Review
Review
Faktor yang mempengaruhi perpindahan partikel Ukuran partikel, Pernapasan dan laju pengaliran udara, jenis aliran, kelembapan, suhu dan tekanan.
Review
Review
Ukuran partikel
Partikel 1-5m nembus & mengendap alveoli, < 1 m tidak mengendap dan keluar saat ekspirasi
2.
Muatan partikel
Partikel yang tidak bermuatan jarang mengendap di permukaan hidung & pharynx
3.
4. Bobot jenis gas pendorong Bobot jenis gas pendorong pengaruh pembawa gas terhadap partikel tersuspensi penetrasi pada saluran terjadi depo
Review
diikuti dengan perjalanan menuju saluran napas bagian atas kecuali kantong alveoli dan alveoli Pembersihan paru peniadaan partikel oleh mukosilia
Syarat: zat aktif dapat terserap dan terlarut serta terdifusi secara cepat melintasi selaput mukosa
Lanjutan...
Histamina
Nikotina
Amoniak
Diserap perlahan pada mukosa atas & diserap cepat pada bagian mukosa yang luka
Epinefrina
Bahan lain: - serbuk post-hipofisa (hipofisa posterior) - tetrakosaktida - bahan organik pada asap rokok - antigen difteri murni
Efedrina
- Luas permukaan penyerapan bagian dalam mulut dan pharynx 75 cm 2 - Partikel aerosol yang tertinggal dalam mulut dapat tertelansaluran cerna, atau lewat bukal setelah larut dalam saliva
Bentuk zat aktif tak terionkan,seperti: nitrogliserin,testoster on, desoksikortikosteron, isoproterenol, alkaloid
Air, larutan garam (saline) Larut lemak: barbital, tiopental, striknin, kurare
Suksinilkolin aerosol namun efeknya lebih lambat dibanding scr i.v Penisilina dengan penetesan pada trakeakadar dalam darah pada teraupetik 2x lebih lama dibanding I.M,tampak efek depo Larutan methoxamin 1-2 ml dengan kadar 20 mg/ml menghasilkan efek yang sama dibandingkan pemberian 1 mg i.v
Pemberian senyawa vasodilatordilatasi bronkusefek sistemik dapat dihindari Penjelasan: Memiliki 2 tipe reseptor adrenegik yaitu reseptor (pada pembuluh darah) dan reseptor (pada otot bronkus)yang dapat diaktifkan oleh parasimpatomimetik dan secara tidak langsung oleh pelepasan katekolamin bila terjadi hambatan saluran udara. Reseptor (contoh:fenilefrina, epinefrina, efedrina) dapat mengakibatkan vasokonstriksi bronkus dan dekongesti mukosa bronkus Reseptor (contoh:bronkodilator, epinefrina, efedrina )menyebabkan relaksasi otot polos saluran udara
Lebih disukai untuk pengobatan setempat pada alveolihati-hati terjadinya efek sistemik
Keuntungan: Permukaan alveoli yang luas dan dekat dengan jaringan yang penuh kapilerpenyerapannya cepat. Kerugian: Sulit menentukan koefisien permeabilitas zat aktifkarena luas total permukaan saluran napas tidak diketahui dengan pasti Jumlah total aliran alveoli dan koefisien permeabilitas zat aktif selalu berubah-ubah.
Gas bius dan gas pernapasan melintasi sawar alveoli dengan cepat Air dapat melintasi dinding alveoli dengan cepat dan dalam jumlah besar, sedangkan ion-ion dan molekul kecil diserap lebih lambat Larutan fisiologi NaCl diserap perlahan Membran alveoli agak permeabel terhadap senyawa yang terlarut Penyerapan amida, alkil amina (BM besar)> penyerapan senyawa BM rendah Laju,tipe penyerapan protein kurang diketahui, namun albumin, globulin diserap dengan baik Vaksin aerosol para-influensa tipe 2 lebih efektif dibandingkan pemberian sub-kutan Antibiotik aerosol dapat digunakan untuk tujuan sistemik dan setempat (penisilin), kanamisin sedikit diserap
peningkatan transfer interstitiel dengan peningkatan toksisitas dari partikel yang dihirup Toksisitas meningkat dengan bertambahnya waktu tinggal dalam alveoli dan kebolehjadian statistik perlintasan interstitiel
Kerusakan alveoli
Bagian ionik
Penyusun ionik
Gambar: Prinsip mekanisme pembersihan partikel mineral pada permukaan paru bagian dalam
Misalnya : aerosol tanpa air, isoprofenerol, atau kromoglikat akan dimetabolisme dan ditiadakan dengan cara yang sama.
Keuntungan
Kerugian
Segera mencapai efek maksimal tanpa adanya perubahan irama jantung/tekanan arteri
Aerosol murni
Aerosol monodispersi ukuran partikelnya mikrometer, memberikan aksi pada permukaan paru lebih dalam
Aerosol polidispersi
dipengaruhi oleh ukuran partikel ukuran partikel harus dapat melewati dinding alveoli perlu dilakukan studi ketersediaan hayati
Membandingkan berbagai formulasi yang berbeda untuk memilih formula mana yang lebih aktif secara setempat
Formula yang memiliki efek lebih lama, lebih spesifik, lebih cepat
Daerah depo dan perannya untuk menghasilkan efek terapetik yang sesuai dan terukur
Laju penyerapan, metabolisme, dan atau pembersihan untuk menghindari efek sekunder
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil penelitian : Percobaan pada hewan/manusia mengganggu fungsi pernafasan normal resiko perubahan data Metode pembuatan aerosol , meliputi waktu kontak, tekhnik deteksi partikel yang diekspirasi adalah faktor kritis yang sangat mempengaruhi Ukuran partikel harus homogen, teknik pengukuran harus jelas dan cepat Sifat fisiko-kimia zat aktif, meliputi kehigroskopisan. Jika generator aerosol dapat membuat partikel menjadi sangat halus, tapi akan sia-sia apabila terjadi peningkatan ukuran partikel selama perjalanan di saluran Pemahaman irama pernapasan manusia/hewan dan elemen-elemen yang terkait
Efek sediaan aerosol telah dipelajari pada berbagai jaringan dan organ terpisah dari saluran nafas. Penggunaan model apapun harus dibatasi untuk mengurangi toksisitas dan dilakukan pada senyawa yang aktivitasnya jelas dari sediaan aerosol
SUBYEK HEWAN
dengan manusia ada perbedaan anatomi walaupun ada persamaan kurva depo Apabila menggunakan manusia sebagai subyek percobaan, maka harus diuji dulu keadaan subyek percobaan tersebut, banyak masalah timbul pada penelitian yang berkaitan dengan aktivitas setempat/ sistemik zat aktif pada sediaan aerosol yang akan berpengaruh pada protokol
SUBYEK MANUSIA
pembersihan
respon farmakologi
TASK GROUP dan LUNG DYNAMICS. Partikel aerosol yang tertimbun merupakan fungsi
Laros dkk mengungkapkan dua metode untuk menyatakan perjalanan senyawa yang dihirup didasarkan atas anatomi dan fisiologi:
MAMILUM atau model paru makromigrasi yang menghinungkan saluran napas dengan saluran tubuh lainnya MIMILUM atau model paru mikromigrasi yang merupakan saluran penting bagi lewatnya zat aktif sampai ke dinding saluran dimana ia akan terimpan dan menuju reseptor
MAMILUM
pada berbagai daerah yang berbeda seperti halnya mekanisme pada daerha membrane (pelarutan, penghancuran partikel), demikian pula misalnya intervensi makrofag alveolar.
Model in vitro:
Model dengan serangkain labu berpalung, (partikel2 akan Model saluran cerna dari bahan plastic mengendap bertahap sesuai ukuran, bobot jenis, kelarutan) Trakea dan bronkus tiruan untuk menentukan efektivitas penembusan setelah melaluyi penyaring ultra Pompa pernafasan tiruan, melingkar dengan bahan penyerap unruk menaha partikel
Evaluasi ketersediaanhayati aerosol pada manusia mempunyai beberapa kesulitan yang berkaitan dengan:
Proses selanjutnya yang tidak kalah penting adalah pengujian efektifitas dari aerosol itu sendiri.
Penelitian in vivo pada hewan untuk mengetahui taksisitas dan side effect yang mungkin terjadi. (Percobaan dilakukan dengan gradien dan jenis pembawa yang berbeda-beda)
Note: Ketersediaan hayati absolut dari ZA harus dilakukan setelah pemberian IV, jika tidak dimungkinkan dapat secara oral atau lingual lalu evaluasi % obat dalam darah dan efek farmakologinya
Air suling
Alkohol
Propilenglikol
Hialuronidase
PG gliserin
novocain PG trietilenglikol
adalah bahan obat padatan atau serbuk yang diformulasikan dalam bentuk aerosol. Serbuk harus dijaga kelembabannya dengan penambahan bahan pengisi yang sekaligus sebagai bahan pengencer
Pembuatan aerosol tidak larut ada dua metode yaitu:
Serbuk berada dalm suatu gel, sehingga memungkinkan penderita menghirup partikel tanpa kesulitan
banyak dijumpai sebagai ZA anti radang, brokodilator, vaksin antibiotika, anastesi lokal, sediaan-sediaan kosmetik, dll.
Jenis gas pendorong(gas padat N2, gas cair CHCIF) Tegangan permukaan Ukuran partikel ZA (suspensi 2575 mikrometer)
Tetapan dielektrik gas pendorong Berat jenis sediaan yang disemprotkan Derajat hidratasi kristal ZA
Viskositas
Surfaktan
Dosis pada sediaan aerosol dapat ditentukan melalui berapa banyak larutan/suspensi/emulsi/serbuk yang dipancarkan saat penekanan katup pembagi. Pada sediaan yang mengandung bahan tambahan akan meningkatkan ukuran partikelnya secara bertahap dan mengubah deponya pada mukosa.
gas N2
gas pendorong dan dikarenakan busa yang dikeluarkan sangat halus, maka hal ini dapat membantu pembagian larutan ZA sehingga mudah mencapai alveoli. Tetapi pada efek lokal yang diinginkan adalah adanya pengendapan saat terjadi tumbukan dengan saluran pernafasan, dan pada tahap ini ZA akan diserap oleh mukosa bukal, bronkus, dll hingga memperlihatkan efek pada saluran nafas.
Konsentrasi ZA harus diperhatikan jika sangat kecil dapat mempengaruhi efektifitas sediaan.
Jika nitrogen digunakan sebagai gas pendorong dan zat aktif dilarutkan atau disuspensikan dalam klorofluoro hidrokarbon
(Semakin banyak jumlah gas ukuran partikel saat terjadi kontak dengan udara semakin kecil).
Bila zat aktif yang dikeluarkan oleh alat pembagi dosis berjumlah sedikit
Partikel besar
Partikel halus
Efektivitas pengobatan aerosol merupakan fungsi dari jumlah zat aktif yang tertahan dan jumlah tersebut yang berhubungan langsung dengan irama pernapasan subyek.
Konsentrasi zat aktif saat kontak > dari konsentrasi setelah pemberian lewat jalur pemberiaan lainnya
Pelarutan zat aktif dalam cairan pembawa harus setinggi mungkin Aktivitas teraupetik harus tampak pada dosis kecil
Pemberiaan aerosol memungkinkan dicapainya konsentrasi pada titik tangkap yang >
Untuk bronkodilator, dosis efektif dengan aerosol adalah 1/200 kali dibandingkan dengan dosis per-oral.
Jumlah larutan yang diberikan untuk seluruh permukaan saluran napas umumnya 1,5 x 108 l/cm2 .
Zat aktif dapat diberikan dalam bentuk aerosol, dapat dibedakan menurut tujuan pemakaiannya terhadap penyakit paru (Tabel I) atau untuk aksi sistemik (Tabel II).
Tabel I : Bahan aktif yang digunakan dalam sediaan aerosol pada pengobatan penyakit bronkopulmoner
1. Bahan anti infeksi a. Antibiotika - betalaktam - oligosakarida - tetrasiklina - khloramfenikol - makrolida Penisilina, penisilina G, ampisilina, metilsilina, oksasilina Sefalosporina, sefalotina, sefaloridina Gentamisina, kenamisina, framisetina, neomisina Oksitetrasiklina
- antibiotika lain
a. Sulfamida Sulfamida vaksin
2. Anti radang a. Pirasolon b. kortikoida 3. Bronkodilator a. Simpatomimetika b. Teofilina dan turunannya c. Anti kolinergik 4. Bahan pengecer a. Enzim b. Bahan pembasah c. Redaktor d. alkaloida 5. Sediaan lainnya a. Air hangat Tripsin, alfakimotripsin Alevire, elektrolit (NaCl, Cacl2, ammonium sulfat) n-asetilsisteina, asam askorbat bromheksina Isoprenalina, orsiprenalina, salbutamol, difenilorsiprenalina, terbutalina Piperasina asefilinat, teofilina, para-amino piperasina Atropin sulfat dan atropin metilnitrat Fenil butason Hidrokortison hemisuksinat, triamsinolon, hidrokortison asetat, beklometason
b. Antihistamina
Tabel II : Bahan aktif bereaksi sitemik yang digunakan dalam sediaan aerosol
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Barbiturat pusat
Estrogen, insulin
7.
8.
9.
Aktivitas zat aktif yaitu aksi setempat atau sistemik serta laju peniadaan zat aktif dari bagian saluran nafas yang berbeda agar dapat ditentukan kurva dosis dan respons. Efektivitas aerosol telah dibuktikan berhasil.
Efek yang merugikan dari asap dan debu dihindari dengan pembersihan paru-paru terapi semprot.
Semakin banyak obat baru yang dipasarkan dalam bentuk aerosol, sejumlah peningkatan dapat terjadi pada berbagai pengobatan aerosol. Efektivitas pengobatan tergantung pada bagian sakit yang mendapatkan terapi aerosol, dan dalam hal ini pasien harus berpartisipasi pada pengobatan yang tepat