Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif (Baron, 1993). Setiap anak dengan autisme seringkali mengalami gangguan pada otak, saraf, kekebalan tubuh, bahkan gangguan pencernaan. Pada sistem pencernaan, mereka sering kali mengeluhkan ketidakberesan pada pencernaan mereka, seperti diare, konstipasi, sakit perut, dan perut kembung. Ternyata semua ini tidak bisa dianggap remeh. Riset dari American Academy of Pediatrics oleh Robert G. Voigt, dkk menyatakan bahwa banyak dari anak-anak ini sebenarnya mengalami kondisi serius yang, jika tidak ditangani, akan terus-menerus menjadi sumber rasa sakit dan memperparah gejala perilaku autistik. Selain itu, peningkatan kejadian gangguan pencernaan populasi pada anak dengan autisme diduga lebih besar dibandingkan dengan populasi anak tanpa kelainan autisme. Penyebab autisme adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif. Penderita autis umumnya alergi terhadap beberapa makanan terutama casein (protein susu) dan gluten (protein tepung). Kedua jenis protein tersebut sulit dicerna sehingga akan menimbulkan gangguan fungsi otak apabila mengonsumsi kedua jenis protein ini. Hal ini menyebabkan penderita autis memiliki perilaku yang hiperaktif. Melihat kenyataan demikian maka penulis menganalisa jurnal ini dengan tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang seberapa besar kejadian gangguan pencernaan pada anak dengan autisme dan

perbandingannya dengan anak tanpa autisme. Sehingga ke depan diharapkan perawat dan orang tua mampu membantu mengurangi penderitaan mereka. 1.2 Tujuan Penelitian ini dibuat untuk memperkirakan apakah anak-anak dengan autisme memiliki peningkatan insiden gejala gastrointestinal dibandingkan dengan subyek control yang cocok Untuk memperkirakan apakah anak-anak dengan autism memiliki peningkatan insiden gejala gastrointestinal dibandingkan dengan subyek control yang cocok dalam sampel berdasarkan populasi.

1.3 Manfaat Dapat mengetahui pada seberapa anak besar peningkatan dan insiden perbedaan gejala gejala

gastrointestinal

dengan

autisme

gastrointestinal antara anak dengan autisme dan anak tanpa autisme.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Judul Penelitian Gejala Kasus Gastrointestinal pada Anak dengan Autisme : Studi Berbasis Populasi

2.2 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan metode Case Control. Dalam penelitian ini, dikaitkan dengan proyek epidemiologi yang secara garis besar banyak menggunakan pendekatan case control. Metode Case Control sendiri merupakan rancangan penelitian epidemiologi yang mempelajari hubungan antara paparan (factor penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok control berdasarkan kasus paparannya. Peneliti berusaha menjelaskan hubungan antara control subject (bukan penderita autisme) dan case subject (penderita autisme) dalam usia yang sama untuk menentukan paparan penyakit, dalam hal ini gejala gangguan gastrointestinal pada penderita autisme.

2.3 Hasil Penelitian Penulis mengambil subjek kasus usia rata-rata18,2 tahun dan sebagai subjek control 18,7 tahun. Kriteria subjek penelitian diagnostic untuk autisme biasanya usia rata-rata 6,1 tahun. Namun, subjek penelitian terpenuhi karena mereka didokumentasikan pertama kali gejala autisme antara 2-3 tahun. Dari kedua kasus 76% adalah anak laki-laki dan 24% adalah anak perempuan. Ada perbedaan yang signifikan antara kasus autisme dan control subjek dalam kejadian komulatif konstipasi pada usia 20 tahun (33,9% vs 17,6%; RR: 1,97 [CI 95%: 1,25-3,10]; P _ .003) dan masalah makanan atau selektivitas makanan (24,5% vs 16,1%; RR:1,95 [95% CI: 1,18 -3,24]; P _ .009). Kebalikannya, Tidak ada hubungan yang signifikan antara status kasus

autisme dan keseluruhan kejadian gejala gastrointestinal (RR: 1,21), diare (RR: 1,34),gastroesophageal reflux / muntah (RR:1,55), atau kembung dan perut tidak nyaman atau iritabilitas (RR: 1,03). Beberapa subject memiliki kasus pencernaan yang spesifik yaitu : a. Satu pasien dengan autisme memiliki penyakit crohn, b. Satu subjek control memiliki alergi susu, c. Dua subyek control memiliki intoleransi laktosa, d. Satu pasien dengan autism mengalami defisiensi disaccharidase usus. e. Dua kasus pankreatitis,satu di antara subyek kasus dan yang lainnya subyek kontrol.

2.4 Analisa Jurnal Dalam jurnal tersebut meneliti kejadian timbulnya gejala gastrointestinal pada anak autisme dengan study berdasarkan populasi. Penelitian dilakukan dengan membandingkan subjek kasus (autisme) dan subjek kontrol (umur, jenis kelamin dan lain-lain). Pada anak usia dibawah 21 tahun dibedakan diagnosa gastrointestinal menjadi 5 kelompok, yaitu : 1. Konstipasi 2. Diare 3. Perdarahan, iritasi dan ketidaknyamanan pada perut 4. Gastroesofageal reflux atau muntah 5. Pemberian makanan atau pemilihan makanan. Namun dari 5 kelompok tersebut jika dibandingkan antara case subject dan control subject hanya kasus konstipasi dan pemilihan makanan yang mempunyai perbedaan jumlah yang signifikan. Dari beberapa kasus yang diteliti pasien yang mempunyai gejala spesifik GI track ditemukan beberapa kasus : 1 pasien autis dengan kasus penyakit crohn, 2 control subject dengan intoleransi glukosa dan 2 kasus dengan pankreatitis. Dalam penelitian juga hanya ditemukan 1 pasien yang mengalami kekurangan nutrisi yang dikarenakan intoleransi laktosa dan alergi susu, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan pada kejadian gastrointestinal antara pasien autis dan tanpa autis.

Jurnal tersebut memiliki beberapa kekurangan yaitu tidak dapat menjelaskan patofisiologi gejala gastrointestinal pada anak autisme, karena data mengenai hubungan antara autis dan gejala gastrointestinal sangatlah terbatas. Selain itu, jurnal tersebut juga tidak dapat menemukan perbedaan secara signifikan antara gejala gastrointestinal yang terjadi pada atau bukan anak autisme. Sedangkan pemberian MMR vaksin yang menghasilkan enterocolitis tidak berhubungan dengan peningkatan masalah gastrointestinal pada anak autisme. Namun penulis jurnal tersebut mengakui bahwa penelitian mereka unik karena untuk pengetahuan, tidak diterbitkan penelitian populasi untuk jangka panjang. Penelitian tersebut juga retrospektif sehingga kemungkinan mereka gagal mendeteksi semua kasus kejadian autisme atau beberapa gejala

gastrointestinal tidak terdeteksi atau dokumen yang tidak lengkap pada tabel medis. Anak autisme mengalami masalah gastrointestinal konstipasi dan

pemilihan makanan, itu lebih mengarah karena karakteristik tingkah laku anak autisme daripada penyebab organik primer patologi gastrointestinal.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Autisme adalah gangguan perkembangan saraf yang tidak diketahui permulaannya dan ditandai dengan gangguan interaksi sosial, komunikasi, dan meniru perilaku seseorang. Anak dengan autisme rata-rata memiliki

peningkatan gejala gastrointestinal, diantaranya konstipasi,diare kronis, nyeri perut, dan kembung. Hal ini terjadi karena anak dengan autisme selektif dalam pemilihan makanan, dan cenderung alergi dengan susu. Selain itu Banyak anak dengan autisme diperlakukan dengan membatasi diet, vitamin, mineral, dan makanan suplemen, serta berbagai obat, sehingga menyebabkan permasalahan gastrointestinal. Namun secara keseluruhan gejala kejadian gastrointestinal tidak berbeda antara anak-anak dengan autisme dan anak tanpa autisme.

3.2 Saran Dalam merawat anak dengan autisme tidak boleh pandang bulu dan tidak boleh sembarangan memberikan perawatan. Jika ada bukti yang jelas yang menunjukkan adanya gangguan gastrointestinal, harus ditangani dengan tepat. Sebagai seorang perawat harus mempunyai pengetahuan ataupun wawasan luas tentang berbagai penyakit baik anatomi, patofisiologi beserta asuhan keperawatan termasuk pada kasus anak.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahih, Samar H, dkk. 2009. Incidence of Gastrointestinal Symptoms in Children With Autism: A Population-Based Study. Official Journal of the American Academy of Pediatrics: Amerika. Baron, Cohen. 1993. Autisme. http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme. Diakses tanggal 26 April 2012.

Anda mungkin juga menyukai