Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 LATAR BELAKANG Dari gangguan pada kinerja satelit, pesawat antariksa, sistem navigasi pesawat terbang, komunikasi radio, hingga melumpuhkan jaringan listrik dalam skala luas. Matahari sebagai bintang terdekat dan matahari sumber energi bagi kehidupan di bumi kadangkala melontarkan awan badai dahsyat. Awan badai berupa partikel bermuatan dan berselubungi medan magnet ini mempunyai kecepatan lebih 1.500 kilometer per detik. padahal kondisi normal, kecepatan partikel dari matahari disebut angin surya (solar wind) , sekitar 350 kilometer per detik. Dewasa ini manusia sangat bergantung pada teknologi tinggi untuk mempermudah sehari-hari. Namun, ketergantungan ini bukannya tanpa bahaya. Ambil contoh baru-baru ini. Ketika pasokan energi listrik ke jakarta terputus karena adanya suatu gangguan, maka timbul kemacetan di mana-mana lantaran lalu lintas tak berfungsi. Ternyata, manusia modern tidak bisa lagi hidup berkelompok secara teratur tanpa bantuan teknologi. Teknologi tinggi sangat riskan terhadap amukan badai matahari. Untuk mengurangi dampak badai matahari atau gangguan antariksa lainnya, dunia internasional saling bahu membahu dalam program cuaca antariksa (space weather) Matahari sendiri menghasilkan energi lewat reaksi nuklir yang terjadi di pusatnya. Namun, meski Matahari memegang peran penting sebagai sumber energi yang kita butuhkan, Matahari juga menyimpan potensi yang bisa memberikan ancaman bagi manusia dan ekosistem Bumi. Ancaman yang dimaksud adalah peristiwa yang dikenal dengan nama badai matahari.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 MATAHARI Matahari adalah sebuah bintang, yaitu bola plasma panas yang ditopang oleh gaya gravitasi. Di pusat Matahari, terjadi reaksi nuklir (fusi) yang mengubah 4 atom hidrogen menjadi 1 atom helium. Reaksi fusi tersebut, selain menghasilkan helium, juga menghasilkan energi dalam jumlah melimpah (ingat persamaan terkenal oleh Einstein: E=mc2). Energi yang dihasilkan, di pancarkan keluar melewati bagianbagian Matahari, yaitu:

Gambar 2.1.1 bagian dari Matahari Zona radiatif : Zona radiatif adalah daerah yang menyelubungi inti Matahari. Energi dari inti dalam bentuk radiasi berkumpul di daerah ini sebelum diteruskan ke bagian Matahari yang lebih luar. Kepadatan zona radiatif adalah sekitar 20 g/cm3 dengan suhu dari bagian dalam ke luar antara 7 juta hingga 2 juta derajat Celcius. Suhu dan densitas zona radiatif masih cukup tinggi, namun tidak

memungkinkan terjadinya reaksi fusi nuklir.

Zona konvektif adalah lapisan di mana suhu mulai menurun. Suhu zona konvektif adalah sekitar 2 juta derajat Celcius (3.5 juta derajat Fahrenheit). Setelah keluar dari zona radiatif, atom-atom berenergi dari inti Matahari akan bergerak menuju lapisan lebih luar yang memiliki suhu lebih rendah. Penurunan suhu tersebut menyebabkan terjadinya perlambatan gerakan atom sehingga pergerakan secara radiasi menjadi kurang efisien lagi. Energi dari inti Matahari membutuhkan waktu 170.000 tahun untuk mencapai zona konvektif. Saat berada di zona konvektif, pergerakan atom akan terjadi secara konveksi di area sepanjang beberapa ratus kilometer yang tersusun atas sel-sel gas raksasa yang terus bersirkulasi. Atom-atom bersuhu tinggi yang baru keluar dari zona radiatif akan bergerak dengan lambat mencapai lapisan terluar zona konvektif yang lebih dingin menyebabakan atomatom tersebut "jatuh" kembali ke lapisan teratas zona radiatif yang panas yang kemudian kembali naik lagi. Peristiwa ini terus berulang menyebabkan adanya pergerakan bolak-balik yang menyebabakan transfer energi seperti yang terjadi saat memanaskan air dalam panci. Oleh sebab itu, zona konvektif dikenal juga dengan nama zona pendidihan (the boiling zone). Materi energi akan mencapai bagian atas zona konvektif dalam waktu beberapa minggu.

Fotosfer atau permukaan Matahari meliputi wilayah setebal 500 kilometer dengan suhu sekitar 5.500 derajat Celcius (10.000 derajat Fahrenheit). Sebagian besar radiasi Matahari yang dilepaskan keluar berasal dari fotosfer. Energi tersebut diobservasi sebagai sinar Matahari di Bumi, 8 menit setelah meninggalkan Matahari.

Kromosfer adalah lapisan di atas fotosfer. Warna dari kromosfer biasanya tidak terlihat karena tertutup cahaya yang begitu terang yang dihasilkan fotosfer. Namun saat terjadi gerhana Matahari total, di mana bulan menutupi fotosfer, bagian kromosfer akan terlihat sebagai bingkai berwarna merah di sekeliling Matahari. Warna merah tersebut disebabkan oleh tingginya kandungan helium di sana.[

Bagian terluar dari Matahari, yaitu korona, memiliki temperatur yang mencapai jutaan kelvin. Dengan temparatur yang tinggi tersebut, materi yang berada di korona Matahari memiliki energi kinetik yang besar. Tarikan gravitasi Matahari tidak cukup kuat untuk mempertahankan materi korona yang memiliki energi
3

kinetik yang besar itu. Dan secara terus menerus, partikel bermuatan yang berasal dari korona, akan lepas keluar angkasa. Aliran partikel ini dikenal dengan nama angin matahari, yang terutama terdiri dari elektron dan proton dengan energi sekitar 1 keV. Setiap tahunnya, sebanyak 1012 ton materi korona lepas menjadi angin matahari, yang bergerak dengan kecepatan antara 200-700 km/s.

Apa manfaat dari matahari ? Energi pancaran matahari membuat bumi tetap hangat bagi kehidupan, membuat udara dan air di bumi bersikulasi, tumbuhan bisa berfotosintesis,dsb. Merupakan sumber energi (sinar panas). Energi yang terkandung dalam batu bara dan minyak bumi sebenarnya juga berasal dari matahari. Mengontrol stabilitas peredaran bumi, berarti mengontrol terjadinya sing dan malam, pergantian tahun serta mengontrol planet lainnya.

2.1.1 Siklus Matahari Selain berputar mengelilingi pusat galaksi, matahari juga berputar pada porosnya sendiri. Perputaran matahari pada porosnya sendiri ini disebut sebagai rotasi. Periode rotasi matahari dapat diketahui berdasarkan pengamatan

sunspot.Dengan melihat pergeseran letak sunspot setiap harinya, maka periode rotasi matahari dapat diperkirakan. Jika periode rotasi bumi sama untuk daerah ekuator dan kutubnya, tidak demikian halnya dengan matahari. Wujud matahari yang berupa gas menyebabkan periode rotasi matahari untuk daerah ekuator dan kutubnya berbeda. Di ekuator, untuk satu kali rotasi membutuhkan waktu 25 hari.Sedangkan untuk daerah kutub, satu kali rotasi membutuhkan waktu 36 hari. Perbedaan kecepatan rotasi untuk daerah dengan lintang yang berbeda di matahari ini dinamakan sebagai rotasi diferensial. Adanya rotasi diferensial diyakini menyebabkan terpuntirnya medan magnet matahari sehingga menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan medan magnet di permukaan matahari ini menimbulkan beberapa fenomena di matahari seperti sunspot, flare, dan CME.Siklus matahari menunjukkan adanya saat-saat awal
4

siklus, puncak siklus, dan akhir siklus.Puncak aktivitas matahari terjadi saat siklus matahari mencapai puncaknya.Sedangkan aktivitas matahari di saat awal dan akhir siklus cenderung tenang.Periode satu siklus matahari berkisar antara 9 hingga 13 tahun dengan rata-rata siklus sekitar sebelas tahun.Puncak siklus matahari terakhir kali terjadi sekitar tahun 2001-2002.Itu berarti puncak siklus berikutnya terjadi pada tahun 2012-2013.

Gambar 2.2.1 Siklus Matahari

2.1.2 Aktivitas Matahari

Tidak hanya di bumi, cuaca juga dapat terjadi di antariksa.Cuaca antariksa disebabkan oleh adanya aktivitas matahari yang melontarkan miliyaran ton partikel dan plasma berenergi tinggi serta radiasi gelombang elektromagnetik. Lontaran partikel dan radiasi yang mengarah ke bumi akan mempengaruhi lapisan atmosfer, sistem teknologi, serta aktivitas manusia di antariksa dan di bumi. Terdapat empat aktivitas matahari, diantaranya Sunspot, Flare, Prominensa dan Coronal Mass Ejection (CME).Variasi fenomena fisis yang terkait dengan cuaca antariksa seperti badai geomagnetik (geomagnetic storms) dan substorms, memberikan energi pada sabuk Van Allen hingga dapat menimbulkan aurora, arus induksi geomagnetik

(geomagnetically induced current) di permukaan bumi, serta perubahan kondisi ionosfer yang dapat menyebabkan gangguan komunikasi dan navigasi. Matahari memiliki siklus keaktifan dengan periode sekitar 11 tahun. Siklus keaktifan ini berkaitan dengan pembalikan kutub magnetik di permukaan Matahari. Keaktifan Matahari ini bisa dilihat dari jumlah bintik matahari yang teramati. Saat keaktifan Matahari mencapai maksimum, kita akan mengamati bintik matahari dalam jumlah paling banyak di permukaan Matahari. Dan pada saat keaktifan Matahari mencapai maksimum inilah, angin matahari lebih kencang dari biasanya dan partikel-partikel yang dipancarkan juga lebih energetik. Dan peristiwa solar flare dan CME dalam skala besar juga lebih dimungkinkan untuk terjadi. Dengan kata lain, saat keaktifan Matahari mencapai maksimum, Bumi akan lebih banyak dipapar dengan partikel-partikel bermuatan tinggi (lebih tinggi dari biasanya) dan radiasi elektromagnetik energi tinggi.

a. Sunspot Sunspot adalah bintik hitam yang biasa tampak di permukaan matahari. Daerah dengan sunspot di matahari memiliki medan magnet yang sangat besar mencapai 1000-4000 Gauss. Daerah sunspot ini memiliki suhu yang relative lebih rendah dibandingkan dengan permukaan matahari sehingga sunspot terlihat lebih gelap dibandingkan permukaan di sekelilingnya.Sunspot diyakini merupakan penampakan garis medan magnet yang terpuntir di permukaan matahari.

Gambar 2.1.2.1 Aktivitas Matahari Berupa Sunspot

Bintik hitam matahari memiliki diameter sekitar 32.000 kilometer, umumnya terdiri dari dua bagian, yaitu bagian dalam yang disebut umbra, berdiameter 13.000 km atau seukuran diameter rata-rata bumi dan bagian luar disebut penumbra yang garis tengahnya kurang lebih 19.000 km. Suhu penumbra lebih panas dan warnanya lebih cerah dibanding umbra.

b. Flare Flare adalah ledakan di matahari akibat terbukanya salah satu loop medan magnet di matahari. Selain melepaskan partikel berenergi tinggi, flare juga memancarkan radiasi gelombang electromagnet seperti sinar X dan sinar Gamma.Radiasi gelombang elektromagnetik ini dapat mencapai bumi hanya dalam waktu sekitar delapan menit, sedangkan partikel bernergi tingginya membutuhkan waktu sekitar satu atau dua hari. Adanya flare yang besar cukup berdampak serius pada cuaca antariksa secara keseluruhan

Gambar 2.1.2.2 Aktivitas Matahari Berupa Flare c. Prominensa Prominensa adalah peristiwa ledakan di matahari yang tampak di tepian matahari seperti lidah yang menjulur.Prominensa tampak terang dan panas meskipun sebenarnya lebih dingin dari atmosfer matahari seperti kromosfer dan korona. Jika terlihat dari depan, prominensaakan tampak seperti garis yang melintang di matahari dan disebut filament. Prominensa dan filament dapat bertahan selama beberapa hari dan menyemburkan energi yang besar ke seluruh tata surya.

Gambar 2.1.2.3 Aktivitas Matahari Berupa Prominensa

d. Coronal Mass Ejection CME merupakan singkatan dari Coronal Mass Ejection atau Lontaran Massa Korona. Seperti terlihat dari namanya, CME merupakan lontaran sebagian massa dari daerah korona matahari. CME teramati dari kamera di satelit seperti letupan yang menyembur dari matahari. Energy yang dilepaskan pada peristiwa CME ini sangat besar karena mengandung massa yang besar dan kecepatan yang tinggi.Pada saat terjadi CME, 2 1011 Kg hingga 4 1013 Kg materi dari korona terlontar dengan energi mulai dari 1022 Joule hingga 6 1024 Joule. Kecepatan materi CME bervariasi dari 20 Km/s mencapai 2000 Km/s, dengan rata-rata kecepatannya mencapai 350 Km/s. Lontaran materi CME ini dapat mencapai bumi dalam waktu satu hingga tiga hari.Data terjadinya CME diambil dari pengamatan satelit Solar and HeliosphericObservatory (SOHO) dan Advanced Composition Explorer Spacecraft (ACE) yangbersumber dari International of Solar Terrestrial Physics (ISTP).

Gambar 2.1.2.4 Aktivitas Matahari Berupa Coronal Mass Ejection

Sebagai pusat peredaran planet-planet di tata surya, matahari merupakan sumber energi bagi makhluk di bumi. Energi itu dihasilkan dari reaksi termonuklir untuk mengubah hidrogen menjadi helium yang terjadi di dekat inti matahari. Suhu di bagian pusat matahari yang terdiri dari gas berkerapatan 100 kali kerapatan air di bumi itu, mencapai 15 juta derajat Celsius. Di dalam perut matahari terjadi rotasi dan aliran massa atau konveksi yang memengaruhi gaya magnetnya. Pada aktivitas tinggi, gaya magnet ini bisa terpelintir atau berpusar hingga menembus permukaan matahari membentuk kaki-kaki, yang tampak bagai bintik hitam. Suhu gas yang terbentuk di lapisan fotosfer dan kromosfer di atas kelompok bintik hitam itu naik sekitar 800 Celsius di atas suhu normalnya. Akibatnya, gas ini memancarkan sinar lebih besar dibandingkan dengan gas di sekelilingnya. Seperti di bumi, di permukaan matahari pun terjadi badai. Badai matahari (solar storm) terjadi di daerah kromosfer dan korona berada di atas kawasan munculnya bintik-bintik hitam. Beberapa badai matahari juga muncul ketika terjadi ledakan cahaya atau flare. Ketika flare muncul, terjadi pelepasan sejumlah besar energi. Umumnya, kian banyak bintik hitam terbentuk, maka flare pun makin banyak.

2.2 BADAI MATAHARI 2.2.1 Pengertian Badai Matahari Badai matahari atau coronal mass ejection (CME) adalah proses keluarnya atau terlemparnya material dari korona matahari. Material yang keluar ini adalah plasma yang terdiri dari elektron dan proton (selain jumlah kecil dari unsur-unsur yang lebih berat seperti helium, oksigen, dan besi), ditambah medan magnet dari dalam dalam korona. Sebagai pusat peredaran planet-planet di tata surya, matahari merupakan sumber energi bagi makhluk di bumi. Energi itu dihasilkan dari reaksi termonuklir

untuk mengubah hidrogen menjadi helium yang terjadi di dekat inti matahari. Suhu di bagian pusat matahari yang terdiri dari gas berkerapatan 100 kali kerapatan air di bumi itu, mencapai 15 juta derajat Celsius. Ledakan Matahari menimbulkan radiasi elektromagnetik yang diikuti dengan radiasi dalam bentuk proton. Ledakan juga memacu lontaran massa korona, yakni plasma dari Matahari yang terlontar ke angkasa. Radiasi partikel berenergi tinggi dan lontaran massa korona berkaitan dengan badai Matahari. Partikel berenergi tinggi akan mencapai Bumi dalam jangka waktu 1-2 hari, sementara radiasi elektromagnetik akan mencapai Bumi dalam waktu 8 menit.

2.2.2 Dampak Positif Badai Matahari Badai Matahari menciptakan aurora yang sangat indah untuk diabadikan. Aurora atau Northen-Southern Light adalah fenomena pancaran cahaya yang menyalanyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh matahari (angin matahari).Aurora dapat terlihat pada daerah yang mempunyai lintang tinggi-menengah di belahan utara dan selatan bumi.Aurora yang terjadi di daerah sebelah Utara dikenal dengan namaAurora Borealis. Fenomena aurora di sebelah Selatan yang dikenal dengan Aurora Australismempunyai sifat-sifat yang serupa.Aurora terbentuk karena interaksi partikel-partikel atmosfer bumi dengan partikel bermuatan dari matahari yang disebut dengan plasma.plasma adalah partikel sejenis gas yang telah terionisasi. pada umumnya gas tidak bermuatan, tetapi karena suhu yang sangat panas di matahari menyebabkan partikel gar terionisasi maka terbentuklah plasma. plasma ini dipancarkan matahari ke segala arah (biasanya pada saat terjadi aktivitas matahari pancaran plasma bertambah), kemudian saat mendekati medan magnet bumi (yang terpusat di kutub utara dan selatan) maka plasma akan tertarik ke kutub-kutub bumi.Saat bertemu dengan partikel atmosfer bumi terjadi eksitasirelaksasi elektron sehingga memendarkan warna yang indah.Munculnya aurora
10

harus memiliki dua prasyarat, pertama suhu harus rendah, kedua cuaca harus cerah. Sejumlah besar negara di dunia juga kerap akan tampak aurora, di antaranya termasuk Norwegia, Rusia, Finlandia, Kanada bagian utara, Alaska dan AS bagian Utara.Aurora cemerlang penuh warna, indah penuh pesona.Ini adalah cahaya yang dipancarkan setelah mendapat benturan karena dalam atmosfer mengandung sejumlah besar gas dari unsur yang berbeda. Umumnya Cahaya Kutub yang sering ditemui berwarna hijau kekuningan, ini disebabkan bagian partikel yang membawa energi berbenturan dengan molekul oksigen yang hanya berjarak 20km dari permukaan bumi, ketika molekul nitrogen mendapat benturan partikel, akan memancarkan cahaya ungu kemerahan. Nitrogen, akan memancarkan cahaya biru.Sedangkan nitrogen yang netral akan memancarkan cahaya merah. Karena itu, orang-orang baru dapat melihat garis cahaya merah, biru, hijau dan ungu yang berselang-seling menyelimuti angkasa.Bahkan aurora yang indah cermerlang memperlihatkan bentuk yang selalu berubah, ada yang berbentuk tirai, busur, pita, sinar dan berbagai macam bentuk lainnya.Kuat atau lemahnya solar wind dipengaruhi aktivitas di permukaan matahari, saat matahari semakin aktif, bintik di permukaan semakin banyak atau terjadi letusan protuberan atau lubang korona semakin besar, solar wind yang dipancarkan semakin kuat.Partikel bermuatan listrik yang terkandung di dalamnya semakin banyak.

Gambar 2.2.2.1 Penampakan Aurora

11

Bisa membantu memebersihkan sampah antariksa dan bisa memanfaatkan energi badai matahari untuk memproduksi listrik

2.2.3 Dampak Negatif Badai Matahari Flare yang mengeluarkan partikel kecepatan tinggi dalam badai matahari menyebabkan timbulnya tekanan pada magnetosfer bumi hingga mengakibatkan badai magnetik di bumi. Fenomena ini mengganggu komunikasi radio dan membuat jarum kompas berputar liar di bumi. Beragam konsekuensi akibat partikel berenergi tinggi dan lontaran massa korona yang menyebabkan badai Matahari ini perlu diwaspadai. Badai Matahari bisa mengakibatkan gangguan fungsi satelit, komunikasi, dan navigasi. Kalau itu terjadi dan tidak dapat diatasi oleh operator satelitnya, kemungkinan terjadi gangguan pada penggunaan telepon seluler, siaran TV, komunikasi data perbankan, dan pengguna lainnya. Bintik hitam adalah indikator aktivitas matahari. Bila sedikit jumlahnya, energi yang dipancarkan matahari berkurang, yaitu 0,1 persen pada cahaya tampak, tetapi bisa puluhan persen pada ultraviolet. Kejadian bintik matahari bisa berkurang akibat menurunnya aktivitas dinamo matahari, konveksi, dan atau tekanan radiasi dari reaksi nuklir di pusat matahari. Rendahnya aktivitas matahari berarti berkurangnya suplai panas ke bumi secara rata-rata global dalam skala waktu tahunan bukan harian atau bulanan. Akan tetapi, pemanasan lokal masih bisa terjadi. Berkurangnya suplai energi dari matahari pada bumi menyebabkan berkurangnya pemanasan lautan, berarti pula penguapan air laut yang akan menjadi hujan pun rendah. Suplai energi matahari juga melemahkan monsun. Gerakan angin monsun terjadi karena perbedaan panas antarlautan dan benua berdasarkan posisi garis edar matahari.

12

Aktivitas matahari juga berkontribusi terhadap perubahan iklim. Ketika ativitas matahari meningkat, maka matahari akan memanas. Akibatnya, suhu bumi meningkat dan iklim berubah. Partikel-partikel matahari yang menembus lapisan atmosfer bumi akan mempengaruhi cuaca dan iklim bumi. Dampak

yang ekstrem peningkatan aktivitas matahari diduga dapat menyebabkan kemarau panjang. Badai Matahari juga bisa berbahaya bagi makhluk hidup secara biologi. Bahaya ini terutama bagi para astronot yang kebetulan sedang berada di luar angkasa saat badai matahari terjadi. Bagi kita yang berada di permukaan Bumi, kita relatif aman terlindungi oleh medan magnetik Bumi. Pengaruh langsung dari badai matahari ini hanya dialami oleh binatang-binatang yang peka terhadap medan magnetik Bumi. Karena badai matahari mengganggu medan magnetik Bumi, maka binatangbinatang yang peka terhadap medan magnetik akan secara langsung terimbas. Misalnya burung-burung, lumba-lumba, dan paus, yang menggunakan medan magnetik Bumi untuk menentukan arah, untuk sesaat ketika badai matahari terjadi, mereka akan kehilangan arah Dampak lainnya adalah gangguan pada ionosfer yang akan mengganggu komunikasi radio HF/gelombang pendek yang biasa digunakan oleh komunikasi jarak jauh, termasuk oleh siaran radio luar negeri seperti BBC,VOA, atau ABC. Navigasi berbasis satelit seperti GPS juga kemungkinan terganggu akurasinya.

2.2.4 Cara Mengantisipasi Sehingga Dampak Negatif Bisa di Minimalisasi NASA dan badan antariksa negara-negara lain di dunia telah mengetahui dengan jelas kalau solar flare bisa melumpuhkan sistem satelit. Karena itu sejak lama, NASA telah mengirim beberapa wahana untuk mengawasi aktifitas matahari. Saat ini, wahana-wahana tersebut, seperti ACE atau SOHO, masih rajin mengawasi perubahan-perubahan aktifitas yang terjadi pada matahari. Jika wahana itu mendeteksi adanya CME, maka sensornya akan segera menghasilkan peringatan yang memberikan cukup waktu untuk manusia bumi (kita)

13

untuk mengambil langkah antisipasi, seperti mengubah sistem satelit kita menjadi safe mode. Dengan demikian, kerusakan yang ditimbulkannya akan menjadi sangat minimal. Antisipasi yang sama juga telah dilakukan terhadap infrastruktur dan sumber pembangkit listrik lainnya.

14

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Pada dasarnya, badai matahari merupakan lontaran dari masa korona (CME/ Coronal Mass Ejection) dalam jumlah besar yang kemudian radiasinya menyebar ke antariksa, termasuk ke bumi. Matahari merupakan bintang kuning yang masuk dalam klasifikasi bintang G, dengan suhu permukaannya 5.770 kelvin dan suhu inti 14 juta kelvin. Materi penyusun tubuh bintang ini berupa hidrogen (75%), helium (24%) dan unsur-unsur lainnya (1%). Selain adanya berbagai dampak negatif, badai matahari juga mampu menghadirkan fenomena indah di bumi, berupa tarian cahaya aurora di daerah lintang tinggi. Ini merupakan dampak biasa dari adanya lontaran korona matahari terhadap bumi. dampak yang sungguh luar biasa dapat kita lihat pada kasus Badai Carrington, 1 September 1859 dan juga badai matahari pada tanggal 13 Maret 1989 yang mampu membakar jaringan listrik Ontario Hydro, dan menyebabkan menyebabkan 6 juta penduduk Quebec (Canada) harus hidup tanpa listrik selama 9 jam. Pada tahun-tahun ini diperkirakan jumlah sunspot pada permukaan matahari akan bertambah sehingga bertambah pula intensitas dari akitivitas matahari, namun demikian fenomena ini merupakan fenomena yang alamiah. Jadi intinya, badai matahari ini merupakan aktivitas yang biasa terjadi pada bintang matahari. Kita tidak perlu khawatir secara berlebihan terhadap fenomena ini, namun tetap harus waspada.

3.2 SARAN

15

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembicaraan:Badai_matahari http://aoliafebriani.blogspot.com/2011/05/pengertian-aurora.html http://www.kafeastronomi.com/badai-matahari-tidak-membahayakan-bumi.html http://www.scribd.com/doc/62546499/BAB-I# http://www.crayonpedia.org/mw/Matahari_Sebagai_Bintang_Bumi_Sebagai_Salah_Satu_Planet_ 9.2 Suhanda, irawan. 2007. Jelajah Iptek Cyber Muda. Jakarta; kompas

16

Anda mungkin juga menyukai