Laporan Angga

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN

Laporan ini telah di periksa dan di sahkan pada : Tanggal ___ Bulan _______ Tahun 2012

Mengetahui/Menyetujui, Guru Mata Pelajaran,

AGUS MULYADI, S.Pd

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan tentang Korupsi dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia. Korupsi Ibarat memutuskan Setan, Judicial Corruption atau korupsi di peradilan menjadi satu persoalan yang sampai saat ini tidak pernah terselesaikan. Mulai dari tingkat kepolisian sampai pengadilan yang paling tinggi. Dari modus yang konvensional sampai modus yang paling canggih. Meskipun upaya penyelesaian judicial corruption dilakukan oleh berbagai pihak mulai dari LSM, Akademisi, Praktisi, sampai Internal aparat peradilan sendiri,namun hasilnya seperti yang kita lihat saat ini bukan muncul modusmodus baru yang lebih canggih. Kecanggihan modus tersebut bukanya tidak bias di lacak. Hanya saja dalam melacak perlu kemampuan tersendiri. Walaupun sudah berusaha dengan segala kemampuan yang dimiliki, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini karena keterbatasan kemampuan dari penulis yang masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat lebih baik lagi, baik dalam materi ini ataupun yang lainnya. Atas Bantuan dan saran dari berbagai pihak yang tekah membantu dalam menyelesaikan laporan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya.
Bandung, 11 Maret 2012 Penulis,

Dwi Angga

ii

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ................................................................................ Kata Pengantar ........................................................................................ Daftar Isi..................................................................................................

i ii iii

BAB 1

PENDAHULUAN 1 1 1 3 3 3

A. Latar Belakang .................................................................................. B. Perumusan Masalah ........................................................................... C. Tujuan ................................................................................................ D. Metode Penulisan .............................................................................. E. Ruang Lingkup Masalah .................................................................... F. Pembatasan Masalah ..........................................................................

BAB II

MEMBACA 4 7 8 9 13

A. Pengertian Korupsi ............................................................................. B. Sebab-sebab Korupsi .......................................................................... C. Akibat-Akibat Korupsi ....................................................................... D. Upaya Penanggulangan Korupsi ........................................................ G. Tabel Negara-negara Korupsi..............................................................

BAB IV

PENUTUP 18 19

A. Kesimpulan ........................................................................................ B. Saran ...................................................................................................

Daftar Pustaka .........................................................................................

20

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Akhir-akhir ini masalah korupsi sedang hangat-hangatnya dibicarakan public,terutama dalam media massa baik local maupun nasional. Banyak para ahli mengemukakan pendapatnya tentang masalah korupsi ini. Pada dasarnya,ada yang pro adapula yang kontra. Akan tetapi walau bagaimanapun korupsi ini merugikan Negara dan dapat merusak sendisendi kebersamaan bangsa.

B. Perumusan Masalah Dengan melihat latar belakang yang telah di kemukakan maka ada beberapa masalah yang dapat penulis rumuskan dan akan di bahas dalam lapora ini adalah a. b. c. d. Apakah Korupsi itu ? Apa penyebab terjadinya korupsi ? Apa akibat terjadinya korupsi ? Bagaimana cara menanggulangi korupsi ?

C. Tujuan Maksud di dibuatnya laporan ini adalah untuk memenuhi tugas B. Indonesia agar mendapatkan nilai yang baik dan memuaskan serta untuk mendapatkan pengetahuan tentang Korupsi .

D. Metode Penulisan Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan penulis menggunakan metode observasi dan mencari di Internet.

E. Ruang Lingkup Masalah


Dalam prakteknya, korupsi sangat sukar bahkan hampir tidak mungkin dapatdiberantas, oleh karena sangat sulit memberikan pembuktianpembuktian yang eksak. Disamping itu sangat sulit mendeteksinya dengan dasar-dasar hukum yang pasti. Namun akses perbuatan korupsi merupakan bahaya latent yang harus diwaspadai baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat itu sendiri.Korupsi adalah produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakat yang memakai uang sebagai standard kebenaran dan sebagai kekuasaaan mutlak.Sebagai akibatnya, kaum koruptor yang kaya raya dan para politisi korup yang berkelebihan uang bisa masuk ke dalam golongan elit yang berkuasa dan sangat dihormati. Mereka ini juga akan menduduki status sosial yang tinggi dimata masyarakat.

F. Pembatasan Masalah Penyusun pada penulisan laporan ini akan membatasi masalah sebagai berikut : Dampak besar akibat Korupsi Pengetahuan akan akibat dari melakukan Korupsi bagi bangsa dan negara.

BAB II

Korupsi
A. Pengertian Korupsi

Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan

menggunakan wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.

Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan

kepentingan si pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiahdalam bentuk balas jasa juga termasuk dalam korupsi. Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari pihak ketiga yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada keluarganya atau partainya/ kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai hubungan pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas bahwa ciri yang paling menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang melanggar azas pemisahan antara kepentingan pribadidengan kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan pribadi dengan masyarakat.

Korupsi yang terjadi Indonesia saat ini sudah dalam posisi yang sangat memprhatinkan. Perkembangan praktek korupsi dari tahun ke tahun tidak semakin menurun namun semakin meningkat, baik dari kuantitas atau jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas semakin sistematis, canggih serta lingkupnya sudah meluas dalam seluruh aspek masyarakat. Peringkat korupsi Indonesia berdasarkan laporan Transparency Internasional sejak 1998-2010 selalu berada dalam peringkat sepuluh besar dunia. Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa (extra ordinary crime). Salah satu bentuk korupsi yang dikenal luas oleh masyarakat adalah korupsi di lembaga-lembaga peradilan (kepolisan, kejaksaan. Pengadilan). Tingginya tingkat korupsi di peradilan di Indonesia juga dapat dilihat dari catatan Daniel Kaufman dalam laporan Bureaucratic and Judiciary Bribery tahun 1998. Dalam laporan itu, dikatakan bahwa tingkat korupsi di peradilan Indonesia adalah yang paling tinggi diantara negara-negara Ukraina, Venezuela, Rusia, Kolombia, Mesir, Yordania, Turki, Malaysia, Brunei, Afrika Selatan, Singapura, dan lainlain. Hasil survei nasional tentang korupsi yang dilakukan oleh Partnership for Governance Reform pada tahun 2002 juga menempatkan lembaga peradilan sebagai lembaga terkorup menurut persepsi masyarakat. Korupsi peradilan di Indonesia lebih populer disebut dengan mafia peradilan. Mafia dalam istilah ini bukan merujuk pada kejahatan terorganisir seperti mafia Sisilia. Tetapi mafia merujuk pada konspirasi di antara aparat keadilan untuk mempermainkan hukum demi keuntungan pribadi. Meskipun sudah banyak media massa yang menulis soal mafia peradilan, bahkan melakukan investigasi lengkap, tetapi belum banyak penelitian yang dilakukan dalam persoalan ini. Kebanyakan penelitian tentang peradilan lebih menyoroti aspek kemandirian kekuasaan kehakiman. Ini dapat dimengerti karena pada masa pemerintahan Orde Baru, peradilan adalah bagian dari kekuasaan otoriter. Salah satu sumber yang bisa dijadikan sebagai pijakan awal untuk melihat korupsi peradilan adalah penelitian yang dilakukan oleh Bappenas dan World Bank [Cyberconsult tahun 1999] Dalam penelitian tersebut, Bappenas dan World Bank

mengakui ada praktik korupsi di lingkungan peradilan. Secara khusus, laporan ini menyoroti korupsi yang dilakukan oleh panitera pada saat pendaftaran perkara. Responden penelitian tersebut menyatakan bahwa biaya pendaftaran yang harus dibayar oleh pencari keadilan dinilai cukup mahal. Dari penelitian tersebut juga diungkap praktik korupsi bagi para pihak untuk mendapatkan salinan putusan. Salinan putusan yang semestinya adalah hak para pihak hanya bisa didapatkan oleh para pihak setelah diharuskan untuk memberikan uang lebih kepada petugas di pengadilan. Tanpa uang, salinan putusan tidak akan segera diserahkan. Penelitian lain yang tampaknya jauh lebih jujur daripada hasil penelitian Bappenas dan World Bank dikerjakan oleh Marjono Reksodiputro. Mardjono mengungkapkan beberapa modus korupsi yang dilakukan oleh kepolisian, kejaksaan dan hakim di pengadilan. Di kepolisian, Mardjono mengutip istilah yang berkembang di masyarakat: lapor ayam hilang, kambing pun turut hilang. Maksudnya, apabila korban kejahatan lapor ke polisi akan keluar lebih banyak uang untuk ikut menanggung biaya operasional dari polisi. Selain itu, fasilitas lebih kepada tahanan, terutama yang kaya, juga menjadi bahan pergunjingan di masyarakat. Di kejaksaan, Mardjono mengungkapkan, selain melakukan pemerasan terhadap tersangka, jaksa juga bisa melepaskan tersangka dengan alasan kurang bukti. Selain itu, praktik penyuapan di pengadilan juga diungkap oleh Mardjono [Korupsi dalam Sistem Hukum, dalam Basyaib et. al. Jakarta: PGR, 2002]. Selain dua penelitian di atas, ada satu makalah tentang mafia peradilan yang disusun secara sistematis oleh Kamal Firdaus, SH, Advokat dan Ketua Dewan Etik Indonesia Court Monitoring Yogyakarta. Dalam makalah berjudul Pola dan Penyebab Mafia Peradilan yang disampaikan dalam Seminar Memerangi Mafia Peradilan Menuju Peradilan yang Bersih, Mandiri dan Bertanggungjawab , Kamal Firdaus merinci praktik mafia peradilan mengikuti tahap-tahap beracara. Berdasarkan pengalamannya sebagai Advokat, Kamal Firdaus memetakan praktik korupsi dalam pengadilan tingkat pertama dan pengadilan tingkat kedua (banding) dalam persidangan perdata.

B. Sebab-Sebab Korupsi

Ada beberapa sebab terjadinya praktek korupsi. Singh (1974) menemukan dalam penelitiannya bahwa penyebab terjadinya korupsi di India adalah kelemahan moral (41,3%), tekanan ekonomi (23,8%), hambatan struktur administrasi (17,2 %), hambatan struktur sosial (7,08 %). Sementara itu Merican (1971) menyatakan sebab-sebab terjadinya korupsi adalah sebagai berikut :

a) Peninggalan pemerintahan kolonial. b) Kemiskinan dan ketidaksamaan. c) Gaji yang rendah. d) Persepsi yang populer. e) Pengaturan yang bertele-tele.
f)

Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.

Di sisi lain Ainan (1982) menyebutkan beberapa sebab terjadinya Korupsi yaitu :

a) Perumusan perundang-undangan yang kurang sempurna. b) Administrasi yang lamban, mahal, dan tidak luwes. c) Tradisi untuk menambah penghasilan yang kurang dari pejabat pemerintah dengan upeti atau suap. d) Dimana berbagai macam korupsi dianggap biasa, tidak dianggap bertentangan dengan moral, sehingga orang berlomba untuk korupsi. e) Di India, misalnya menyuap jarang dikutuk selama menyuap tidak dapat dihindarkan. f) Menurut kebudayaannya, orang Nigeria Tidak dapat menolak suapan dan korupsi, kecuali mengganggap telah berlebihan harta dan kekayaannya. g) Manakala orang tidak menghargai aturan-aturan resmi dan tujuan organisasi pemerintah, mengapa orang harus mempersoalkan korupsi. Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab.

Terjadinya Korupsi adalah sebagai berikut :

1. Gaji yang rendah, kurang sempurnanya peraturan perundang-undangan, administrasi yang lamban dan sebagainya. 2. Warisan pemerintahan kolonial. 3. sikap mental pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang tidak halal, tidak ada kesadaran bernegara, tidak ada pengetahuan pada bidang pekerjaan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah.

C. Akibat-Akibat Korupsi

Nye menyatakan bahwa akibat-akibat korupsi adalah :

1. Pemborosan sumber-sumber, modal yang lari, gangguan terhadap penanaman modal, terbuangnya keahlian, bantuan yang lenyap. 2. ketidakstabilan, revolusi sosial, pengambilan alih kekuasaan oleh militer, menimbulkan ketimpangan sosial budaya. 3. pengurangan kemampuan aparatur pemerintah, pengurangan kapasitas administrasi, hilangnya kewibawaan administrasi.

Selanjutnya Mc Mullan (1961) menyatakan bahwa akibat korupsi adalah ketidak efisienan, ketidakadilan, rakyat tidak mempercayai pemerintah, memboroskan sumber-sumber negara, tidak mendorong perusahaan untuk berusaha terutama perusahaan asing, ketidakstabilan politik, pembatasan dalam kebijaksanaan pemerintah dan tidak represif. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan akibatakibat korupsi diatas adalah sebagai berikut :

1. Tata ekonomi seperti larinya modal keluar negeri, gangguan terhadap perusahaan, gangguan penanaman modal. 2. Tata sosial budaya seperti revolusi sosial, ketimpangan sosial. 3. Tata politik seperti pengambil alihan kekuasaan, hilangnya bantuan luar negeri, hilangnya kewibawaan pemerintah, ketidakstabilan politik. 4. Tata administrasi seperti tidak efisien, kurangnya kemampuan administrasi, hilangnya keahlian, hilangnya sumber-sumber negara, keterbatasan

kebijaksanaan pemerintah, pengambilan tindakan-tindakan represif. Secara umum akibat korupsi adalah merugikan negara dan merusak sendisendi kebersamaan serta memperlambat tercapainya tujuan nasional seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

D. Upaya Penanggulangan Korupsi

Korupsi tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja kalau suatu negara ingin mencapai tujuannya, karena kalau dibiarkan secara terus menerus, maka akan Terbiasa dan menjadi subur dan akan menimbulkan sikap mental pejabat yang selalu mencari jalan pintas yang mudah dan menghalalkan segala cara (the end justifies the means). Untuk itu, korupsi perlu ditanggulangi secara tuntas dan bertanggung jawab. Ada beberapa upaya penggulangan korupsi yang ditawarkan para ahli yang masing-masing memandang dari berbagai segi dan pandangan. Caiden (dalam Soerjono, 1980) memberikan langkah-langkah untuk

menanggulangi korupsi sebagai berikut :

a) Membenarkan transaksi yang dahulunya dilarang dengan menentukan sejumlah pembayaran tertentu. b) Membuat struktur baru yang mendasarkan bagaimana keputusan dibuat. c) Melakukan perubahan organisasi yang akan mempermudah masalah pengawasan dan pencegahan kekuasaan yang terpusat, rotasi penugasan, wewenang yang saling tindih organisasi yang sama, birokrasi yang saling

10

bersaing, dan penunjukan instansi pengawas adalah saran-saran yang secara jelas diketemukan untuk mengurangi kesempatan korupsi. d) Bagaimana dorongan untuk korupsi dapat dikurangi ? dengan jalan meningkatkan ancaman. e) Korupsi adalah persoalan nilai. Nampaknya tidak mungkin keseluruhan korupsi dibatasi, tetapi memang harus ditekan seminimum mungkin, agar beban korupsi organisasional maupun korupsi sestimik tidak terlalu besar sekiranya ada sesuatu pembaharuan struktural, barangkali mungkin untuk mengurangi kesempatan dan dorongan untuk korupsi dengan adanya perubahan organisasi.

Cara yang diperkenalkan oleh Caiden di atas membenarkan (legalized) tindakan yang semula dikategorikan kedalam korupsi menjadi tindakan yang legal dengan adanya pungutan resmi. Di lain pihak, celah-celah yang membuka untuk kesempatan korupsi harus segera ditutup, begitu halnya dengan struktur organisasi haruslah membantu kearah pencegahan korupsi, misalnya tanggung jawab pimpinan dalam pelaksanaan pengawasan melekat, dengan tidak lupa

meningkatkan ancaman hukuman kepada pelaku-pelakunya. Selanjutnya, Myrdal (dalam Lubis, 1987) memberi saran penaggulangan korupsi yaitu agar pengaturan dan prosedur untuk keputusan-keputusan administratif yang menyangkut orang perorangan dan perusahaan lebih disederhanakan dan dipertegas, pengadakan pengawasan yang lebih keras, kebijaksanaan pribadi dalam menjalankan kekuasaan hendaknya dikurangi sejauh mungkin, gaji pegawai yang rendah harus dinaikkan dan kedudukan social ekonominya diperbaiki, lebih terjamin, satuansatuan pengamanan termasuk polisi harus diperkuat, hukum pidana dan hukum atas pejabat-pejabat yang korupsi dapat lebih cepat diambil. Orang-orang yang menyogok pejabat-pejabat harus ditindak pula. Persoalan korupsi beraneka ragam cara melihatnya, oleh karena itu cara pengkajiannya pun bermacam-macam pula. Korupsi tidak cukup ditinjau dari segi deduktif saja, melainkan perlu ditinaju dari segi induktifnya yaitu mulai melihat masalah praktisnya (practical problems), juga harus dilihat apa yang menyebabkan timbulnya korupsi. Kartono (1983) menyarankan penanggulangan korupsi sebagai berikut :

11

1. Adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial, dengan bersifat acuh tak acuh. 2. Menanamkan aspirasi nasional yang positif, yaitu mengutamakan
kepentingan nasional.

3. para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, memberantas dan


menindak korupsi.

4. Adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan


menghukum tindak korupsi.

5. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintah, melalui


penyederhanaan jumlah departemen, beserta jawatan dibawahnya.

6. Adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan achievement dan


bukan berdasarkan sistem ascription.

7. Adanya kebutuhan pegawai negeri yang non-politik demi kelancaran


administrasi pemerintah.

8. Menciptakan aparatur pemerintah yang jujur 9. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung
jawab etis tinggi, dibarengi sistem kontrol yang efisien.

10. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang


mencolok dengan pengenaan pajak yang tinggi. Marmosudjono (Kompas, 1989) mengatakan bahwa dalam menanggulangi korupsi, perlu sanksi malu bagi koruptor yaitu dengan menayangkan wajah para koruptor di televisi karena menurutnya masuk penjara tidak dianggap sebagai hal yang memalukan lagi. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa upaya penanggulangan korupsi adalah sebagai berikut : a) Preventif. 1. Membangun dan menyebarkan etos pejabat dan pegawai baik di instansi pemerintah maupun swasta tentang pemisahan yang jelas dan tajam antara milik pribadi dan milik perusahaan atau milik negara. 2. mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji) bagi pejabat dan pegawai negeri sesuai dengan kemajuan ekonomi dan kemajuan swasta, agar pejabat dan pegawai saling menegakan wibawa dan integritas jabatannya

12

dan tidak terbawa oleh godaan dan kesempatan yang diberikan oleh wewenangnya. 3. Menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan pekerjaan. Kebijakan pejabat dan pegawai bukanlah bahwa mereka kaya dan melimpah, akan tetapi mereka terhormat karena jasa pelayanannya kepada masyarakat dan negara. 4. Bahwa teladan dan pelaku pimpinan dan atasan lebih efektif dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan. 5. menumbuhkan pemahaman dan kebudayaan politik yang terbuka untuk kontrol, koreksi dan peringatan, sebab wewenang dan kekuasaan itu cenderung disalahgunakan. 6. hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menumbuhkan sense of belongingness dikalangan pejabat dan pegawai, sehingga mereka merasa peruasahaan tersebut adalah milik sendiri dan tidak perlu korupsi, dan selalu berusaha berbuat yang terbaik. b) Represif. 1. Perlu penayangan wajah koruptor di televisi. 2. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan pejabat.

Dalam data Corruption Perceptions Change in Selected Countries, Negara Republik Indonesia mengalami Kenaikan dari awal tahun 2003 sampai akhir 2011 indonesia mengalami kenaikan yang sangat signifikan di bandingkan Negaranegara berkembang lainnya,namun sayangnya kenaikan yang di maksud adalah kenaikan angka Korupsi/Corruption,dan Indonesia menduduki peringkat ke-2 terbanyak Korupsi di bawah Negara berkembang Bangladesh,angka Peningkatan Korupsi di Indonesia pada tahun 2003-2011 mengalami kenaikan sebanyak 1.1 dari 1.1 sampai 3.0 pada akhir tahun 2011. Beda dengan Negara Malaysia yang malah mengalami Penurunan angka Korupsi.

13

Tabel angka Negara-negara yang Korupsi pada tahun 2003-2011

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

1. Korupsi adalah penyalahgunaan wewenang yang ada pada pejabat atau pegawai demi keuntungan pribadi, keluarga dan teman atau kelompoknya. 2. Korupsi menghambat pembangunan, karena merugikan negara dan merusak sendi-sendi kebersamaan dan menghianati cita-cita perjuangan bangsa. 3. Cara penaggulangan korupsi adalah bersifat Preventif dan Represif. Pencegahan (preventif) yang perlu dilakukan adalah dengan menumbuhkan dan membangun etos kerja pejabat maupun pegawai tentang pemisahan yang jelas antara milik negara atau perusahaan dengan milik pribadi, mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji), menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan pekerjaan, teladan dan pelaku pimpinan atau atasan lebih efektif dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan, terbuka untuk kontrol, adanya kontrol sosial dan sanksi sosial, menumbuhkan rasa sense of belongingness diantara para pejabat dan pegawai. Sedangkan tindakan yang bersifat Represif adalah menegakan hukum yang berlaku pada koruptor dan penayangan wajah koruptor di layar televisi dan herregistrasi (pencatatan ulang) kekayaan pejabat dan pegawai. 4. Korupsi sangat besar dampaknya Negatifnya yang dirasakn kalangan Rakyat kecil yang semakin tertindas dengan banyaknya anggaran pemerintah yang di ambil oleh oknum-onkum yang tidak bertanggung jawab seperti para koruptor yang hanya mementingkan keuntungan untuk dirinya sendiri. 5. Korupsi tidak hanya ada di kalangan kaum intelektual seperti pemerintahan,tapi korupsi juga bias dilakukan oleh kalangan manapun yang berniat untuk mengambil hak orang lain. 6. Agar nantinya para penerus-penerus bangsa tidak melakukan korupsi,harus di didik sejak sedini mungkin agar kelak bisa menjadi pemimpin yang jujur

14

15

B. Saran Lalu bagaimana cara untuk mengurangi korupsi? jawabannya kembali ke kitab suci agama masing-masing. Pasti ada ayat-ayat suci yang menyinggung tentang mencuri. Jadi saran saya adalah: 1. Buat poster tentang tulisan/kutipan ayat2 suci tersebut yang menyebutkan larangan tersebut dalam ukuran tulisan yang besar. Tempel di lift, tangga, dan pintu atau tempat-tempat strategis lainnya. Hal ini seharusnya menggerakan nurani mereka ketika membacanya (tidak berlaku jika dan hanya jika tidak punya nurani) 2. Tindakan ini dilakukan secara terpusat oleh pemerintah kepada setiap departemen-departemen dan lembaga tingginya, dan ini akan menjadi langkah konkret yang relatif murah karena yang dituju adalah hati nurani yang telah diperlengkapi dengan pelajaran agama masing-masing (asumsinya : seluruh warga negara kita telah menanamkan agama sejak kecil). 3. Pada poster tersebut : perjelas dan definisikan tindakan-tindakan yang tergolong korupsi. Saat ini mungkin ada orang tidak sadar kalau yang uang yang dia pakai adalah hasil dari tindakan yang tergolong korupsi (terbukti kalau baca berita persidangan korupsi banyak yang mengelak dengan berbagai alasan). Kalau tindakan yang tergolong korupsi sengaja di-blur-kan untuk diperjelas (jadi zona abu-abu), maka orang akan dengan mudahnya mencari pembenaran, akan tetapi kalau sudah diperjelas dan semua orang tahu itu korupsi, setidaknya mereka akan berpikir dua kali (apalagi sekarang sudah ada namanya KPK). 4. Orang-orang yang selama ini sudah bertindak jujur dan berintegritas, milikilah komunitas, saling menguatkan untuk tetap bertahan supaya tidak korup dilingkungan kerja yang mungkin korup karena orang-orang tipe ini (jujur dan berintegritas) pasti ada disetiap agama dan disetiap kantor. Berharap orang yang membaca ini kelak akan menjadi pejabat/pemimpin di republik ini yang tidak korupsi danberintegritas(amin), dan saat itu berharap pula korupsi sudah jauh berkurang dari sekarang

16

DAFTAR PUSTAKA

http://www.transparency.org/policy_research/surveys_indices/cpi http://antikorupsi.org/ http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=1372689&page=49 http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi http://repository.usu.ac.id/ http://www.anakui.com

Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. Jakarta. Penerbit Ghalia Indonesia. Bellone, Carl.1980.Organization Theory and The New Public Administration. United States Of America.Allyn and Bacon, Inc. Boston/ London Sydney/ Toronto.

17

LAPORAN BAHASA INDONESIA

Korupsi
Di Susun sebagai syarat memenuhi tugas Bahasa Indonesia

Disusun Oleh : Nama NIS Kelas : Dwi Angga : 101110009 : XI - TKJ

Program Studi Keahlian Teknik Informatika Kompetensi Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan Yayasan Pendidikan Nasional SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NASIONAL JL. Sadang Serang No. 17 Telp. (022) 70778048 Bandung 40134

2012

19

Anda mungkin juga menyukai