Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dalam undang-undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 ditetapkan bahwa Setiap warga negara berhak atas pekerjaan atau penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan dan penghidupan yangb layak mengandung pengertian bahwa pekerjaan sesungguhnya merupakan suatu hak manusia yang mendasar dan memungkinkan sesorang utnuk melakukan aktivitas atau bekerja dalam kondisi yang sehat. Sedang penghidupan yang layak merupakaan dambaan setiap tenaga kerja utnuk hidup secara manusiawi yang berpenghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup melalui tingkat kesejahteraan yang sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia. Perlindungan terhadap tenaga kerja meliputi aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Tenaga harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal di sekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa dan mengganggu dirinya serta pelaksanaanya pekerjaan. Sejalan dengan hal tersebut pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat setiap penduduk untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional, ditetapkan sepuluh program kesehatan unggulan, salah satu diantaranya adalah program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Masyarakat pekerja sebagai salah satu sasaran pembangunan berhak memperoleh derajat kesehatan setinggitingginya. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan mempunyai dampak yang menyebaban kehidupan manusia terancam oleh segala macam benda-benda dan keadaan lingkungan baru yang berbahaya bagi manusia. Bahaya akan selalu muncul di mana saja manusia berada. Perbedaannya hanya terletak pada kecenderungannya untuk mencederai manusia atau pekerja. Semakin tinggi kecenderungannya untuk mencederai manusia, semakin tinggi risiko manusia untuk mengalami gangguan kesehatan.

Bahaya-bahaya yang timbul pada saat bekerja bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya. Hal ini menimbulkan potensi bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomic bagi pekerja itu sendiri. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi kesehatan dan keselamatan kerja pada usaha pencucian mobil dan usaha-usaha pengendalian yang dapat dilakukan dalam rangka meminimalisasi bahaya di lingkungan kerja tersebut. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk melihat potensi bahaya atau hazard yang terdapat di lingkungan kerja tempat pencucian mobil BD Siregar 2. Untuk mengetahui usaha-usaha pengendalian yang dapat dilakukan dalam meminimalisasi bahaya atau hazard tersebut. 1.3 Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup dalam pembuatan laporan ini adalah meliputi cara kerja dalam pencucian mobil dan kondisi lingkungan kerja sehingga diketahui bahayabahaya atau hazard yang ditemukan di lingkungan kerja tempat pembuatan meja oshin dan untuk mengetahui usaha-usaha pengendalian yang dapat dilakukan dalam meminimalisasi bahaya atau hazard tersebut.

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Kesehatan Kerja Menurut Sumamur (1976) kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif taua kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh factor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum. Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar kesehatan pada sector industry saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaanya (total health of all at work). Sebagai bagian spesifik keilmuan dalam ilmu kesehatan, kesehatan kerja lebih memfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya kesehtan yang bertujuan untuk : Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pekerja Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja atau pekerjaanya. Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental dan pendidikan atau ketrampilannya Meningkatkan efesiensi dan produktivitas kerja.

2.2 Keselamatan & Kecelakaan Kerja Keselamatan kerja secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budayanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dala usaha mencegah kemungkinan terjaadinya kecdelakaan dan penyakit akibat kerja. Adapun tujuan keselamatan kerja menurut Sumamur (1987) adalah sebagai berikut :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup produktivitas nasional. 2. Menjamin setiap keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.\ 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tak diharapkan yang dapat menyebabkan kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada hubungannya dengan kerja, di mana kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melakukan pekerjaan. 2.3 Sumber-Sumber Bahaya di Lingkungan Kerja Kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi karena adanya sumber-sumber bahaya di lingkungan kerja. Sumber bahaya ini bisa berasal dari : 2.3.1 Bahaya bangunan dan peralatan Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat perhatian. Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Disain ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja. Salah satu dari segi kontruksi lantai, terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin dan mudah dibersihkan. Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya. Apabila tidak dipergunakan dengan semestinya serta tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman, peralatan itu bisa menimbulkan macam-macam bahaya seperti : kebakaran, sengatan listrik, ledakan dan uka-luka atau cidera Agar peralatan ini aman dipakai maka perlu pengaman yang telah diatur oleh peraturan-peraturan di bidang keselamatan kerja. Untuk peralatan yang rumit cara pengoperasiannya perlu disediakan semacam petunjuk sebagai daftar periksa (check-list) pengoperasiannya. 2.3.2 Bahaya dari proses Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang digunakan. Proses yang digunakan di industri ada yang sederhana tetapi ada proses yang rumit. Ada proses yang berbahaya dan ada pula proses yang kurang berbahaya. Dalam proses banyak bahan kimia yang digunakan sebagai bahan
4

dan

untuk meningkatkan

produksi

serta

baku dan bahan penolong. Ada bahan kimia yang merupakan hasil sampingan. Sebagian bahan tersebut termasuk bahan kimia berbahaya seperti mudah terbakar, meledak, iritan, beracun dan sebagainya. 2.3.3 Bahaya dari lingkungan kerja Bahaya dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktifitas dan efisiensi kerja. Bahaya-bahaya tersebut adalah : a. Bahaya yang bersifat fisik Bahaya fisik adalah bahaya yang dihasilkan oleh energi dan benda serta hubungan di antara keduanya. Bahaya fisik ada berbagai macam. Beberapa di antaranya adalah getaran, gelombang elektromagnetis, heat stroke, tekanan udara, intensitas cahaya, radiasi ionisasi, kebisingan, shift work dan sebagainya. Kebisingan mengganggu konsentrasi, komunikasi dan kemampuan berpikir. Kebisingan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penurunan daya dengar yang mula-mula bersifat sementara tetapi kemudian akan bersifat permanen. Nilai ambang batas kebisingan adalah 85 dB untuk karyawan yang bekerja 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. b. Bahaya yang bersifat kimia Secara umum bahaya yang dikandung bahan kimia bergantung pada sifat-sifat fisik, kimia dan racun dari setiap bahan kimia yang bersangkutan. Oleh sebab itu pengenalan dan penanganan bahan-bahan kimia berkataitan dengan sifat-sifat bahaya yang dikandung dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan bahan kimia. Bahan kimia secara umum dikelompokkan menjadi : Bahan kimia mudah meledak Bahan kimia mudah terbakar Bahan kimia beracun Bahan kimia korosif Bahan kimia oksidator Bahan kimia reaktif Bahan kimia radioaktif

Bahaya yang timbul sesuai dengan sifat bahan yang terhambur ke lingkungan kerja tersebut.bahan kimia dapat menimbulkan gangguan baik lokal maupun sistemik. Gangguan lokal adalah kelainan yang timbul ditempat bhan kimia kontak dengan tubuh, yaitu kulit dan selaput lendir yang menimbulkan gejala iritasi, ulkus dan kadang-kadang kanker. Apabila ia terserap dan masuk peredaran darah akan timbul gejala sistemik. Jalan masuk bahan kimia kedalam tubuh adalah : melalui kulit, melalui pernafasan dan melalui pencernaan. Bahan kimia yang terdapat didalam sabun untuk mencuci mobil bahan bakunya berupa minyak atau lemak, baik hewani maupun nabati. Jika basa yang digunakan adalah NaOH, maka produk reaksi berupa sabun 'keras'. Sedangkan jika yang digunakan adalah KOH, maka produk reaksi berupa sabun 'lunak'. Bahan-bahan yang terkandung didalam nya sangat berpengaruh terhadap kulit para pekerja, yang setiap harinya digunakan para pekerja.. c. Bahaya biologik Disebabkan oleh jasad renik, gangguan serangga maupun dari binatang lain yang ada ditempat kerja. Berbagai macam penyakit dapat timbul seperti infeksi, alergi dan sengatan serangga maupun gigitan binatang. Tempat hidup dan kita bekerja mengandung jumlah dan varietas mikroorganisme yang beragam. Banyak dari mikroorgansime ini dapat menyebabkan penyakit hanya setelah masuk kedalam tubuh manusia. Jalan mauk yang biasa bagi sumber paparan pada umumnya sama dengan sumber papara laint, yaitu melalui saluran pernafasan, mulut serta kontak langsung melalui kulit. d. Ergonomi Ilmu terapan yang mempelajari dan mencari pemecahan persoalan yang menyangkut teknologi untuk mendesain/mengatur kerja. Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efesiensi, efektivitas dan produksi kerja, selain SOP yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan. Sikap tubuh dalam bekerja yang dikatakan secara ergonomic adalah yang memberikan rasa nyaman, aman, sehat dan selamat dalam bekerja, yang dapat dilakukan anagtara lain dengan cara : Menghindarkan silkap yang tidak alamiah dalam bekerja Diusahakan beban statis menjadi sekecil-kecilnya
6

Perlu dibuat dan ditentukan criteria dan ukuran baku tentang peralatan kerja yang sesuai Agar diupayakan bekerja dengan sikap duduk dan berdiri secara bergantians Didalam ergonomic ada salah satu factor yaitu pengorganisasian kerja. Ini

menyangkut waktu kerja, waktu istirahat, kerja lembur dan lainnya. Pola pengaturan waktu kerja dan waktu isitirahat yang baik tertuma untuk kerja fisik yang berat. Jam kerja selama 8 jam/hari diusahakan sedapat mungkin tidak telamapaui, apabila tidak dapat dihindarkan, perlu diusahakan group kerja baru atau perbanyakan kerja shift. 2.3.4 Air Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang Syaratsyarat Dan Pengawasan Kualitas Air , air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah a. Persyaratan Biologis Persyaratan biologis yang berarti air bersih itu tidak mengandung manusia. mikroorganisme nantinya menjadi infiltran tubuh

Mikroorganisme itu dapat dibagi dalam empat group, yakni parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari keempat jenis mikroorganisme tersebut umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah bakteri seperti Eschericia coli. b. Persyaratan Fisik Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek fisik ini sesungguhnya selain penting untuk aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik seperti suhu dan keasaman tetapi juga penting untuk menjadi indikator tidak langsung pada persyaratan biologis dan kimiawi, seperti warna air dan bau. c. Persyaratan Kimia Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan proses biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan
7

berbagai macam logam berat khususnya air raksa, timah hitam, dan cadmium dapat menjadi gangguan pada faal tubuh dan berubah menjadi racun. d. Persyaratan Radioaktif Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda, dan pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor nuklir. 2.4 Pencegahan Dan Pengendalian Kecelakaan Kerja Secara umum ada dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu : a. Penyebab langsung penyebab langsung adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi dalam 2 kelompok : tindakan-tindakan tidak aman yaitu tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan kondisi-kondisi yang tidak aman yaitu keadaan yang akan menyebabkan kecelakaan b. Penyebab dasar. Terdiri dari 2 faktor yaitu factor manusia/pribadi dan factor kerja/lingkungan kerja factor manusia/pribadi, anatara lain karena : kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi kurangnya/lemahnya kemampuan dan ketrampilan/keahlian stres motivasi yang tidak culup/salah tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan tidak cukup rekayasa tidak cukup pembelian tidak cukup perawatan tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan barang-barang/bahan-bahan penyalahgunaan
8

factor kerja/lingkungan, antara lain karena : -

berdasarkan sebab dan proses terjadinya kecelakaan maka peningkatan usaha keselamatan dan kesehatan kerja dapat ditujukan pada : a. Lingkungan mikro, yang merupakan tugas masing-masing perusahaan beserta system manejemenya. Pada tingkat ini, usaha pertama dapat diarahkan pada lingkungan fisik, antara lain yaitu : Melalui perencanaan mesin/peralatn dengan memperhatikan segi-segi keselamtan dan kesehatan kerja Merancang peralatan/lingkungan merja yang sesuai dengan batas kemampuan pekerja Pada tingkat pembelian harus diperhatikan mutu dan syarat keselamatan dan kesehatan kerja dari barang yang dibeli Pengelolaan (misalnya : penyusunan) bahan-bahan produksi harus secara benar Cara pembuangan bahan buangan memperhitungkan kemungkinan bahayanya, baik bagi masyarakat maupun lingkungan. Usaha kedua diarahakan pada manusia, dimana dlakukan pengamatan tehadap pemilihan, penempatan, pembinaan pegawai, yang benar Usaha kedua diarahkan pada system manajemen dari perusahaan atau unit kerja yang bersangkutan, antara lain : Penyebaran, yang diikuti dengan pelaksanaan dan pengawasan Penentuan struktur, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dalam segi keselamatan dan kesehatan kerja yang jelas dan tegas b. Lingkungan makro, yang merupakan tugas pemerintah beserta parat pelaksanya. Perbaikan yang perlu dilakukan anatara lain : memasukan materi menajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagai salah satu mata pelajaran di perguruan tinggi dan lembaga pembinaan menajemen lainnya, mengawasi pelaksanaan Undang-Undang Keselamatan Kerja beserta peraturan pelaksanaanya dan menindak tegas setiap pelanggarannya, memasukkan segi keselamatan dan kesehatan kerja kedalam program Litbang Teknologi Tinggi dan usaha lain yang ada kaitannya dengan unsure lingkungan makro.

c. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum memutuskan untuk menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya atau hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Alat pelindung diri yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut : Dapat meberikan perlindungan terhadap bahaya Berbobot ringan Dapat dipakai secara fleksibel (tidak membedakan jenis kelamin) Tidak menimbulkan bahaya tambahan Tidak mudah rusak Memenuhi ketentuan dari standar yang ada Pemeliharaan mudah Penggantian suku cadang mudah Tidak membatasi gerak Rasa tidak nyaman tidak berlebihan Bentuknya cukup menarik Alat pelindung kepala, dapat berupa topi (helm) berguna untuk melindungi kepala dari benda-benda keas, pukulan, benturan kepala, hats/cap, berguna untuk melindungi kepala (rambut) dari kotoran debu Alat pelindung tangan, berguna untuk melindungi tangan dan bagianbagian dari benda-benda tajam/goresan, bahan-bahan kimia (padat/larutan), benda-benda panas/dingin atau kontak arus listrik. Asrung tangan dapat terbuat dari karet (melindungi tangan dari bahan kimia/arus listrik). Alat pelindung kaki Berguna untuk melindungi kaki dan bagian-bagiannya dari benda-benda terjatuh. Benda-benda tajam/potongan kaca, laruta kimia, benda panas dan kontak listrik. Pada industry ringan/tempat kerja biasa, cukup memakai sepatu yang baik. Untuk mencegah tergelincir sebaiknya

APD yang dapat digunakan antara lain :

10

mengggunakan sol anti slip dari karet alam atau sistetik dengan motif timbul. Pakaian pelindung Berguna untuk menutupi seluruh atau sebagian dari percikan api, panas, suhu dingin, cairan kimia dan minyak.

11

BAB III METODE

3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan 3.1.1 Lokasi Kegiatan Lokasi kegiatan atau lingkungan kerja pencucian mobil Jambi. 3.1.2 Waktu Kegiatan Waktu kegiatan dimulai pada saat melakukan survey lingkungan kerja yaitu bulan Oktober 2011 dan saat praktek dilakukan selama 14 kali yaitu pada tanggal 30 November 2011. 3.2. Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengukuran di usaha pencucian mobil adalah : 1. Kuesioner, merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada pemilik dan pekerja di usaha pencucian mobil BD Siregar 2. Alat tulis dan buku 3.3. Prosedur Pelaksanaan Prosedur pelaksanaan pengukuran adalah sebagai berikut : 1. Survey awal pada usaha pencucian mobil yaitu mengidentifikasi bahaya-bahaya yang mungkin timbul pada pekerja yang disebabkan kondisi lingkungan kerja yang tidak aman, cara bekerja yang tidak tepat, dan bahaya kimia yang digunakan. 2. Dari hasil identifikasi bahaya, kemudian dilakukan pembuatan kuesioner untuk mengetahui kondisi kesehatan, cara kerja pada pekerja 3. Dari hasil jawaban pertanyaan pada kuesioner dapat dilihat upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi bahaya yang timbul. 4. Memberikan saran perbaikan bagi pemilik dan pekerja di pencucian mobil untuk upaya meminimalisasi bahaya. ini terletak di Jalan Pangeran hidayat RT 15 No 64 Kelurahan Suka karya Kecamatan Kota baru Kota

12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Usaha pencucian mobil BD Siregar merupakan usaha pencucian masih bisa dikatakan manual karena pekerjaan masih menggunakan tenaga manusia, yang dibangun oleh Bapak Bd siregar sejak tahun 1960 dan belum memiliki nomor izin usaha, karena dianggap merupakan usaha keluarga. Usaha pencucian mobil BD Siregar ini terletak di Jalan Pangeran Hidayat RT 15 No 64 Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota baru Kota Jambi. Luas usaha cucian mobil ini sekitar 50 tumbuk dan kegiatan pencucian mobil ini terletak dibagian depan rumah pemilik. Tempat pencucian ini dibagi 2 dalam 1 tempat. Bagian pertama unutk pencucian mobil yang berukuran kecil (seperti mobil kijang, taruna, dan lain-lain) sedangkan bagian yang kedua untuk mobil-mobil yang berukuran besar (mobil angkutan barang-barang berat). Pada tempat pencucian mobil ini, dibagian bawah terdapat tempat seperti kolam kosong yang fungsinya untuk memudahkan para pekerja membersihkan bagian bawah mobil. Proses pencucian mobil ini dilakukan secara bertahap dan pengerjaan berdasarkan mobil yang datang ke tempat pencucian. Sumber air yang digunakan untuk pencucian mobil ini diambil dari mata air dan aliran air sungai yang terdapat dibagian belakang rumah pemilik. Usaha pencucian mobil ini memiliki 9 orang karyawan.dengan hari kerja dari senin hingga minggu. karyawan bekerja dari pukul 07.30 18.00 WIB dengan istirahat pada pukul 12.30-13.00 WIB.

13

4.2 Data Kegiatan atau Hasil Pengukuran No. 1 2. Fisik : Panas Kimia : Sabun/shampoo Bahan pengkilap mobil 3 Biologi : Sumber air 4. Ergonomis: Pekerjaan Postur yang dilakukan Pada proses pencucian yang salah Pada proses penyemprotan air, secara manual tubuh dalam melakukan pekerjaan Pekerjaan yang berulang 5. Psikologis : Kerja berlebihan, 4.2.1 Alat dan Bahan Pencucian Mobil Alat dan bahan yang dibutuhkan selama proses pencucian mobil adalah sebagai berikut : 4.2.1.1 Alat 1. Semprot air 2. Mesin air 3. Bros (penyikat) 4. Lap karet (kanebo) 5. Handuk kecil 4.2.1.2 Bahan 1. Air bersih 2. Sabun cream ekonomi 3. Shampoo nosi (shampoo untuk mobil) Pada saat pencucian. pengelapan/pengeringan mobil Semua area Air yang diguanakan dalam proses penncucian Yang digunakan dlam proses pencucian Yang digunakan saat proses pengeringan Bahaya Potensial Proses dan Lokasi Kegiatan Tidak di dalam ruangan

14

4.2.2 Cara Kerja Pencucian Mobil Adapun cara kerja pencucian mobil dilakukan dengan pengerjaan yang bertahap yaitu sebagai berikut : a. Pembasahan dan menyemprotkan air dengan pompa Sancin untuk merontokkan
kotoran/lumpur kering yang melekat pada bagian-bagian yang sulit dari mobil. Pada bagian ini pekerja melakukannya dengan sikap bekerja berdiri, merunduk dan jongkok. pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan sepatu bot .

b. Membersihkan seluruh bagian dari mobil tersebut dengan menggunakan sampo kendaraan (mobil) yang dilakukan secara manual. Sama seperti pada proses pertama, disini kebanyakan mengunakan kekuatan lengan dan tangan karena dilakukan berulang-ulang. c. Membilas untuk menghilangkan sampo dari seluruh bagian mobil lagi tekanan air yang tinggi. d. Mengeringkan mobil dengan lap spon atau yang umum disebut Kanebo. e. Lalu mengkilapkan bagian-bagian pada mobil, seperti ban mobil, bagian kap dan sebagainya. 4.3 Permasalahan Dan Pemecahan Masalah 4.3.1 Permasalahan Berdasarkan data kegiatan hasil identifikasi hazard di industri pencucian mobil ditemukan beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut : 1. Lantai tempat pencucian mobil relative licin dan dapat menimbulkan kecelakan kerja bagi karyawannya 2. Tempat (kolam kosong) bagaian bawah tempat cuci tidak memiliki lantai dan bergabung dengan tempat aliran bekas air cucian 3. Sumber air yang digunakan yaitu aliran air sungai yang dari segi fisiknya kurang baik 4. Tidak terdapat alat pengolah limbah hasil cucian dan langsung dibuang ke aliran sungai juga. 5. Kebisingan yang ditimbulkan dari mesin air 6. Para pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri selama bekerja 7. Posisi pekerja yang salah dalam melakukan pekerjaan 8. Perbandingan antara lama kerja dan waktu istirahat yang diberikan tidak sesuai.
15

dengan

menggunakan pompa Sancin atau mesin air karena disini sudah tidak diperlukan

9. Tidak ada jaminan kesehatan yang diberikan pemilik/pimpinan usaha kepada pekerja. 4.3.2 Pemecahan masalah Berdasarkan permasalahan yang ada, maka dapat dibuat untuk pemecahan masalahnya sebagai berikut : 1. Lantai tempat pencucian mobil yang relative licin dapat menyebakan karyawan dapat terpelset atau terjatuh. Lantai tempat kerja harus memiliki kontruksi yang mendukung dan memeprtimbangkan factor beban, ketahanan, dan pemeliharaan lantai, keselamatan tiap orang yang berada diatasnya. Seperti kita ketahui lantai yang memenuhi syarat yaitu kuat, kedap air, tidak licin dan mudah dibersihkan. 2. Bagian bawah juga seharusnya dilengkapi dengan lantai, karena lantai yang hanya dari tanah dapat menimbulkan penyakit bagi pekerja, salah satunya kecacingan apalagi jika tidak dilengkapi dengan APD. Ini akan lebih memudahkan jalan masuk penyakit kedalam tubuh. 3. Sumber air yang digunakan sebaiknya sumber air yang telah dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu. Karena selain dapat merusak cat mobil juga dapat menyebabkan iritasi atau alergi pada kulit pekerja, yang setiap harinya bersentuhan dengan air. 4. Pengolahan limbah juga dapat berdampak pada kualitas air yang digunakan pada saat proses pencucian, karena limbah cucian mobil yang dibuang ke aliran sungai tadi dapat mencemari air yang ada. Limbah hasil cucian mobil dapat dilakukang dengan pengolahan aerobik yaitu menguraikan secara sempurna senyawa organik yang berasal dari buangan di dalam periode waktu yang relatif singkat. 5. Pada saat proses pencucian mesin air yang menimbulkan suara dan menyebabkan kebisingan. Kebisingan merupakan suara-suara yang tidak dikehendaki. Adapun efek yang ditumbulkan akibat kebisingan terhadap daya kerja yaitu : - gangguan - komunikasi dengan pembicaraan, risiko potensial kepada pendengaran terjadi, apabila komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan berteriak. Gangguan seperti ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan dalam bekerja.

16

- Efek pada pekerjaan, kebisingan mengganggu perhatian yang perlu terusmenerus dicurahkan. Maka, tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap satu proses produksi atau hasil dapat membuat kesalahan akibat terganggu konsentrasi. Kebisingan juga menyebabkan kelelahan kerja. Hal ini dapat diantisipasi dengan selalu memperhatikan keadaan mesin air. Atau melakukan pengecekan mesin dalam jangka waktu tertentu. 6. Para pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri selama bekerja. Salah satu upaya pengendalian bahaya adalah dengan menggunakan alat pelindung diri. Saat ditanyai para pekerja penggunaan alat pelindung diri semakin membuat pekerja kegerahan, tidak nyaman dalam bekerja. Selain itu pemilik/pimpinan usaha juga tidak memberikan atau menyediakan APD bagi pekerja. Tindakan seperti merupakan tindakan yang tidak aman dari manusia (unsafe act) yang dapat membahayakan dirinya dan orang lain yang mengakibatkan kecelakaan. 7. Posisi pekerja yang salah dalam melakukan pekerjaan, termasuk kedalam ergonomi. Yaitu ketidaksesuaian antara lingkungan kerja dengan pekerja. Beberapa posisi kerja pekerja yang salah, menyebabkan nyeri otot pada punggung, lengan dan pinggang pekerja. Sebaiknya untuk pekrjaan yang dilakukan berulang-ulang seperti pada saat mencuci dapat dibantu dengan mengguanakan tangga. Tangga yang dugunakan sebaiknyavseringan mungkin, karena harus dipakai secara hati-hati. Tangga dari aluminium mempunyai kelebihan dibandingkan tangga bkayu, karena sangat ringan. 8. Perbandingan antara lama kerja dan waktu istirahat yang diberikan tidak sesuai yaitu lama kerja selama 11,5 jam dan dengan jam istirahat kurang dari 1 jam. Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai dengan efesiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktifitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan kerja. Dan ini Juga berdampak akan keadaan psikologis para pekerja karena waktu bekerja yang lama serta jumlah mobil yang masuk 20-25 mobil./hari akan menambahn keluhan kerja serta kebosanan.. Berdasrakan survey terlihat para pekerja yang melakukan pekerjaan, kemudian menggunakan istirahat curian dengan duduk atau ngobrol diluar istirahat yang ditentukan. Hal-hal seperti itu diizinkan oleh
17

pemilik untuk menghilangkan kebosanan dan meregangkan otot-otot yang tegang selama bekerja. 9. Tidak ada jaminan kesehatan yang diberikan pemilik/pimpinan usaha kepada pekerja Walaupun industri pencucian mobil ini sudah berdiri sejak tahun 1960, namun pemilik merasa usaha tersebut masih belum besar dan jaminan kesehatan untuk perlindungan kesehatan tidak ada. Hanya bantuan secara sukarela saja yang diberikan.

18

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan identifikasi bahaya yang dilakukan diketahui beberapa permasalahan yang dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja yaitu Lantai tempat pencucian mobil relative licin, Para pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri selama bekerja, Posisi pekerja yang salah dalam melakukan pekerjaan, Perbandingan antara lama kerja dan waktu istirahat yang diberikan tidak sesuai, Tidak ada jaminan kesehatan yang diberikan pemilik/pimpinan usaha kepada pekerja 2. Upaya pengendalian atau pencegahan kecelakaan yang dapat dilakukaan untuk meminimalisasi bahaya adalah yaitu dengan memberikan saran perbaikan kepada pemilik untuk memperbaiki keadaan lantai yang licin dengan lantai yang kuat, kedap air, tidak licin dan mudah dibersihkan di tempat pencucian mobil BD Siregar dan selain itu juga meberikan APD (Sarung tangan dan sepatu bot) untuk pegawai yang bekerja 5.2 Saran Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Hendaknya pemilik usaha segera memperbaiki bagian lantai yang kedap air, tidak licin, kuat dan mudah untuk dibersihkan agar tidak menimbulkan bahaya bagi pekerjanya. 2. Hendaknya pemilik/pimpinan memberikan alat pelindung diri untuk menghindari terjadinya bahaya pada pekerja. 3. Hendaknya pemilik/pimpinan memberikan jaminan kesehatan bagi pekerja sebagai bentuk penghargaan bagi pekerja.

19

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, Sugeng.dkk. 2003. Hiperkes Dan KK. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Ramli, Soehatman. 2010.Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Jakarta : PT. Dian Rakyat. Sumamur, P.K. 1992.Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : CV. Haji Mas Agung. Suyono, Joko. 1993.Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

20

Anda mungkin juga menyukai