian. (H.r. Ahmad, V:323; Al-Hakim, IV:358; Ibnu Hibban, no. 2547, Ibnu Abi Dun-ya dalam Ash-Shamt, no. 446; Al-Kharaithi dalam Makarimul Akhlaq, hlm. 31; Al-Baihaqi, VI:288; diriwayatkan dari Ubadah. Al-Haitsami dalam Al-Majma, IV:145; dan Al-Mundziri dalam At-Targhib, III:64, menyatakan bahwa hadits tersebut mempunyai cacat, berupa keterputusan sanad antara Al-Muththalib bin Abdullah dan Ubadah. Namun, hadits tersebut mempunyai penguat yang diriwayatkan oleh Al-Hakim, IV:359; Abu Yala, no. 4257; dan Al-Kharaithi, hlm. 30; dari Anas, dengan sanad hasan, insya Allah) Ada seorang yang berkata, Setiap bencana berawal dari pandangan mata, sebagaimana api yang besar berasal dari percikan bara. Betapa banyak pandangan sanggup menembus relung hati pemiliknya, seperti kekuatan anak panah yang lepas dari busur dan talinya! Seorang hamba, selama mengumbar pandangannya untuk memandang selainnya, maka dia berada dalam bahaya. Ia menyenangkan mata dengan sesuatu yang membahayakan hatinya, maka janganlah menyambut kesenangan yang akan membawa bencana. Di antara bencana yang ditimbulkan adalah warisan penyesalan, kehadiran malapetaka, dan kobaran nafsu. Tatkala seorang hamba melihat suatu perkara yang tidak mampu diraihnya, juga tidak mampu bersabar atasnya, sesungguhnya hal ini merupakan salah satu bentuk siksaan yang paling pedih. Yaitu, (penderitaan yang menerpa) manakala kamu melihat perkara yang kamu tidak mampu bersabar atas perkara tersebut, tidak juga atas sebagiaannya, bahkan kamu tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk meraihnya. (Dinukil dari kitab Ad-Da wa Dawa, hlm. 351352) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Janganlah kamu mengikutkan sebuah pandangan dengan pandangan berikutnya sebab hanya pandangan pertama yang dibolehkan bagimu, tidak untuk pandangan setelahnya. (H.r. Abu Daud, no. 2149; AtTirmidzi, no. 2777; Ahmad, V:353 dan 357; Al-Baihaqi, VII:90) Kesebelas: Teman yang buruk Seseorang itu tergantung kepada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapa yang dijadikan teman karibnya. (Hadits hasan; riwayat Tirmidzi, no. 2387; Ahmad, no. 8212; Abu Daud, no. 4833) Sesungguhnya perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Seorang penjual minyak wangi bisa memberimu atau kamu membeli darinya, atau kamu bisa mendapatkan wanginya. Seorang pandai besi bisa membuat pakaianmu terbakar, atau kamu mendapat baunya yang tidak sedap. (Hadits shahih, riwayat Bukhari, no. 5534; Muslim, no. 2638; Ahmad, no. 19163) Dari Musayyab bin Hazn radhiallahu anhu; ia berkata, Menjelang kematian Abu Thalib, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam datang menemuinya. Ternyata di sana sudah ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah bin Mughirah. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi
Page | 35

wa sallam berkata, Wahai pamanku, ucapkanlah la ilaha illallah, ucapan yang dapat kujadikan saksi terhadapmu di sisi Allah. Namun, Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah berkata, Wahai Abu Thalib, apakah engkau membenci agama Abdul Muthalib? Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam terus-menerus menawarkan kalimat tersebut dan mengulang-ulang ucapan itu kepada Abu Thalib, sampai ia mengatakan ucapan terakhir kepada mereka bahwa ia tetap pada agama Abdul Muthalib dan tidak mau mengucapkan la ilaha illallah. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sungguh, demi Allah, aku pasti akan memintakan ampunan untukmu, selama aku tidak dilarang melakukan hal itu untukmu. Kemudian Allah Taala menurunkan firman-Nya (yang artinya), Nabi dan orangorang beriman tidak pantas memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat mereka, sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu penghuni neraka jahim. Mengenai Abu Thalib, Allah Taala menurunkan firman-Nya (yang artinya), Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (H.r. Al-Bukhari, no. 4675 dan 4772) Kebutuhan manusia akan lingkungan yang baik laksana kebutuhan tanaman akan tanah yang subur. Manakala tanah itu bagus, cukup kandungan unsur haranya, suhunya cocok, dan airnya cukup, maka tanaman tersebut akan bersemi, tumbuh berkembang, dan berbuah sesuai dengan harapan. Namun, manakala tanah tersebut kering dan tandus, suhunya tidak cocok, dan airnya tidak cukup, maka tanaman tersebut tidak akan berkembang dengan baik dan sangat mungkin tanaman tersebut akan sakit atau bahkan mati. Sebagaimana tanaman yang harus ditempatkan dalam tanah yang baik, dalam hubungan pertemanan pun, hendaklah kita mencari teman yang shalih yang dapat mendukung kita untuk selalu istiqamah dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla. Dengan adanya teman-teman yang bergizi baik, keimanan kita akan tetap terjaga. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

Dan sabarkanlah dirimu beserta orang-orang yang menyeru Rabbnya di waktu pagi dan petang dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kamu palingkan wajahmu dari mereka hanya karena kamu menghendaki perhiasan dunia, dan janganlah kamu ikuti orangorang yang telah Kami lalaikan hatinya dari mengingat Kami, dan menuruti hawa nafsunya, dan adalah keadaannya sangat melewati batas. (Q.s. Al-Kahfi: 28) Bersambung, insya Allah . Penulis: Ummu Khaulah Ayu. Murajaah: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.A. Artikel www.muslimah.or.id

Page | 36

Indahnya Cinta Karena Allah


Penulis: Ummul Hasan Murojaah: Ustadz Subhan Khadafi, Lc. Tidaklah seseorang diantara kalian dikatakan beriman, hingga dia mencintai sesuatu bagi saudaranya sebagaimana dia mencintai sesuatu bagi dirinya sendiri.

Secara nalar pecinta dunia, bagaimana mungkin kita mengutamakan orang lain dibandingkan diri kita? Secara hawa nafsu manusia, bagaimana mungkin kita memberikan sesuatu yang kita cintai kepada saudara kita? Pertanyaan tersebut dapat terjawab melalui penjelasan Ibnu Daqiiqil Ied dalam syarah beliau terhadap hadits diatas (selengkapnya, lihat di Syarah Hadits Arbain An-Nawawiyah). (Tidaklah seseorang beriman maksudnya adalah -pen). Para ulama berkata, yakni tidak beriman dengan keimanan yang sempurna, sebab jika tidak, keimanan secara asal tidak didapatkan seseorang kecuali dengan sifat ini. Maksud dari kata sesuatu bagi saudaranya adalah berupa ketaatan, dan sesuatu yang halal. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasai. hingga dia mencintai bagi saudaranya berupa kebaikan sebagaimana dia mencintai jika hal itu terjadi bagi dirinya. Syaikh Abu Amru Ibnu Shalah berkata, Hal ini terkadang dianggap sebagai sesuatu yang sulit dan mustahil, padahal tidaklah demikian, karena makna hadits ini adalah tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai bagi keislaman saudaranya sebagaimana dia mencintai bagi dirinya. Menegakkan urusan ini tidak dapat direalisasikan dengan cara menyukai jika saudaranya mendapatkan apa yang dia dapatkan, sehingga dia tidak turut berdesakan dengan saudaranya dalam merasakan nikmat tersebut dan tidak mengurangi kenikmatan yang diperolehnya. Itu mudah dan dekat dengan hati yang selamat, sedangkan itu sulit terjadi pada hati yang rusak, semoga Allah Taala memaafkan kita dan saudara-saudara kita seluruhnya. Abu Zinad berkata, Sekilas hadits ini menunjukkan tuntutan persamaan (dalam memperlakukan dirinya dan saudaranya), namun pada hakekatnya ada tafdhil (kecenderungan untuk memperlakukan lebih), karena manusia ingin jika dia menjadi orang yang paling utama, maka jika dia menyukai saudaranya seperti dirinya sebagai konsekuensinya adalah dia akan menjadi orang yang kalah dalam hal keutamaannya. Bukankah anda melihat bahwa manusia menyukai agar haknya terpenuhi dan kezhaliman atas dirinya dibalas? Maka letak kesempurnaan imannya adalah ketika dia memiliki tanggungan atau ada hak saudaranya atas dirinya maka dia bersegera untuk mengembalikannya secara adil sekalipun dia merasa berat.

Page | 37

Diantara ulama berkata tentang hadits ini, bahwa seorang mukmin satu dengan yang lain itu ibarat satu jiwa, maka sudah sepantasnya dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana mencintai untuk dirinya karena keduanya laksana satu jiwa sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain: Orang-orang mukmin itu ibarat satu jasad, apabila satu anggota badan sakit, maka seluruh jasad turut merasakan sakit dengan demam dan tidak dapat tidur. (HR. Muslim) Saudara yang dimaksud dalam hadits tersebut bukan hanya saudara kandung atau akibat adanya kesamaan nasab/ keturunan darah, tetapi saudara dalam artian yang lebih luas lagi. Dalam Bahasa Arab, saudara kandung disebut dengan Asy-Asyaqiiq ( ). Sering kita jumpa seseorang menyebut temannya yang juga beragama Islam sebagai Ukhti fillah (saudara wanita ku di jalan Allah). Berarti, kebaikan yang kita berikan tersebut berlaku bagi seluruh kaum muslimin, karena sesungguhnya kaum muslim itu bersaudara. Jika ada yang bertanya, Bagaimana mungkin kita menerapkan hal ini sekarang? Sekarang kan jaman susah. Mengurus diri sendiri saja sudah susah, bagaimana mungkin mau mengutamakan orang lain? Wahai saudariku -semoga Allah senantiasa menetapkan hati kita diatas keimanan-, jadilah seorang mukmin yang kuat! Sesungguhnya mukmin yang kuat lebih dicintai Allah. Seberat apapun kesulitan yang kita hadapi sekarang, ketahuilah bahwa kehidupan kaum muslimin saat awal dakwah Islam oleh Rasulullah jauh lebih sulit lagi. Namun kecintaan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya jauh melebihi kesedihan mereka pada kesulitan hidup yang hanya sementara di dunia. Dengarkanlah pujian Allah terhadap mereka dalam Surat AlHasyr: (Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar(ash-shodiquun). Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-Hasyr: 8-9) Dalam ayat tersebut Allah memuji kaum Muhajirin yang berhijrah dari Makkah ke Madinah untuk memperoleh kebebasan dalam mewujudkan syahadat mereka an laa ilaha illallah wa anna muhammadan rasulullah. Mereka meninggalkan kampung halaman yang mereka cintai dan harta yang telah mereka kumpulkan dengan jerih payah. Semua demi Allah! Maka, kaum muhajirin (orang yang berhijrah) itu pun mendapatkan pujian dari Allah Rabbul alamin. Demikian pula kaum Anshar yang memang merupakan penduduk Madinah. Saudariku fillah, perhatikanlah dengan seksama bagaimana Allah mengajarkan kepada kita keutamaan orangorang yang mengutamakan saudara mereka. Betapa mengagumkan sikap itsar (mengutamakan orang lain) mereka. Dalam surat Al-Hasyr tersebur, Allah memuji kaum Anshar sebagai Al-Muflihun (orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat) karena kecintaan kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin, dan mereka mengutamakan kaum Muhajirin atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka (kaum Anshar) sebenarnya juga sedang
Page | 38

berada dalam kesulitan. Allah Taaala memuji orang-orang yang dipelihara Allah Taaala dari kekikiran dirinya sebagai orang-orang yang beruntung. Tidaklah yang demikian itu dilakukan oleh kaum Anshar melainkan karena keimanan mereka yang benar-benar tulus, yaitu keimanan kepada Dzat yang telah menciptakan manusia dari tanah liat kemudian menyempurnakan bentuk tubuhnya dan Dia lah Dzat yang memberikan rezeki kepada siapapun yang dikehendaki oleh-Nya serta menghalangi rezeki kepada siapapun yang Dia kehendaki. Tapi, ingatlah wahai saudariku fillah, jangan sampai kita tergelincir oleh tipu daya syaithon ketika mereka membisikkan ke dada kita utamakanlah saudaramu dalam segala hal, bahkan bila agama mu yang menjadi taruhannya. Saudariku fillah, hendaklah seseorang berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi agamanya. Misalkan seorang laki-laki datang untuk sholat ke masjid, dia pun langsung mengambil tempat di shaf paling belakang, sedangkan di shaf depan masih ada tempat kosong, lalu dia berdalih Aku memberikan tempat kosong itu bagi saudaraku yang lain. Cukuplah aku di shaf belakang. Ketahuilah, itu adalah tipu daya syaithon! Hendaklah kita senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan agama kita. Allah Taala berfirman: Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqoroh: 148) Berlomba-lombalah dalam membuat kebaikan agama, bukan dalam urusan dunia. Banyak orang yang berdalih dengan ayat ini untuk menyibukkan diri mereka dengan melulu urusan dunia, sehingga untuk belajar tentang makna syahadat saja mereka sudah tidak lagi memiliki waktu sama sekali. Wal iyadzu billah. Semoga Allah menjaga diri kita agar tidak menjadi orang yang seperti itu. Wujudkanlah Kecintaan Kepada Saudaramu Karena Allah Mari kita bersama mengurai, apa contoh sederhana yang bisa kita lakukan sehari-hari sebagai bukti mencintai sesuatu bagi saudara kita yang juga kita cintai bagi diri kita Mengucapkan Salam dan Menjawab Salam Ketika Bertemu Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Tidak maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai: Sebarkanlah salam diantara kalian. (HR. Muslim) Pada hakekatnya ucapan salam merupakan doa dari seseorang bagi orang lain. Di dalam lafadz salam Assalaamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh terdapat wujud kecintaan seorang muslim pada muslim yang lain. Yaitu keinginannya agar orang yang disapanya dengan salam, bisa memperoleh keselamatan, rahmat, dan barokah. Barokah artinya tetapnya suatu kebaikan dan bertambah banyaknya dia. Tentunya seseorang senang bila ada orang yang mendoakan keselamatan, rahmat, dan barokah bagi dirinya. Semoga Allah mengabulkan doa tersebut. Saudariku fillah, bayangkanlah! Betapa banyak kebahagiaan yang kita bagikan kepada saudara kita sesama muslim bila setiap bertemu dengan muslimah lain -baik yang kita kenal maupun tidak kita kenal- kita senantiasa menyapa mereka dengan salam. Bukankah kita pun ingin bila kita memperoleh banyak doa yang demikian?! Namun,
Page | 39

sangat baik jika seorang wanita muslimah tidak mengucapkan salam kepada laki-laki yang bukan mahromnya jika dia takut akan terjadi fitnah. Maka, bila di jalan kita bertemu dengan muslimah yang tidak kita kenal namun dia berkerudung dan kita yakin bahwa kerudung itu adalah ciri bahwa dia adalah seorang muslimah, ucapkanlah salam kepadanya. Semoga dengan hal sederhana ini, kita bisa menyebar kecintaan kepada sesama saudara muslimah. Insya Allah Bertutur Kata yang Menyenangkan dan Bermanfaat Dalam sehari bisa kita hitung berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk sekedar berkumpul-kumpul dan ngobrol dengan teman. Seringkali obrolan kita mengarah kepada ghibah/menggunjing/bergosip. Betapa meruginya kita. Seandainya, waktu ngobrol tersebut kita gunakan untuk membicarakan hal-hal yang setidaknya lebih bermanfaat, tentunya kita tidak akan menyesal. Misalnya, sembari makan siang bersama teman kita bercerita, Tadi shubuh saya shalat berjamaah dengan teman kost. Saya yang jadi makmum. Teman saya yang jadi imam itu, membaca surat Al-Insan. Katanya sih itu sunnah. Memangnya apa sih sunnah itu? Teman yang lain menjawab, Sunnah yang dimaksud teman anti itu maksudnya ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Memang disunnahkan untuk membaca Surat Al-Insan di rakaat kedua shalat shubuh di hari Jumat. Lalu, teman yang bertanya tadi pun berkata, Ooo begitu, saya kok baru tahu ya Subhanallah! Sebuah makan siang yang berubah menjadi majelis ilmu, ladang pahala, dan ajang saling memberi nasehat dan kebaikan pada saudara sesama muslimah. Mengajak Saudara Kita Untuk Bersama-Sama Menghadiri Majelis Ilmu Dari obrolan singkat di atas, bisa saja kemudian berlanjut, Ngomong-ngomong, kamu tahu darimana kalau membaca surat Al-Insan di rakaat kedua shalat shubuh di hari Jumat itu sunnah? Temannya pun menjawab, Saya tahu itu dari kajian. Alhamdulillah bila ternyata temannya itu tertarik untuk mengikuti kajian, Kalau saya ikut boleh nggak? Kayaknya menyenangkan juga ya ikut kajian. Temannya pun berkata, Alhamdulillah, insyaAllah kita bisa berangkat sama-sama. Nanti saya jemput anti di kost. Saling Menasehati, Baik Dengan Ucapan Lisan Maupun Tulisan Suatu saat Umar radhiyallahu anhu pernah bertanya tentang aibnya kepada shahabat yang lain. Shahabat itu pun menjawab bahwa dia pernah mendengar bahwa Umar radhiyallahu anhu memiliki bermacam-macam lauk di meja makannya. Lalu Umar radhiyallahu anhu pun berkata yang maknanya Seorang teman sejati bukanlah yang banyak memujimu, tetapi yang memperlihatkan kepadamu aib mu (agar orang yang dinasehati bisa memperbaiki aib tersebut. Yang perlu diingat, menasehati jangan dilakukan didepan orang banyak. Agar kita tidak tergolong ke dalam orang yang menyebar aib orang lain. Terdapat beberapa perincian dalam masalah ini -pen). Bentuk nasehat tersebut, bukan hanya secara lisan tetapi bisa juga melalui tulisan, baik surat, artikel, catatan saduran dari kitab-kitab ulama, dan lain-lain. Saling Mengingatkan Tentang Kematian, Yaumil Hisab, At-Taghaabun (Hari Ditampakkannya Kesalahan-Kesalahan), Surga, dan Neraka Sangat banyak orang yang baru ingin bertaubat bila nyawa telah nyaris terputus. Maka, diantara bentuk kecintaan seorang muslim kepada saudaranya adalah saling mengingatkan tentang kematian. Ketika saudaranya hendak berbuat kesalahan, ingatkanlah bahwa kita tidak
Page | 40

pernah mengetahui kapan kita mati. Dan kita pasti tidak ingin bila kita mati dalam keadaan berbuat dosa kepada Allah Taala. Saudariku fillah, berbaik sangkalah kepada saudari muslimah mu yang lain bila dia menasehati mu, memberimu tulisan-tulisan tentang ilmu agama, atau mengajakmu mengikuti kajian. Berbaik sangkalah bahwa dia sangat menginginkan kebaikan bagimu. Sebagaimana dia pun menginginkan yang demikian bagi dirinya. Karena, siapakah gerangan orang yang senang terjerumus pada kubangan kesalahan dan tidak ada yang mengulurkan tangan padanya untuk menariknya dari kubangan yang kotor itu? Tentunya kita akan bersedih bila kita terjatuh di lubang yang kotor dan orang-orang di sekeliling kita hanya melihat tanpa menolong kita Tidak ada ruginya bila kita banyak mengutamakan saudara kita. Selama kita berusaha ikhlash, balasan terbaik di sisi Allah Taala menanti kita. Janganlah risau karena bisikanbisikan yang mengajak kita untuk ingin menang sendiri, ingin terkenal sendiri. Wahai saudariku fillah, manusia akan mati! Semua makhluk Allah akan mati dan kembali kepada Allah!! Sedangkan Allah adalah Dzat Yang Maha Kekal. Maka, melakukan sesuatu untuk Dzat Yang Maha Kekal tentunya lebih utama dibandingkan melakukan sesuatu sekedar untuk dipuji manusia. Bukankah demikian? Janji Allah TaAla Pasti Benar ! Saudariku muslimah -semoga Allah senantiasa menjaga kita diatas kebenaran-, ketahuilah! Orang-orang yang saling mencintai karena Allah akan mendapatkan kemuliaan di Akhirat. Terdapat beberapa Hadits Qudsi tentang hal tersebut. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Allah berfirman pada Hari Kiamat, Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku pada hari ini? Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku. (HR. Muslim; Shahih) Dari Abu Muslim al-Khaulani radhiyallahu anhu dari Muadz bin Jabal radhiyallahu anhu, ia mengatakan: Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menceritakan dari Rabb-nya, dengan sabdanya, Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan Arsy pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya. Abu Muslim radhiyallahu anhu melanjutkan, Kemudian aku keluar hingga bertemu Ubadah bin ash-Shamit, lalu aku menyebutkan kepadanya hadits Muadz bin Jabal. Maka ia mengatakan, Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menceritakan dari Rabb-nya, yang berfirman, Cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling tolong-menolong karena-Ku, dan cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling berkunjung karena-Ku. Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan Arsy pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya. (HR. Ahmad; Shahih dengan berbagai jalan periwayatannya) Dari Muadz bin Jabal radhiyallahu anhu, ia menuturkan, Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Allah berfirman, Orang-orang yang bercinta

Page | 41

karena keagungan-Ku, mereka mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya sehingga para nabi dan syuhada iri kepada mereka. (HR. At-Tirmidzi; Shahih) Alhamdulillahilladzi binimatihi tatimmushshalihaat (artinya: Segala puji bagi Allah, dengan nikmat-Nyalah segala kebaikan menjadi sempurna. Doa ini diucapkan Rasulullah bila beliau mendapatkan hal yang menyenangkan). Allah Taaala menyediakan bagi kita lahan pahala yang begitu banyak. Allah Taaala menyediakannya secara cuma-cuma bagi kita. Ternyata, begitu sederhana cara untuk mendapat pahala. Dan begitu mudahnya mengamalkan ajaran Islam bagi orang-orang yang meyakini bahwa esok dia akan bertemu dengan Allah Rabbul alamin sembari melihat segala perbuatan baik maupun buruk yang telah dia lakukan selama hidup di dunia. Persiapkanlah bekal terbaik kita menuju Negeri Akhirat. Semoga Allah mengumpulkan kita dan orang-orang yang kita cintai karena Allah di Surga Firdaus Al-Alaa bersama para Nabi, syuhada, shiddiqin, dan shalihin. Itulah akhir kehidupan yang paling indah Maroji: 1. Terjemah Syarah Hadits Arbain An-Nawawiyyah karya Ibnu Daqiiqil Ied 2. Terjemah Shahih Hadits Qudsi karya Syaikh Musthofa Al-Adawi 3. Sunan Tirmidzi *** Artikel www.muslimah.or.id

Menjadi Benalu Apa Tidak Malu?


Menyenangkan ketika kita melihat orang yang dibantu tersenyum bahagia dan mengucapkan terima kasih. Akhirnya yang memberi bantuan pun ikut tersenyum dan secara lahir juga terlihat ikhlas. Nah, bagaimana kalau si peminta bantuan ini esoknya meminta bantuan lagi padanya, kemudian esoknya lagi, dan esoknya lagi Kita mungkin sering melihat teman, saudara atau tetangga kita meminta bantuan kepada orang lain, atau bahkan ke diri kita sendiri. Seperti ada yang kurang ketika bantuan itu tidak kunjung datang atau tidak ada yang memenuhi. Akhirnya kita yang tidak dimintai bantuan sedikit-sedikit mencoba membantu. Apalagi jika ingat sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Barang siapa menghilangkan satu kesulitan dari orang muslim maka Allah mebalasnya dengan menghilangkan daripadanya satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan yang ada pada hari kiamat (HR. Bukhari dan Muslim). Namun, bagaimanakah jadinya bila orang tersebut terus menerus meminta bantuan kepada kita, atau kepada orang-orang sekitarnya. Alhasil, setiap ia memanggil seseorang, sudah dapat diperkirakan ia akan merepotkan orang tersebut kalau tidak bisa dibilang menyusahkan.

Page | 42

Seorang muslim yang beriman disyariatkan untuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Namun, tidak berarti setiap saat kita boleh terus menerus meminta bantuan kepada orang lain. Karena di samping diperintahkan untuk saling tolong menolong, kita juga diperintahkan untuk menjadi muslim yang kuat. Kita dapat melihat contoh salah satu sahabat dari kalangan muhajirin yaitu Abdurrahman bin Auf radhiallahu anhu. Ketika baru saja hijrah ke Madinah, ia tidak membawa harta kekayaannya yang ada di Mekah. Ia yang dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan Saad bin Ar Rabi Al-Anshari radhiallahu anhu ditawari begitu banyak kenikmatan berupa istri, harta dan kebun. Tetapi ia menolak semua itu dan memilih untuk berusaha sendiri dan mengembangkan usahanya sendiri lewat jual beli di pasar. Allah Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang. Sepulang dari pasar itu, ia sudah dapat membawa pulang sebiji emas. Yang perlu diingat lagi adalah, ketika kita mendapat kebaikan dari orang lain (dan mendapat bantuan itu sama saja dengan mendapat kebaikan dari orang lain), maka kita juga diperintahkan untuk membalas kebaikan tersebut dengan kebaikan yang serupa atau yang lebih baik lagi. Kalaupun tidak dapat membalasnya, maka kita dapat mendoakan kebaikan untuk orang tersebut. Ada dua syarat utama dalam Islam ketika kita meminta tolong kepada makhluk (manusia). 1. Yang dimintai bantuan memiliki kemampuan. Kemampuan di sini adalah kemampuan untuk memenuhi permintaan tersebut. Karena sesungguhnya manusia adalah makhluk yang sangat lemah dan memiliki banyak kekurangan. Hanya Allah-lah yang Maha Kuasa untuk mengabulkan semua permintaan hamba-Nya. 2. Hadir atau berstatus hadir. Maksudnya di sini adalah orang tersebut ada di hadapan kita sehingga dapat melaksanakannya, atau bisa juga ketika kita menggunakan sarana komunikasi yang mengatasi masalah jarak. Nah, lain lagi kalau kita meminta tolong kepada yang sudah meninggal. Misalnya dengan mengatakan, Mbah, atau Bu, saya mau ujian nasional besok, doain saya ya Bu, Mbah. Padahal keduanya telah meninggal atau berada di tempat jauh, sementara tidak ada komunikasi langsung dengan mereka. Dengan kalimat ini, kita sudah melakukan dosa yang sangat besar, yang dapat mengeluarkan kita dari Islam. karena dosa itu statusnya berbuat kesyirikan kepada Allah Azza wa Jalla. Di samping syarat utama tadi, ada beberapa hal yang perlu diingat dan diperhatikan ketika kita meminta bantuan kepada orang lain untuk menjaga hubungan baik kita dengan saudara muslim lainnya. Waktu. Apakah kita akan menyita banyak waktunya atau tidak. Kalau ya, akan lebih baik kita berusaha sendiri, atau kalau perlu membalas dengan kebaikan yang lebih besar lagi. Karena waktu merupakan harta yang tidak dapat dikembalikan kepada seseorang. Dan setiap orang diperintahkan untuk memanfaatkan waktu yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya. Kondisi Bagaimana keadaan orang yang dimintai bantuan. Apakah lebih sibuk dari kita. Kalau seperti ini keadaannya, maka kita perlu mencari orang lain atau lebih baik lagi berusaha sendiri. Apalagi jika ternyata orang tersebut sedang sakit atau terkena musibah. Maka menjadi giliran kita untuk memberi bantuan padanya.
Page | 43

Kontinuitas Meminta bantuan sekali-kali memang masih membuat orang yang dimintai bantuan tersenyum atau melakukannya dengan senang hati. Akan tetapi kalau berlangsung terus menerus, setiap hari, atau bahkan menjadi rutinitas si pemberi bantuan, ini mesti dihindari. Hal ini bisa menyebabkan sesuatu yang menjadi ladang kebaikan bagi si pemberi bantuan, malah menjadi sebuah kedzoliman untuknya. Sudah dimintai bantuan, didzolimi pula. Duh, siapa yang senang kalau keadaannya seperti ini. Padahal seorang muslim dilarang untuk mendzolimi saudaranya. Empati Inilah yang perlu diperbesar dan dilatih dari diri kita. Ketika kita memperbesar rasa empati kita, maka kita dapat memperkirakan, bagaimana jika kita dalam posisi yang dimintai bantuan. Kalau kemudian kamu membela diri, Ah, kalau aku diminta, kalau aku bisa ya aku lakuin kok!. Nah, kalimat seperti ini sebenarnya telah menunjukkan rasa empati yang kurang. Masalahnya, kalau kita yang terus meminta tolong, bagaimana kita bisa berempati. Tolong menolong merupakan kata yang menunjukkan adanya dua orang yang melakukan pekerjaan saling menolong. Jangan menjadikan ayat atau hadits tentang berbuat kebaikan sebagai pembenaran bagi kita untuk terus menerus membuat beban bagi orang lain dengan mengatakan, Kamu kan jadi tambah pahala!. Bagaimana jadinya kalau tidak ada yang ingin dekat-dekat dengan kita karena takut akan terus menerus dimintai tolong. Kalau sudah begitu, siapa juga yang rugi. Wallahu Alam. *** Artikel muslimah.or.id Penulis: Ummu Ziyad Fransiska Mustikawati Murojaah: Ustadz Ammi Nur Baits Maraji :

Syaikh Muhammad At-Tamimi, Kasyfu Syubhat, www.perpustakaan-islam.com Imam Nawawi, Riyadusholihin, Takhrij Syaikh Nashiruddin Al-Albani, Duta Ilmu : Surabaya Syaikh Nashiruddin Al-Albani, Adab Zifaf, Media Hidayah : Yogyakarta

Page | 44

Luangkan Waktumu untuk Membaca AlQuran!


Penulis: Ummu Yusuf Wikayatu Diny Murojaah: Ust. Aris Munandar Saudariku Jangan karena kesibukan dan banyaknya kegiatan menjadikan kita lupa untuk membaca dan mentadaburi al-Quran. Sesungguhnya ketenangan dan ketentraman dapat diperoleh dari AlQuran. Hal ini berdasarkan firman Alloh, Ingatlah hanya dengan mengingat Alloh-lah hati menjadi tentram. (Qs. ar-Rad: 28) Dari Abdullah bin Masud radiallohu anhu Rasululloh shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran maka baginya kebaikan sepuluh kali lipat, aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, Mim satu huruf. (Shahih HR.Tirmidzi) Dan bahkan, iri terhadap mereka yang telah mengamalkan Al-Quran, dibolehkan. Dari Ibnu Umar radiallohu anhu yang meriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wassallam bahwasannya beliau bersabda, Tidak berlaku iri kecuali terhadap dua orang, seseorang yang dianugrahi Alloh Al-Quran lantas dia mengamalkannya sepanjang malam dan sepanjang siang dan seseorang yang dianugerahi Alloh harta lantas dia menginfakkannya sepanjang malam dan sepanjang siang. (HR. Bukhari dan Muslim) Selain itu terdapat permisalan yang baik bagi yang membaca Al-Quran, karena Rasululloh pernah bersabda, Permisalan seorang muslim yang membaca Al-Quran bagaikan buah jeruk, baunya wangi dan rasanya lezat, sedangkan orang mukmin yang tidak membaca alQuran bagaikan buah kurma yang tidak ada baunya dan rasanya manis. Permisalan orang munafik yang membaca Al-Quran bagaikan kemangi yang baunya wangi rasanya pahit, sedangkan orang munafik yang tidak membaca al-Quran bagaikan labu yang tidak ad wanginya dan rasanya pahit. (HR. Bukhari Muslim) Terdapat hikmah yang indah dari perkataan al-Ajuri rahimahullah, Barang siapa yang merenungi firman-Nya maka ia akan mengenal Rabbnya, akan mengetahui keutamaannya dibandingkan orang orang mukmin yang lain, dia akan menyadari kewajibannya dalam beribadah hingga senantiasa berusaha untuk menjaga kewajiban tersebut. Ia akan berhati-hati terhadap apa yang dilarang Rabb-Nya, mencintai apa yang dicintai-Nya. Barang siapa yang memiliki sifat yang demikian, ketika membaca al-Quran

Page | 45

dan ketika mendengarkanya, maka Al-Quran akan menjadi penawar hatinya, ia akan merasa cukup tanpa harta, mulia tanpa kesulitan, lembut dalam menyikapi orang yang kasar padanya. Orang yang memiliki sifat demikian, ketika ia memulai membaca sebuah surat yang tergambar dibenaknya adalah sejauh mana dia dapat mengambil pelajaran terhadap yang dia baca. Tujuannya membaca Al-Quran tidak semata-mata untuk mengkhatamkannya akan tetapi seberapa besar ia dapat memahami perintah Alloh dan mengambil pelajaran darinya. Membaca Al-Quran adalah ibadah maka tidaklah pantas membacanya dengan hati yang kosong lagi lalai, dan Allah Taala maha memberi taufik terhadap yang demikian. Wahai saudariku, jangan sampai waktu kita tidak ada sedikitpun untuk membaca atau membaca Al-Quran. Berusahalah, walaupun sedikit waktu tersisa. *** Artikel: muslimah.or.id

Bingkisan Istimewa untuk Saudariku yang Berkeinginan dan Berusaha Menjadi Pecinta Kitabullah
Kembalilah pada Kitabullah, Al Quran Al-Karim Allah Subhanahu wa Taala berfirman, Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk pada (jalan) yang lebih lurus. (QS. Al Isra 9) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya aku tinggalkan pada kalian Kitabullah, yang jika kalian berpegang teguh dengannya, maka kalian tidak akan tersesat. (HR. Muslim dan At-Turmudzi) Allah telah menurunkan Al-Quran untuk diimani, dipelajari, dibaca, ditadabburi, diamalkan, dijadikan sandaran hukum, dijadikan rujukan dan untuk dijadikan obat dari berbagai penyakit dan kotoran hati serta untuk hikmah-hikmah lain yang Allah kehendaki dari penurunannya. Ukhty, pahamilah hal ini Selamatkanlah dirimu dengan bertaqwa kepada Allah. Tanamkanlah kemauan yang keras untuk mengambil manfaat dari Al Quran dalam segala hal yang memungkinkan. Demi Allah, semakin engkau berusaha mendekatinya, merenungi dan men-tadabburi, maka semakin banyak kebaikan yang akan engkau dapatkan. Perbaguslah dan Perbanyaklah dalam Membacanya Adapun membacanya, maka itu disyariatkan dan disunnahkan memperbanyak membacanya serta mengkhatamkannya sebulan sekali, namun ini tidak wajib. Seandainya engkau bisa mengkhatamkannya kurang dari sebulan lakukanlah karena itu lebih bagus, akan tetapi jangan sampai kurang dari 3 hari.

Page | 46

Ukhty, Tidakkah Engkau Menginginkan Pahala yang Banyak dari Rabbmu ? Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Orang yang membaca Al Quran sementara dia mahir, maka dia bersama malaikat para penulis, yang mulia lagi berbakti, dan orang yang membaca Al Quran dan terbata-bata membacanya karena hal itu sulit baginya, maka dia mendapat dua pahala. (Muttafaq alaih) Allah Subhanahu wa Taala telah mengangkat derajat banyak kaum dengan Al Quran dan menghinakan yang lain dengannya pula. Maka apa yang sudah kita usahakan agar derajat kita terangkat di sisi Allah. Menginginkan suatu hal takkan ada artinya kecuali kita bangkit dan bertindak untuk mencapai yang kita inginkan. Raihlah Derajat Tinggi di Surga dengan Menghafalnya Abu Said Al-Khudri radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Akan dikatakan kepada penghafal Al-Quran jika dia telah memasuki surga: Baca dan naiklah. Kemudian dia membaca dan naik bersama setiap ayat satu tingkatan. Sampai dia membaca ayat terakhir yang ia hafal. (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Baihaqi dan Al-Hakim) Dalam lafadz Tirmidzi, akan dikatakan pada para penghafal Al-Quran: Bacalah, naiklah, dan bacalah dengan tartil sebagaimana ketika di dunia kau selalu baca dengan tartil. Maka sesungguhnya tingkatan derajatmu pada ayat yang terakhir engkau baca. (HR Tirmidzi) Ummu Darda radhiyallahu anha berkata, Aku pernah bertanya kepada Aisyah rodhiyallahu anha tentang penghafal Al Quran yang memasuki surga, apa keutamaannya jika dibandingkan dengan orang yang tidak menghafalnya. Aisyah radhiyallahu anha menjawab, Sesungguhnya tingkatan surganya adalah sejumlah ayat-ayat Al Quran. Maka tidak ada seorangpun yang melampaui derajat penghafal Al Quran di dalam surga. (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Abi Syaibah, dan Al Baghawi) Ya ukhty, cobalah menghafal beberapa ayat Al Quran dan rasakan bagaimana iman akan mengalir di dalam kalbu. Nikmatilah ketenangan yang kau dapatkan setiap kali mengulangi bacaan tersebut. Betapa rindunya hati ini untuk mendengar lantunan ayat-ayat mengenai keindahan surga dan kekerasan hati menjadi luluh ketika mendengar ayat akan kengerian neraka. Sesungguhnya dengan menghafal Al-Quran, kita bisa menghitung derajat kita di dalam surga. Sesungguhnya dengan satu ayat kita akan bisa menaiki satu derajat. Maka, tidakkah kita ingin mencapai tingkat surga yang setinggi-tingginya. Janganlah memuaskan diri dengan ingin masuk surga derajat terendah. Berharaplah dan kejarlah surga derajat tertinggi Bingkisan Istimewa untuk Saudariku yang Berkeinginan dan Berusaha Menjadi Penghafal Al Quran Ya ukhty, kini telah hadir keinginan untuk menghafalkan Kitabullah. Kita telah menanamkan semangat yang kuat, tapi seiiring berjalannya waktu kejemuan mulai melanda, kesibukankesibukan lain menghadang, menghafal Al Quran menjadi terasa sulit maka bacalah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ini, Jagalah (hafalan) Al-Quran, demi Dzat yang jiwa saya ada tangan-Nya, sesungguhnya Al-Quran itu sangat cepat terlepas melebihi
Page | 47

(lepasnya) unta dari ikatannya. (Diriwayatkan Al-Bukhari dari hadits Abu Musa Radhiyallahu anhu no. 5033, kitab Fadhail Al-Quran bab 23, dan Imam Muslim juga dari Abu Musa no. 1/23-(791), kitab Shalat Al-Musafirin bab 33) Bagaimanakah agar Ikatan Unta Tidak Terlepas ? Tentulah dengan mengikatnya dengan kuat kemudian menjaganya. Ukhty, Al-Quran membutuhkan banyak-banyak mengulang dan membaca. Bila engkau telah hafal satu surat, maka seringlah membaca dan mengulang-ngulangnya sampai mantap dan kuat, jangan pindah ke surat lain, kecuali bila engkau sudah menghafalnya dengan mantap. Allah Subhanahu wa Taala berfirman, Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk dijadikan pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran ? (QS. AlQamar: 17) Dan yang menentukan adalah kemauan orang dan ketulusan niatnya. Bila dia memiliki kemauan yang tulus dan keseriusan terhadap Al-Quran, maka Allah akan memudahkan dia untuk menghafalnya dan menjadikan Al-Quran itu mudah untuk dihafal. Engkau bisa menambah hafalan di pagi hari setelah sholat Shubuh atau di waktu lain engkau lebih bisa berkonsentrasi. Lalu engkau bisa mengulangnya pada hari itu. Perlukah waktu khusus ukhty ? Tidak. Engkau bisa mengulanginya ketika engkau sholat, berjalan menuju kampus, atau ketika menunggu kedatangan temanmu. Engkau bisa membacanya di berbagai tempat dan waktu, asal engkau tetap menjaga adab-adabnya. Ukhty, semoga Allah meluruskan niatku dan niatmu. Mohonlah kemudahan dari Allah. Katakanlah pada dirimu, sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan kesulitan yang dihadapi. Katakanlah, dagangan Allah itu teramat mahal. Takkan bisa kita dapatkan kecuali dengan kesungguhan, kerja keras dan kesabaran. Katakanlah, tak ada lagi kesulitan setelah masuk surga, dan tak ada kebahagiaan secuil pun di dalam neraka. Dan bukankah yang kita tuju adalah kebahagiaan abadi di dalam surga-Nya serta kenikmatan melihat wajah-Nya Ukhty Muslimah, Didiklah Anak-Anakmu untuk mencintai Al-Quran, serta Memperbanyak Membaca dan Menghafalnya Ya ukhty, bingkisan terakhir untukmu sesungguhnya orang yang menunjukkan kepada seseorang kebaikan maka akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya. Maka didik dan doronglah anak-anakmu untuk membaca, mentadabburi, serta menghafal Al Quran. Ketika engkau merasa jemu atau lelah dalam mengajar mereka, bayangkan balasan yang akan engkau dapatkan setiap kali anak-anakmu membaca AlQuran. Semoga semua usahamu untuk mendidik mereka mendapat balasan yang lebih baik dari Allah Subhanahu wa Taala. Kita memohon pada Allah agar ditolong dan dimudahkan dalam membaca, mempelajari dan menghafal, serta mengamalkan kandungan Kitabullah. Semoga Al Quran bisa menjadi pemberi syafaat dan menolong kita di akhirat kelak. Dan kita berharap agar Allah tidak menjadikan Al Quran menjadi hujjah yang justru akan mencelakan kita di akhirat. Aamiin Sebuah nasehat terutama untuk diriku dan saudariku

Page | 48

Alhamdullilaahiladzi bini matihi tatimmush shalihaat Maraji: 1. 70 Fatwa Tentang Al-Quran (Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz) 2. Berbenah Diri untuk Penghafal Al-Quran (Dr. Anis Ahmad Kurzun), Majalah As Sunnah, edisi Ramadhan 06-07/ Tahun XI/ 1428H/ 2007M 3. Bersanding dengan Bidadari di Surga (Dr. Muhammad bin Ibrahim An-Naim) 4. Hukum Musik dan Lagu, Rasailut Taujihaat Al Islamiyyah, 1/ 514 516 (Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu) 5. Kiat Mengatasi Kendala Membaca dan Menghafal Al-Quran (Haya Ar-Rasyid) *** Artikel www.muslimah.or.id

Saudariku, Janganlah Engkau Sakiti Kedua Orangtuamu


Penulis: Ummu Rumman Murojaah: Ust. Abu Salman Segala puji bagi Rabb alam semesta, shalawat dan salam atas Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang diutus sebagai rahmat bagi alam semesta. Saudariku muslimah Pernahkah engkau memperhatikan seorang anak kecil yang tengah bersama orang tuanya? Atau, ingatlah masa kecilmu dulu sampai masa sekarang. Ingatlah betapa besar kasih sayang kedua orang tuamu kepadamu. Ingatlah betapa besar perhatian mereka akan tempat tinggalmu, makan dan minummu, pendidikanmu, serta penjagaan mereka pada waktu malam dan siang. Ingatlah betapa besar kekhawatiran mereka ketika engkau sakit hingga pekerjaan yang lain pun mereka tinggalkan demi merawatmu. Uang yang mereka cari dengan susah payah rela mereka keluarkan tanpa pikir panjang demi kesembuhanmu. Ingatlah kerja keras siang malam yang mereka lakukan demi menafkahimu. Niscaya engkau akan mengetahui kadar penderitaan kedua orang tuamu pada waktu mereka membimbing dirimu hingga beranjak dewasa. Allah Subhanahu wa Taala telah memerintahkan di dalam Al quran, agar manusia berbakti kepada kedua orang tuanya. Dan Rabbmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak keduanya. Dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia, dan
Page | 49

rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, sayangilah mereka keduanya, sebagaimana keduanya telah menyayangi aku waktu kecil. (Al Israa: 23-24) Allah Subhanahu wa Taala juga berfirman dalam surat An Nisaa ayat 36, Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak, kepada kaum kerabat, kepada anak-anak yatim, kepada orang-orang miskin, kepada tetangga yang dekat, tetangga yang jauh teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan dirinya. (An Nisaa: 36) Jika kita perhatikan, berbuat baik kepada kedua orang tua seperti yang tercantum pada ayatayat tersebut di atas menunjukkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua menduduki peringkat kedua setelah mentauhidkan (mengesakan) Allah Subhanahu wa Taala dalam beribadah. Karena itu bisa kita pahami bahwa tidak boleh terjadi bagi seorang yang mengaku bertauhid kepada Allah tetapi ia durhaka kepada kedua orang tuanya, wal iyadzubillah nas alullaha salamah wal afiyah. Allah Subhanahu wa Taala yang Menciptakan dan Allah yang Memberikan rizki, maka Allah Subhanahu wa Taala sajalah yang berhak diibadahi. Sedangkan orang tua adalah sebab adanya anak, maka keduanya berhak untuk diperlakukan dengan baik. Oleh karena itu, merupakan kewajiban bagi seorang anak untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Taala, kemudian diiringi dengan berbakti kepada kedua orang tuanya. Saudariku, marilah kita belajar dari mulianya akhlaq para salaf dalam berbakti kepada kedua orang tuanya. Sesungguhnya dari kisah mereka kita dapat mengambil pelajaran yang baik. Dari Ibnu Aun diriwayatkan bahwa ia menceritakan, Seorang lelaki ada yang pernah menemui Muhammad bin Sirin di rumah ibunya. Ia bertanya, Ada apa dengan Muhammad? Apakah ia sakit? (karena Muhammad bin Sirin suaranya lirih hampir tak terdengar bila berada di hadapan ibunya. red). Orang-orang di situ menjawab, Tidak. Cuma demikianlah kondisinya bila berada di rumah ibunya. Dari Hisyam bin Hissan, dari Hafshah binti Sirin diriwayatkan bahwa ia menceritakan, Muhammad, apabila menemui ibunya, tidak pernah berbicara dengannya dengan suara keras demi menghormati ibunya tersebut. Dari Ibnu Aun diriwayatkan bahwa ia menceritakan, Suatu hari ibunya memanggil beliau, namun beliau menyambut panggilan itu dengan suara yang lebih keras dari suara ibunya. Maka beliau segera membebaskan dua orang budak. Dari Muhammad bin sirin diriwayatkan bahwa ia menceritakan, pada masa pemerintahan Ustman bin Affan, harga pokok kurma mencapai seribu dirham. Maka Usamah bin Zaid bin Haritsah mengambil dan menebang sebatang pokok kurma dan mencabut umbutnya (yakni bagian di ujung pokok kurma berwarna putih, berlemak berbentuk seperti punuk unta, biasa dimakan bersama madu), lalu diberikan kepada ibunya untuk dimakan. Orang-orang bertanya, Apa yang menyebabkan engkau melakukan hal itu, padahal engkau tahu bahwa pokok kurma kini harganya mencapai seribu dirham? Beliau menjawab, Ibuku menhendakinya. Setiap ibuku menginginkan sesuatu yang mampu kudapatkan, aku pasti memberikannya.

Page | 50

Saudariku, andaikan (kelak) kita menjadi orang tua, tidakkah kita akan kecewa dan bersedih hati bila anak kita berkata kasar kepada kita, orang tuanya yang telah membesarkannya. Lalu, apakah kita akan tega melakukannya terhadap orang tua kita saat ini? Mereka yang selalu berusaha meredakan tangis kita ketika kecil. Ingatlah duhai saudariku, doa orang tua terutama ibu adalah doa yang mustajab. Maka janganlah sekali-kali engkau menyakiti hati mereka meskipun engkau dalam pihak yang benar. Cermatilah kisah berikut ini saudariku Dari Abdurrahman bin Ahmad, meriwayatkan dari ayahnya bahwa ada seorang wanita yang datang menemui Baqi dan mengatakan, Sesungguhnya anakku ditawan, dan saya tidak memilki jalan keluar. Bisakah anda menunjukkan orang yang dapat menebusnya; saya sungguh sedih sekali. Beliau menjawab, Bisa. Pergilah dahulu, biar aku cermati persoalannya. Kemudian beliau menundukkan kepalanya dan berkomat-kamit. Tak berapa lama berselang, wanita itu telah datang dengan anak lelakinya tersebut. Si anak bercerita, Tadi aku masih berada dalam tawanan raja. Ketika saya sedang bekerja paksa, tiba-tiba rantai di tanganku terputus. Ia menyebutkan hari dan jam di mana kejadian itu terjadi. Ternyata tepat pada waktu Syaih Baqi sedang mendoakannya. Anak itu melanjutkan kisahnya, Maka petugas di penjara segera berteriak. Lalu melihatku dan kebingungan. Kemudian mereka memanggil tukang besi dan kembali merantaiku. Selesai ia merantaiku, akupun berjalan, tiba-tiba rantaiku sudah putus lagi. Mereka pun terbungkam. Mereka lalu memanggil para pendeta mereka. Para pendeta itu bertanya, Apakah engkau memilki ibu? Aku menjawab, Iya. Mereka pun berujar, mungkin doa ibunya, sehingga terkabul. Kejadian itu diceritakan kembali oleh al Hafizh Hamzah as Sahmi, dari Abul Fath Nashr bin Ahmad bin Abdul Malik. Ia menceritakan, aku pernah mendengar Abdurrahman bin Ahmad menceritakannya pada ayahku, lalu ia menuturkan kisahnya. Namun dalam kisahnya disebutkan, bahwa mereka berkata, Allah telah membebaskan kamu, maka tidak mungkin lagi bagi kami menawanmu. Mereka lalu memberiku bekal dan mengantarkan aku pulang. Saudariku muslimah Maukah engkau kuberitahu amalan utama yang dapat membuatmu dicintai Allah? Tidakkah engkau ingin dicintai Allah, saudariku? maka sambutlah hadist berikut ini. Dari Abdullah bin Masud katanya: Aku bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang amal-amal paling utama dan dicintai Allah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktu), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah. (HR. Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9) Saudariku muslimah Tidakkah engkau ingin selalu dalam keridhaan Allah? Maka, jadikanlah kedua orang tuamu ridha kepadamu, sebab keridhaan Allah berada dalam keridhaan kedua orang tuamu. Dan kemurkaan Allah berada dalam kemurkaan kedua orang tuamu. Seandainya ada seorang hamba datang di hari kiamat dengan membawa amal perbuatan seribu orang shiddiq, namun dia durhaka kepada kedua orang tuanya, maka Allah Tabaaraka wa Taala tidak akan melihat amalannya yang begitu banyak walau sedikit pun. Sedangkan tempat kembali orang seperti ini tidak lain adalah neraka. Dan tidak ada seorang hamba laki-laki atau perempuan yang
Page | 51

membuat wajah kedua orang tua atau salah satu dari mereka tertawa, kecuali Allah akan mengampuni semua kesalahan dan dosanya. Dan tempat kembali orang seperti ini adalah surga. Tidakkah kita menginginkan surga, saudariku? Saudariku muslimah Sesungguhnya hak-hak kedua orang tuamu atas dirimu lebih besar dan berlipat ganda banyaknya sehingga apapun yang engkau lakukan dan sebesar penderitaan yang engkau rasakan ketika kamu membantu bapak dan ibumu, maka hal itu tidak akan dapat membalas kedua jasanya. Di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa ketika sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu melihat seseorang menggendong ibunya untuk thawaf di Kabah dan ke mana saja si ibu menginginkan, orang tersebut bertanya, Wahai Abdullah bin Umar, dengan perbuatanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku? Jawab Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu, Belum, setetes pun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang tuamu. (Shahih Al adabul Mufrad no. 9) Saudariku muslimah Tidakkah engkau ingin diluaskan rizkimu dan dipanjangkan umurmu oleh Allah? Maka perhatikanlah dengan baik sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Barang siapa yang suka diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim. (HR. Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu dawud 1693) Saudariku, betapa besar semangat dan bahagianya hati kita ketika silaturrahim kepada temanteman kita. Perjalanan jauh pun tidak kita anggap sulit. Ketika sudah bersama mereka, waktu seakan berjalan dengan cepat. Lalu, manakah waktu untuk silaturrahim kepada kedua orang tua kita? Beribu alasan pun telah kita siapkan. Tahukah engkau saudariku, bukankah orang tua adalah keluarga terdekat kita. Maka merekalah yang haknya lebih besar untuk kita dahulukan dalam masalah silaturrahim. Ingatlah pula bahwa merekalah yang selalu berada di sisi kita baik ketika bahagia maupun duka, berkorban dan selalu menolong kita lebih dari teman-teman kita. Lalu, masih enggankah kita membalas segala pengorbanan mereka? Saudariku muslimah Berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan sebuah keharusan, bahkan hal ini harus didahulukan daripada fardlu kifayah serta amalan-amalan sunnah lainnya. Didahulukan pula daripada jihad (yang hukumnya fadlu kifayah) dan hijrah di jalan Allah. Pun harus didahulukan daripada berbuat baik kepada istri dan anak-anak. Meski tentu saja hal ini bukan berarti kemudian melalaikan kewajiban terhadap istri dan anak-anak. Saudariku, taatilah kedua orang tuamu dan janganlah engkau menentang keduanya sedikit pun. Kecuali apabila keduanya memerintahkan padamu berbuat maksiat kepada Tuhanmu, karena sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, Tidak ada ketaatan bagi makhluk apabila pada saat yang sama bermaksiat kepada Sang Pencipta. (HR. Ahmad) Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
Page | 52

dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepadaKulah tempat kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuannya tentang itu, maka janganlah kamu menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman 14-15) Sering kali, ketika rasa kecewa telah memenuhi hati kita, kekecewaan yang muncul akibat orang tua yang tidak tahu dan tidak paham akan kebenaran Islam yang sudah kita ketahui, bahkan ketika mereka justru menjadi penghalang bagi kita dalam tafaquh fiddin, kita jadi seakan-akan mempunyai alasan untuk tidak mempergauli mereka dengan baik. Saudariku, ingatlah bahwa sejelek apapun orang tua kita, kita tetap tidak akan bisa membalas semua jasa-jasanya. Ingatlah, bahwa Allah Subhanahu wa Taala pun tetap memerintahkan kita untuk mempergauli mereka dengan baik, meskipun mereka telah menyuruh kita berbuat kesyirikan. Ya, yang perlu kita lakukan hanyalah tidak mentaati mereka ketika mereka menyuruh kita untuk bermaksiat kepada Allah dan tetap berlaku baik pada mereka. Lebih dari itu, tidakkah kita ingin agar bisa mereguk kebenaran dan keindahan Islam bersama mereka, saudariku? Tidakkah kita menginginkan kebaikan dan keselamatan bagi mereka sebagaimana mereka yang selalu menginginkan kebaikan dan keselamatan bagi kita? Tidakkah kita ingin agar Allah mempertemukan kita di Jannah-Nya? Karena itu, bersabarlah saudariku. Bersabarlah dalam membimbing dan berdakwah pada mereka sebagaimana mereka selalu sabar dalam membimbing dan mengajari kita dahulu. Jangan pernah putus asa saudariku, batu yang keras sekalipun bisa berlubang karena ditetesi air terus menerus. Tahukah engkau saudariku, salah satu doa yang mustajab? Yaitu doa dari seorang anak yang shalih untuk orang tuanya. Sambutlah kembali hadiah nabawiyah ini, saudariku. Dalam hadist Abu Hurairoh radhiyallahu anhu disebutkan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Apabila manusia mati, putuslah amalnya kecuali tiga perkara: sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendoakan orang tuanya. (HR. Muslim) Dari Abu Hurairoh radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Allah pasti mengangkat derajat bagi hamba-Nya yang shalih ke surga, maka ia bertanya, Ya Allah, bagaimana itu bisa terjadi? Allah menjawab, Berkat istigfar anakmu untukmu. (HR. Ahmad) Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Kelak akan datang kepada kamu sekalian seseorang bernama Uwais bin Amir, anak muda yang belum tumbuh janggutnya, keturunan Yaman dari kabilah Qarn. Pada tubuhnya terkena penyakit kusta, namun penyakit itu sembuh daripadanya, kecuali tersisa seukuran uang dirham. Dia mempunyai ibu yang ia sangat berbakti kepadanya. Apabila ia berdoa kepada Allah niscaya dikabulkan, maka jika engkau bertemu dengannya dan memungkinkan minta padanya memohonkan ampun untukmu maka lakukanlah. (HR. Muslim dan Ahmad) Nah, saudariku. Janganlah engkau enggan untuk berdoa demi kebaikan orang tuamu. Sekeras apapun usaha yang engkau lakukan, bila Allah tidak berkehendak, niscaya tidak akan pernah terwujud. Hanya Allahlah yang mampu Memberi petunjuk dan membukakan pintu hati kedua
Page | 53

orang tuamu. Mintalah pada-Nya, karena tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya. Memohonlah terus pada-Nya dan jangan pernah bosan meski kita tidak tahu kapankah doa kita akan dikabulkan. Pun seandainya Allah tidak berkehendak untuk memberi mereka petunjuk hingga ajal menjemput mereka, ingatlah bahwa Allah tidak pernah mendzalimi hamba-Nya. Janganlah berhenti berdoa saudariku, karena tentu engkau sudah tahu bahwa doa seorang anak shalih untuk orang tuanya tidaklah terputus amalannya meski kedua orang tuanya sudah meninggal. Sesungguhnya perkataan yang paling jujur adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi kita sholallahu alaihi wassalam, dan seburuk-buruk perkara adalah yang baru dan diada-adakan dan setiap yang baru itu bidah dan setiap bidah adalah sesat dan setiap kesesatan adalah di neraka. Allahummaghfilana wa li waalidainaa warham huma kamaa robbayanaa shighoro - Selesai ditulis pada 26 Syaban pukul 08.12 di bumi Allah Untuk bapak ibu, yang telah merawat dan memberikan kasih sayang berlimpah padaku. Tiada yang kuinginkan bagi kalian selain kebaikan dan keselamatan dunia akhirat. Semoga Allah menyelamatkan kita dan keluarga kita dari api neraka yang bahan bakarnya dari batu dan manusia, serta mengumpulkan kita di dalam Jannah-Nya. Maraji: 1. Aina Nahnu min Akhlaq As Salaf (Abdul Aziz bin Nashir al Jalil) 2. Birrul Walidain (Yazid bin Abdul Qodir Jawas) 3. Bustaan Al Waaidziin wa Riyaadh Al Saamiiin (Ibnul Jauzi) *** Artikel www.muslimah.or.id

Tiga Kriteria Manusia yang Tidak Layak Menjadi Teladan


Saudariku muslimah Senantiasa kita memanjatkan puji dan syukur kita kepada Allah subhanahu wa taala yang telah banyak memberikan kepada kita karunia dan nikmat, terutama nikmat Islam dan nikmat iman. Senantiasa nikmat itu turun kepada kita, akan tetapi senantiasa maksiyat itu naik kepada Allah subhanahu wa taala. Sesungguhnya yang paling penting dalam kehidupan manusia adalah qudwah (teladan). Dan di antara perkara yang paling penting adalah adanya qudwah hasanah, suri tauladan yang
Page | 54

baik yang harus dijadikan sebagai panduan untuk kehidupan kita. Maka ketahuilah wahai saudariku muslimah, Allah subhanahu wa taala telah menjadikan Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam sebagai qudwah. Allah berfirman,

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suatu tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan keselamatan dihari kiamat dan banyak mengingat Allah. (QS. Al-Ahzab: 21) Maka sesungguhnya saudariku, seseorang yang mencari teladan kepada selain Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka ia akan binasa. Maka ia pun akan tersesat, karena petunjuk itu berasal dari Allah, disampaikan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sesungguhnya sebenar-benar kalam adalah Kalam Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sedangkan seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara yang baru (dalam agama). Setiap perkara baru (dalam agama) adalah Bidah dan setiap bidah adalah kesesatan. Padahal setiap kesesatan adalah berada di dalam neraka. (Kalimat ini disebut dengan Khutbatul Haajah, Shahih dikeluarkan oleh An Nasai (III/104), Ibnu Majah (I/352/1110), Abu Daud (III,460/1090). Lihat Al-Wajiz fi Fiqhis Sunnah hal. 144-145) Oleh karena itulah, kewajiban kita untuk memilih dan memilah. Mana orang yang bisa dijadikan teladan dan mana yang tidak. Para ulama dari kalangan shahabat, para ulama dari kalangan tabiin, para ulama dari kalangan tabiut tabiin dan para ulama setelahnya, mereka adalah orang-orang shalih yang telah menghabiskan umur mereka untuk kebaikan, untuk tetap berada di jalan Allah, untuk berbakti kepada Allah dan agamanya dan untuk membela agama Allah Rabbul alamin.Kewajiban kita untuk mengetahui siapa orang yang berhak dijadikan teladan. Dan siapa yang tidak berhak dijadikan teladan. Dengarkanlah firman Allah yang menyebutkan tentang tiga kriteria sifat yang apabila ketiga kriteria sifat ini ada pada seseorang, maka tidak boleh kita jadikan sebagai teladan. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. AlKahfi : 28) Kriteria Pertama Kriteria sifat yang pertama . Maksud dari arti dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami adalah orang tersebut menyebut Allah dengan lisannya tapi melupakan Allah dalam hati. Atau hatinya lalai dari Al-Quran sama sekali bahkan selalu menyelisihinya. Dan sifat orang munafik, mereka tidak berdzikir kepada Allah kecuali sedikit saja. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

Page | 55

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (QS. An-Nisaa : 142) Berdzikir di sini maksudnya adalah zikir-zikir yang diwajibkan, seperti shalat misalnya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS. Thaahaa : 14) Seseorang yang shalat di waktu siang, waktu sore demikian pula di waktu Maghrib, Isya dan Shubuh, maka ia telah melaksanakan zikir yang wajib. Saudariku muslimah yang dimuliakan Allah Demikian pula orang yang meninggalkan zikir-zikir yang sunnah, pun tidak layak kita jadikan suri tauladan. Karena sesungguhnya yang sunnah-sunnah itu bukan untuk ditinggalkan akan tetapi untuk dijalankan. Maka dari itulah, orang yang dipalingkan oleh Allah untuk berzikir kepada Allah pasti yang ia ingat selain Allah Subhanahu wa Taala. Sehingga hatinya mengagungkan selain Allah, hanya berharap kepada selain-Nya, dan tidak bertawakkal kepada-nya. Cinta pun bukan karena Allah. Benci pun bukan karena Allah. Itulah orang-orang yang tidak pernah berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Taala. Sehingga syahwat menjadi kendaraannya, hawa nafsu menjadi komandannya dan kelalaian itulah menjadi kebiasaannya. Wal iyyadzubillaah. Maka dari itu Allah berfirman,

Jangan engkau taati orang yang Kami lalaikan hatinya untuk berdzikir kepada Kami. Apabila seseorang telah lalai untuk berdzikir kepada Allah dan dia berpaling dari berdzikir kepada-Nya, maka Allah jadikan setan sebagai temannya. Allah berfirman,

Barangsiapa yang berpaling dari berdzikir kepada Allah Yang Maha Pemurah, Kami adakan baginya syaithan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (QS. Az-Zukhruf : 36) Yang dimaksud dengan berpaling dari zikir dalam ayat ini adalah berpaling dari peringatan Allah, yaitu Al Quran. Siapa saja yang tidak mengimani Al Quran, membenarkan berita yang disebutkan di dalamnya, tidak meyakini perintah yang diwajibkan di dalamnya, dialah yang dikatakan berpaling dari dzikir pada Allah dan setan pun akan menjadi teman dekatnya. Demikian dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah dalam kitabnya al-Furqon (hal. 43).
Page | 56

Bahkan Allah Subhanahu wa Taala mengancam kepada orang yang berpaling dari zikir ini yaitu Al-Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, bahwa orang tersebut akan diberikan penghidupan yang sempit di dunia dan akhirat. Allah berfirman,

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat? Allah berfirman: Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan. (QS. Ath-Thaha: 124-126) Orang yang melalaikan zikir kepada Allah, yaitu berupa peringatan-peringatan Al-Quranul karim dan peringatan-peringatan dari sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan dampak yang sangat buruk bagi kehidupan orang tersebut. Nasehat, pelajaran dan ibrah dari Al-Quran dan As-Sunnah tidak bermanfaat lagi padanya, sehingga hatinya pun mengeras. Padahal orang yang beriman, apabila disebutkan nama Allah dia menjadi takut. Padahal orang yang beriman apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Allah, dia menjadi tambah keimanannya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS. Al-Anfaal : 2) *** Kriteria Kedua Lalu sifat yang kedua adalah mengikuti hawa nafsunya Al-hawaa. Tahukan kalian apakah itu al-hawaa, wahai ukhti? Sesungguhnya hawaa adalah jalan yang menyelisihi sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Al-hawaa seringkali dimutlakkan oleh para ulama untuk perbuatan yang tidak ada tuntunannya dalam Islam (baca: bidah). Oleh karena itulah, mereka sering mengatakan ahlul bidah sebagai ahlulhawaa. Pada sifat yang kedua ini, orang tersebut selalu mengikuti hawaa yakni bidah yang menyimpang dari sunnah Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam. Yang ia cari adalah sesuatu yang menyimpang dari sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Ahli bidah adalah orang yang mengikuti hawa nafsu, menentang dan memusuhi syariat yang ada. (Silahkan lihat al-Itisham karya Asy-Syathibi, 1/61) Yunus bin Abdul Alaa Ash-Shadafi[1] berkata, Saya pernah berkata kepada Imam AsySyafiI, Sahabat kami, yakni Al-Laits bin Saad[2] pernah berkata, Jika kalian melihat seorang lelaki berjalan di atas air janganlah terpedaya dengannya hingga kalian lihat apakah orang tersebut mencocoki Al-Quran dan As-Sunnah. Imam Asy-Syafii berkata, Tidak itu
Page | 57

saja, semoga Allah merahmati beliau, bahkan jika kalian melihat seorang lelaki berjalan di atas bara api atau melayang di udara maka janganlah terpedaya dengannya hingga kalian lihat apakah ia mencocoki ajaran Al-Quran dan As-Sunnah. (Diriwayatkan oleh As-Suyuthi dalam Al-Amr Bittiba Wan-Nahii Anil Ibtida) Inilah saudariku muslimah, yang kita jadikan barometer kita. Di antara barometer atau sifat orang yang berhak kita jadikan teladan, yaitu mereka yang senantiasa mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. *** Kriteria Ketiga Saudariku muslimah Lalu Allah menyebutkan sifat yang ketiga. Orang yang tidak berhak dijadikan qudwah yakni

Dan adalah keadaanya itu melampaui batas. Maksudnya, orang tersebut banyak membuang waktu, menyia-nyiakan waktu dan kesempatan. Hari demi hari berlalu tapi dia tidak bisa menghasilkan sesuatu pun (dari amal ibadah). Di dalam ayat ini terdapat penjelasan pentingnya menghadirkan hati ketika berzikir kepada Allah. Seseorang yang berzikir kepada Allah dengan lisannya saja tanpa menghadirkan hatinya, maka berkah amal dan waktunya dicabut hingga dia merugi dan siasia. Kita akan menemui orang tersebut berbuat selama berjam-jam tapi tanpa hasil sedikit pun. Tapi kalau seandainya dia selalu menggantungkan hatinya kepada Allah, maka dia akan merasakan berkah amalnya tersebut. Kita lihat terdapat dua fenomena yang keduanya merupakan perkara yang sangat menyimpang dari agama. Di satu pihak, terdapat orang yang menyia-nyiakan kewajibankewajiban yang telah Allah Subhanahu wa Taala wajibkan kepadanya kemudian ada pihak lain yang dia pun berlebih-lebihan (ghuluw) dalam menjalankan syariat. Dan ini lebih berbahaya, wahai ukhti. Salah satu contohnya adalah, berlebih-lebihan dalam hal pengagungan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Ia menganggap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tahu yang ghaib. Dia menganggap bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bisa memberikan manfaat dan mudharat. Contoh lain adalah, pihak yang berlebih-lebihan kepada orang shalih. Sehingga ia menganggap bahwa orang shalih bisa mengabulkan doa, padahal orang shalih tersebut telah mati, orang yang berlebihlebihan di dalam hal kafir mengkafirkan. Maka orang-orang seperti ini tidak bisa dijadikan teladan. Inilah saudariku muslimah, tiga sifat yang Allah sebutkan yang apabila kita terjemahkan tiga sifat ini, maka akan sangat panjang dan mencakup semua keburukan yang ada yang telah Allah sebutkan dalam Al-Quran dan disebutkan dalam berbagai hadits. Dan ketiga sifat ini tidak bisa kita jadikan qudwah (teladan). Maka kebalikannya, orang yang bisa dijadikan qudwah juga yang mempunyai tiga sifat. Yang pertama adalah orang yang senantiasa memperhatikan peringatan Al Quran dan Sunnah Rasul, serta zikir kepada Allah. Yang kedua adalah yang senantiasa mengikuti
Page | 58

sunnah Rasululah shallallahu alaihi wa sallam. Yang ketiga adalah yang tidak menyianyiakan kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan kepadanya dan dia pun tidak berlebih-lebihan (ghuluw) dalam beragama. Wa shollallahu ala nabiyyiina Muhammad wa ala alihi wa shohbihi wa sallam. Footnote : [1] Beliau adalah Yunus bin Abdul Alaa Ash-Shadafi Abu Musa AI-Mishri, seorang tsiqah. Silakan lihat Tahdzib At-Tahdzib (XI/440), Taqrib At-Tahdzib (II/385), Al-Jarh wat Tadil (IX/243), Wafayaatil Ayan (VII/249) dan Al-Ansab(VIII/288). [2] Beliau adalah Al-Laits bin Saad bin Abdurrahman AI-Fahmi Abul Harits AI-Mishri, seorang tsiqah, faqih dan imam yang sangat terkenal. Silakan lihat Tarikh karangan Ibnu Main (II/501) dan Siyar Alamun Nubala (VIII/122). Penulis: Ummu Izzah Yuhilda Murojaah: Ust. M. A. Tuasikal Maraji : Quranul karim dan terjemahannya www.ahlulhadist.wordpress.com www.raudhatulmuhibbin.org www.muslim.or.id Syaikh Utsaimin, Tafsir Al-Kahfi, As-Sunnah, Jakarta. Dr. Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Cahaya Sunnah dan Kelamnya Bidah, Samodra Ilmu, Yogyakarta. 7. Abu Yahya Badrusalam, Lc., Keindahan Islam dan Perusaknya, Al-Bashirah. 8. Abdul Hakim bin Amir Abdat, AlMasaa-il (Masalah-masalah Agama), Darus Sunnah, Jakarta. 9. Dr. Said bin Ali Wahf Al-Qahthani, Syarah Doa dan Dzikir Hishnul Muslim, Darul Falah, Jakarta. 10. E-Book Ikuti Sunnah dan Jauhi Bidah karya Al-Allamah Abdul Muhsin Al-Abdad. 1. 2. 3. 4. 5. 6. *** Artikel muslimah.or.id

Ukhti.., Kamipun Pernah Merasakannya


Tertegun aku malam ini, seorang saudariku mengeluhkan semua kegundahan hatinya.. Dia lelah dan mulai jenuh dengan aktifitas dakwah dan tarbiyah.. Entah kenapa hatinya begitu sulit dia gerakkan ke majelis-majelis ilmu lagi.. Ku terdiam dan mendengar semua ceritanya.. Setelah dia selesai, akupun tersenyum dan berkata..

Page | 59

Ukhti, bukan hanya kau yang merasakannya, aku juga demikian.. Bahkan akhwat-akhwat yang lain yang mungkin keilmuannya jauh di atas kitapun juga merasakannya.

Ukhti, jalan yang kita tempuh ini bukan medan yang mudah Kita harus mampu menekan semua keinginan kita yang sejalan dengan nafsu kita, jika itu bertentangan dengan kehendakNya.. Pilihan hidup kita ini, berbeda dengan mereka di luar sana. Mereka yang hidup tanpa ilmu, akan bebas melakukan apapun yang mereka inginkan.. Namun kita, kita punya tujuan di atas itu semua.. Kau ingat kan ukhti ? apa tujuan kita sebenarnya? (kataku sambil tersenyum padanya) RidhoNya.. Ridho Allah.. Kau tahu kan? Bagaimana memperolehnya? (kau hanya terdiam, dengan mata berkacakaca) (tersenyum) Ridho itu hanya dapat kita peroleh dengan menjalani hidup sesuai dengan kehendakNya.. Ridho itu hanya mampu kita raih dengan menjauhi semua hal yang tak di sukainya.. Lalu bagaimana kita mampu mengetahui apa yang Dia kehendaki dan yang tak dikehendakinya? Yah, dengan menuntut ilmu, dengan mendatangi majelis-majelis dzikir itu.. Hanya dengan begitu kita tahu, jika itu saja kita mulai lelah mencari tahu, lalu bagaimana kita bisa meraih RidhoNya?

Ukhti, Jangan kau kira, keimanan kami akhwat-akhwat yang lain selalu stabil dan berada dalam taraf tinggi, dipuncak iman.. Tidak, kami pun sama denganmu, rasa jenuh itu pun senantiasa menghampiri, namun ingatlah, Itulah tipu daya syaitan, dia tak akan lelah mendatangi kita hingga kita melangkah di belakangnya mengikutinya dan semakin jauh dari jalan Allah.. Kamipun kadang sangat merasa malas, merasa betapa berat kaki ini melangkah, tapi kami paksakan diri ini bergerak, bahkan kalau perlu akan kami seret kaki kami menuju halaqahhalaqah itu, kenapa? ingatlah dan tanamkan dalam hatimu, hanya jiwa-jiwa terpilih yang dikuatkan Azzamnya oleh Allah untuk melangkah mendekatiNya ke taman-taman syurgaNya. Dan katakan pada dirimu.. bahwa jiwa-jiwa terpilih itu haruslah kau.. Ukhti, ketahuilah, manusia hanya berada dalam 2 keadaan, jika ia tak berada dalam keadaan bertakwa pada Allah maka pastilah ia berada pada kondisi bermaksiat pada Allah.. Page | 60

Ukhti, kematian datang kapan saja, relakah kau jika kau di panggil dalam keadaan lalai padaNya? Jika kau menghadap pada Allah dalam keadaan futur. Alangkah merugi orang-orang yang disesatkan oleh Allah setelah beriman.. Alangkah kasihan orang-orang yang membelenggu dirinya dalam nafsu duniawi yang merupakan kenikmatan sesaat.. Alangkah menderitanya seseorang yang berjalan menyelisihi Allah..

Ukhti kau katakan malu untuk kembali, kau malu karena telah lama meninggalkan tarbiyah dan jamaah ini? Apa yang kau malukan? Pada siapa? Allah? Akwat? Murobbiyah? Masyaallah, ukhti.. ketahuilah, kami jauh lebih bahagia menemukanmu kembali berada dalam barisan jamaah ini, bahkan tak akan mungkin pernah terpikir di kepala kami untuk mencemoohmu, bahkan kami akan sangat kagum padamu, batapa kuat dirimu melawan godaan syaitan yang begitu besar pada dirimu dan kau mampu kembali ketengah-tengah kami.. Kami bahkan akan sangat iri padamu, betapa Allah sangat mencintaimu dengan tak pernah membiarkanmu jauh darinya, kendati banyak kekecewaan yang kau toreh di hatiNya, namun lihatlah Saking cintaNya Allah padamu, keimanan itu tetap dia lekatkan di hatimu, lihatlah betapa kegelisahan dan rasa rindu dengan jalan ini masih ada dihatimu.. lalu apa yang kau malukan? Tahukah kau? Bahwa Allah akan lebih bahagia mendapatkan hambanya yang kembali padaNya dan bertobat, dari pada seorang musafir yang menemukan bekalnya yang hilang di padang pasir.. lalu apa yang kau tunggu? Ukhti, jangan malu, kembalilah.. jangan takut, kembalilah.. Kami masih tetap disini, seperti dulu.. menyambutmu dengan tangan terbuka.. Tak ada yang berubah..

Kau menangis.. Bahagia..

Kupeluk.. Ana uhibbuki fillah.. Aztriana 130311 2353 Makassar Diposkan oleh Satrio Herlambang di 23:07 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Page | 61

Pojok Hikmah: Qishash di Antara Dua Kambing


Dari Abu Dzar radhiallahu anhu bahwasanya suatu hari ketika Rasulullah shallallahualaihi wa sallam sedang duduk. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melihat ada dua kambing bertemu dan salah satu dari keduanya saling menanduk yang lainnya sehingga dapat mengalahkannya. Perawi berkata, lalu Rasulullah shallallahualaihi wa sallam pun tertawa. Maka dikatakan kepadanya, Wahai Rasulullah apa yang menyebabkanmu tertawa? Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Saya kagum dengan kambing itu. Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sungguh kambing itu akan digiring pada Hari Kiamat. (Musnad Ahmad (5/173)) Dalam riwayat Imam Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahuanhu bahwasanya Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda, Pada Hari Kiamat semua hak akan diberikan kepada ahlinya sehingga kambing yang bertanduk pun akan dituntun untuk menuju kambing yang kurus (untuk membalaskan perbuatan kambing bertanduk yang menanduk kambing kurus ketika di dunia). (HR. Muslim, pasal tentang al-Birr wa ash-Shilah wa al-Adab, bab: Haram berbuat sewenang-wenang, (2582) *) Dikutip dari buku Bercanda Bersama Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam (edisi terjemahan Dhahikun Nabi shallallahu `alaihi wa sallam wa Tabassumuhu wa Muzahuhu oleh Ridhwanullah ar-Riyadhi) 1426/2005, Penerbit Darul Haq, Jakarta. Dengan perubahan seperlunya oleh www.muslimah.or.id

Saudariku, Jangan Gunakan Lisanmu untuk Melaknat!


Penulis: Ummu Salamah As-Suluni Termasuk bagian dari kenikmatan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya adalah lisan. Dengan lisan, kita dapat mengungkapkan pikiran dan perasan kita. Terkadang kita menganggap sepele atau bahkan melupakan perkara yang berhubungan dengan lisan, sehingga kita sering mendengar seseorang yang mengucapkan sesuatu yang tanpa disadari bisa menimbulkan murka Allah Subhanahu wa Taala. Lisan terkadang dapat mengantarkan pemiliknya ke tingkat tertinggi apabila lisan itu digunakan untuk kebaikan atau diarahkan kepada apa yang diridhai Allah Subhanahu wa Taala. Namun lisan juga dapat menjerumuskan pemiliknya ke tingkat yang paling rendah, yaitu apabila lisan digunakan untuk perkara yang tidak diridhai Allah Subhanahu wa Taala. Seorang mukmin senantiasa diperintahkan untuk menjaga lisannya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman yang artinya, Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. (QS. Al-Mukminun: 1-3)

Page | 62

Menjaga lisan termasuk salah satu kesempurnaan Islam seseorang, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sebaik-baik (kualitas) keislaman kaum mukminin adalah orang yang kaum muslimin merasa aman dari (kejahatan) lisan dan tangannya. Sebaik-baik (kualitas) keimanan kaum mukminin adalah mereka yang paling baik akhlaqnya.. (HR. Ath-Thabrani) Sebagai seorang mukmin, penting bagi kita untuk mengetahui apa saja yang termasuk kejahatan lisan. Diantara kejahatan-kejahatan lisan tersebut adalah melaknat. Apa itu melaknat? Melaknat memiliki dua makna, yaitu makna pertama adalah mencela dan makna kedua adalah mengusir serta menjauhkan dari rahmat Allah. Melaknat bukanlah perangai orang beriman, dari Abdullah bin Masud, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Seorang mukmin bukanlah orang yang suka mencela dan bukan orang yang suka melaknat serta bukan orang yang suka bicara jorok dan kotor. (HR. Al-Bukhari) Banyak bahaya yang ditimbulkan karena melaknat. Di antara bahaya tersebut adalah tukang laknat tidak dimasukkan dalam golongan para syuhada dan tidak termasuk orang-orang yang memberi syafaat disisi Allah untuk memintakan ampun bagi seseorang, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Orang yang suka melaknat tidak akan menjadi pemberi syafaat dan tidak pula syuhada pada hari kiamat. (HR. Muslim) Melaknat juga bukan sifat para shidiqqun, disebutkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidak sepatutnya bagi seorang shidiqq menjadi pelaknat. (HR. Muslim) Lalu bagaimana jika seseorang melaknat orang lain yang tidak berhak untuk dilaknat? Jawabannya, laknat itu akan kembali pada orang yang melaknat. Dalam suatu hadits dari Abu Darda radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya seorang hamba apabila melaknat sesuatu, niscaya laknatnya akan naik ke langit, maka tertutuplah pintu-pintu langit hingga ia (laknat -ed) tak dapat masuk, maka kembalilah ia terhujam ke bumi, akan tetapi pintu-pintu bumi pun tertutup untuknya, maka ia berputar-putar ke kanan dan kiri, dan jika tak menemui jalan keluar (menuju sasarannya), maka ia akan tertuju pada orang yang dilaknat jika memang ia pantas untuk dilaknat, akan tetapi jika tidak pantas, maka ia akan kembali kepada orang yang mengucapkan laknat tadi. (HR. Abu Daud) Kadang kita mendengar orang berkata, dasar batu sial! atau sial kamu!, kata-kata ini terdengar sangat sepele, namun ketahuilah Saudariku, bahwa kita dilarang untuk mengucapkan atau melaknat sesuatu tanpa adanya keterangan dari agama bahwa sesuatu tersebut mendatangkan kesialan. Selain itu, kita juga dilarang melaknat angin, binatang, ayam jago, waktu, serta manusia tertentu, terutama seorang mukmin karena hal tersebut termasuk dosa besar. Tsabit bin Adh-Dhahhak rahimahullahu Taala berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa melaknat seorang mukmin maka seakan-akan dia membunuhnya. (HR. Al-Bukhari) Lalu apakah ada laknat yang diperbolehkan? Jawabannya ada, yaitu melaknat pelaku kemaksiatan dari kalangan kaum muslimin tanpa menunjuk personnya. Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah melaknat wanita yang menyambung rambutnya dan yang minta disambungkan rambutnya. Selain itu boleh juga melaknat dengan menunjuk orang terrtentu yang sudah mati untuk menjelaskan keadaannya pada manusia dan untuk
Page | 63

kemashlahatan syariah. Adapun jika tidak ada maslahat syariah maka tidak diperbolehkan karena, dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Janganlah kalian mencaci maki orang-orang yang telah mati, karena sesungguhnya mereka telah mendapatkan balasan dari apa yang telah mereka perbuat dahulu. (HR. Al-Bukhari) Seorang mukmin hendaknya tidak berkata kecuali yang baik. Perkataannya adalah suatu kejujuran, di samping sebagai perbaikan di antara manusia, amar maruf nahi munkar, doa, dan ketundukan kepada Allah Subhanahu wa Taala. Tidak inginkah kita termasuk orangorang yang disebutkan dalam hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ini? Barangsiapa menjamin untukku apa yang ada diantara kedua dagunya (lisan) dan apa yang ada diantara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin untuknya surga. (HR. Al-Bukhari) Karena itu, marilah kita memohon kepada Allah Taala agar melindungi kita dari kesalahankesalahan lisan kita serta janganlah kita merasa aman terhadap tipu daya lisan, agar kita tidak binasa dalam neraka jahim dan kerugian. Maraji: 1. 2. 3. 4. Manajemen Lisan Saat Diam Saat Bicara (Husain al-Awayisyah) Wahai Muslimah Dengarlah Nasehatku, edisi revisi (Ummu Abdillah Al-Wadiiyyah) Tarjamah Riyadhus Shalihin (Imam Nawawi) Dosa-Dosa yang Dianggap Biasa (Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid)

Sikap Ramah dan Lemah Lembut


Allah taala mensifati nabi-nya shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau adalah orang yang berakhlak mulia. Allah taala berfirman ) )

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Qs. Al Qalam: 4) Allah mensifati beliau shallallahu alaihi wa sallam dengan sifat lemah lembut dan penyayang. Allah taala berfirman,

Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (Qs. Ali Imran: 159) Allah juga mensifati beliau shallallahu alaihi wa sallam dengan sifat pengasih dan penyayang kepada kaum mukminin. Allah taala berfirman ( )

Page | 64

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (Qs. At Taubah) Dan Rasulullah memerintahkan dan menghasung untuk bersikap lemah lembut. Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Mudahkanlah dan jangan mempersulit, sampaikan kabar gembira dan jangan menakutnakuti. (HR. Bukhari & Muslim) Imam Muslim juga meriwayatkan dalam Shahih-nya dari sahabat Abu Musa radhiyallahu anhu dengan lafadz Sampaikanlah kabar gembira, jangan menakut-nakuti. Dan permudahlah jangan mempersulit. Al Bukhari juga meriwayatkan dalam Shahih-nya dari sahabat Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabat mengenai seorang Arab Badui yang kencing di dalam masjid, Biarkan dia menyelesaikan kencinynya, kemudian tuangkanlah setimba air di tempat yang dikencinginya, atau siramlah dengan seember air, karena sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan bukan untuk mempersulit. Al Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Wahai Aisyah sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelembutan dalam segala urusan. Sedang Imam Muslim meriwayatkan dengan lafadz Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Lembut dan menyukai kelembutan. Dan Dia memberi pada kelembutan itu sesuatu yang tidak diberikan Nya pada sikap kasar, dan apa yang tidak diberikan Nya pada yang lainnya. Imam Muslim juga meriwayatkan dalam Shahihnya dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda Sesungguhnya tidaklah kelemahlembutan itu ada pada sesuatu melainkan ia akan memperindahnya, dan tidaklah kelemah lembutan itu dicabut dari sesuatu melainkan akan memperburuknya. Imam Muslim juga meriwayatkan, dari Jarir bin Adillah bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barang siapa yang terhalangi dari bersikap lemah lembut, maka dia telah terhalang dari seluruh bentuk kebaikan. Allah juga memerintahkan kepada dua orang Nabi dan rasul yang mulia, Musa dan Harun agar mereka mendakwahi Firaun dengan lemah lembut. Allah berfirman, ) ) ) )

Page | 65

Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudahmudahan ia ingat dan takut. (QS. Thaha: 43-44) Allah juga mensifati para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang mulia bahwa mereka adalah orang yang selalu berkasih saying sesama mereka. Allah taala berfirman,

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesame mereka. (QS. Al Fath: 29) *** artikel muslimah.or.id Rifqan Ahlassunnah bi Ahlissunnah karya Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad (Diambil dari Edisi Terjemah: Nasihat Salaf Untuk Salafi)

Zuhudlah Terhadap Dunia


Zuhudlah terhadap dunia, niscaya kamu dicintai Allah. Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia, niscaya kamu akan dicintai oleh mereka. (HR. Ibnu Majah. Ibnu Hajar berkata dalam Bulughul Maram, isnadnya hasan) Pengertian zuhud adalah berpalingnya keinginan terhadap sesuatu kepada sesuatu yang lebih baik darinya. Zuhud terhadap dunia bukanlah dengan mengharamkan yang halal dan bukan pula dengan membuang harta. Tetapi zuhud terdahap dunia adalah engkau lebih yakin dan percaya kepada apa yang di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Juga engkau bersikap sama, baik ketika ditimpa musibah maupun tidak, serta dalam pandanganmu, orang lain adalah sama, baik yang memujimu atau yang mencelamu karena kebenaran. Tingkatan Zuhud Pertama, Seseorang yang zuhud terdahap dunia, tetapi ia sebenarnya menginginkannya. Hatinya condong kepadanya, jiwanya berpaling kepadanya, namun ia berusaha untuk mencegahnya. Ini adalah mutazahhid (orang yang berusaha zuhud). Kedua, Seseorang meninggalkan dunia dalam rangka taat kepada Allah Taala karena ia melihatnya sebagai sesuatu yang hina dina, jika dibandingkan dengan apa yang hendak digapainya. Orang ini sadar betul bahwa ia berzuhud, walaupun ia juga memperhitungkannya. Keadaan pada tingkatan ini seperti meninggalkan sekeping dirham untuk mendapatkan dua keping dirham.
Page | 66

Ketiga, Seseorang yang zuhud terhadap dunia dalam rangka taat kepada Allah dan dia berzuhud dalam kezuhudannya. Artinya ia melihat dirinya tidak meninggalkan sesuatupun. Keadaannya seperti orang yang membuang sampah, lalu mengambil mutiara. Perumpamaan lain adalah seperti seseorang yang ingin memasuki istana raja, tetapi dihadang oleh seekor anjing di depan pintu gerbang. Lalu ia melemparkan sepotong roti untuk mengelabui anjing tadi. Dan ia pun masuk menemui sang raja. Begitulah, setan adalah anjing yang menggonggong di depan pintu gerbang menuju Allah Taala, menghalangi manusia untuk memasukinya. Padahal pintu itu terbuka, hijabpnya pun tersingkap. Dunia ini ibarat sepotong roti. Siapa yang melemparkannya agar berhasil menggapai kemuliaan Sang Raja, bagaimana mungkin masih memperhitungkannya? Wallahu alam Diringkas dari buku Tazkiyatun Nafs, Ibnu Rajab Al-Hambali, Ibnu Qayyim Al-Jauiyyah, Imam al-Ghazali, Putaka Arafah dengan perubahah seperlunya oleh redaksi muslimah.or.di

Asyiknya Belanja, Jangan Sampai Lupa


Penyusun: Ummu Asma Murajaah: Ust. Aris Munandar Siapa tak kenal aktivitas yang satu ini? Dari anak kecil hingga lanjut usia, baik laki-laki maupun wanita pasti mengenalnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak orang tergila-gila belanja atau shopping hingga mereka rela menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di mall, supermarket, swalayan atau bahkan pasar. Belanja memang merupakan kebutuhan yang mengharuskan wanita untuk keluar dari rumahnya. Islam tidak melarang wanita untuk keluar dari rumahnya karena pada asalnya keluar rumah adalah dibolehkan sebagaimana suatu kaidah, Hukum sarana yang mubah itu tergantung tujuannya. Begitu pula, keluar untuk berbelanja, baik ke pasar maupun ke pusat-pusat perbelanjaan lainnya merupakan suatu hal yang terkadang sulit untuk dihindari. Namun kaidah ini hanya berlaku apabila keluar rumah menjadi suatu kebutuhan yang mendesak atau sangat penting. Tentu saja tanpa melupakan hal-hal penting yang harus dipenuhi ketika seorang muslimah keluar dari rumahnya, seperti menutup aurat, tidak berhias (tabaruj), tidak campur baur laki-laki dan perempuan, dll. Jika kita ingat pelajaran ekonomi, kita akan banyak bertemu dengan kata pasar. Istilah pasar didefinisikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam rangka melakukan transaksi jual beli. Tentu saja kita mengetahui bahwa ketika ada aktivitas jual beli, maka di sana terdapat akad atau perjanjian antara si penjual dengan pembeli yang dinamakan ijab dan qabul. Lalu apa hubungannya akad ini dengan belanja? Tentu saja ada hubungannya. Akad inilah yang akan menentukan sah atau tidaknya jual beli yang kita lakukan.

Page | 67

Syaikh Abdurrahman bin Nashr As-Sadi dalam kitab beliau Manhajus Salikiin (Bab Kitab Jual-Beli hal. 139) menyebutkan bahwa asal dari hukum jual beli adalah halal. Allah Subhanahu wa Taala berfirman, yang artinya, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (Qs. Al-Baqarah: 275) Jual beli adalah sesuatu yang dihalalkan oleh Allah apabila terpenuhi syarat-syaratnya, yaitu:
1. Keridhaan kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli 2. Barang yang diperjualbelikan dapat diserahterimakan 3. Pelaku jual beli adalah orang yang memenuhi syarat, yaitu baligh dan melakukannya dengan sadar atau tidak gila. 4. Tidak mengandung unsur riba 5. Tidak memperjualbelikan sesuatu yang haram secara syari

Hati-hati, Ada Setan! Kita dapat menyaksikan segala kejelekan di pasar dengan penglihatan dan pendengaran kita. Begitu kita masuk pasar, maka ucapan-ucapan kasar bahkan umpatan penjual yang dagangannya tidak jadi dibeli akan mampir di telinga kita. Sepanjang perjalanan kita akan mengetahui ada saja orang yang menipu demi mendapatkan keuntungan. Pembeli akan berkata, Tadi saya membeli di penjual A dengan harga empat ribu, kok di sini enam ribu! padahal penjual A tidak menjual dagangannya dengan harga empat ribu tapi tujuh ribu rupiah dan si pembeli ini tidak pernah menawar dagangan si A. Tidak hanya pembeli yang ingin ambil untung, penjual pun tak kalah taktik. Tapi mangga saya kan besar-besar dan dijamin manis! Boleh dicobain kok! Padahal semua mangganya karbitan dan ketika si pembeli mencicipi mangganya dipilihkan sampel yang manis dan tidak mewakili dagangannya. Akhirnya sampai di rumah pembeli merasa tertipu dan dirugikan. Intinya, mereka benar-benar berusaha menerapkan prinsip ekonomi Meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya. Mereka tak peduli lagi meski aktivitas yang semula halal berubah menjadi haram akibat menabrak rambu-rambu syariat. Padahal Allah Subhanahu wa Taala berfirman, yang artinya, Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. (Qs. Muthaffifin: 1-2) Itu kan di pasar, mungkin ini pernyataan sebagian orang. Tapi, siapa bilang di mall, di supermarket atau toko kecil sekalipun setan tidak akan mengambil peran? Ketika kita berjalan-jalan di mall atau supermarket, tak jarang kita melihat wanita-wanita muda berdandan cantik dan dengan PD-nya berlenggang mengenakan busana yang serba irit. Pemandangan ini saja sudah cukup mengganggu kita sebagai wanita, apalagi bagi laki-laki! Sering dalam hati terbetik, sungguh kasihan saudari-saudari kita ini yang tanpa sadar telah sukarela mempersilahkan laki-laki melihat kecantikan mereka dan menjadikan mereka sebagai obyek. Mungkin ada yang berdalih, Ah, itu kan tergantung orangnya! Namun yang jelas, hati laki-laki mana yang tidak akan tergoda?? Padahal Allah Subhanahu wa Taala berfirman, yang artinya, Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. yang

Page | 68

demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Al-Ahzab: 59) Terlupa Karena Asyiknya Berbelanja Islam adalah agama yang penuh hikmah serta kesempurnaan, sehingga Rasulullah pun telah mengajarkan kepada kita berbagai etika dalam kehidupan, bahkan adab ketika di pasar.
1. Hendaknya senantiasa berdzikir kepada Allah di saat masuk pasar. Sebagai seorang muslimah, tentunya keseharian kita tidak boleh lepas dari doa. Bahkan Allah telah memerintahkan kita untuk berdoa dan menyebut orang yang enggan berdoa sebagai orang yang sombong (Qs. Al-Mumin: 60).Rasulullah juga bersabda, Doa itu bermanfaat terhadap apa yang menimpa atau yang belum menimpa. Oleh karena itu wahai sekalian hamba Allah, hendaklah kalian berdoa. (HR. At-Tirmidzi). Nah, ketika kita hendak berbelanja ada banyak pahala yang dapat kita raup melalui doa dalam sekali perjalanan saja. Dimulai dengan doa keluar rumah, doa naik kendaraan hingga doa masuk pasar. Adapun doa masuk pasar yaitu:

Tiada ilah yang berhak diibadahi secara benar melainkan Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala pujian. Dialah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Dan, Dia Maha Hidup Kekal, tidak pernah mati. Di tangan-Nyalah segala kebaikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang masuk pasar, lalu mengucapkan doa (tersebut), maka Allah akan mencatat satu juta kebaikan baginya dan akan menghapus satu juta keburukan baginya, dan akan mengangkat derajatnya satu juta tingkatan. (HR. Tirmidzi, Hakim dan Ibnu Majah) Majdi bin Abdul Wahhab Al-Ahmad dalam Syarh Hisnul Muslim-nya menjelaskan maksud dari dan akan mengangkat derajatnya satu juta tingkatan yaitu orang tersebut akan mendapatkannya di surga. Sedangkan maksud dari diangkatnya derajat adalah kedudukannya setelah membaca doa lebih tinggi dari kedudukannya sebelum membaca doa tersebut.
2. Tidak menyaringkan suara dengan berbagai pertengkaran dan perdebatan. Di antara sifat kepribadian Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah bahwasanya beliau bukanlah seorang yang keras kepala atau keras hati dan bukan pula orang yang suka teriakteriak di pasar dan juga bukan orang yang membalas keburukan dengan keburukan, akan tetapi ia memaafkan dan mengampuni (HR. Al-Bukhari) 3. Menjaga kebersihan pasar. Pasar tidak boleh dicemari dengan kotoran dan sampah, karena hal tersebut dapat melumpuhkan arus jalanan dan menjadi sumber bau busuk yang mengganggu. 4. Menjaga agar selalu memenuhi akad dan janji serta kesepakatan-kesepakatan di antara dua belah fihak (pembeli dan penjual). Allah Subhanahu wa Taala berfirman, yang artinya, Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. (Qs. Al-Maidah: 1) 5. Mengukuhkan jual beli dengan persaksian atau catatan (dokumentasi). Allah Subhanahu wa Taala telah berfirman, yang artinya, Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli. (Qs. AlBaqarah: 282) Page | 69

6. Bersikap longgar dan memberikan kemudahan di dalam proses jual beli.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Allah akan belas kasih kepada seorang hamba yang bersikap longgar apabila menjual, bersikap longgar apabila membeli dan bersikap longgar apabila membayar hutang. (HR. Al-Bukhari) 7. Jujur, terbuka dan tidak menyembunyikan cacat barang jualan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Seorang muslim itu adalah saudara muslim lainnya, maka tidak halal bagi seorang muslim membeli dari saudaranya suatu pembelian yang ada cacatnya kecuali telah dijelaskannya terlebih dahulu. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani) 8. Jangan mudah mengobral sumpah di dalam berjual beli. Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, Hindarilah banyak bersumpah di dalam berjual-beli, karena sumpah itu dapat melariskan barang dagangan kemudian menghilangkan barakahnya. (HR. Muslim) 9. Menghindari penipuan, kecurangan dan pengkaburan serta berlebih-lebihan di dalam menarik keuntungan.Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah menjumpai setumpuk gandum, maka Nabi memasukkan tangannya ke dalam tumpukan tersebut, maka jari-jemarinya basah. Maka beliau bersabda, Apa ini, wahai si pemilik makanan? Pemilik makanan menjawab, Terkena hujan, wahai Rasulullah. Maka Nabi bersabda, Kenapa bagian yang basah tidak kamu letakkan di paling atas agar dilihat oleh manusia? Barangsiapa yang curang terhadap kami, maka ia bukan dari golongan kami. (HR. Muslim) 10. Menghindari perbuatan curang di dalam menakar atau menimbang barang dan tidak menguranginya. Allah berfirman, yang artinya, Celakalah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (Qs. Al-Muthaffifin: 1-3) 11. Menghindari riba, penimbunan barang dan segala perbuatan yang dapat merugikan orang banyak. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Allah mengutuk (melaknat) pemakan riba, pemberinya, saksi dan penulisnya. (HR. Ahmad, dan dishahihkan oleh AlAlbani). Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidak akan menimbun barang kecuali orang yang salah. (HR. Muslim) 12. Membersihkan pasar dari segala barang yang haram diperjual belikan. 13. Menghindari promosi-promosi palsu yang bertujuan menarik perhatian pembeli dan mendorongnya untuk membeli, karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah melarang najasy (Muttafaqunalaih). Najasy adalah semacam promosi palsu. Allah Subhanahu wa Taala berfirman, yang artinya, Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama kamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. (Qs. AlNisa: 29) 14. Hindarilah penjualan barang rampasan (hasil ghashab) dan curian. 15. Menundukkan pandangan mata dari wanita dan menghindar dari percampurbauran dan berdesak-desakan dengan mereka.Allah Subhanahu wa Taala berfirman, yang artinya, Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. (Qs. An-Nur: 30-31) 16. Selalu menjaga syiar-syiar agama (shalat berjamaah, dll), tidak melalaikan shalat berjamaah karena berjual-beli. Maka sebaik-baik manusia adalah orang yang keduniaannya tidak membuatnya lalai terhadap masalah-masalah akhiratnya atau sebaliknya. Allah berfirman, yang artinya, Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) menunaikan zakat. (Qs. An-Nur: 37). Pada intinya, ketika berada di pusat perbelanjaan mata kita akan disuguhi dengan pemandangan yang serba menarik. Barang-barang yang bagus, bahkan Page | 70

orang-orang yang berpenampilan menarik menggoda hati-hati yang lalai. Maka tak heran jika setan pun betah berada di tempat-tempat seperti ini. Nah, supaya aktivitas belanja kita lebih efektif dan bermanfaat, ada beberapa tips yang mungkin dapat membantu.

Tips 1. Perhatikan penampilan Ada sebagian wanita yang menjadikan shopping atau berbelanja sebagai sarana untuk ngeceng. Demi mendapatkan perhatian dari orang-orang, mereka rela duduk di depan kaca selama berjam-jam dan memoles dirinya agar terlihat cantik. Maka tidak mengherankan apabila mereka tidak merasa takut atau risih, namun justru akan tersenyum bangga ketika laki-laki menggoda mereka karena dandanan mereka yang aduhai. Bertaqwalah wahai kaum wanita! Sesungguhnya setan telah menemukan banyak celah untuk menggoda manusia melalui dirimu. Jangan sampai engkau buat dirimu yang begitu berharga dan mulia tercampak menjadi sekerat daging yang hina. Jangan salahkan apabila laki-laki tidak menghargaimu karena engkau pun tidak menghargai dirimu. Janganlah engkau ceroboh, sesungguhnya kecantikanmu hanya akan ditemukan oleh laki-laki fasik bila engkau mengumbarnya di mana-mana. Padahal Allah Subhanahu wa Taala telah memuliakan kita dengan syariat-Nya. Hendaknya kita jaga diri kita dengan berhijab yang benar karena hijab itulah yang akan menyelamatkan kita dari pandangan khianat laki-laki yang tidak bertaqwa. Jangan lupa pula untuk membawa make-up kita yang paling berharga, yaitu malu. Sungguh make-up ini akan membantu menjaga diri kita. Wallahul mustaan. Tips 2. Buat daftar belanjaan yang akan dibeli Sebelum kita memutuskan untuk keluar rumah, jangan lupa membuat daftar barang-barang yang akan kita beli. Alangkah baiknya jika kita tengok terlebih dahulu kebutuhan apa saja yang habis sehingga bisa kita masukkan ke dalam daftar belanjaan kita. Setelah itu, kita dapat membuat daftar kebutuhan kita dalam jangka panjang, misalnya kebutuhan untuk sepekan, dua pekan atau bahkan bulanan. Dengan demikian, kita tidak perlu menghabiskan waktu untuk mondar-mandir ke pasar atau supermarket setiap hari. Daftar belanjaan juga akan membantu mengingatkan kita jika ada barang yang lupa dibeli, selain itu juga menghindarkan kita dari belanja barang-barang yang terlihat begitu menarik ketika di toko, namun ternyata ketika sampai di rumah kita bingung sendiri, mau diapakan barang tersebut. Tips 3. Jangan bawa uang berlebih! Peringatan untuk wanita yang hobi berbelanja! Jangan sekali-kali membawa uang lebih dari perkiraan harga seluruh belanjaan dalam list kita. Kalaupun membawanya, usahakan secukupnya saja sebagai jaga-jaga jikalau terjadi sesuatu dalam perjalanan. Membawa uang terlalu banyak akan merepotkan bagi kita yang mudah tergoda dengan barang-barang yang menarik. Apabila uang yang kita bawa hanya cukup untuk membeli barang yang kita perlukan, tentunya kita tidak mungkin akan membeli barang-barang lainnya. Tips 4. Jangan lupa berdoa! Tips 5. Jagalah pandangan
Page | 71

Rumah adalah sebaik-baik tempat perlindungan bagi kaum wanita. Oleh karena itu, apabila wanita keluar dari rumahnya, maka setan akan menghiasinya sehingga tampak begitu menarik hati. Namun bukan berarti kaum wanita akan terhindar dari godaan sementara setan menempatkannya sebagai penggoda. Sesungguhnya wanita adalah saudara laki-laki, apa yang membuat saudaranya terfitnah maka hal itu juga dapat menimpanya. Jangan disangka hanya laki-laki saja yang dapat terfitnah oleh wanita, sesungguhnya setan dapat menancapkan panahnya pada setiap manusia yang lemah hatinya. Demikian pula halnya dengan wanita yang dapat terfitnah oleh laki-laki disebabkan pandangan mata. Sedangkan laki-laki mungkin pula hatinya tertimpa fitnah disebabkan pandangan mata wanita tersebut terhadapnya. Allah berfirman, yang artinya, Katakanlah kepada wanita yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. (Qs. An-Nuur: 31) Tips 6. Bekali diri dengan ilmu dan sabar Sebagai seorang muslimah, tentunya kita harus mendasarkan segala perbuatan kita dengan ilmu agama. Demikian pula ketika berbelanja kita membutuhkan ilmu agar hak penjual maupun hak kita sebagai pembeli dapat terpenuhi. Selain itu, di jaman sekarang ini kita juga sering mendengar adanya produk-produk yang dijual di pasaran yang ternyata tidak jelas kehalalannya. Tidak hanya bermasalah dengan keadaan barang dagangan, terkadang kita juga harus berhadapan dengan penjual yang kurang ramah dan wajah bersungut-sungut. Wajar hati merasa kesal, namun merupakan suatu keutamaan menjadikan sabar sebagai obat ketika menghadapi situasi seperti ini. Belanja memang menyenangkan, namun jangan sampai asyiknya berbelanja membuat kita terlena dan terjebak dalam hal yang sia-sia. Wallahu alam bishshawab. Maraji:
1. Manhajus Salikiin, Syaikh Abdurrahman bin Nashr As-Sadi 2. Syarah Hisnul Muslim (terjemah), Majdi bin Abdul Wahhab Al-Ahmad 3. Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari, Darul Haq

*** Artikel muslimah.or.id

Page | 72

Al Wala Wal Baro: Kunci Sempurnanya Tauhid


Penyusun: Ummu Abdirrahman Allah Azza wa Jalla telah menetapkan kebahagiaan hakiki bagi orang yang mengikuti dan melaksanakan agama Islam dengan sungguh-sungguh sebagaimana Allah Azza wa Jalla telah menetapkan kesengsaraan dan kehinaan bagi orang yang memerangi agama Islam. Sesungguhnya pokok agama Islam adalah kalimat tauhid Laa ilaha illallah, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah. Dengan mengucapkan dan mengamalkan kalimat inilah dibedakan muslim dan kafir, dipaparkan keindahan surga dan panasnya neraka. Dan tidaklah tauhid seseorang sempurna sampai ia mencintai karena Allah dan membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah. Inilah yang disebut al wala wal baro. Mengenal Al Wala dan Al Baro Al Wala secara bahasa berarti dekat, sedangkan secara istilah berarti memberikan pemuliaan penghormatan dan selalu ingin bersama yang dicintainya baik lahir maupun batin. Dan al baro secara bahasa berarti terbebas atau lepas, sedangkan secara istilah berarti memberikan permusuhan dan menjauhkan diri. Wahai saudariku, ketahuilah bahwa seorang muslimah yang mencintai Allah dituntut untuk membuktikan cintanya kepada Allah yaitu dengan mencintai hal yang Allah cintai dan membenci hal yang Allah benci. Hal yang dicintai Allah adalah ketaatan terhadap perintah Allah dan orang-orang yang melakukan ketaatan, sedangkan hal yang dibenci Allah adalah kemaksiatan (pelanggaran terhadap larangan Allah) dan orang-orang yang melakukan kemaksiatan dan kesyirikan. Oleh karena itu, hendaklah engkau wala terhadap ketaatan dan orang-orang yang melakukan ketaatan dan baro terhadap maksiat dan kesyirikan dan orang-orang yang mempraktekkannya. Siapa yang Berhak Mendapatkan Wala dan Baro ? 1. Orang yang mendapat wala secara mutlak, yaitu orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menjalankan kewajiban dan meninggalkan larangan di atas tauhid. 2. Orang yang mendapat wala dari satu segi dan mendapat baro dari satu segi, yaitu muslim yang bermaksiat, menyepelekan sebagian kewajiban dan melakukan sebagian yang diharamkan. 3. Orang yang mendapat baro secara mutlak, yaitu orang musyrik dan kafir serta muslim yang murtad, melakukan kesyirikan, meninggalkan shalat wajib dan pembatal keislaman lain. Sebagian Tanda Al Wala
Page | 73

1. Hijrah, yaitu pindah dari lingkungan syirik ke lingkungan islami, dari lingkungan maksiat ke lingkungan orang-orang yang taat. 2. Wajib mencintai saudara muslim sebagaimana mencintai diri sendiri dan senang kebaikan ada pada mereka sebagaimana senang kebaikan ada pada diri sendiri serta tidak dengki dan angkuh terhadap mereka. 3. Wajib memprioritaskan bergaul dengan kaum muslimin. 4. Menunaikan hak mereka: menjenguk yang sakit, mengiring jenazah, tidak curang dalam muamalah, tidak mengambil harta dengan cara yang bathil, dsb. 5. Bergabung dengan jamaah mereka dan senang berkumpul bersama mereka. 6. Lemah lembut dan berbuat baik terhadap kaum muslimin, mendoakan dan memintakan ampun kepada Allah bagi mereka. Di Antara Tanda Al Baro 1. Membenci kesyirikan dan kekufuran serta orang yang melakukannya, walau dengan menyembunyikan kebencian tersebut. 2. Tidak mengangkat orang-orang kafir sebagai pemimpin dan orang kepercayaan untuk menjaga rahasia dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang penting. 3. Tidak memberikan kasih sayang kepada orang kafir, tidak bergaul dan bersahabat dengan mereka. 4. Tidak meniru mereka dalam hal yang merupakan ciri dan kebiasaan mereka baik yang berkaitan dengan keduniaan (misalnya cara berpakaian, cara makan) maupun agama (misalnya merayakan hari raya mereka). 5. Tidak boleh menolong, memuji dan mendukung mereka dalam menyempitkan umat Islam. 6. Tidak memintakan ampunan kepada Allah bagi mereka dan tidak bersikap lunak terhadap mereka. 7. Tidak berhukum kepada mereka atau ridha dengan hukum mereka sementara mereka meninggalkan hukum Allah dan Rasul-Nya. Buah Al Wala wal Baro 1. Mendapatkan kecintaan Allah Allah berfirman, Telah menjadi wajib kecintaanKu bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku. (HR. Malik, Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim) 2 Mendapatkan naungan Arsy Allah pada hari kiamat Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat: Mana orang-orang yang saling mencintai karena kemuliaan-Ku? Hari ini Aku lindungi mereka di bawah naunganKu pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Ku. (Hadits Qudsi riwayat Muslim) 3. Meraih manisnya iman Barangsiapa yang ingin meraih manisnya iman, hendaklah dia mencintai seseorang yang mana dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. (HR. Ahmad) 4. Masuk surga

Page | 74

Tidaklah kalian masuk surga sehingga kalian beriman dan tidaklah kalian beriman sehingga kalian saling mencintai. (HR. Muslim) 5. Menyempurnakan iman Barangsiapa yang mencintai dan membenci, memberi dan menahan karena Allah maka telah sempurnalah imannya. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Hadits Hasan) Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Al Wala wal Baro 1. Seorang muslimah yang memiliki orang tua kafir hendaknya tetap berbuat baik pada orang tua. Dan tidak diperbolehkan menaati orang tua dalam meninggalkan perintah Allah dan melanggar larangan-Nya. 2. Diharamkan bagi muslimah untuk menikah dengan laki-laki kafir karena agama seorang wanita mengikuti agama suaminya. Maraji: Loyalitas dalam Islam (Syaikh Sholeh Fauzan) Al Wala wal Bara (Ustadz Afifi Abdul Wadud) *** Artikel www.muslimah.or.id

Batasan Bermuamalah dengan Orang Kafir


Islam adalah agama yang syumuul atau lengkap. Islam sudah menyediakan seperangkat aturan dan petunjuk dalam menjalani kehidupan ini agar selamat baik di dunia maupun di akhirat. Ajaran Islam tak hanya mengatur hubungan antara seorang manusia dengan RabbNya (hablum minallah), melainkan juga telah mengatur hubungan antara manusia dengan manusia yang lain (hablum minannaas). Ini merupakan suatu anugrah dan kemudahan bagi manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat ini, tentunya seorang muslim tidak hanya hidup di tengah sesama kaum muslimin. Di tengah-tengah kita juga ada kaum kafir yang juga hidup bersamasama dengan kita. Maka sungguh indah ajaran Islam, karena Islam juga telah mengatur dan mengajarkan bagaimana harusnya seorang muslim dalam bermuamalah dengan orang kafir. Tentunya tidak bisa disamakan sikap kita kepada sesama muslim dengan sikap kita kepada orang kafir, karena perkara ini menyangkut perkara wala wal bara (loyalitas dan permusuhan), ada beberapa kaidah tertentu yang membatasai kita dalam bermuamalah dengan orang kafir. Namun sebelum kita membahas apa saja yang boleh dan tidak boleh kita lakukan dalam bermuamalah dengan orang kafir, kita perlu memperjelas terlebih dahulu definisi orang kafir dan apa makna muamalah berikut cakupannya.
Page | 75

Allah Subhanahu wa Taala menciptakan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Taala mengutus para rasul dengan membawa agama yang haq untuk membimbing manusia menuju cara beribadah yang benar. Allah Subhanahu wa Taala menyebut para rasul itu sebagai orang-orang Muslim. Maknanya, orang yang menyerahkan diri, tunduk dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Taala. Itulah arti Islam secara umum, yaitu semua agama yang dibawa oleh para nabi dan rasul semenjak Nabi Nuh Alaihissallam sampai Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sementara itu, islam dengan makna khusus adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dari Allah Subhanahu wa Taala. Dengan agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam ini, Allah Subhanahu wa Taala menghapus seluruh agama dan syariat sebelumnya. Maka, orang yang mendapati agama ini, namun tidak memeluknya, maka dia kafir. Wahai saudaraku, Sesungguhnya orang kafir itu ada empat macam: 1. Kafir muahid yaitu orang kafir yang tinggal di negeri mereka sendiri dan di antara mereka dan kaum muslimin terikat perjanjian damai. 2. Kafir dzimmi yaitu orang kafir yang tinggal di negeri kaum muslimin dan sebagai gantinya mereka mengeluarkan jizyah (semacam upeti) sebagai kompensasi perlindungan kaum muslimin terhadap mereka. 3. Kafir mustaman yaitu orang kafir masuk ke negeri kaum muslimin dan diberi jaminan keamanan oleh penguasa muslim atau dari salah seorang muslim. 4. Kafir muharib (orang-orang kafir yang memerangi umat Islam di negeri yang saat itu sedang terjadi konflik antar-pemeluk agama), yaitu orang kafir selain tiga jenis di atas. Kaum muslimin disyariatkan untuk memerangi orang kafir semacam ini sesuai dengan kemampuan mereka. Sungguh syariat Islam yang mulia ini telah mengatur bagaimana batasan-batasan apa saja yang boleh dan yang tidak boleh pada saat kita bermuamalah dengan orang kafir. Dalam pembahasan ini, tentu yang dimaksudkan adalah perlakuan kita kaum muslimin kepada orang selain kafir muharib. Adapun kepada kafir muharib maka kita disyariatkan untuk memerunginya. Berikut adalah batasan-batasan dalam bermuamalah dengan orang kafir: 1.Tidak menyetujui keberadaannya di atas kekufuran dan tidak ridha terhadap kekufuran. Karena ridha terhadap kekufuran orang lain termasuk perbuatan kekafiran. 2. Membenci orang kafir, karena Allah Subhanahu wa Taala juga benci mereka. Sebagimana halnya cinta karena Allah, begitu juga benci karena Allah. Oleh karena itu, selama Allah Subhanahu wa Taala membenci orang kafir karena kekufurannya, maka seorang mukmin harus juga membenci orang kafir tersebut.

Page | 76

3. Tidak memberikan wala (kedekatan, loyalitas, kesetiaan) dan kecintaan kepada orang kafir. Allah Taala berfirman :

Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (teman akrab, pemimpin, pelindung, penolong) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. (Qs. Ali Imran : 28) Dan firman-Nya:

Kamu tidak akan mendapati satu kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orangorang yang menentang itu asdalah bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. (Qs. Al-Mujadilah : 22) 4. Bersikap adil dan berbuat baik kepadanya, selama orang kafir tersebut bukan kafir muhrib (orang kafir yang memerangi kaum Muslimin). Berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla,

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (Qs. Al-Mumtahanah: 8) Ayat yang mulia lagi muhkam (ayat yang maknanya jelas) ini membolehkan bersikap adil dan berbuat baik kepada orang-orang kafir, kecuali orang-orang kafir muharib. Karena Islam memberikan sikap khusus terhadap orang-orang kafir muharib. 5. Mengasihi orang kafir dengan kasih sayang yang bersifat umum. Seperti memberi makan jika dia lapar, memberi minum jika haus, mengobatinya jika sakit, menyelamatkannya dari kebinasaan dan tidak mengganggunya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Kasihilah orang-orang yang berada di atas bumi, niscaya Dia (Allah) yang berada di atas langit akan mengasihi kamu. (HR. At-Tirmidzi, no. 1924) 6. Tidak mengganggu harta, darah, dan kehormatan, selama dia bukan kafir muhrib. Karena itu merupakan kezhaliman yang dilarang oleh Allah Azza wa Jalla, berdasarkan hadits qudsi berikut ini:

Dari Abu Dzarr radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau meriwayatkan dari Allah Taala berfirman: Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya Aku

Page | 77

mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku, dan Aku menjadikannya sesuatu yang diharamkan di tengah kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi. (HR. Muslim, no. 2577) 7. Boleh memberikan hadiah kepadanya dan boleh juga menerima hadiah darinya serta diperbolehkan memakan daging sembelihan ahli kitab. Allah Azza wa Jalla berfirman,

Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al-kitab itu halal bagimu. (Qs. Al-Maidah : 5) 8. Tidak boleh menikahkan wanita muslimah dengan laki-laki kafir (walaupun lelaki ini Ahli kitab) dan laki-laki muslim tidak boleh menikahi wanita kafir, kecuali wanita ahli kitab. Tentang larangan menikahkan wanita muslimah dengan lelaki kafir, Allah Azza wa Jalla berfirman,

Mereka (perempuan-perempuan yang beriman) tidak halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tidak halal pula bagi mereka. (Qs. Al-Mumtahanah : 10) Allah Azza wa Jalla juga berfirman,

Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik daripada wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanitawanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka itu mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayatNya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (Qs. AlBaqarah : 221) Sedangkan tentang bolehnya menikahi wanita Ahli kitab, Allah Azza wa Jalla berfirman,

(Dan dihalalkan mangawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka, dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundikgundik. (Qs. Al-Maidah : 5) 9. Tidak mendahului orang kafir dalam mengucap salam. Jika orang kafir tersebut mengucapkan salam terlebih dahulu, maka cukup dijawab dengan Wa Alaikum. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Page | 78

Jika salah seorang ahli kitab mengucapkan salam kepadamu, maka jawablah dengan Wa Alaikum. (HR. Ibnu Majah, no. 3697; dishahihkan oleh al-Albani) 10. Mendoakannya jika ia bersin dengan memuji Allah, kita doakan,

Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu, dan memperbaiki urusanmu. Karena orang yahudi pernah bersin di dekat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kemudian dia membaca hamdalah, dengan harapan Nabi shallallahu alaihi wa sallam mendoakan, yarhamukallah.. Semoga Allah merahmatimu, Namun, ternyata yang beliau baca adalah doa di atas. 11. Menyempitkan ruang geraknya jika bertemu dengannya di salah satu jalan. Disempitkan ke jalan yang paling sempit, karena Rasulullah bersabda,

Janganlah kamu memulai salam kepada orang-orang Yahudi dan Nashara. Dan jika kamu bertemu salah seorang dari mereka di jalan, maka desaklah ia ke jalan yang paling sempit/pinggir. (HR. Muslim, no. 2167) Ketika menjelaskan makna hadits ini, Imam Nawawi rahimahullah mengatakan : Para sahabat kami mengatakan, orang kafir dzimmi tidak dibiarkan berjalan di tengah jalan, namun dia didesak ke pinggirnya jika umat Islam melewati jalan tersebut. Namun jika jalan itu sepi, tidak berdesakan (di jalan itu) maka tidak mengapa. 12. Kaum muslimin harus menyelisihi kebiasaan orang kafir dan tidak boleh melakukan tasyabbuh (menyerupai atau meniru) mereka. Tasyabbuh dengan orang kafir yang terlarang adalah meniru atau menyerupai orang kafir dalam masalah keyakinan, ibadah, kebiasaan atau model-model perilaku yang merupakan ciri khas mereka. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk mereka. (HR. Abu Dawud, no. 4031) Dalam hadis yang lain, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Hendaklah kalian tampil beda dengan orang-orang musyrik. Karena itu, panjangkan jenggot, dan cukurlah kumis. (Muttafaq Alaih). Beliau juga bersabda, Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen tidak mengubah warna uban mereka, maka bersikaplah tampil beda dengan mereka. (Diriwayatkan Al-Bukhari).

Page | 79

Demikian beberapa batasan berkaitan dengan muamalah kepada orang kafir. Lewat paparan singkat ini, kita dapat mengetahui sikap adil yang diajarkan agama Islam dalam menyikapi orang-orang kafir secara umum. Wallahu alam bisshawab. *** Artikel Muslimah.or.id

Cara Mengobati Rakus dan Tamak


etahuilah bahwa obat ini terdiri dari tiga unsur: sabar, ilmu, dan amal. Secara keseluruhan terangkum dalam hal-hal berikut ini: 1. Ekonomis dalam kehidupan dan arif dalam membelanjakan harta. 2. Jika seseorang bisa mendapatkan kebutuhan yang mencukupinya, maka dia tidak perlu gusar memikirkan masa depan, yang bisa dibantu dengan membatasi harapan-harapan yang hendak dicapainya dan merasa yakin bahwa dia pasti akan mendapatkan rezeki dari Allah. Jika sebuah pintu rezeki tertutup baginya, sesungguhnya rezeki akan tetap menunggunya di pintu-pintu yang lain. Oleh karena itu hatinya tidak perlu merasa gusar.

Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qs. Al-Ankabut: 60) 3. Hendaklah dia mengetahui bahwa qana`ah itu adalah kemuliaan karena sudah merasa tercukupi, dan dalam kerakusan dan tamak itu ada kehinaan karena dengan kedua sifat tersebut, dia merasa tidak pernah cukup. Barangsiapa yang lebih mementingkan hawa nafsunya dibandingkan kemuliaan dirinya, berarti dia adalah orang yang lemah akalnya dan tipis imannya. 4. Memikirkan orang-orang Yahudi dan Nasrani, orang-orang yang hina dan bodoh karena tenggelam dalam kenikmatan. Setelah itu hendaklah dia melihat kepada para nabi dan orang shalih, menyimak perkataan dan keadaan mereka, lalu menyuruh akalnya untuk memilih antara makhluk yang mulia di sisi Allah ataukah menyerupai penghuni dunia yang hina. 5. Dia harus mengerti bahwa menumpuk harta itu bisa menimbulkan dampak yang kurang baik. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Lihatlah orang yang di bawah kalian dan janganlah melihat orang yang di atas kalian, karena yang demikian itu lebih layak bagi kalian untuk tidak memandang hina nikmat yang Allah limpahkan kepada kalian. (Hadits riwayat Muslim)
Page | 80

Hadits ini berlaku dalam urusan dunia. Adapun dalam urusan akhirat, maka hendaklah setiap muslim berlomba-lomba untuk mencapai derajat kedudukan tertinggi. Penopang urusan ini adalah sabar dan membatasi harapan serta menyadari bahwa sasaran kesabarannya di dunia hanya berlangsung tidak seberapa lama untuk mendapatkan kenikmatan yang abadi, seperti orang sakit yang harus menunggu pahitnya obat saat menelannya, karena dia mengharapkan kesembuhan selama-lamanya. (Dirangkum dari Terjemahan Mukhtashar Minjahul Qashidin (hlm.253-255), karya Ibnu Qudamah Al-Maqdisi, penerbit: Pustaka Al-Kautsar, Maret 2004; dengan pengubahan seperlunya oleh redaksi www.muslimah or.id)

Fitnah Wanita Menurut Said Bin Al Musayyib


Siapakah Said Bin Al Musayyib Beliau adalah pembesar para tabiin yang sezaman dengan para sahabat senior yaitu Umar bin Al-Khathab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah, sayyidah Aisyah dan Ummu Salamah ridhwanullah alayhim ajmain. Beliau juga perawi yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu sehingga beliau pun menikahkan Said dengan putrinya. Beliau adalah seorang yang tidak pernah ketinggalan shalat berjamaah selama 40 atau 50 tahun, juga tidak pernah melihat punggung orang orang yang sedang shalat karena dia selalu di barisan terdepan. Beliau juga seorang yang tegas dan tidak mau tunduk dengan kemauan para penguasa. Namun beliau tetaplah seorang yang lembut dan mengedepankan rasa persaudaraan dalam pergaulan terutama dengan orang orang yang shalih dan bertaqwa. Banyak sanjungan dan pujian terlontar kepada beliau mengenai wawasan, kehormatan dan kemuliaan beliau. Belia menolak pinangan khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk dinikahkan kepada putranya, Al-Walid untuk putrinya dan memilih menikahkan putrinya kepada Katsir bin Abdul Muthallib bin Abi Wadaah hanya dengan dua atau tiga dirham. Karena penolakannya ini beliau dihukum 60 kali cambuk, disiramkan air dingin ke tubuhnya saat muslim dingin, dan dipakaikan kepadanya jubah yang terbuat dari kain sutera. Ketakutan Beliau Akan Fitnah Wanita Dari Ali bin Zaid dari Said bi Al-Musayyib, dia berkata, Tidak ada yang lebih mudah bagi setan untuk menggoda kecuali melalui perempuan. Kemudian, Said berkata Tidak ada sesuatu yang lebih aku takutkan daripada perempuan. Padahal saat itu umurnya sudah lanjut, tua renta dan salah satu penglihatannya telah buta sedangkan yang tersisa pun sudah kabur penglihatannya karena rabun.

Page | 81

Dari Imran bin Abdul Malik, dia berkata, Said bin Al-Musayyib berkata, Aku tidak pernah merasa takut kepada sesuatu pun seperti ketakutanku pada wanita. Orang orang yang mendengarnya selanjutnya mengatakan, Sesungguhnya orang seperti Anda tidak pernah menginginkan wanita (untuk dinikahi) dan tidak ada wanita yang mau mengawini anda, Dia berkata, Memang itulah yang aku katakan kepada kalian. Nabi shalallahu alayhi wasallam bersabda: Tidaklah aku tinggalkan setelahku suatu fitnah yang lebih berbahaya bagi laki laki (melainkan fitnah yang datang dari) wanita. Dikeluarkan oleh Bukhari (9/5096); Muslim (4/2097), Ibnu Majah (3998) dan At-Tirmidzi (2780) dan dia berkata: Hadits Hasan Shahih Demikianlah Said bin Al Musayyib. Bagaimana dengan para pemuda saat ini yang dikaruniai penglihatan sempurna, dan menemukan wanita wanita yang bahkan belum pernah ada di zaman Nabi shalallahu alayhi wasallam bebas berkeliaran di jalan jalan, sedangkan setan lanatullah alayh menghiasi pandangan mereka terhadap wanita wanita tersebut?.. Hendaklah mereka takut akan apa yang telah diperingatkan oleh Rasulullah shalallahu alayhi wasallam. Hendaknya mereka khawatir diri mereka akan terjatuh kepada fitnah terbesar bagi kaum adam umat ini. Fitnah Wanita. *** Artikel muslimah.or.id Dikutip dengan sedikit gubahan dari 60 Biografi Ulama Salaf karya Syaikh Ahmad Farid (Penerjemah: Masturi Irham, Lc. dan Asmui Taman, Lc. penerbit Pustaka Al Kautsar, 2006)

Hikmah Turunnya Al-Quran Secara Berangsur-Angsur


Telah jelas dari pembagian Al-Quran menjadi ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah menunjukkan bahwa Al-Quran turun secara berangsur-angsur. Turunnya Al-Quran dengan cara tersebut memiliki hikmah yang banyak, di antaranya:
1. Pengokohan hati Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla pada surat Al-Furqan, ayat 3233, Berkatalah orang-orang yang kafir: Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. 2. Memberi kemudahan bagi manusia untuk menghapal, memahami serta mengamalkannya, karena Al-Quran dibacakan kepadanya secara bertahap. Berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla dalam surat Al-Isra`, ayat 106, Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. Page | 82

3. Memberikan semangat untuk menerima dan melaksanakan apa yang telah diturunkan di dalam Al-Quran karena manusia rindu dan mengharapkan turunnya ayat, terlebih lagi ketika mereka sangat membutuhkannya. Seperti dalam ayat-ayat ifk (berita dusta yang disebarkan sebagian orang tentang Aisyah radhiyallahu anha=) dan lian. 4. Penetapan syariat secara bertahap sampai kepada tingkatan yang sempurna. Seperti yang terdapat dalam ayat khamr, yang mana manusia pada masa itu hidup dengan khamr dan terbiasa dengan hal tersebut, sehingga sulit jika mereka diperintahkan secara spontan meninggalkannya secara total. 1. Maka untuk pertama kali turunlah firman Allah Azza wa Jalla (yaitu, surat AlBaqarah ayat 219) yang menerangkan keadaan khamr. Ayat ini membentuk kesiapan jiwa-jiwa manusia untuk pada akhirnya mau menerima pengharaman khamr, di mana akal menuntut untuk tidak membiasakan diri dengan sesuatu yang dosanya lebih besar daripada manfaatnya. Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: Yang lebih dari keperluan. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir. 2. Kemudian yang kedua turun firman Allah Azza wa Jalla (yaitu surat An-Nisaa` ayat 43). dalam ayat tersebut terdapat perintah untuk membiasakan meninggalkan khamr pada keadaan-keadaan tertentu yaitu waktu shalat. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub , terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci). sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. 3. Kemudian tahap ketiga turun firman Allah Azza wa Jalla (yaitu surat Al-Ma-idah ayat 9092). Dalam ayat tersebut terdapat larangan meminum khamr dalam semua keadaan, hal itu sempurna setelah melalui tahap pembentukan kesiapan jiwa-jiwa manusia, kemudian diperintah untuk membiasakan diri meninggalkan khamr pada keadaan tertentu. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah , adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.(Diringkas dari terjemahan Ushulun fi At-Tafsiri, karya Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (hlm. 3638), penerbit: Cahaya Tauhid Press, Malang dengan beberapa penambahan penjelasan dan pengubahan aksara oleh www.muslimah.or.id)

*** Artikel muslimah.or.id


Page | 83

Page | 84

Anda mungkin juga menyukai