Anda di halaman 1dari 46

Permasalahan dalam imunisasi.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat

atas berkat-Nya, kami dapat

menyelesaikan tugas paper, dengan judul permasalahan dalam imunisasi. Atas selesainya tugas ini, tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada dosen kami Marmi S.ST selaku dosen pembimbing serta rekan-rekan maupun semua pihak yang telah membantu memberikan masukan sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki kekurangan ataupun kekeliruan yang ada. Harapan kami semoga ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi mahasiswa kebidanan untuk menambah wawasan dalam bidang kesehatan.

Yogyakarta, 31 Desember 2011

Penulis

PERSEMBAHAN

Terimakasih kepada : 1. Ayah yang senantiasa mendoakan, membimbing, atas kerja kerasmu aku bisa di STIKES MADANI dan bisa menyelesaikan tugas ini. 2. Ibu yang selalu menasehati, mendoakan,menyayangi aku dari aku kecil sampai sekarang, selalu sabar. 3. kakak-kakak aku yang selalu membimbing, menasehati, memberi semangat. 4. Buat adik-adik kecil yang selalu membuat aku kangen dengan tangisan kalian, bermain bersama kalian. 5. teman-teman seperjuangan yang saling memberi semangat dalam membuat tugas. 6. Dosen-dosen yang menularkan ilmunya dan dengan tugasnya menjadi bertambah ilmu, wawasan dan pengetahuan. 7. Saudara aku yang menjadi tempat curhat setiap saat aku sedih dan membutuhkan.

MOTTO HIDUP

Aku ingin hidup seperti cahaya yang menerangi seluruh aspek kehidupan. Apa pun tugas hidup,lakukan dengan baik. Seseorang semestinya melakukan pekerjaannya sedemikian baik sehingga mereka yang masih hidup, yang sudah mati, dan yang belum lahir tidak mampu melakukannya lebih baik lagi.

Hati suci selalu benar, tetapi gejolak hati selalu mengubah hasrat hati suci. Orang yang ada dalam hati suci adalah orang yang taqwa dan beriman. Itulah tantangan hidup.

BAB I MUQADDIMAH

Segala puji bagi ALLAH, yang kita senantiasa memuji, meminta pertolongan, dan meminta ampunan dariNya. Barang siapa yang diberi hidayah oleh ALLAH, maka tidak akan ada yang bisa menyesatkan. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tiada pemberi hidayah lagi baginya. Pendorong saya untuk menyusun paper ini adalah memenuhi tugas asuhan kebidanan neonatus tentang imunisasi dan banyak terjadinya pro dan kontra tentang imunisasi yang terjadi di masyarakat. Imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit infeksi berbahaya, maka mereka memiliki kesempatan beraktifitas, bermain, belajar tanpa terganggu masalah kesehatan. sampai saat ini masih terdapat masalah-masalah dalam pemberian imunisasi, antara lain pemahaman orang tua yang masih kurang pada sebagian masyarakat, mitos salah tentang imunisasi, sampai jadwal imunisasi yang terlambat.

BAB II PEMBAHASAN

PERMASALAHAN DALAM IMUNISASI

Untuk mengatasi masalah imunisasi diperlukan kerja sama lebih erat lagi antara masyarakat, orang tua, petugas kesehatan, pemerintah, LSM, maupun akademisi. Keberhasilan upaya imunisasi telah terbukti dapat menyelamatkan jiwa manusia dari penyakit infeksi berat seperti polio, difteri, pertusis, tetanus, campak, hepatitis, (dikatakan dr Badriul Hegar, Sp.A(K), Ketua Umum PP-IDAI ). Pada kesempatan sama, dr Toto Wisnu Hendrarto, Sp.A, Ketua Panitia Simposium, mengatakan, Data terakhir WHO, terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa per tahun akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, misalnya: batuk rejan 294.000 (20%), tetanus 198.000 (14%), campak 540.000 (38%). Di Indonesia sendiri, UNICEF mencatat sekitar 30.000-40.000 anak di Indonesia setiap tahun meninggal karena serangan campak, ini berarti setiap dua puluh menit seorang anak Indonesia meninggal karena campak." Dr Theresia Sandra Dyah Ratih, Kasubdit Imunisasi Ditjen P2ML Kemenkes RI mengemukakan, Saat ini pemberian imunisasi untuk masyarakat dilakukan di tempattempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik bersalin, puskesmas, posyandu, dan praktek dokter swasta. Setiap tahun dilayani imunisasi rutin kepada sekitar 4,5 juta (4.485.000) anak usia 0-1 tahun (diberikan vaksin BCG satu kali, polio empat kali,
6

DPT/HB tiga kali dan campak pada usia 9 bulan satu kali), imunisasi BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) campak dan Td (tetanus difteri) pada anak kelas satu, imunisasi Td (tetanus difteri) pada anak kelas dua dan tiga, dengan sasaran sekitar 12.521.944 anak sekolah (kelas satu sampai tiga), dan 4,9 juta (4.933.500) ibu hamil dari sekitar 74 juta (74.983.674) WUS (Wanita Usia Subur) untuk sasaran vaksin TT (Tetanus Toxoid). Hambatan program imunisasi antara lain karena geografis negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau, ada yang sangat sulit dijangkau, sehingga pelayanan imunisasi tidak dapat dilakukan setiap bulan, perlu upaya-upaya khusus di daerah dan pendekatan luar biasa pada kawasan strategis, perkotaan, pedesaan dan khususnya kawasan terisolir untuk mencapai sasaran, kemitraan dengan program kesehatan lainnya seperti pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), gizi, UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Khususnya hambatan yang berupa rumor dan isu-isu negatif tentang imunisasi, maka kepada para profesional inilah kami mohon bantuannya untuk memberikan informasi bahwa vaksin yang disediakan pemerintah aman, telah melalui tahapan-tahapan uji klinik dan izin edar dari BPOM. Vaksin yang dipakai program imunisasi juga sudah mendapat pengakuan dari Badan International WHO dan lolos PQ (praqualifikasi). Hal yang penting diperhatikan adalah keteraturan dalam pemberian imunisasi. Jadwal disesuaikan dengan kelompok umur yang paling banyak terjangkit penyakit tersebut. Hasil beberapa penelitian melaporkan bahwa kadar kekebalan (antibodi) yang terbentuk pada bayi lebih baik daripada anak yang lebih besar, maka sebagian besar vaksin diberikan pada umur enam bulan pertama kehidupan. Beberapa jenis vaksin memerlukan pemberian ulangan setelah umur satu tahun, untuk mempertahankan kadar antibodi dalam jangka waktu lama, ditekankan Prof Sri Rezeki. Reaksi samping imunisasi dapat disebabkan faktor penyimpanan yang kurang memperhatikan sistem rantai dingin (cold chain), cara menyuntiknya karena ada vaksin yang harus disuntikkan ke dalam otot tapi ada juga yang ke lemak. Reaksi samping setelah imunisasi dapat ditemukan reaksi umum (sistemik) seperti demam ringan setelah imunisasi DPT. Demam itu sendiri adalah suatu reaksi tubuh ketika membentuk kekebalan. Untuk mengurangi rasa demam dan tidak nyaman bisa diberikan obat penurun panas.
7

A. DEFINISI Imunisasi adalah upaya memberikan kekebalan aktif kepada seseorang dengan cara memberikan vaksin. dengan imunisasi, seseorang akan memiliki kekebalan terhadap penyakit. Seba knya, bila tidak, akan mudah terkena penyakit infeksi berbahaya. MACAM MACAM KEKEBALAN 1. Kekebalan aktif : Immunitas timbul karena anak membuat sendiri zat anti (penolak penyebab penyakit). a. b. Kekebalan aktif alamiah ; Kebal setelah sembuh dari sakit, misalnya ; cacar. Kekebalan aktif buatan ; Kebal setelah anak mendapat vaksin penyebab penyakit, misalnya ; vaksin BCG, vaksin POLIO, vaksin PERTUSIS. 2. Kekebalan pasif :Immunitas timbul dimana tubuh tidak membuat sendiri zat anti jadi kekebalan yang didapat. a. Kekebalan pasif alamiah ; Didapat sejak lahir dari ibunya dan akan menurun setelah kurang lebih 5 bulan, misalnya ; morbili. b. Kekebalan pasif buatan ; Setelah tubuh mendapat suntikan serum immunitas, misalnya ; TT, ATS. 3. Kekebalan Diturunkan Immunitas yang di bawa sejak lahir dimana mayoritas penduduk kebal terhadap penyakit tersebut. Vaksin adalah antigen yang dapat bersifat aktif maupun inaktif yang berasal dari mikroorganisme ataupun racun yang dilemahkan. Pemberian vaksin bisa melalui injeksi ,misalnya vaksin BCG, DPT, DT, TT, Campak, dan Hepatitis B. Sedangkan yang diberikan secara oral yaitu vaksin polio. Pemberian vaksin secara dini dan rutin pada bayi dan
8

balita diketahui mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Imunisasi merupakan upaya pencegahan terhadap penyakit tertentu pada diri memunculkan kekebalan tubuh secara alamiah. Cara itu sangat efektif, mudah, dan murah untuk menangkal berbagai penyakit menular. Jenis-jenis vaksin. 1. Kuman yang dimatikan, misalnya ; pertusis. 2. Kuman hidup yang dimatikan, misalnya ; vaksin BCG, Campak, dan vaksin Polio. 3. Vaksin dari racun / toksin / serum, misalnya ; vaksin TT & DT. 4. Vaksin dari protein kuman, misalnya ; vaksin Hepatitis. Pemberian imunisasi. 1. Prinsip immunisasi : a. Diberikan sebelum kekebalan dari ibu tidak aktif lagi. b. Kombinasi vaksin c. Meringankan biaya d. Hemat waktu e. Mengurangi penderitaan. 2. Perhatikan Persyaratan pemberian : Bayi / anak dalam kondisi sehat. Cara pemberian benar. Vaksin baik dan jenis sesuai. Dosis tepat. 3. Penyimpanan vaksin : o Hindarkan dari sinar matahari. o Perhatikan suhu dan kelembaban. B. TUJUAN IMUNISASI

Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakityang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah disentri,tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tubercoluse . Tujuan dari pemberian imunisasi adalah sebagai berikut : a. Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu. b. Apa bila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat dan kematian.

C. IMUNISASI YANG DIWAJIBKAN (PPI). 1. IMUNISASI BCG Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tubercle bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Seperti diketahui, Indonesia termasuk negara endemis TB (penyakit TB terus-menerus ada sepanjang tahun) dan merupakan salah satu negara dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin. Gejalanya antara lain: berat badan anak susah bertambah, sulit makan, mudah sakit, batuk berulang, demam dan berkeringat di malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara 8-12 minggu. Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu dilakukan tes rontgen untuk mengetahui adanya vlek, tes Mantoux untuk mendeteksi peningkatan kadar sel darah putih, dan tes darah untuk mengetahui ada-tidak gangguan laju endap darah. Bahkan, dokter pun perlu melakukan wawancara untuk mengetahui, apakah si kecil pernah atau tidak, berkontak dengan penderita TB.
10

Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan tak bisa diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dan sebagian ada yang tidur. Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain menghindari anak berkontak dengan penderita TB, juga meningkatkan daya tahan tubuhnya yang salah satunya melalui pemberian imunisasi BCG. Jumlah Pemberian : Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster) vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan. Usia Pemberian : Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tesMantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasi BCG Lokasi Penyuntikan : Lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang melakukan penyuntikan di paha. Efek Samping : Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau di selangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri. Tanda Keberhasilan : Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut. Jikapun bisul tak muncul, tak usah cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan yang salah, mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam kulit. Apalagi bila dilakukan di paha, proses menyuntikkannya lebih sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal.

11

Jadi, meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Imunisasi pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah. Indikasi Kontra: Tak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan Mantouxpositif. Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari infeksi M. tuberculosa 100%, tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, Berasal dari bakteri hidup yang dilemahkan ( Pasteur Paris 1173 P2), Ditemukan oleh Calmette dan Guerin Diberikan sebelum usia 2 bulan Disuntikkan intra kutan di daerah insertio m. deltoid dengan dosis 0,05 ml, sebelah kanan Imunisasi ulang tidak perlu, keberhasilan diragukan Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%. Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang. Penyimpanan pada suhu < 5C terhindar dari sinar matahari (indoor day-light). cara penyuntikan BCG Bersihkan lengan dengan kapas air Letakkan jarum hampir sejajar dengan lengan anak dengan ujung jarum yang berlubang menghadap keatas. Suntikan 0,05 ml intra kutan benjolan kulit yang pucat dengan pori- pori yang khas diameter 4-6 mm Reaksi sesudah imunisasi BCG 1. Reaksi normal lokal 2 minggu indurasi, eritema, kemudian menjadi pustula 3-4 minggu pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu pengobatan)

12

8-12 minggu ulkus menjadi scar diameter 3-7 mm. 2. Reaksi regional pada kelenjar Merupakan respon seluler pertahanan tubuh Kadang terjadi di kelj axila dan servikal (normal BCG-it is) Timbul 2-6 bulan sesudah imunisasi Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-) Akan mengecil 1-3 bulan kemudian tanpa pengobatan. Komplikasi 1. Abses di tempat suntikan Abses bersifat tenang (cold abses) tidak perlu terapi Oleh karena suntikan sub kutan Abses matang aspirasi 2. Limfadenitis supurativa Oleh karena suntikan sub kutan atau dosis tinggi, terjadi 2-6 bulan sesudah imunisasi. Terapi tuberkulostatik mempercepat pengecilan. Reaksi pada yang pernah tertular TBC: Koch Phenomenon reaksi lokal berjalan cepat (2-3 hari sesudah imunisasi) 4-6 minggu timbul scar. Imunisasi bayi > 2 bulan tes tuberkulin (Mantoux) Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan TBC

13

Menyuntikkan 0,1 ml PPD di daerah flexor lengan bawah secara intra kutan Pembacaan dilakukan setelah 48 72 jam penyuntikan Diukur besarnya diameter indurasi di tempat suntikan.

2.

IMUNISASI HEPATITIS B

Lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Apalagi Indonesia yang termasuk negara endemis tinggi penyakit hepatitis. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB), dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati yang berat). Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker hati. Banyak jalan masuknya VHB ke tubuh si kecil. Yang potensial melalui jalan lahir. Bisa sejak dalam kandungan sudah tertular dari ibu yang mengidap hepatitis B atau saat proses kelahiran. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi darah. Bisa juga melalui alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darah dari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi. Bahkan juga lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakan antaranggota keluarga. Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan oleh dokter sekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis. Tidak cuma itu. Anak juga terlihat sehat, nafsu makannya baik, berat tubuhnya pun naik dengan bagus pula. Penyakitnya baru ketahuan setelah dilakukan pemeriksaan darah. Gejala baru tampak begitu hati si penderita tak mampu lagi mempertahankan metabolisme tubuhnya.

14

Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggota keluarga dicurigai kena VHB, biasanya dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak. Pemeriksaan harus dilakukan kendati anak tak menunjukkan gejala sakit apa pun. Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya VHB. Jumlah Pemberian: Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Usia Pemberian: Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia antara 36 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi yang dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam. Lokasi Penyuntikan: Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero = otot-otot di bagian depan; lateral = otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin. Efek Samping: Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari. Tanda Keberhasilan: Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun; di atas 500, tahan 5 tahun; di atas 200, tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya nol berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi. Tingkat Kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup. Indikasi Kontra:
15

Tak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat, Vaksin berisi HBsAg murni Diberikan sedini mungkin setelah lahir Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml..Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8C Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan imunoglobulin hepatitis B 12 jam setelah lahir + imunisasi Hepatitis B. Dosis kedua 1 bulan, Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan) Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian Kadar pencegahan anti HBsAg > 10mg/ml Produksi vaksin Hepatitis B di Indonesia, mulai program imunisasi pada tahun 1997 Efek samping Demam ringan, Perasaan tidak enak pada pencernaan Rekasi nyeri pada tempat suntikan 3. IMUNISASI POLIO .Penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini, disebabkan virus poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya bisa lewat makanan/minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat percikan ludah/air liur penderita polio yang masuk ke mulut orang sehat. Virus polio berkembang biak dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus, lalu masuk ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum tulang belakang hingga bisa menyebabkan kelumpuhan otot tangan dan kaki. Bila mengenai otot pernapasan, penderita akan kesulitan bernapas dan bisa meninggal. Masa inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5 hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tak semua orang yang terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan
16

virus polio yang menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Nah, imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio. Usia Pemberian: Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DTP.

Cara Pemberian : Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV) o IPV berisi tipe 1, 2 dan 3 dibiakan pada sel-sel fero ginjal kera dan dibuat tidak aktif dengan formaldehid. o IPV harus disimpan pada suhu 2-8C dan tidak boleh dibekukan. o Pemberian dengan dosis 0,5 ml, SC 3x berturut-turut dengan jarak masingmasing dosis 2 bulan. Imunitas mukosa yang ditimbulkan IPV lebih rendah dibandingkan dengan yang ditimbulkan OPV. lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV) Vaksin ini digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2 tetes oral. Virus vaksin ini kemudian menempatkan diri di usus san memacu pembentukan antibodi baik dalam darah maupun pada epitelium usus, yang menghasilkan pertahanan lokal terhadap virus polio liar yang datang masuk kemudian Vaksin polio oral harus disimpan tertutup pada suhu 2-8C. OPV dapat disimpan beku pada temperatur 20C.

17

Efek Samping : Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang. Tingkat Kekebalan: Dapat mencekal hingga 90%. Kontra Indikasi : Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (di atas 380C); muntah atau diare; penyakit kanker atau keganasan; HIV/AIDS; sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum; serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu. 4. IMUNISASI DPT Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus, dan pertusis, menyingkir jauh dari tubuh si kecil. Kekebalan segera muncul seusai diimunisasi. Usia & Jumlah Pemberian: Sebanyak 5 kali; 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan, dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT. Efek Samping: Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas. Jika demamnya tinggi dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa si kecil ke dokter. Namun jika demam tak muncul, bukan berarti imunisasinya gagal, bisa saja karena kualitas vaksinnya kurang baik. Untuk anak yang memiliki riwayat kejang demam, imunisasi DTP tetap aman. Kejang demam tak membahayakan, karena si kecil mengalami kejang hanya ketika demam dan tak akan mengalami kejang lagi setelah demamnya hilang. Jikapun orangtua tetap khawatir, si kecil dapat diberikan vaksin DTP asesular yang tak menimbulkan demam. Kalaupun terjadi demam, umumnya sangat ringan, hanya sekadar sumeng. Kontra indikasi : Tak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu penyakit seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena

18

infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya boleh menerima vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang menyebabkan panas. Penyakit DTP yang berbahaya. 1. Difteri Penyakit yang disebabkan kuman Corynebacterium diphtheriae ini, gejalanya mirip radang tenggorokan, yaitu batuk, suara serak, dan tenggorokan sakit. Namun, difteri tak disertai panas sebagaimana yang terjadi pada radang tenggorokan. Gejala lain difteri adalah kesulitan bernapas (leher seperti tercekik dan napas berbunyi), sehingga wajah dan tubuh membiru, serta adanya lapisan putih pada lidah dan bibir. Bakteri penyebab difteri ditularkan saat batuk, bersin, atau kala berbicara. Masa inkubasinya 1-6 hari. Penderita harus mendapatkan perawatan di rumah sakit dalam waktu cukup lama, sekitar 2-3 minggu, dan baru boleh pulang setelah penyakitnya benar-benar hilang 100%. Soalnya, difteri bisa kambuh lagi kalau belum betul-betul sembuh. 2. Tetanus Disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani, penyakit ini berisiko menyebabkan kematian. Infeksi tetanus bisa terjadi karena luka, sekecil apa pun luka itu. Tetanus rawan menyerang bayi baru lahir, biasanya karena tindakan atau perawatan yang tidak steril. Gejala-gejala yang tampak antara lain kejang otot rahang, rasa sakit dan kaku di leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik untuk mematikan kuman, antikejang untuk merilekskan otot-otot, dan antitetanus untuk menetralisir toksinnya. 3. Pertusis Disebut juga kinghoest, batuk rejan, atau batuk 100 hari lantaran batuknya memang berlangsung lama, bisa sampai 3 bulan. Penyakit ini mudah sekali menular melalui udara yang mengandung bakteri Bordetella pertussis. Masa inkubasinya 6-20 hari. Gejala awalnya seperti flu biasa, yaitu demam ringan, batuk, dan pilek, yang berlangsung selama 1-2 minggu. Kemudian, gejala batuknya mulai nyata dan kuat, batuk panjang secara terus-menerus yang berbeda dengan batuk biasa. Tak jarang, karena kuatnya batuk ini, anak bisa sampai menungging-nungging, muntah-muntah,

19

mata merah, berair, dan napasnya susah. Setelah 2-4 minggu berlalu, batuk mulai berkurang dan kondisi anak mulai pulih. Penderita akan diberi obat antibiotik untuk mematikan kuman, dan obat untuk mengurangi/menghentikan batuknya. Istirahat yang cukup, banyak minum, dan konsumsi makanan bergizi akan membantu mempercepat kesembuhan : Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon, pipet. Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml) Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu Imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD kelas I, VI Penyimpanan pada suhu 2-8C Virus vaksin bertendensi mutasi di kultur jaringan maupun tubuh penerima vaksin Beberap virus diekskresi mengalami mutasi balik menjadi virus polio ganas yang neurovirulen Paralisis terjadi 1 per 4,4 juta penerima vaksin dan 1 per 15,5 juta kontak dengan penerima vaksin Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut, endapan putih didasarnya Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis pada bayi kecil. Dosis 0,5 ml secara intra muskular di bagian luar paha. Vaksin mengandung Aluminium fosfat, jika diberikan sub kutan menyebabkan iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat. Reaksi pasca imunisasi: Demam, nyeri pada tempat suntikan 1-2 hari diberikan anafilatik + antipiretik

20

Bila ada reaksi berlebihan pasca imunisasi demam > 40C, kejang, syok, imunisasi selanjutnya diganti dengan atau DPaT Kontraindikasi Kelainan neurologis n terlambat tumbuh kembang Ada riwayat kejang Penyakit degeneratif Pernah sebelumnya divaksinasi DPT menunjukkan: anafilaksis, ensefalopati, kejang, renjatan, hiperpireksia, tangisan/teriakan hebat. 5. IMUNISASI CAMPAK Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit campak sampai seumur hidup. Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi campak, minimal dua kali yakni semasa usia 6 59 bulan dan masa SD (6 12 tahun).. Dunia telah menyepakati secara global dengan mengajak semua negara di dunia untuk secara bertahap mengeliminasi kasus campak yang dilakukan dengan memberikan imunisasi kepada bayi dan imunisasi ulangan kepada setiap anak (balita dan anak sekolah) karena merupakan kelompok rawan terkena campak. Oleh karena itu, selain dihadiri oleh Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes, Dr. I Nyoman Kandun, MPH dan Ketua Komnas PP Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Meski telah berkali-kali diselenggarakan, pelaksanaan imunisasi campak secara nasional kerap menemui hambatan di lapangan. Diantaranya, letak geografis yang sulit dijangkau oleh petugas kesehatan. Selain itu, masih ada masyarakat yang menolak imunisasi karena takut ada efek samping (kejadian ikutan pasca imunisasi/KIPI). Hambatan lainnya adalah data sasaran yang kurang akurat, serta keterbatasan biaya operasional. Padahal vaksin demam ringan, pilek adalah reaksi yang paling umum ditemui setelah imunisasi. campak tergolong aman. Meskipun vaksin ini dapat menimbulkan reaksi pada sebagian kecil anak, namun jarang bersifat serius. Gejala klinis berupa ruam-ruam kulit ringan,
21

Penyakit campak sendiri dapat menyebar melalui percikan ludah (droplet infection) yang keluar ketika bersin atau batuk orang yang terinfeksi. Virus campak menyerang sistem kekebalan tubuh. Gejala klinis yang timbul berupa demam, pilek, batuk disertai ruam/bercak merah pada permukaan kulit, mata merah dan dapat disertai komplikasi seperti pneumonia, diare, radang telinga, serta radang otak yang dapat menyebabkan kematian. Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik membrane) yang dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades.

Pemberian vaksin campak : Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu. Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri. Disimpan pada suhu 2-8C, bisa sampai 20 derajat celsius Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8C Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian Efek samping: demam, diare, konjungtivitis, ruam setelah 7 12 hari pasca imunisasi. Kejadian encefalitis lebih jarang Kontraindikasi : infeksi akut dengan demam, defisiensi imunologik, tx imunosupresif, alergi protein telur,hipersensitifitas dng kanamisin dan eritromisin, wanita hamil. Anak yang telah diberi transfusi darah atau imunoglobulin ditangguhkan minimal 3 bulan.
22

Tuberkulin tes ditangguhkan minimal 2 bulan setelah imunisasi campak

D. JADWAL IMUNISASI.

23

E. IMUNISASI ANJURAN (NON PPI) 1. Vaksin Haemophilus Influenza type B


24

Vaksin Haemophilus Influenza type B Yaitu Polisakarida H. Influenza tipe b dikonjugasikan pada toksoid tetanus, trometamol, sukrosa dan NaCl Suspensi berkabut keputihan Kombinasi dengan DTaP/DTwP Lokasi penyuntikan umur <2 tahun di paha mid anterolateral dan usia > 2 tahun di deltoid. 2. Vaksin Mumps Morbili Rubela (MMR). Virus campak Schwarz hidup yang dilemahkan dalam embrio ayam, Virus gondong,Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid manusia. Penyuntikan dilakukan secara subcutan atau intramuscular. Direkomendasikan pada usia 12-18 bulan, Serokonversi pada >95% kasus. Kontraindikasi : imunodepresi, hamil, pasca imunoglobulin, transfusi darah (tunda 6-12 minggu). Tetap diberikan pada anak yang pernah campak, gondongan ataupun rubella. 3. Vaksin Demam Thypoid. Komposisi terdiri dari polisakarida kapsul VI Salmonella typhi, Fenol, Nacl, NaHPO3H. Diberikan secara intramuscular, pada usia > 2 tahun. Imunitas 2-3 minggu pasca vaksinasi.Imunogenitas rendah pada umur < 2 tahun Perlindungan 3 tahun. Tidak melindungi terhadap Salmonella paratyphi A dan B 4. Vaksin Hepatitis A Virus inaktif dalam formaldehid. Indikasi : anak usia > 2 tahun, endemis, sering transfusi (hemofilia), tinggal di panti asuhan. Indikasi kontra : demam, infeksi akut, hipersensitif terhadap komponen vaksin Diberikan secara intramuscular,Protektif pada 95-100%.

25

5. Vaksin Varisela Virus hidup dilemahkan, strain Oka. Diberikan secara subcutan. Kontra indikasi : demam, sakit akut.Jangan hamil dalam 2 bulan.Tidak efektif bila transfusi gamma globulin. Diberikan pada anak usia 1-13 tahun. Rekomendasi IDAI muali usia 5 tahun 6. Vaksin Influenza-1 Virus tidak aktif dalam prefilled syringe (PFS). Penyimpanan pada suhu 2-8C , jangan terkena sinar matahari maupun beku Tiap tahun starin dapat berbeda berdasarkan rekomendasi WHO : selatan dan utara Penyuntikan dilakukan secara intramuscular atau subcutan 6-35 bulan dosis 0,25 ml, >36 bulan dosis 0,5 ml, <8 tahun perlu booster 4 minggu kemudianVaksinasi diulang tiap tahun. Vaksin kombinasi (tetract-Hib dan InfantrixHib). Manfaat : mengurangi resiko invasive pneumococcal disease (IPD), radang paru (pneumonia), radang telinga tengah dan pengobatannya, pembawa kuman (nashoparyngeal carriage), Occult becteremia, dan mungkin efektif pada anak yang tak responsif dengan vaksin pneumokokkus polisakarida (PPV). PERBEDAAN IMUNISASI DAN VAKSIN Imunisasi dan vaksinasi adalah salah satu metode preventive medicine yang baru berkembang dalam 200 tahun terakhir ini, atau yang bisa kita sebut sebagai upaya pencegahan primer. Teknologi imunisasi dan vaksinasi dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjamin keamanan penggunaan, tapi apakah absolut aman, tentu saja tidak sesempurna itu.Sama halnya dengan menyadari tidak ada yang sempurna di dunia ini. Sehingga hal ini sering kali menimbulkan pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat. Mungkin imunisasi dan vaksinasi sering diartikan sama, meski ada sedikit perbedaannya. Imunisasi adalah transfer antibodi secara pasif, sedangkan vaksinasi

26

merupakan upaya pemberian antigen (vaksin) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem kekebalan tubuh kita. Vaksin dibuat sedemikian rupa sehingga tidak membuat sakit, namun mampu mengaktivasi sistem pertahanan tubuh. Dapat berbahaya menyiapkan kita katakan cukup vaksinasi untuk memberikan infeksi ringan yang tidak namun respons kekebalan,

sehingga diharapkan jika anak terserang oleh penyakit yang sesungguhnya di kemudian hari, maka tidak akan menjadi sakit karena tubuhnya dengan cepat mengenali penyakit dan membentuk antibodi untuk membunuh penyakit itu. Tentu saja kekebalan yang diperoleh ini dapat dibawa seumur hidupnya, meski ada beberapa kekebalan yang akan menurun setelah melewati jangka waktu tertentu, atau memerlukan pacuan (booster) untuk mencapai kekebalan yang diperhitungkan dapat melindungi hingga usia tua. Dan vaksinasi dianjurkan juga karena murah dan efektif, meski harus disadari bahwa tidak melindungi hingga 100%. Kita bisa berkata bahwa vaksinasi tidak berbahaya, dapat saja terjadi kejadian yang serius namun sangat jarang terjadi, dan jauh lebih jarang daripada komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut melalui jalur alami. Orang tua bisa dengan mudah khawatir dengan vaksinasi, semisalnya saja jika tidak mendapatkan penjelasan yang mencukupi bahwa vaksinasi akan memberikan efek infeksi ringan (menirukan kejadian sakit alami) yang tidak berbahaya, sehingga bila muncul reaksi sekecil apapun, orang tua akan merasa khawatir.

27

Kontroversi masalah imunisasi tidak hanya ada pada dampaknya, namun juga pada pelaksanaannya yang sudah terjadi sejak awal masa pelaksanaan vaksinasi. Dan mungkin aktivitas penentang vaksinasi ini agak menjengkelkan banyak pihak karena bergerilya di media maya untuk memicu isu-isu anti-vaksinasi dengan bukti-bukti ilmiah sensasional namun tidak pada tingkat EBM yang rendah (tidak tepercaya). Sehingga cenderung menimbulkan keresahan dibandingkan edukasi (pendidikan) kesehatan bagi masyarakat itu sendiri. Misalnya dengan melontarkan isu bahwa negara merampas hak mereka untuk tidak memilih imunisasi karena imunisasi diwajibkan oleh negara. Namun apa ini berarti mereka menuntut hak untuk dapat jatuh sakit parah, dan berhak menjadi sumber penularan penyakit ke orang lain? Di Indonesia sendiri ada UU no.4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular yang memberikan sanksi pada siapapun yang melalaikan atau menghalangi pelaksanaan penanggulangan wabah. Namun saya rasa ancaman hukum bukanlah sesuatu yang semestinya membuat kita bergerak untuk memilih langkah demi kesehatan anak-anak kita dan generasi penerus. Namun adanya kesadaran untuk arah yang lebih baik ini. Jika memang ada keraguan atau pertentangan, silakan dikonsultasikan pada dokter atau ahli kesehatan yang memiliki kompetensinya, jangan turut melempar isu yang justru menciptakan kekhawatiran, apalagi jika tujuannya hanya sekadar mencari sensasi. Jika Anda menemukan ada masalah pada pelaksanaan imunisasi/vaksinasi di sekitar anda, laporkan pada dinas kesehatan setempat. Sehingga bisa dilakukan pengkajian dan pembenahan ke arah yang lebih baik.

F. IMUNISASI MENURUT PANDANGAN PEMERINTAH


28

Penerapan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah memberikan otonomi luas kepada kabupaten/kota dan otonomi terbatas pada provinsi, sehingga pemerintah daerah akan semakin leluasa menentukan prioritas pembangunan sesuai kondisi daerah. Dalam hal ini, imunisasi merupakan upaya prioritas yang dapat dipilih oleh semua wilayah mengingat bahwa imunisasi merupakan upaya yang efektif dan diperlukan oleh semua daerah. Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Upaya ini merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling cost effective. Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalamrangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Propinsi Propinsi sebagai Daerah Otonom, kewenangan surveilans epidemiologi, termasuk penanggulangan KLB merupakan kewenangan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Selama beberapa tahun terakhir ini, kekhawatiran akan kembalinya beberapa penyakit menular dan timbulnya penyakitpenyakit menular baru kian meningkat. Penyakit-penyakit infeksi baru oleh WHO dinamakan sebagai Emerging Infectious Diseases adalah penyakit-penyakit infeksi yang betul-betul baru (new diseases)yaitu penyakit-penyakit yang tadinya tidak dikenal (memang belum ada, atau sudah ada tetapi penyebarannya sangat terbatas; atau sudah ada tetapi tidak menimbulkan gangguan kesehatan yang serius pada manusia). Penelitian tentang kegagalan imunisasi dan vaksin yang setengah-setengah Umumnya penelitian-penelitian ini adalah penelitian tahun lama yang kurang bisa dipercaya, mereka belum memahami benar teori imunologi yang terus berkembang. Kemudian tahun 2000-an muncul kembali yaitu peneliti Wakefield dan Montgomerry yang mengajukan laporan penelitian adanya hubungan vaksin MMR dengan autism pada anak. Ternyata penelitian ini tidak menggunakan paradigm epidemiologik, tetapi paradigma imunologi atau biomolekuler yang belum memberikan bukti shahih. Bukti juga masih sepotong-potong. Baik pengadilan London maupun redaksi majalah yang
29

memuat tulisan ini akhirnya menyesal dan menyatakan bukti yang diajukan lemah dan kabur. [Pedoman Imunisasi di Indonesia hal 366-367]

Setelah pengumuman gembira mereka pada tahun 1980 bahwa cacar akhirnya telah diberantas dari bumi, WHO melobi agar jumlah laboratorium yang memegang sampel virus bisa dikurangi. Pada tahun 1984, disepakati bahwa (virus) cacar hanya disimpan di dua laboratorium yang disetujui WHO, yaitu di Rusia dan Amerika.

G. IMUNISASI MENURUT PANDANGAN TOKOH AGAMA. Sebagai seorang muslim, semua jalan keluar telah diberikan oleh agama islam. Oleh karena itu kami berupaya kembali kepada Allah dan rasul-Nya. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), [An-Nisa-59] Imunisasi merupakan pemindahan atau transfer antibodi [bahasa awam: daya tahan tubuh] secara pasif. Antibodi diperoleh dari komponen plasma donor yang sudah sembuh dari penyakit tertentu. Vaksinasi merupakan pemberian vaksin [antigen dari virus/bakteri] yang dapat merangsang imunitas [antibodi] dari sistem imun di dalam tubuh. Islam mengajarkan kita agar tidak langsung menyebarluaskan setiap berita atau isu ke masyarakat secara umum. Hendaklah kita jangan mudah termakan berita yang kurang jelas atau isu murahan kemudian ikut-kutan menyebarkannya padahal ilmu kita terbatas mengenai hal tersebut. Hendaklah kita menyerahkan kepada kepada ahli dan tokoh yang berwenang untuk menindak lanjuti, meneliti, mengkaji, dan menelaah berita atau isu tersebut. Kemudian merekalah yang lebih mengetahui dan mempertimbangkan apakah berita ini perlu diekspos atau disembunyikan. Dalilnya adalah firman Allah Taala,

30

Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antaramu). [An-Nisa: 83] Syaikh Abdurrahman bin Nasir As-Sadiy rahimahullah menafsirkan ayat ini, . . . Ini adalah pengajaran dari Allah kepada Hamba-Nya bahwa perbuatan mereka [menyebarkan berita tidak jelas] tidak selayaknya dilakukan. Selayaknya jika datang kepada mereka suatu perkara yang penting, perkara kemaslahatan umum yang berkaitan dengan keamanan dan ketenangan kaum mukminin, atau berkaitan dengan ketakutan akan musibah pada mereka, agar mencari kepastian dan tidak terburu-buru menyebarkan berita tersebut. Bahkan mengembalikan perkara tersebut kepada Rasulullah dan [pemerintah] yang berwenang mengurusi perkara tersebut yaitu cendikiawan, ilmuwan, peneliti, penasehat, dan pembuat kebijaksanan. Merekalah yang mengetahui berbagai perkara dan mengetahui kemaslahatan dan kebalikannya. Jika mereka melihat bahwa dengan menyebarkannya ada kemaslahatan, kegembiraan, dan kebahagiaan bagi kaum mukminin serta menjaga dari musuh, maka mereka akan menyebarkannya Dan jika mereka melihat tidak ada kemaslahatan [menyebarkannya] atau ada kemaslahatan tetapi madharatnya lebih besar, maka mereka tidak menyebarkannya. [Taisir Karimir Rahman hal. 170, Daru Ibnu Hazm, Beirut, cetakan pertama, 1424 H]. Vaksin haram?
31

Ini yang cukup meresahkan karena sebagian besar masyarakat Indonesia adalah muslim. Namun mari kita kaji, kita ambil contoh vaksin polio atau vaksin meningitis yang produksinya menggunakan enzim tripsin dari serum babi. Belakangan ini menjadi buah bibir karena cukup meresahkan jamaah haji yang diwajibkan pemerintah Arab Saudi vaksin, karena mereka tidak ingin terkena atau ada yang membawa penyakit tersebut ke jamaah haji di Mekkah. Perubahan benda najis atau haram menjadi suci Kemudian ada istilah [ ]istihalah yaitu perubahan benda najis atau haram menjadi benda yang suci yang telah berubah sifat dan namanya. Contohnya adalah jika kulit bangkai yang najis dan haram disamak, maka bisa menjadi suci atau jika khamr menjadi cuka -misalnya dengan penyulingan- maka menjadi suci. Pada enzim babi vaksin tersebut telah berubah nama dan sifatnya atau bahkan hanya sebagai katalisator pemisah, maka yang menjadi patokan adalah sifat benda tersebut sekarang. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah menjelaskan masalah istihalah, Dan Allah Taala mengeluarkan benda yang suci dari benda yang najis dan mengeluarkan benda yang najis dari benda yang suci. Patokan bukan pada benda asalnya, tetapi pada sifatnya yang terkandung pada benda tersebut [saat itu]. Dan tidak boleh menetapkan hukum najis jika telah hilang sifat dan berganti namanya. [ Ilamul

muwaqqin an rabbil alamin 1/298, Darul Kutub Al-Ilmiyah, Beirut, Cetakan pertama,
1411 H, Asy-Syamilah] Percampuran benda najis atau haram dengan benda suci Kemudian juga ada istilah [ ]istihlak yaitu bercampurnya benda najis atau haram pada benda yang suci sehingga mengalahkan sifat najisnya , baik rasa, warna, dan baunya. Misalnya hanya beberapa tetes khamr pada air yang sangat banyak. Maka tidak membuat haram air tersebut.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


32

Air itu suci, tidak ada yang menajiskannya sesuatu pun. [Bulughul Maram, Bab miyah no.2, dari Abu Said Al-Khudriy] :

Jika air mencapai dua qullah tidak mengandung najis, di riwayat lain, tidak najis
[Bulughul Maram, Bab miyah no.5, dari Abdullah bin Umar] Maka enzim babi vaksin yang hanya sekedar katalisator yang sudah hilang melalui proses pencucian, pemurnian, dan penyulingan sudah minimal terkalahkan sifatnya. Jika kita memilih vaksin adalah haram Berdasarkan fatwa MUI bahwa vaksin haram tetapi boleh digunakan jika darurat. Bisa dilihat di berbagai sumber salah satunya cuplikan wawancara antara Hidayatullah dan KH. Maruf Amin selaku Ketua Komisi Fatwa MUI [halaman 23]. Inilah landasan yang digunakan MUI, jika kita kaji sesuai dengan syarat: 1. Saat itu belum ada pengganti vaksin lainnya Adapun yang berdalil bahwa bisa diganti dengan jamu, habbatussauda, atau madu [bukan berarti kami merendahkan pengobatan nabi dan tradisional], maka kita jawab bahwa itu adalah pengobatan yang bersifat umum dan tidak spesifik. Sebagaimana jika kita mengobati virus tertentu, maka secara teori bisa sembuh dengan meningkatkan daya tahan tubuh, akan tetapi bisa sangat lama dan banyak faktor, bisa saja dia mati sebelum daya tahan tubuh meningkat. Apalagi untuk jamaah haji, syarat satu-satunya adalah vaksin. 2. Enzim babi pada vaksin hanya sebagai katalisator, sekedar penggunaannya saja. Jika ada yang berdalil dengan,

33

Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya. Maka berobatlah, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram. [HR. Thabrani. Dinilai hasan oleh Syaikh Albani
dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 1633] Maka, pendapat terkuat bahwa pada pada asalnya tidak boleh berobat dengan bendabenda haram kecuali dalam kondisi darurat, dengan syarat: 1. Penyakit tersebut adalah penyakit yang harus diobati. 2. Benar-benar yakin bahwa obat ini sangat bermanfaat pada penyakit tersebut. 3. Tidak ada pengganti lainnya yang mubah. Berlandaskan pada kaidah fiqhiyah, .

Jika ada dua mudharat (bahaya) saling berhadapan maka diambil yang paling ringan.
Dan Maha Benar Allah yang memang menciptakan penyakit namun pasti ada obatnya. Kalau tidak ada obatnya sekarang, maka hanya karena manusia belum menemukannya. Terbukti baru-baru ini telah ditemukan vaksin meningitis yang halal, dan MUI mengakuinya. Bisa dilihat pernyataan berikut,

Majelis Ulama Indonesia menerbitkan sertifikat halal untuk vaksin meningitis produksi Novartis Vaccines and Diagnostics Srl dari Italia dan Zhejiang Tianyuan BioPharmaceutical asal China. Dengan terbitnya sertifikat halal, fatwa yang membolehkan penggunaan vaksin meningitis terpapar zat mengandung unsur babi karena belum ada vaksin yang halal menjadi tak berlaku lagi. Titik kritis keharaman vaksin ini terletak pada media pertumbuhannya yang kemungkinan bersentuhan dengan bahan yang berasal dari babi atau yang terkontaminasi dengan produk yang tercemar dengan najis babi, kata Ketua MUI KH
Maruf Amin di Jakarta.

34

Perlu diketahui juga bahwa di Saudi Arabia sendiri untuk pendaftaran haji melalui hamlah (travel) diwajibkan bagi setiap penduduk asli maupun pendatang untuk memenuhi syarat tathim (vaksinasi) karena banyaknya wabah yang tersebar saat haji nantinya. Syarat inilah yang harus dipenuhi sebelum calon haji dari Saudi mendapatkan tashrih atau izin berhaji yang keluar lima tahun sekali. Apakah mereka bisa memberikan solusi, bagaimana supaya jamaah haji Indonesia bisa naik haji, karena pemerintah Saudi mempersyaratkan harus vaksin meningitis jika ingin berhaji. Hendaklah kita berjiwa besar, jangan hanya bisa mengomentari dan mengkritik tetapi tidak bisa memberikan jalan keluar. Agama Islam adalah agama yang mudah dan tidak kaku, Allah tidak menghendaki kesulitan kepada hambanya. Allah Taala berfirman,

Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. [Al-Hajj:
78]. H. PRO-KONTRA IMUNISASI. Pendapat yang kontra :

Vaksin haram karena menggunakan media ginjal kera, babi, aborsi bayi, darah orang yang tertular penyakit infeksi yang notabene pengguna alkohol, obat bius, dan lain-lain. Ini semua haram dipakai secara syariat.

Efek samping yang membahayakan karena mengandung mercuri, thimerosal, aluminium, benzetonium klorida, dan zat-zat berbahaya lainnya yg akan memicu autisme, cacat otak, dan lain-lain.

Lebih banyak bahayanya daripada manfaatnya, banyak efek sampingnya. Kekebalan tubuh sebenarnya sudah ada pada setiap orang. Sekarang tinggal bagaimana menjaganya dan bergaya hidup sehat. Konspirasi dan akal-akalan negara barat untuk memperbodoh dan meracuni negara berkembang dan negara muslim dengan menghancurkan generasi muda mereka.
35

Bisnis besar di balik program imunisasi bagi mereka yang berkepentingan. Mengambil uang orang-orang muslim. Menyingkirkan metode pengobatan dan pencegahan dari negara-negara berkembang dan negara muslim seperti minum madu, minyak zaitun, kurma, dan habbatussauda.

Adanya ilmuwan yang menentang teori imunisasi dan vaksinasi. Adanya beberapa laporan bahwa anak mereka yang tidak di-imunisasi masih tetap sehat, dan justru lebih sehat dari anak yang di-imunisasi.

Pendapat yang pro :

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Karena telah banyak kasus ibu hamil membawa virus Toksoplasma, Rubella, Hepatitis B yang membahayakan ibu dan janin. Bahkan bisa menyebabkan bayi baru lahir langsung meninggal. Dan bisa dicegah dengan vaksin.

Vaksinasi penting dilakukan untuk mencegah penyakit infeksi berkembang menjadi wabah seperti kolera, difteri, dan polio. Apalagi saat ini berkembang virus flu burung yg telah mewabah. Hal ini menimbulkam keresahan bagi petugas kesahatan yang menangani. Jika tidak ada, mereka tidak akan mau dekat-dekat. Juga meresahkan masyarakat sekitar.

Walaupun kekebalan tubuh sudah ada, akan tetapi kita hidup di negara berkembang yang notabene standar kesehatan lingkungan masih rendah. Apalagi pola hidup di zaman modern. Belum lagi kita tidak bisa menjaga gaya hidup sehat. Maka untuk antisipasi terpapar penyakit infeksi, perlu dilakukan vaksinasi.

Efek samping yang membahayakan bisa kita minimalisasi dengan tanggap terhadap kondisi ketika hendak imunisasi dan lebih banyak cari tahu jenis-jenis merk vaksin serta jadwal yang benar sesuai kondisi setiap orang.

Jangan hanya percaya isu-isu tidak jelas dan tidak ilmiah. Contohnya vaksinasi MMR menyebabkan autis. Padahal hasil penelitian lain yang lebih tersistem dan dengan metodologi yang benar, kasus autis itu ternyata banyak penyebabnya. Penyebab autis itu multifaktor (banyak faktor yang berpengaruh) dan penyebab utamanya masih harus diteliti.

36

Jika ini memang konspirasi atau akal-akalan negara barat, mereka pun terjadi prokontra juga. Terutama vaksin MMR. Disana juga sempat ribut dan akhirnya diberi kebebasan memilih. Sampai sekarang negara barat juga tetap memberlakukan vaksin sesuai dengan kondisi lingkungan dan masyarakatnya.

Ada beberapa fatwa halal dan bolehnya imunisasi. Ada juga sanggahan bahwa vaksin halal karena hanya sekedar katalisator dan tidak menjadi bagian vaksinContohnya Fatwa MUI yang menyatakan halal. Dan jika memang benar haram, maka tetap diperbolehkan karena mengingat keadaan darurat, daripada penyakit infeksi mewabah di negara kita. Harus segera dicegah karena sudah banyak yang terjangkit polio, Hepatitis B, dan TBC..

Kewajiban taat terhadap pemerintah/waliyul amr Hal ini berkaitan dengan program wajib pemerintah berkaitan dengan imunisasi yang kita kenal dengan PPI [Program Pengembangan Imunisasi]- di mana ada lima vaksin yang menjadi imunisasi wajib. Sudah menjadi aqidah ahlus sunnah wal jamaah bahwa kita wajib mentaati pemerintah. Berikut kami sampaikan dalil-dalil yang ringkas saja. Allah Taala berfirman, Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. [An Nisa: 59] Kita wajib taat kepada pemerintah baik dalam hal yang sesuai dengan syariat maupun yang mubah, misalnya taat terhadap lampu lalu lintas dan aturan di jalan raya. Jika tidak, maka kita berdosa. Bahkan jika pemerintah melakukan sesuatu yang mendzalimi kita, kita harus bersabar. Kita tidak boleh melawan pemerintah dengan melakukan demonstrasi apalagi melakukan kudeta dan pemberontakan karena lebih besar bahayanya dan juga akan menumpahkan darah sesama kaum muslimin. Dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiallahu anhu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
37

. Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku (dalam ilmu) dan tidak pula melaksanakan sunnahku (dalam amal). Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia. Beliau bersabda, Dengarlah dan taat kepada pemimpinmu, walaupun mereka memukul punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan taat kepada mereka. [HR. Muslim no. 1847] Kita baru diperbolehkan untuk tidak taat jika melihat pemerintah berada pada kekufuran yang nyata, jelas, dan bukan kekufuran yang dicari-cari dan dibuat-buat. Mendengar dan taatlah kalian (kepada pemerintah kalian), kecuali bila kalian melihat kekafiran yang nyata dan kalian memiliki buktinya di hadapan Allah. [HR. Bukhari dan Muslim] Jika ada yang mengatakan bahwa pemerintah sekarang kafir atau bukan negara Islam sehingga tidak perlu taat, maka kami sarankan untuk banyak menelaah kitab-kitab aqidah para ulama. Karena bisa jadi tuduhan itu kembali kepada yang menuduh. Kemudian perlu kita bedakan antara pemerintah yang tidak bisa menjalankan hukum syariat dan masih menganggap baik hukum Islam. Dan di antara bukti negeri tersebut masih muslim adalah masih membebaskan dijalankan syariat-syariat yang bersifat jamai seperti adzan, shalat berjamaah dan shalat ied. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Dan barangsiapa yang memanggil seseorang dengan panggilan kafir atau musuh Allah padahal dia tidak kafir, maka tuduhan itu akan kembali kepada penuduh. [HR. Bukhari no. 3317, 5698, dan Muslim no. 214.]
38

Inilah yang agak mengusik hati kami, yaitu jika kita tidak mengikuti program imunisasi maka akan menyebabkan berdosa, karena pemerintah mengatakan wajib. Walaupun hal ini bisa dibantah bagi mereka yang kontra, karena bahannya yang haram dan bisa merusak tubuh. Sehingga dalam hal ini pemerintah tidak perlu ditaati. Karena kita dilarang merusak tubuh kita sendiri. Sesuai dengan kaidah dari hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Tidak ada kewajiban taat dalam rangka bermaksiat (kepada Allah). Ketaatan hanyalah dalam perkara yang maruf (bukan maksiat). [HR. Bukhari no. 7257] Namun, kami berusaha mencari-cari lagi apa yang dimaksud dengan wajib oleh pemerintah agar lebih menentramkan dan keluar dari perbedaan pendapat. 1. Memang ada UU no. 4 tahun 1894 tentang wabah penyakit menular dan secara tidak langsung imunisasi masuk di sini karena salah satu peran imunisasi adalah memberantas wabah. Bisa dilihat di: : http://medbook.or.id/news/other/170-uu-no4-tahun-1984 Ancaman bagi yang tidak mendukungnya, bisa dihukum penjara dan denda. Akan tetapi, pemerintah juga masih kurang konsisten dalam menerapkan hukuman ini. . 2. Belum ada peraturan pemerintah atau undang-undang khusus yang mengatur secara jelas, tegas, dan shorih tentang kewajiban imunisasi, hukuman, serta kejelasan penerapan hukuman. 3. Kalaupun mewajibkan lima imunisasi termasuk polio, maka bagaimana dengan daerah yang terpencil, daerah yang tidak mendapatkan pasokan imunisasi seperti beberapa daerah di Papua? Apakah mereka dipenjara semua? Atau didenda semua? Haruskah mereka mencari-cari ke daerah yang ada imunisasi dan vaksin? 4. Sampai sekarang, wallahu alam, kami belum pernah mendengar ada kasus orang yang dihukum penjara atau denda hanya karena anaknya belum atau tidak diimunisasi.
39

5. Cukup banyak mereka yang kontra imunisasi dan vaksin baik individu, LSM, atau organisai tertentu mengeluarkan pendapat menolak imunisasi padahal ini sangat `bertentangan dengan pemerintah. Bahkan mereka menghimbau bahkan memprovokasi agar tidak melakukan imunisasi. Tetapi, wallahu alam, kami tidak melihat tindak tegas pemerintah terhadap mereka.

H. MENURUT SAYA Menurut saya Imunisasi dan vaksin diperbolehkan, karena bahan yang terkandung dalam imunisasi bukan berasal dari bakteri yang di lemahkan dan dimatikan serta pemerintah mewajibkan 5 imunisasi dasar. Tetapi silahkan jika menolak melakukan imunisasi sesuai dengan keyakinan dan hal ini tidak berdosa secara syariat. Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit infeksi berbahaya, maka mereka memiliki kesempatan beraktifitas, bermain, belajar tanpa terganggu masalah kesehatan. Yang terpenting kita jangan berpecah-belah hanya karena permasalahan ini dan saling menyalahkan. Dibawah terdapat fatwa tentang bolehnya imunisasi dan vaksin serta menunjukkan bahwa semacam imunisasi sudah ada dalam syariat atau yang dikenal sekarang dengan imunisasi syariat. tindakan yang kurang bijak bagi mereka yang menolak imunisasi, menyebarkan keyakinan mereka secara luas di media-media, memprovokasi agar menolak keras imunisasi dan vaksin, bahkan menjelek-jelekkan pemerintah. Sehingga membuat keresahan dimasyarakat. Karena bertentangan dengan pemerintah yang membuat dan mendukung program imunisasi. Jika masih berkeyakinan bahwa vaksin itu omong kosong, haram dan tidak berguna, maka ketahuilah, vaksin inilah yang memberikan kekuatan psikologis kepada kita para tenaga kesehatan untuk bisa menolong dan mengobati masyarakat umum. Jika kita tenaga kesehatan tidak melakukan vaksinasi hepatitis B, seandainya mereka yang terkena hepatitis B dan perlu disuntik atau dioperasi, maka saya atau pun tenaga medis lainnya akan berpikir dua kali untuk melakukan operasi jika mereka belum divaksin hepatitis B. Maka hati kita akan gusar dalam menjalankan tugas. Kita tidak tahu jika ada pasien yang luka, berdarah, lalu kita bersihkan lukanya, kemudian ternyata diketahui
40

bahwa dia berpenyakit hepatitis B. Karena keyakinan sudah divaksinasi hepatitis B, maka hal itu membuat kita bisa menjalaninya. I . KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI). KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (arthritis kronik pasca vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari (infeksi virus campak

vaccine-strain pada pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi campak, dan polio paralitik
serta infeksi virus polio vaccine-strain pada resipien non imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio). KIPI yang paling serius terjadi pada anak adalah reaksi anafilaksis. Angka kejadian reaksi anafilaktoid diperkirakan 2 dalam 100.000 dosis DPT, tetapi yang benar-benar reaksi anafilaksis hanya 1-3 kasus diantara 1 juta dosis. Anak yang lebih besar dan orang dewasa lebih banyak mengalami sinkope, segera atau lambat. Episode hipotonik/hiporesponsif juga tidak jarang terjadi, secara umum dapat terja KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (arthritis kronik pasca vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari (infeksi virus campak vaccine-strain pada pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi campak, dan polio paralitik serta infeksi virus polio vaccine-strain pada resipien non imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio) Di 4-24 jam setelah imunisasi. KIPI membagi penyebab KIPI menjadi 5 kelompok faktor etiologi menurut klasifikasi lapangan WHO Western Pacific (1999), yaitu:

Dosis antigen (terlalu banyak) Lokasi dan cara menyuntik Sterilisasi semprit dan jarum suntik Jarum bekas pakai Tindakan aseptik dan antiseptik Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik Penyimpanan vaksin Pemakaian sisa vaksin Jenis dan jumlah pelarut vaksin
41

Tidak memperhatikan petunjuk produsen.

DAFTAR PUSTAKA.

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2005/bulan/05/tgl/31/time /115902/idnews/371768/idkanal/10] http://dranak.blogspot.com/2007/03/jadwal-imunisasi.html http://www.unicef.org/indonesia/id/media_3175.html http://infountukbunda.blogspot.com/ millis Nakita http://imunisasihalal.wordpress.com/2008/03/13/wawancara-dengan-mui-vaksinharam-tapi-boleh-karena-darurat/ http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/21/03395385/Tersedia.Vaksin.Meningit is.Halal http://www.metrotvnews.com/ekonomi/news/2011/07/28/59298/KelompokAntivaksin-tak-Hanya-Ada-di-Indonesia http://www.bbc.co.uk/history/british/empire_seapower/smallpox_01.shtml

42

Biografi penulis

Seorang penulis yang dilahirkan pada 23 maret 1992, dia Pernah menjalankan sekolah dari SD Negeri 1 sidodadi selama 6 tahun, melanjutkan di SMP Muhammadiyah 2 kalirejo dari tahun 2004 sampai tahun 2007 , meneruskan ke sebuah sekolah suwasta di lampung tengah yaitu SMA (MUHIKAL) Muhammadiyah 1kalirejo, alhamdulillah lulus dan bisa meneruskan pendidikan ke sekolah tinggi ilmu kesehatan Madani Yogyakarta yang saat ini semester 3 dan alhamdulillah telah menyelesaikan tugas asuhan kebidaanan neonatus ini. Penulis mempunyai nama Retiana Yulia Fitri.

43

KLIPING IMUNISASI

44

KOMPAS.com - Pada 18 Oktober mendatang, sebanyak 529.265 vaksin polio dan 461.488 vaksin campak akan diberikan kepada warga Jakarta. Pembagian vaksin awal ini akan dilakukan di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit, dan berlangsung selama satu bulan hingga 18 November 2011. "Ini program nasional untuk pencegahan terjadinya penyakit polio dan campak. Lebih baik mencegah daripada mengobati yang biayanya jauh lebih mahal," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Dien Emawati, di Balai Kota, Jakarta, Rabu, (12/10/2011). Selanjutnya, pembagian vaksin ini akan diteruskan melalui Pos PIN (Pekan Imunisasi Nasional) yang tersebar di berbagai Rukun Warga, terminal, stasiun, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), praktek dokter dan Rumah Sakit. "Pembagian vaksinnya sebenarnya gratis, tetapi kalau di Rumah Sakit atau praktek dokter biasanya ada penarikan biaya untuk jasa dokternya," jelas Dien. Sasaran pelayanan vaksinasi ini untuk anak berusia 0 hingga 49 bulan untuk polio dan untuk campak berkisar dari usia 9 bulan hingga lima tahun. Ia pun menjelaskan bahwa untuk anak yang demam setelah diimunisasi, akan diberikan gratis untuk tempat umum seperti RW, terminal dan stasiun.

SUKABUMI (Pos Kota) Pemkab Sukabumi melibatkan kalangan ulama dalam pencanangan imunisasi campak dan polio, Selasa (18/10). Kalangan ulama diminta mengawal langsung kegiatan yang rencananya akan digelar sebulan penuh ini. Bupati Sukabumi, imunisasi Sukmawijaya, mengatakan, pelaksanaan

campak dan polio ini melibatkan semua kalangan, terutama kaum ulama, dan tokoh masyarakat. Tentut saja dengan tujuan untuk menyukseskan program imunisasi. Dengan terlibatnya semua kalangan, khususnya kaum ulama akan
45

menyukseskan imunisasi ini. Kami khawatir ada warga tidak mau anaknya diimunisasi, kata Sukma kepada wartawan di sela-sela pemberian imunisasi polio di Aula Balai Budidaya Air Tawar (BBAT). Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Adrialty Syamsul menjelaskan, jumlah balita yang ditargekan mendapatkan imunisasi polio dan campak mencapai sebanyak 232.286 balita. Kita optimis semua balita akan diimunisasi dalam sebulan ini. Kita sudah menyiapkan posyandu mencapai 3.282 unit.

46

Anda mungkin juga menyukai