Anda di halaman 1dari 17

Mild Behavioral Impairment and Risk of Dementia: A Prospective Cohort Study of 358 Patients Kelainan Perilaku Ringan dan

Resiko Demensia Penelitian Kohor Prospektif Pada 358 Pasien

Latarbelakang: Kelainan Kognitif Ringan (MCI) merupakan keadaan transisi antara penuaan normal dan demensia, setidaknya untuk beberapa pasien. Gejala perilaku di MCI berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi dari demensia, tetapi hubungan dengan resiko demensia pada pasien tanpa MCI masih belum diketahui. Kelainan Perilaku Ringan (MBI) mengacu pada sindrom akhir-hidup dengan gejala psikiatri dan gejala perilaku yang menonjol tanpa adanya gejala kognitif yang menonjol yang mungkin juga menjadi prodromal(awal) demensia. Penelitian ini berusaha untuk membandingkan pasien MCI dan MBI dan memperkirakan risiko perkembangan ke arah demensia pada dua kelompok ini. Metode: Antara Januari 2001 dan Januari 2006, serangkaian seri berturut-turut pada 358 pasien lanjut usia ( 65 tahun) (239 dengan MCI dan 119 dengan MBI) yang merupakan pasien rawat jalan klinik khusus, lalu diikuti hingga 5 tahun sampai terjadi perubahan ke demensia. Hasil: Tiga puluh empat persen pasien MCI dan lebih dari 70% dari pasien dengan MBI berkembang menjadi demensia (p = 0,011). MBI pasien tanpa gejala kognitif lebih mungkin untuk berkembang menjadi demensia (log-rank p <.001). Pasien MBI lebih mungkin

berkembang menjadi demensia frontotemporal (FTD) dibandingkan demensia tipe Alzheimer (DAT). Kesimpulan : MBI tampaknya merupakan kondisi transisi antara penuaan normal dan

demensia. MBI (khususnya pada mereka tanpa gejala kognitif) dapat memberikan resiko yang lebih tinggi untuk demensia daripada MCI, dan sangat mungkin sebuah prodrome FTD pada banyak kasus. Temuan-temuan ini memiliki implikasi untuk deteksi dini, pencegahan, dan pengobatan pasien dengan demensia di akhir hidupnya, dengan fokus perhatian para peneliti adalah pada munculnya gejala perilaku yang baru. (J Clin Psychiatry 2009;70(00):0000) Copyright 2009 Physicians Postgraduate Press, Inc.

Demensia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama karena prevalensi semakin berkembang dan berdampak pada ekonomi. Ini adalah kondisi kronis dengan

konsekuensi global yang berdampak serius pada pasien, keluarga dan masyarakat. Pemahaman tentang keadaan prodromal atau manifestasi klinis awal dari demensia merupakan prioritas yang signifikan, sejak itu akan membantu untuk mendeteksi dini, memfasilitasi pengobatan dini, dan dapat memberika pencegahan yang efektif. Kelainan Kognitif Ringan (MCI) adalah gangguan kognitif pada orang usia lanjut, lebih parah dari yang diharapkan untuk usia dan pendidikan tetapi tidak cukup parah untuk diagnosis dementia. Beberapa definisi operasional untuk MCI telah diusulkandan setidaknya 2 subtipe memiliki telah dijelaskan: amnesia, dianggap terutama sebagai prodrome demensia tipe Alzheimer's (HST), dan nonamnesia, dianggap terutama sebuah prodrome dari demensia lainnya seperti demensia frontotemporal (FTD), pembuluh darah demensia (VAD), atau dementia dengan badan Lewy (DLB). Pada beberapa tahun terakhir, telah berkembang kesadaran akan pentingya gejala neuropsikiatri (NPS) pada demensia, hampir menjadikan demensia merupakan kejadian yang mendunia , terkait dengan beban yang merawat dan dengan pelembagaan awal. Dimana demensia masih didefinisikan sebagai gangguan kognitif, gejala neuropsikiatri sekarang dianggap sebagai aspek intrinsic dari demensia dan penyebab yang mendasari biasanya merupakan proses neurodegenerasi. Gejala neuropsikiatri merupakan gejala yang umum pada demensia tetapi belum diteliti secara luas pada keadaan prodromal demensia. Pada penelitian berbasis populasi, NPS yang paling umum pada MCI adalah apatis, depresi, agitasi, delusi, halusinasi, dan gangguan tidur. Pada pasien MCI, adanya gejala neuropsikiatri terkait dengan risiko yang lebih tinggi terjadinya demensia. Misalnya, depresi di MCI telah dilaporkan dua kali lipat berisiko menjadi demensia. Selanjutnya, kognitif normal pada orang tua yang mengalami depresi dapat meeningkatkan risiko MCI. Namun, tidak semua keadaan prodormal melibatkan kerusakan kognitif yang menonjol. Banyak pasien dengan NPS sebagai indikator pertama terjadinya demensia yang akan datang. Hal ini paling umum pada pasien dengan FTD, tetapi juga terjadi pada pasien dengan DAT. Sebagai contoh, kami melaporkan bahwa, dalam 50% dari serangkaian demensia pasien yang berkonsultasi pada layanan kami, NPS merupakan indikasi pertama perubahan, sebelum terjadinya gejala kognitif. Dari pasien yang terakhir, 36% dengan FTD, 28% dengan

DAT; 18% dengan VAD, dan 18% memiliki jenis lain demensia. Sebagai hasilnya, kami mengusulkan sindrom Kelainan Perilaku Ringan (MBI), yang terdiri dari (1) persisten perubahan perilaku dan gejala kejiwaan ringan, terutama rasa malu; (2) tidak ada keluhan kognitif serius; (3) aktivitas normal sehari-hari, dan (4) tidak adanya dementia. MBI telah diduga memberikan peningkatan risiko untuk berkembangnya demensia, terutama

dari FTD,apakah ada atau tidak ada gejala kognitif yang signifikan saat ini . Di sini kami melaporkan validasi dari MBI dalam studi longitudinal. Tujuan kami adalah untuk

membandingkan pasien dengan MBI dan pasien dengan MCI dan untuk menguji risiko berkembangnya menjadi demensia, terutama FTD, pada pasien MBI dibandingkan dengan pasien MCI. METODE

Desain dan Pengaturan Penelitian ini merupakan penelitian kohort prospektif pasien rawat jalan dengan MBI dan MCI. Penelitian ini dilakukan di bawah pengawasan yang Dewan Review Kelembagaan Universitas Pusat Lembaga Pendidikan dan Penelitian Medis Klinis (CEMIC). Setiap peserta atau perwakilan hukum memberikan persetujuan lisan untuk berpartisipasi. Peserta Antara januari 2001 dan Januari 2006, seri berangkai(konsekutif) pada 1496 pasien usia lanjut rawat jalan baru dievaluasi pada Unit Psikogeriatri Universitas Institut CEMIC di Buenos Aires, argentina. Pasien dirujuk dari 2 asal: 1133 dari CEMIC Departemen Kedokteran Penyakit dalam dan 363 dari komunitas dokter umum. Setelah penilaian neuropsikiatri lengkap, 425 tampak dengan gejala kognitif dan atau gejala perilaku, dari ini, 119 ditemukan memiliki MBI dan 239 ditemukan memiliki MCI. 17 lainnya menunjukan gangguann psikotik primer onset akhir.

Kriteria Diagnostik MBI didefinisikan sebagai gangguan perilaku yang tidak termasuk dalam kriteria DSM-IV atau National Institute of Neurological Disorders and Stroke and the Alzheimers Disease and Related Disorders Association (NINCDS-ADRDA) untuk demensia, psikosis, atau kondisi

psikiatri utama lainnya dan juga tidak memenuhi kriteria untuk MCI tipe manapun. MBI

dioperasionalkan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut untuk inklusi dalam penelitian ini: (1) adanya perubahan yang menonjol pada perilaku pasien, (2) terjadi pada kehidupan lanjut (> 60 tahun) dan persisten (> 6 bulan), (3) dengan tanpa keluhan penurunan kognitif oleh pasien / informan; (4) kerja dan fungsi social yang normal; (5) aktivitas hidup sehari-hari yang normal dan (6) tidak adanya demensia. Hilangnya kriteria mandiri sangat penting untuk mengekslusi demensia pada awal dan tindak lanjut. Hal itu dioperasionalkan sebagai berikut: defisit kognitif yang disebabkan penurunan yang signifikan pada kerja dan atu fungsi social yang normal dan atau aktivitas kehidupan sehari-hari yang normal. Untuk tujuan penelitian, pasien dengan keluhan kognitif dan gejala psikiatri (ditambah dengan criteria yang menetap) dipertimbangkan memiliki MCI. Pasien dengan perubahan mayor yang persisten pada perilaku tetapi bukan keluhan kognitif baik dari pasien ataupun yang merawat dipertimbangkan meimilki MBI, terlepas dari apakah kerusakan kognitif kemudian ditemukan pada pengujian atau tidak. MBI dipertimbangkan tidak ada jika pasien memiliki (1) gangguan neurologis atau psikiatri yang bersamaan yang dapat memberikan penjelasan yang lebih baik dari gangguan (yaitu epilepsy, stroke, tumor atau skizofrenia),(2) gangguan perilaku pada onset akut (3) penyalah guna alkohol atau zat lainnya. Contoh perubahan besar yang persisten pada perilaku pasien mungkin menyebabkan

diagnosis MBI adalah sebagai berikut: agitasi, gejala kecemasan, apatis, aspontaneity,gejala delusi, gejala depresi, rasa malu, emosi labil, euforia, impulsif, ketidakpedulian, lekas marah, kurangnya empati, kehilangan wawasan, hilangnya higienitas pribadi, kehilangan kebijaksanaan sosial,perubahan lisan/diet, perilaku perseverant , gangguan tidur. MCI didefinisikan sebagai penurunan kognitif yang tidak memenuhi kriteria DSM-IV untuk demensia. Itu dioperasionalkan menggunakan hasil tes neuropsikologi pada 2 kelompok sebagai berikut, dengan kedua kelompok dianggap satu dalam penelitian ini: (1) Pasien

tersebut dianggap sudah MCI tipe amnesia jika mereka memenuhi kriteria sebagai berikut: keluhan memori, aktivitas hidup sehari-hari yang normal, fungsi kognitif umum yang normal, fungsi memori abnormal untuk usia (didefinisikan sebagai skor pada tes standar yang 1,5 SD di bawah rata-rata dibandingkan dengan individu-individu dari usia yang sama dan tingkat

pendidikan), dan (2) Pasien dianggap MCI nonamnesia jika menemukan criteria berikut : keluhan kognitif dan aktivitas hidup sehari-hari normal, fungsi kognitif yang abnormal sesuai

usia (didefinisikan sebagai suatu kemerosotan setidaknya dalam 1 domain kognitif tidak termasuk memori atau 1 tes abnormal SD 1,5 di bawah rata-rata disesuaikan dengan usia dan pendidikan dalam setidaknya 2 domain lainnya).

Tindak lanjut dan Penilaian Hasil Pasien dinilai pada awal dan setiap 4 bulan atau bila perlu menggunakan pendekatan yang komprehensif, hingga 5 tahun. Median tindak lanjut untuk MBI 30 bulan dan untuk MCI adalah 24 bulan. Hilang dari tindak lanjut sekitar <12%: 26 pasien meninggal, dan 24 hilang dari tindak lanjut karena alasan lain (Gambar 1). Data yang dikumpulkan pada awal termasuk sosiodemografi dan variabel klinis seperti usia penilaian, tahun pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan dan pensiun, tingkt sosial ekonomi , dan jumlah pasien tiap kali bertemu psikiater selama penelitian. Pemeriksaan fisik dan analisis laboratorium dilakukan secara klinis sesuai untuk setiap pasien. Pemeriksaan

neuroimaging menggunakan CT otak, dan MRI yang sesuai atau single-photon emission computed tomography (SPECT) yang dinilai. Pada setiap kunjungan, temuan pemeriksaan neurologis seperti refleks primitive dinilai, seperti juga riwayat kesehatan, tekanan darah,

pengobatan, fungsi fisik, dan dukungan sosial. Penilaian kognitif juga dilakukan oleh penilai secara buta kekelompok, dengan menggunakan validasi versi yang diterjemahkan : Signoret memory tests, the Wechsler Abbreviated Scale of Intelligence, the Buenos Aires adaptation of the Spanish version of the Boston Naming Test,the Mini-Mental State Examination (MMSE),25 and the Trail Making Test. Pada setiap pemeriksaan, kami menggunakan Neuropsychiatry Inventory (NPI) untuk menilai kejadian dan parahnya NPS. NPI telah diterima secara luas sebagai ukuran NPS terkait dengan gangguan kognitif. Ini adalah wawancara terstruktur sepenuhnya, yang memperoleh informasi dari pengetahuan informan tentang peserta. Ini berfokus pada gejala dan perilaku yang diamati. Gejala depresif dinilai dengan menggunakan Depresi Beck Inventory. Dua dari para penulis (FET, RFA) memeriksa data dari setiap kunjungan untuk menentukan pada tiap titik waktu apakah seorang pasien telah masuk menjadi demensia menggunakan kriteria dasar DSM-IV atau NINCS-ADRDA.

Analisis Statistik Awalnya, analisis dilakukan untuk membandingkan pasienMCI dan MBI. Variabel kategoris dinyatakan sebagai persentase, untuk variabel kontinyu, rata-rata dan standar deviasi diperkirakan, sedangkan untuk variabel-terdistribusi tidak normal, median dan persentil dipertimbangkan. Ketika perbedaan frekuensi yang dibandingkan dengan diagnosis, dilakukan analisis univariat dengan menggunakan tes 2. Uji t digunakan untuk membandingkan kelompok pada variabel kontinu, sementara nonparametrik Wilcoxon rank sum test diaplikasikan untuk membandingkan kelompok distribusi tidak normal.Analisis survival kemudian dilakukan untuk membandingkan kelompok pada waktu permulaan demensia. Hasil utama adalah diagnosis demensia. Waktu untuk demensia dianggap sebagai hasil yang diinginkan. Jangka waktu tindak lanjut adalah dari observasi awal untuk konversi demensia atau ke akhir penelitian. Cox proportional hazards model juga diperkirakan untuk uji multivariat antara multipel variabel penjelasan dan konversi demensia pada pasien dengan MBI dibandingkan dengan MCI. Efek disajikan sebagai rasio bahaya (HR), dengan 95% CI. Untuk semua analisis, yang Stata 8,0 statistik paket perangkat lunak yang digunakan (StataCorp LP, College Stasiun, Tex).

HASIL Perbandingan Kelompok MBI dan MCI pada awalnya .Tabel 1 menunjukkan karakteristik demografi kelompok penelitian. Tidak ada perbedaan antara kelompok MBI dan MCI pada karakteristik demografis. Kelompok dengan MBI ditindaklanjuti lebih lama dengan 6 bulan pada median tetapi memiliki sejumlah median yang sama pada kunjungan tindak lanjut. Tabel 2 membandingkan kelompok pada awal karakteristik klinis dan laboratorium. Kelompok MCI lebih mungkin memiliki dislipidemia, atau hipotiroidisme yang ditemukan pada riwayat medis masa lalu, tetapi tidak dalam skrining laboratorium untuk perubahan kelenjar tiroid dengan penentuan tingkat hormong yang merangsang tiroid serum (data tidak ditunjukkan). Kelompok MCI juga lebih mungkin mengkonsumsi antidepresan dan benzodiazepin (zat yang memicu adanya gangguan amnesia yang menetap pada pasien telah di eksklusi pada awal), yang mungkin menjelaskan hubungan relatif rendah terhadap skor kecemasan dan depresi pada NPI (bawah). Sebaliknya, kelompok MBI lebih cenderung memiliki tanda neurologis dan reflex primitif,. Perubahan hematokrit dan hiperkolesterolemia merupakan nilai laboratorium dengan perbedaan signifikan antara kelompok.

Tabel 3 membandingkan kelompok pada awal keluhan kognitif dan hasil tes. Menurut definisi, semua pasien MCI memiliki keluhan memori. Pada kelompok MBI, kami menemukan bahwa 49,6% pasien mengalami gejala kognitif ditemukan oleh penilai, meskipun gejala-gejala tersebut bukan keluhan baik untuk pasien atau keluarga. MCI pasien memiliki skor lebih rendah pada tes memori, sementara MBI pasien memiliki skor yang lebih rendah pada tes fungsi eksekutif dan domain IQ. Tabel 4 membandingkan kelompok pada NPS. Karena kriteria inklusi,semua pasien MBI memiliki perubahan menetap dalam perilaku. Sementara 85 pasien MCI (35,6%) memiliki gangguan perilakuyang dilaporkan oleh kerabat pada NPI (2 = 134,562, df = 1, p <.001), kelompok yang lebih kecil 23 (9,6%) menunjukkan perubahan besar dalam perilaku pasien yang menetap, terjadi di kemudian hari (p 2 = 271,1424, df = 1, <.001). Dua kelompok dibedakan pada beberapa NPS. Skor depresi dan kecemasan yang lebih rendah pada kelompok MCI, mungkin terkait dengan penggunaan yang lebih sering terhadap antidepresan. Meskipun perubahan perilaku adalah kriteria inklusi untuk MBI, tidak ada pasien yang memiliki gangguan psikosis yangspesifik. Tabel 5 membandingkan kelompok pada karakteristik neuroimaging. Sebagian besar pasien MBI dilakukan pencitraan otak untuk alasan klinis. Walaupun tidak ada

perbedaan besar pada temuan CT atau MRI, kelompok MBI lebih cenderung menunjukkan penurunan perfusi di lobus frontal atau temporal pada SPECT.

Konversi ke Demensia Figure 2 membandingkan waktu untuk onset demensia antara dua kelompok pada beberapa plotKaplan-Meier, disesuaikan dengan usia. Onset demensia lebih cepat pada pasien MBI (tes log-rank untuk kesetaran fungsi bertahan hidup : p = 0,0114). Cox proportional hazards model menunjukkan bahwa risiko penderita adalah 43% lebih tinggi pada MBI daripada di MCI (HR = 1,43, CI 95% = 1,01-2,03). Setelah disesuaikan untuk usia saat diagnosis, HR (rasio bahaya) ini pada dasarnya tidak berubah (HR = 1,48, 95% CI = 1,04-2,11).

Peserta MBI Dengan dan Tanpa Gejala Kognitif , dan Peserta MCI Dengan dan Tanpa Gejala Psikiatri Seperti ditunjukkan pada Tabel 3, ketika dokter penilai dievaluasi secara khusus untuk gejala kognitif pada pasien MBI, 49,6% melaporkan gejala tersebut. Juga, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4, ketika mereka diselidiki secara khusus untuk gejala psikiatri pada pasien MCI, 35,5% dilaporkan seperti gejala. Akibatnya, analisis dilakukan untuk

membandingkan tingkat konversi untuk demensia pada kelompok berikut: (1) pasien MCI tanpa gejala neuropsikiatri, (2) pasien MCI dengan gejala neuropsikiatri, (3) pasien MBI dengan gejala kognitif, dan (4) pasien MBI tanpa gejala kognitif. pasien MCI dengan gejala psikiatrik berbeda dari pasien MCI tanpa gejala kejiwaan, karena mereka memiliki risiko meningkat 4 kali lipat untuk ke demensia (HR = 4,01, 95% CI = 2,5 -6.3). RIsiko mereka adalah sama dengan pasien MBI dengan gejala kognitif (2 = 2,46, df = 1, p = 0,116). Kami juga menemukan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3, MCI pasien tanpa NPS dan pasien MBI tanpa gejala kognitif sangat berbeda dalam waktu, untuk awal demensia, yjauh lebih cepat bagi pasien MBI tanpa gejala kognitif dibandingkan dengan pasien MCI tanpa NPS (tes log-rank 2 = 42,87, df = 3, p <.001). Tabel 6 menampilkan data mengenai tingkat konversi demensia dan jenis demensia pada pasien. Sedangkan pasien MCI tanpa NPS dikonversi terutama untuk DAT, dan pasien MBI tanpa gejala kognitif terutama dikonversi ke FTD, pasien MCI dengan NPS dan pasien MBI dengan gejala kognitif menunjukkan risiko konversi yang mirip satu sama lain. Secara

keseluruhan,terdapat insiden 68 kasus FTD dibandingkan dengan 92 kasus DAT, dan risiko tertinggi konversi untuk semua jenis demensia terlihat pada kelompok MBI tanpa gejala kognitif.

DISKUSI Kami memeriksa konversi ke demensia pada 358 pasien, 239 dengan MCI dan 119 dengan MBI, selama periode 5 tahun. Kami secara khusus tertarik pada susunan MBI, yang sama seperti MCI, telah diusulkan untuk mewakili keadaan transisi antara penuaan normal dan demensia. Sebuah halangan untuk kemajuan penelitian di bidang ini yaitu kurang perjanjian tentang apa yang merupakan penurunan nilai perilaku. Dalam penelitian ini, MBI didefinisikan menggunakan kriteria yang pertama kali diajukan pada tahun 2003. NPS secara konsisten dan kokoh terkait dengan waktu yang lebih cepat untuk konversi demensia pada semua kelompok. Meskipun hasil ini sebelumnya telah dilaporkan, sejak kelompok MBI tanpa keluhan kognitif konversi ke demensia lebih cepat daripada kelompok MCI tanpa keluhan kejiwaan, penelitian ini menekankan pentingnya NPS bahkan tanpa adanya gejala kognitif. Tingkat konversi

demensia dalam kelompok MBI dengan keluhan kognitif sebanding dengan kelompok MCI dengan gejala neuropsikiatri, menunjukkan bahwa 2 kelompok mungkin bisa dianggap sebagai satu. Akhirnya, adanya MBI dikaitkan dengan bukti klinis dan neuroimaging mengenai

ketidaknormalan di daerah frontal dari otak dan dengan risiko yang lebih besar untuk konversi ke FTD daripada DAT. Oleh karena itu, MBI, terutama dengan tidak adanya gejala kognitif, mungkin merupakan sebuah prodorme FTD, setidaknya dalam waktu sekitar satu setengah dari kasus. Keyakinan dalam temuan ini didukung oleh beberapa faktor. Pertama, definisi klinis MBI didasarkan pada pemeriksaan klinis standar, ditambah dengan administrasi yang banyak menggunakan skala neuropsikiatri oleh dokter yang berpengalaman. Kedua, efek NPS pada konversi ke demensia diamati dengan demensia baik tipe(DAT dan FTD), mengurangi kemungkinan bahwa diagnostik ketidaktepatan mempengaruhi hasil. Ketiga, ketersediaan dari 119 subyek dengan MBI dengan partisipasi yang tinggi untuk tindak lanjut selama 5 tahun meningkatnya daya untuk memperkirakan asosiasi antara perilaku, tes kognitif, temuan klinis, otak pencitraan temuan, dan insiden demensia. Ada beberapa keterbatasan yang perlu dipertimbangkan dalam penelitian ini. Salah satunya adalah relatif singkatnya median tindak lanjut 30 bulan. Lainnya adalah bahwa hasil didasarkan pada kelompok yang dipilih pasien dirujuk untuk konsultasi ke pelayanan psikogeriatrik. Fakta bahwa peserta dirujuk oleh dokter umum adalah suatu kekuatan yang menunjukkan semakin

pentingnya praktisi ini memberikan NPS pada hidup akhir. Namun, mereka mungkin memiliki bias untuk resep obat psikiatris yang lebih sedikit pada pasien MBI dengan apatis / acuh tak acuh, yang mungkin sebagian menjelaskan distribusi obat secara heterogen. Meskipun kami tidak dapat sepenuhnya yakin bahwa pasien MCI, yang lebih mungkin akan mengambil antidepresan dan benzodiazepin, tidak memiliki MBI pada titik yang sama sebelum penelitian ini dimulai, kami pasti mencari kemungkinan dengan mencari catatan dan pertanyaan pasien dan keluarga tentang perubahan perilaku. Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah kemungkinan bahwa mungkin telah mempengaruhi pelaporan baik mempengaruhi kurangnya wawasan

keluhan kognitif dan perilaku, yang kurangnya wawasan

penegakan diagnosis MCI atau MBI. Banyak pasien

tentang perubahan kognitif mereka sendiri, dan sering anggota keluarga dan pasien tidak mengenali adanya perubahan perilaku. Untuk alasan ini, adanya keluhan spesifik baik dalam area kognitif atau perilaku adalah signifikan yang besar secara klinis : keluhan ini biasanya merupakan alas an untuk mencari perawatan. Intinya adalah pemberitahuan yang lebih lanjut oleh analisi menunjukkan hubungan 'kuat antara MBI tanpa keluhan kognitif dengan demensia konversi. Pada bukti ini, kami percaya bahwa kelompok pasien MBI dan MCI, didefinisikan dengan cara ini, cukup berbeda untuk menganggap keduanya sebagai dua kelompok terpisah untuk tujuan laporan ini. Kami menyadari bahwa adanya tumpang tindih antara MCI dengan NPS dan kelompok MBI dengan p enurunan kognitif. Oleh karena itu, criteria tidak adanya keluhan kognitif pada diagnosis MBI harus ditingkatkan dalam penyelidikan masa depan untuk membedakan kelompok-kelompok ini dengan lebih baik. Satu keterbatasan lagi dari penelitian ini adalah tidak adanya investigasi konversi dari MBI ke MCI. Kita tahu bahwa rata-rata skor (SD) MMSE kelompok MBI tanpa gejala kognitif adalah 26,9 (1,42), sedangkan rata-rata (SD) skor untuk kelompok MBI dengan gejala kognitif adalah 25,7 (1,67), t = 3,761, p <.001. Kami sadar bahwa banyak pasien mungkin telah mengalami konversi dari MBI untuk MCI, tapi kami tidak menyelidiki kemungkinan ini dalam studi. Kemungkinan tampaknya ini menjadi aspek penting dari masa penelitian. Sementara beberapa keterbatasan ini dapat mempengaruhi validitas eksternal (generalisasi) dari penelitian, tetapi seharusnya tidak mempengaruhi validitas internal. Namun demikian, adalah penting untuk meniru penelitian ini pada rangkaian lain.

Kami menyimpulkan bahwa MBI, khususnya pada tidak adanya gejala kognitif, seperti MCI, adalah sebuah kondisi transisi antara penuaan normal dan dementia, setidaknya untuk beberapa pasien. MBI memberikan risiko yang lebih tinggi terjadinya konversi demensia daripada MCI, dengan atau tanpa NPS, terutama untuk FTD. Temuan ini menekankan

pentingnya munculnya NPS dalam hidup kemudian sebagai kewaspadaan. Deteksi dini demensia dan sasaran terapi, bahkan mungkin pencegahan, akan sangat mungkin dilayani dengan baik oleh pemahaman yang lebih baik pada pengamatan ini. Selanjutnya, mungkin untuk menargetkan pengobatan MBI menggunakan Psychopharmacology yang tersedia sehingga dapat menunda konversi ke demensia.

REFERENSI
1. Allegri RF, Butman J, Arizaga RL, et al. Economic impact of dementia in developing countries: an evaluation of costs of Alzheimer-type dementia in Argentina. Int Psychogeriatr 2007;19(4):705718 2. Brookmeyer R, Gray S, Kawas C. Projections of Alzheimers disease in the United States and the public health impact of delaying disease onset. Am J Public Health 1998;88(9):13371342 3. Helmer C, Pasquier F, Dartigues JF. Epidemiology of Alzheimer disease and related disorders. Med Sci (Paris) 2006;22(3):288296 4. Rabins PV, Lyketsos CG, Steele C. Practical Dementia Care. New York, NY: Oxford University Press; 1999 5. Gauthier S, Reisberg B, Zaudig M, et al. International Psychogeriatric Association Expert Conference on mild cognitive impairment. Lancet 2006;367(9518):12621270 6. Morris JC, Storandt M, Miller JP, et al. Mild cognitive impairment represents early-stage Alzheimer disease. Arch Neurol 2001;58(3):397405 7. Petersen RC. Mild cognitive impairment: transition from aging to Alzheimers disease. In: Iqbal K, Sisodia SS, Winblad B, eds. Alzheimers Disease: Advances in Etiology, Pathogenesis and Therapeutics. West Sussex, England: John Wiley & Sons; 2001:141151 8. Steinberg M, Shao H, Zandi P, et al. Point and 5-year period prevalence of neuropsychiatric symptoms in dementia: the Cache County Study. Int J Geriatr Psychiatry 2008;23(2):170177 9. Finkel SI, Costa e Silva J, Cohen G, et al. Behavioral and psychological signs and symptoms of dementia: a consensus statement on current knowledge and implications for research and treatment. Int Psychogeriatr 1996;8(suppl 3):497500 10. Jeste DV, Finkel SI. Psychosis and Alzheimers disease. Am J Geriatr Psychiatry 2000;8(1):2934 11. Pollero A, Allegri RF, Taragano FE. Neuropsychiatric symptoms in patients with Alzheimer disease. Vertex 2004;15(55):59 12. Lyketsos CG, Rabins PV, Breitner JCS. An evidence-based proposal for the classification of neuropsychiatric disturbance in Alzheimers disease. int J Geriatr Psychiatry 2001;16(11):10371042 13. Lyketsos CG, Lopez O, Jones B, et al. Prevalence of neuropsychiatric symptoms in dementia and mild cognitive impairment. JAMA 2002; 288(12):14751483 14. Modrego PJ, Ferrndez J. Depression in patients with mild cognitive impairment increases the risk of developing dementia of Alzheimer type: a prospective cohort study. Arch Neurol 2004;61(8):12901293 15. Geda YE, Knopman DS, Mrazek DA, et al. Depression, apolipoprotein E genotype, and the incidence of mild cognitive impairment: a prospective cohort study. Arch Neurol 2006;63(3):435440 16. Taragano F, Allegri RF. Mild Behavioral Impairment: The Early Diagnosis abstract]. Int Psychogeriatr 2003;15(suppl 2):386. Available at: http://www.ipa-online.net/pdfs/29766_IPA_7x10.pdf (page 12) 17. Lyketsos CG. Neuropsychiatric symptoms of dementia: Nature and treatment. Presented at the 9th International Conference on Alzheimers Disease and Related Disorders; July 1722, 2004; Philadelphia, Pa

18. Scholzel-Dorenbos CJ. Mild Behavioral Impairment: a prodromal stage of frontotemporal lobar degeneration J Am Geriatr Soc 2006;54(1): 180181 19. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition. Washington, DC: American Psychiatric Association; 1994 20. McKhann G, Drachman DD, Folstein M, et al. Clinical diagnosis of Alzheimers disease: report of the NINCDSADRDA Work Group under the auspices of the Department of Health and Human Services Task Force in Alzheimers disease. Neurology 1984;34(7):939944 21. Petersen RC, Smith GE, Waring SC, et al. Mild cognitive impairment: clinical characterization and outcome. Arch Neurol 1999;56(3): 303308 22. Signoret JL, Whiteley A. Memory battery scale. Intern. Neuropsych Soc Bull 1979:2:226 23. Wechsler Abbreviated Scale of Intelligence (WASI). San Antonio, Tex: The Psychological Corporation; 1999 24. Allegri RF, Mangone CA, Rymberg S, et al. Spanish version of the Boston Naming Test in Buenos Aires. The Clinical Neuropsychologist 1997;11(4):416420 25. Folstein MF, Folstein SE, McHugh PR. Mini-mental state a practical method for grading the cognitive state of patients for the clinician. J Psychiatr Res 1975;12(3):189198 26. Reitan RM. Validity of the Trail Making Test as an indication of organic brain damage. Percept Mot Skills 1958;8:271276 27. Cummings JL, Mega M, Gray K, et al. The Neuropsychiatric Inventory: comprehensive assessment of psychopathology in dementia. Neurology 1994;44(12):23082314 28. Beck AT, Ward CH, Mendelson M, et al. An inventory for measuring depression. Arch Gen Psychiatry 1961;4:561571 29. McKhann G, Drachman D, Folstein M, et al. Clinical diagnosis of Alzheimers disease: report of the NINCDS ADRDA work group under the auspices of Department of Health and Human Services Task Force on Alzheimers disease. Neurology 1984;34(7):939944 30. Neary D, Snowden JS, Gustafson L, et al. Frontotemporal lobar degeneration: a consensus on clinical diagnostic criteria. Neurology 1998;51(6):15461554 31. McKeith IG, Galasko D, Kosaka K, et al. Consensus guidelines for the clinical and pathologic diagnosis of dementia with Lewy bodies (DLB): report of the consortium on DLB international workshop. Neurolgy 1996;47(5):11131124 32. Skoog I. Vascular aspect in Alzheimer disease. J Neural Transm Suppl 2000;59:3743 33. Kivipelto M, Helkala EL, Hanninen T, et al. Midlife vascular risk factors and late-life mild cognitive impairment: a population-based study. Neurology 2001;56(12):16831689 34. Luboshitzky R, Oberman AS, Kaufman N, et al. Prevalence of cognitive dysfunction and hypothyroidism in an elderly community population.

Anda mungkin juga menyukai