Anda di halaman 1dari 3

Revisi tanggal 28 April 2011 Tugas V Nama NIM Jurusan : Ida Nur Azizah : 09406244042 : Pendidikan Sejarah

Membuat Cerpen mengenai Perencanaan Pembelajaran Sejarah Dengan materi Perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

Waktu sudah menunjukkan pukul 07.30, Namun sekolah kebanggaan kami, SMP HARAPAN BANGSA masih terlihat sepi. Hanya ada satu dua orang lalu lalang melewati sekolah ini. Memang sekolah ini bukan sekolah biasa yang harus masuk jam 07.00 dan pulang sore. Sekolah ini masuk jam 08.00 ketika pasar mulai sepi dan pulang jam 14.00. Para siswa harus bekerja membantu orang tua terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah dengan alasan ekonomi. Bahkan ada pula dari mereka yang harus bekerja sebagai pemulung dan pengangkat barang di pasar yang harus bergelut dini hari dengan karung dan sampah sebelum sekolah. Namun demikian, anak-anak itu masih mempunyai jiwa semangat untuk bersekolah dengan keadaan yang seadanya. Para guru pun memahami keadaan tersebut, Mereka ingin nasib anak-anak yang kurang beruntung bisa berubah menjadi lebih baik untuk masa depan mereka. Sekolah ini diprakarsai oleh bapak Soebagijo dengan dibantu rekan-rekannya serta lembaga keagamaan aliran Ahlusunnah Wal Jamaah untuk membantu rakyat miskin dan kurang mampu agar dapat terus melanjutkan sekolah. Mereka yakin bahwa setiap anak pasti mempunyai potensi apabila terus dikembangkan dan dipupuk. Siswanya hanya berkisar 126 siswa. Perkelas VII, VIII,dan IX hanya ada satu kelas. Kelas VII ada 47 siswa, kelas VIII berjumlah 40 siswa dan kelas IX ada 39 siswa. Tiap tahunnya selalu mengalami penurunan siswa disebabkan anak putus sekolah. Siswa kelas VII biasanya lebih banyak daripada kelas VIII dan IX. Hal ini biasanya

disebabkan oleh latar belakang ekonomi dan orang tua yang sudah tidak sanggup lagi membiayai sekolahnya. SMP HARAPAN BANGSA terletak didaerah pinggiran kota yang kurang diperhatikan pemerintah setempat. Sekolah ini dekat dengan pasar dan terletak dipinggir jalan, sehingga kegiatan belajar mengajar seringkali terganggu dengan kebisingan pasar dan lalu lintas yang melewati jalur itu. Oleh karena itu, para guru harus mampu menyiasatinya, salah satunya ialah guru sejarah sekolah ini yaitu saya, saya berusaha mengembangkan sekolah ini agar mampu mengikuti kemajuan zaman dengan fasilitas yang seadanya. Suatu hari, ketika saya mengajar kelas IX, siswa terlihat bosan dan jenuh. Sayapun bertanya, Apakah sudah jelas dan adakah yang mau bertanya?. Dengan kurang semangat mereka menjawab, tidak bu! . Oke, sekarang akan coba Ibu lakukan refleksi materi yang telah ibu jelaskan tadi, akan Ibu tunjuk siapa yang akan menjawabnya. Emmm........Joko Iya bu, Jokopun menjawab Coba sebutkan melalui saluran apa saja Islam berkembang di Jawa? Emmm........oleh orang-orang Gujarat bu. Sontak teman-teman tertawa, Saya hanya tersenyum mendengar jawaban dari salah satu murid di kelas. Kejadian ini membuktikan bahwa kurang ada perhatian dari siswa dalam pelajaran saya. Mungkin karena cara mengajar saya yang kurang menarik dan kurang sesuai dengan materi yang sedang dibahas saat itu. Materi pembahasannya ialah perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Saya mencari jalan keluar bagaimana cara mengajar yang disukai anak-anak dengan keadaan yang serba sederhana? Untuk itu, pertemuan berikutnya saya mencoba membuat gaya belajar dan metode belajar yang baru. 39 murid saya dibagi menjadi 9 kelompok dan metode yang akan digunakan yaitu metode sosiodrama. 9 kelompok tersebut diibaratkan menjadi 9 kerajaan Islam di Indonesia dan masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan memainkan peran masingmasing, seperti, raja yang berkuasa dalam kerajaan tersebut. Sedangkan bagaimana

keadaan kerajaan serta perkembangannya yang meliputi kemunculan, kejayaan dan kemunduran kerajaan disetting oleh permainan masing-masing kelompok. Saya memilih metode ini dengan alasan kebanyakan siswa yang terbiasa dengan bermain/ bekerja setelah sekolah. Mereka kurang terbiasa untuk belajar dan membaca buku/ literatur lainnya. Untuk itu, metode ini diharapkan mampu mampu mengendap dalam ingatan siswa, sehingga selain siswa mempunyai pengalaman ketika tampil memainkan peran, siswa juga belajar sejarah kerajaan Islam di Indonesia. Selain itu, saya juga mempertimbangkan alat dan perlengakapan yang akan digunakan. Yaitu alat peraga yang sederhana dan mudah dicari untuk digunakan dalam pembelajaran ini. Karena sekolah ini tidak seperti sekolah lain yang mempunyai sarana dan prasarana yang memadai. Sebagian besar siswanya berasal dari keluarga kurang mampu yang hidup dengan mengandalkan keberuntungan. Gedung sekolahannya pun ialah gedung pinjaman dari lembaga keagamaan yang bekerjasama dengan pihak sekolah. Dan dalam aplikasinya, siswa terlihat semangat memainkan peran masingmasing. Keadaan kelas menjadi hidup dan proses pembelajaran dapat berlangsung menjadi lebih baik. Para siswa hanya memakai perlengkapan yang mereka bawa sendiri seperti selendang, tongkat dari kayu untuk raja, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai