Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH KMB

PNEUMONIA

KELOMPOK 3 MELLYA DESTUTI SEPTIASRINI ALWEDI PAIDIL ADHA NOPRI HADI PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

YAYASAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG 2010/2011

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penyakit saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru berhubungan dengan infeksi saluran nafas. Baik yang mengenai cabang-cabang pembuluh paru (bronkus, bronkiolus) atau yang mengenai jaringan paru-paru (pneumonia, TBC) Penyakit infeksi paru merupakan penyakit infeksi yang paling sering ditemukan dimasyarakat maupun yang dirawat di rumah sakit, dan masih merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Penyakit infeksi paru berkisar 60-80 % dari seluruh penyakit paru, sedangkan sisanya 20-40 % adalah penyakit noninfeksi Pola Penyakit 50 Peringkat Utama menurut Departemen Kesehatan RI untuk pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia mencatat bahwa bronkitis kronis, emfisema, PPOK menempati urutan 14 dengan persentase kunjungan (1,2%), bronkitis akut dan bronkiolitis akut urutan 35 (0,5%), dan pneumonia urutan 39 (0,4%) Pneumonia merupakan bagian dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bawah yang banyak menimbulkan kematian, hingga berperan besar dalam tingginya angka kematian . Pneumonia di negara berkembang disebabkan terutama oleh bakteri. Tanda tanda fisis pada pneumonia adalah demam, sesak nafas, nyeri dada dan tanda- tanda konsolidasi paru ( perkusi paru yang pekak, ronkhi nyaring, suara pernafasan bronchial. Untuk memberi rasa nyaman dan mengurangi nyeri pada pasien pneumonia adalah dengan cara pijatan punggung, perubahan posisi, mendengarakan musik tenang, latihan nafas dalam dan anjurkan teknik menekan dada selama episode batuk. ( Doengus, 2000) Sejak tahun 1984 Depkes sesuai dengan pedoman WHO mulai melancarkan Program Penanggulangan ISPA dengan tujuan utama menurunkan angka kematian pneumonia pada anak-anak balita. Strategi penanggulangannya ialah meningkatkan cakupan imunisasi, tatalaksana baku ISPA untuk setiap tingkat pelayanan, penyuluhan mengenai ISPA. Penyuluhan ini bertujuan agar mengenal ISPA pneumonia dan segera mencari pertolongan yang tepat, memberi pengobatan secara tuntas.

B. TUJUAN 1. Tujuan umum Makalah ini dibuat sebagai pedoman/acuan dalam proses perkuliahan dan dapat mengetahui dan mebuat asuhan keperawatan terhadap pasien pneumonia.

2. Tujuan khusus Mengetahui pengertian pneumonia Mengetahui jenis-jenis pneumonia Mengetahui penyebab dari pneumonia Mengetahui tanda dan gejala penyakit pneumonia Mengetahui bagaiman patofisiologi dari pneumonia Mengetahui komplikasi dari pneumonia Mengetahui pencegahan dari pneumonia Mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan pneumonia

BAB II ISI 1. DEFENISI Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. 2. Klasifikasi Pneumonia Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) : a. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas : Pneumonina tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus atau lobularis. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.

b.

Berdasarkan faktor lingkungan Pneumonia komunitas Pneumonia nosokomial Pneumonia rekurens Pneumonia aspirasi Pneumonia pada gangguan imun Pneumonia hipostatik

c.

Berdasarkan sindrom klinis Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.

Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.

3. Etiologi a. Bakteri

Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa. b. Virus

Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus. c. Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos. d. Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.

4. Manifestasi Klinis a. Pneumonia bakteri Gejala awal : Rinitis ringan Anoreksia Gelisah

Berlanjut sampai : Demam Malaise Nafas cepat dan dangkal ( 50 80 ) Ekspirasi bebunyi

Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan Leukositosis

b.

Pneumonia virus Gejala awal : Batuk Rinitis

Berkembang sampai: c. Demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan lesu Emfisema obstruktif Ronkhi basah Penurunan leukosit

Pneumonia mikoplasma Gejala awal : Demam Mengigil Sakit kepala Anoreksia Mialgia

Berkembang menjadi : Rinitis Sakit tenggorokan Batuk kering berdarah Area konsolidasi pada pemeriksaan thorak

5. Patofisiologi Bakteri penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran nafas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya sebukan sel PMNs ( polimorfonuklears), fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman dialveoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah. Sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin kepermukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMNs dialveoli dan proses fogositosis yang cepat dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag dialveoli, degenerasi sel dan menipisnya fibrin, serta menghilangnya kuman dan dibris. Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi, suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbondioksida. Sel-sel darah putih kebanyakan neutrofil juga berimigrasi kedalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak mendapatkj ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa dan bronkospasme menyebabkan oklusi parsial bronkhi/alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar kesisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial.

6. Faktor-faktor risiko terkena pneumonia, antara lain:

Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA), usia lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2 bulan, Jenis kelamin laki-laki , Gizi kurang, Berat badan lahir rendah, Tidak mendapat ASI memadai, Polusi udara, Kepadatan tempat tinggal, Imunisasi yang tidak memadai, Membedong bayi, efisiensi vitamin A dan penyakit kronik menahun

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia: a. Umur dibawah 2 bulan. b. Tingkat sosio ekonomi rendah.

c. Gizi kurang. d. Berat badan lahir rendah. e. Tingkat pendidikan ibu rendah. f. Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah. g. Kepadatan tempat tinggal. h. Imunisasi yang tidak memadai. i. Menderita penyakit kronis

7. Komplikasi a) Empiema b) Otitis media hakut c) Atelektasis

d) Empisema e) Meningitis

8. Pencegahan dan pengobatan Yang dapat di lakukan oleh penerita pneumonia untuk mempercepat penyembuhan dari pneumonia adalah : Untuk menghinadari penularan infeksi, buanglah sekresi dengan benar. Gunakan tisu sekali pakai bila bersin dan batuk. Untuk mencegah terjangkit kembali, jangan gunakan obat-obatan anti mikroba saat infeksi yang ringan sebab penggunaan ini dapat membuat bakteri di saluran nafas bagian atas menjadi resisten tehadap antibiotik. Dapatkan suntikan flu dan pneumovax (vaksin pneumokokus) setiap tahun bila penderita asma, bronkhitis kronik, empisema, atau penyakit jantung kronik. Lakukan diet tinggi kalori, dan gunakan obat penghilang rasa sakit untuk mengurani sakit dada. Hindari rokok dan hindari asap bagi perokok pasif. Istirahat yang cukup dan usahakan untuk berolah raga ringan, agar badan tetap segar dan menjaga stamina tubuh. Tidurlah miring dengan menyangga, Posisi ini akan membuat batuk lebih ringan dan nafas sedikit lebih enak. Minumlah banyak cairan, demam panas pneumonia akan mengeringkan tenggorokan. Tubuh akan memerlukan air sekitar 6 sampai 8 gelas air sehari, untuk mencegah dehidrasi.

Untuk penderita pneumonia pada anak-anak : Lakukan imunisasi, terutama untuk anak. Vaksin Hb sudah banyak dipakai untuk menangkal pneumonia, selain meningitis. Vaksin ini untuk menangkal serangan bakteri Haemophyllus influenzae tipe B yang bisa menyebabkan kedua jenis penyakit itu.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA

A. PENGKAJIAN I. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Agama Alamat Suku Pekerjaan Mrs Regester II.

: Ny. L : 64 tahun : Perempuan : Islam : JL. Berok indah no. 32 : caniago : Pensiun Dosen : 30- 02- 2012 jam : 14.00 : 296 99 92

Riwayat penyakit sekarang Alasan utama MRS : Keluarga mengatakan bahwa kesadaran klien menurun (tidur terus) Keluhan utama : 2 minggu sebelum masuk MRS klien mengatakan lemas,nafsu makan menurun, bentuk keluar dahak terutama pada malam hari dan tidur terus.

III.

Riwayat penyakit dahulu Sekitar 5 tahun yang lalu klien menderita hipertensi dengan control tidak teratur. 1 tahun yang lalu klien mengalami kecelakaan dari mobil (terlempar) dan dirawt di RS Siti rahmah, sejak saat itu klien berjalan dengan bantuan tongkat selama 2 tahun. Tidak ada riwayat DM, TBC. Riwayat penyakit keluarga Pada keluarga tidak ada yang menderita penyakit hipertensi, DM, paru jantung. Pola fungsi kesehatan 1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Kebiasaan merokok (-), penggunaan obat bebas (-), ketergantungan bahan kimia (-), olah raga (-) 2. Pola nutrisi dan metabolisme

IV.

V.

Sebelum MRS klien makan 3x sehari dengan porsi cukup. Saat MRS pemenuhan nutrisi diet jantung III dengan 1700 kal, minum 1000 cc/24 jam, kesulitan menelan tidak ada, keadaan yang mengganggu nutrisi tidak ada, status gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh : postur tubuh kurus, keadaan rambut bersih, BB:40 kg, TB:155 cm. Tidur Frekuensi : 2x/sehari, jam tidur siang : 2-3 jam, jam tidur malam : 5-6 jam, keluhan tidak ada. Istrahat Frekuensi : 4-6 x/hari, keluhan tidak ada. H 3. Pola aktivitas Klien setelah pensiun menjadi dosen, hanya istrahat dirumah saja, tidak ada kegiatan sehari-hari karena kurang sosialisasi sehingga, sejak pensiun klien kurang terbiasa.

VI.

Pola sensori dan kognitif Sensori : daya penciuman, daya rasa, daya raba, dan daya pendengaran baik. Kognitif : proses berfikiir, isi pikiran, dan daya ingat baik.

Pemeriksaan fisik 1. Status kesehatan umum Keadaan tubuh sedang, kesadaran komposmentis, suara bicara jelas, TD = 120/80 mmHg, suhu tubuh = 36 110x/menit. 2. Sistem integumen Tampak pucat, permukaan kulit baik, tekstur baik, perubahan warna kulit tidk ada, warna rambut hitam campur putih. 3. Kepala Normo cephalic, simetris, nyeri kepala ada. 4. Muka Simetris, odema (-), otot muks dan rahang kekuatan normal, sianosis tidak ada. 5. Mata Alis mata, konjungtiva anemik (+), pupil isokor sclera tidk ikterus (-), Tajam penglihatan menurun. 6. Telinga Scret,serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal, pendengaran menurun.

7. Hidung Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernapasan cuping hidung ada.

8. Mulut dan faring Bau mulut (+), stomatiti, gigi banyak yang hilang, tidak ada kelainan pada lidah, perasaan tidak enak ditenggorokan. 9. Leher Simetris, kaku kuduk tidak ada. 10. Thorak Paru
Inspeksi Pengembangan paru berat, tidak semetris jika hanya satu sisi paru, ada penggunaan otot bantu nafas dan retraksi. Palpasi Pengembangan paru tidak sama pada area konsolidasi, SF bisa meningkat jika terjadikonsolidasi pada kedua sisi. Perkusi Bunyi redup pada area konsolidasi Auskultasi Bunyi nafas berkurang, bisa terdengar krakels dan RBH

11. Jantung Jika tidak ada kelainan pada jantung, pemeriksaan jantung tidak ada kelemahan
12. Ekstremitas Pada ekstremitas bisa terlihat sianosis, turgor kurang jika dehidrasi.

Pemeriksaan penunjang
Rontgen dada Pembiakan dahak Hitung jenis dahak Gas darah arteri

B. DIAGNOSA Masalah keperawatan : Dx 1 : bersihan jalan nafas tidak efektif b/d inflamasi dan obstruksi jalan nafas Dx 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi. Dx 3 : intoleransi aktivitas b/d isolasi respiratory Dx 4 : defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi

Kriteria hasil (NOC) : Diagnosa 1 : bersihan jalan nafas tidak efektif b/d inflamasi dan obstruksi jalan nafas Tujuan : setelah dilakukan keperawatan diharapkan klien dapat mempertahankan kepatenan jalan napas. NOC 1: setelah dilakukan keperawatan 1x24 jam, klien dapat mempertahankan kepatenan jalan napas Kriteria hasil : Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspnue Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak mersa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang menghambat jalan nafas. Skala penilaian NOC : 1 : Tidak pernah menunjukan 2 : Jarang menunjukan 3 : Kadang menunjukan 4 : Sering menunjukan 5 : Selalu menunjukan

NIC 1 : airway management Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift/jaw thrust Observasi TTV Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Keluarkan skret dengan batuk/suction auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

Implementasi Membuka jalan napas, menggunakan tekhnik chin lift/jaw thrust Mengobservasi TTV : - Tekanan darah : 130/80 mmHg - Nadi : 110x/menit - RR : 22x/menit - Suhu Memposisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi Mengidentifikasikan pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Mengeluarkan skret dengan batuk/suction Mengauskultasikan suara napas , mencatat adanya suara tambahan Mengatur intake untuk cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan

Evaluasi S : klien Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak mersa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Skala 2 : jarang menunjukkan

: TD =120/80mmhg Nadi= 65x/mnt RR =16x/mnt

A P

:Masalah teratasi :Intervensi di hentikan

Diagnosa 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan pertukaran gas kembali normal. NOC 2 : Status pernafasan : ventilasi Kriteria hasil : 1) Mendemonstasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat. 2) Memelihara kebersihan paru 3) Bebas dari tanda-tanda distres pernafasan 4) TTV dalam rentang normal Skala penilaian NOC : 1 : Tidak pernah menunjukan 2 : Jarang menunjukan 3 : Kadang menunjukan 4 : Sering menunjukan 5 : Selalu menunjukan NIC 2 : Terapi oksigen 1) Pertahankan jalan nafas yang paten dengan memberikan posisi semi fowler. 2) Observasi warna kulit, kelembaban mukosa, catat adanya sianosis. 3) Atur peralatan oksigenasi 4) Monitor aliran oksigen 5) Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi 6) Monitor tanda-tanda vital

Implementasi
Mempertahankan jalan nafas yang paten dengan memberikan posisi semi fowler Observasi warna kulit, kelembaban mukosa, catat adanya sianosis Mengatur peralatan oksigenasi Memonitor aliran oksigen mengobservasi adanya tanda-tanda hipoventilasi memonitor tanda-tanda vital

Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 110x/menit RR : 22x/menit Suhu Evaluasi S : klien menunjukkan pertukaraan gas kembali normal Skala 2 : jarang menunjukkan : TD =120/80mmhg Nadi= 65x/mnt RR =16x/mnt

A P

:Masalah teratasi :Intervensi di hentikan

Anda mungkin juga menyukai