Anda di halaman 1dari 4

NAMA NIM FAK/JUR

: RODIATUNISA : 0617 703 : SYARIAH/ MUAMALAH

CORAK PEMIKIRAN POLITIK DALAM DUNIA ISLAM;


ZAMAN KLASIK, PERTENGAHAN DAN KONTEMPORER
Pendahuluan Dalam setiap zaman pasti mempunyai sejarah dan corak pemikiran yang berbeda-beda dan mewarnai kehidupan dalam bernegara. Begitu juga dengan Islam yang merupakan agama yang sempurna baik dikalangan intern maupun ekstern yang mempunyai cerita tersendiri tentang ketatanegaraannya. Belajar dari sejarah dan perkembangannya, seharusnya kita sebagai anak zaman dapat memahami dan mengerti akan perkembangan zaman baik sekarang maupun dahulu. Begitu juga dengan corak pemikiran politik dalam dunia Islam, dalam masalah ini terlihat jelas bahwa Islam merupakan agama yang kompleks yang bukan hanya mengatur hubungan antara manusia dengan sang penciptanya, tapi Islam juga membahas ataupun mengkaji tentang perpolitikan dalam peradaban Islam. Walaupun dalam Al-Quran tidak ada yang diterangkan bagaimana tata cara bernegara ataupun berpolitik tapi, umat Islam dapat ataupun mampu memahami akan makna politik itu sendiri. Dilihat dari makalah ini, bahwa judul makalah yang penulis bahas adalah corak pemikiran politik dalam dunia Islam yaitu perbandingan ataupun perbedaan antara zaman klasik, pertengahan dan kontemporer. Dari tema tersebut penulis akan membahas dan mengkaji secara jelas. Kemudian kajian selanjutnya mengenai flash back tiga zaman yaitu: klasik, pertengahan dan kontemporer yang penulis sajikan untuk memberikan penjelasan dan data yang cukup akurat dari isi makalah ini serta memberikan contoh-contoh yang cukup jelas dan dari akhir bagian makalah ini penulis memberikan solusi dari tiga

zaman pemikiran politik yang ada serta memberikan perbandingan-perbandingan dari ketika masa pemerintahan tersebut. Namun terlepas dari itu semua, ada beberapa catatan penting dalam makalah ini yang penulis tidak terlalui menyebutkan secara jelas tentang batasan kurun waktu dari ketiga zaman yang dibahas dalam makalah ini, dan dalam makalah ini penulis juga menyamakan tentang pola pikir ketiga zaman ini, seperti dari tulisan pemakalah yang menyamakan Imam Al-Ghazali, Al-Farrabi dan Ibnu Khuldun serta pemikir lainnya dengan pola pikir Yunani kuno. Kamudian dari itu semua, dapat dilihat bahwa makalah ini sangat menarik untuk dibahas guna mencari sebuah penjelasan serta corak pemikiran yang ada dalam ketatanegaraan yang demokrasi yang konsepnya sesuai dengan aturan Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan Al-Hadits, walaupun masih banyak kekurangankekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Namun, penulis berusaha untuk memberikan data tentang perkembangan pemikiran bagaimana corak pemikiran dari pemikiran Islam dalam berpolitik 1. Pembahasan A. Era Klasik dan Pertengahan Pada zaman Nabi SAW sudah memiliki konsep tentang ketatanegaraan yang bukti adanya negara Madinah yang merupakan awal dari kepemerintahan Nabi, yang kemudian dilanjutkan dengan masa kepemerintahan Khulafaurrasyidin yang konsep pemerintahannya mengalami perubahan yang drastis dengan sisitem negaranya memakai sistem Monarki. Sebagai contoh dalam pemikiran zaman dahulu, Yunani yang banyak mempengaruhi perkembangan pemikiran politik yang ada, dan akhirnya banyak para pemikir Islam yang mencontoh corak pemikiran mereka ini, antara lain mereka itu adalah Imam Al-Ghazali, Al-Farabi, Ibnu Khuldun dan pemikira lainnya. B. Era Kontemporer Setelah sekian lama dunia Islam tenggelam tertutup oleh peradaban (pasca takluknya Dinasti Abbasiyah, selaku pusat pemerintahan Islam, ke tangan bangsa Mongol), kemudian tersadarlah pada Leader (sejak abad XVIII M), bahwa pada saat itu

Islam sudah tertinggal jauh dari peradaban lainnya, dan bangkitlah mereka dengan berbagai upaya untuk menghidupkan kembali dunia pemikiran Islam, tapi para tokoh pada masa ini tidak mengemukakan kembali dasar-dasar berdirinya negara dalam artian tidak terfokus lagi pada asal-mula negara ini terjadi, melainkan lebih terfokus pada praktek berpolitik praktis. Cita-cita yang luhur tersebut ditandai dengan munculnya para tokoh dan dan beberapa organisasi beserta pemikiran-pemikiran yang mengutamakan ajaran Islam, seperti: Sayyid Jamal al-Din al-Afghani, Muhammad Abduh, Abu al-Ala alMaududi dan lain sebagainya. Di antara yang mewakili dasar pemikirannya sekuleristik sebenarnya dalam hal ini, jalan sekularistik merupakan bukan barang baru lagi dalam Islam, karena pada pemikiran Ibnu Taimiyah yang dikutip dari buku Munawir Syadzali yang menyetujui pendapat, bahwa seorang kepala negara yang adil walaupun tidak beragama Islam itu lebih baik, daripada kepala negara muslim namun berbuat zalim, yaitu Ali al-Raziq, beliau mengemukakan bahwa Nabi Muahammad SAW itu hanya seorang utusan Tuhan dan tidak diperintah untuk mendirikan sebuah negara. Jelas tergambar dari pernyataan Raziq bahwa, Islam tidak mencampiri urusan duniawi. Kemudian, pada golongan Moderat yang menganggap bahwa Islam tidak sepenuhnya mencampuri urusan ketatanegaraan- ialah Dr. Muhammad Husin Haikal dan Muhammad Abduh. Meskipun Islam tidak memberikan bentuk baku dalam prototype bernegara, namun memberikan asas-asas yang nantinya dipergunakan dalam bernegara, oleh karena itu mereka memberikan keleluasaan umat Islam untuk melihat pola bernegara yang dipakai oleh Barat, tentunya dengan pemikiran yang melihat satu rel dengan Islam. Dasar pemikiran yang selanjutnya yaitu tipe Integralistik, dimana Islam dan agamanya menyatu, golongan ini merujuk kepada pemikiran-pemikiran klasik, juga pola pemerintahan yang dianjurkan menurut golongan ini adalah tipe pemerintahan yang dicontohkan oleh Rasulullah ( Negara-kota Madinah), dan joga pola pemerintahan

pada masa Khulafah al-Rasyidin, mereka tidak mengehendaki umat Islam meniru pada pola pemerintahan yang dipakai oleh Barat. 2. Penutup Dan pada akhir makalah ini penulis mengharapkan agar umat Islam di dunia ini dapat menguasai dunia dengan aturan syariat Islam dan yang jelas juga dapat menegakkan agama Allah secara damai tanpa menjajah negara lain, semoga makalah tulisan ini dapat berguna dalam perkembangan pemikiran perpolitikan negara yang menghendaki tegaknya syariat Islam dalam asas-asas negara, khususnya di negara kita ini, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai