Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Dalam dunia pendidikan tentunya dibutuhkan suatu cara untuk memantau proses, kemajuan, mengukur sejauh mana siswa menguasai pelajaran yang telah diajarkan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan. Cara untuk mengukurnya dapat dilakukan dengan melakukan penilaian atau asesmen. Terdapat 2 (dua) jenis asesmen, yaitu asesmen objektif dan asesmen subjektif. Pada makalah ini akan dibahas tentang berbagai macam masalah yang berkaitan dengan asesmen subjektif. I.2 Rumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam masalah ini, diantaranya : 1) Apa yang dimaksud dengan asesmen? 2) Apa yang dimaksud dengan asesmen yang bersifat subjektif ? 3) Macam macam asesmen yang bersifat subjektif ? 4) Bagaimana cara pembuatan asesmen yang bersifat subjektif ? 5) Bagaimana cara pengoreksian jawaban soal yang bersifat subjektif ? 6) Apa kelebihan dan kekurangan asesmen yang bersifat subjektif ? I.3 Tujuan Tujuan penulisan makalah ini antara lain : 1) Untuk mengetahui pengertian asesmen. 2) Untuk mengetahui pengertian asesmen yang bersifat subjektif. 3) Untuk mengetahui macam macam asesmen yang bersifat subjektif. 4) Untuk mengetahui cara pembuatan asesmen yang bersifat subjektif. 5) Untuk mengetahui cara pengoreksian jawaban soal yang bersifat subjektif. 6) Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan asesmen yang bersifat subjektif.

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Asesmen Menurut pendapat para ahli penegertian asesmen adalah sebagai berikut : Robert M Smith (2002) Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran. James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif. Bomstein dan Kazdin (1985) 1. 2. 3. 4. Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi Memilih dan mendesain program treatmen Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus. Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi.

Lidz (2003) Proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak. Hasil Kajian dari Pengertian diatas adalah sebagai berikut : Tujuan asesmen adalah untuk melihat kondisi anak saat itu. Dalam rangka menyusun suatu program pembelajaran yang tepat sehingga dapat melakukan layanan pembelajaran secara tepat.

2.2. Pengertian Asesmen yang Bersifat Subjektif Tes subjektif, yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan,, dan sebagainya. Soal soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5 10 buah dalam waktu kira kira 90 s.d. 120 menit. Soal soal bentuk esai ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian pengertian yang telah dimiliki.

Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat ingat dan mengenal kembali, dan harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.1 Tes bentuk esai digunakan apabila : a. Tester (guru) ingin menggunakan berbagai cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bentuk tertulis. b. c. Untuk telah dicapai. Memiliki waktu yang cukup banyak untuk menyusun tes.

2.3. Macam macam Asesmen yang Bersifat Subjektif Bentuk uraian digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk objektif. Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan katakatanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan lainnya. Bentuk uraian sering juga disebut bentuk subjektif karena dalam pelaksanaannya sering dipengaruhi oleh faktor subjektivitas guru. Dilihat dari luas sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respon items) dan uraian bebas (extended respons items).

Suharsimi Arikunto, Dasar dasar Evaluasi pendidikan, Edisi Revisi, Jakarta: Bumi Aksara, 2009 hlmn. 162

1.

Uraian Terbatas Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya. Contoh: a. Jelaskan bagaimana prosedur operasional sebuah pesawat komputer. b. Sebutkan lima komponen dalam sistem komputer!

2.

Uraian Bebas Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru tetap harus mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti. Contoh: a. Bagaimana perkembangan komputer di Indonesia, jelaskan dengan singkat! b. Bagaimana peranan komputer dalam pendidikan? Depdikbud menyebut kedua uraian tersebut dengan istilah lain, yaitu Bentuk

Uraian Objektif (BUO) dan Bentuk Uraian Non Objektif (BUNO). Kedua bentuk ini sebenarnya merupakan bagian dari bentuk uraian terbatas, karena pengelompokan tersebut hanya didasar pada pendekatan/cara pemberian skor. Perbedaan BUO dan BUNO terletak pada kepastian pemberian skor. Pada soal BUO, kunci jawaban dan pedoman penskorannya lebih pasti. Kunci jawaban disusun menjadi beberapa bagian dan setiap bagian diberi skor, sedangkan pada soal BUNO, pedoman penskoran dinyatakan dalam rentangan (0-4 atau 0-10), sehingga pemberian skor dapat dipengaruhi oleh unsur subjektif. Untuk mengurangi unsur subjektivitas ini, guru dapat melakukannya dengan cara membuat pedoman penskoran secara terperinci dan jelas, sehingga pemberian skor dapat relatif sama.

Untuk mengoreksi soal bentuk uraian dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu metode per nomor (whole method), metode per lembar (separated method), dan metode bersilang (cross method). a. Metode Per Nomor Disini guru mengkoreksi hasil jawaban peserta didik untuk setiap nomor. Misalnya, guru mengoreksi nomor satu untuk seluruh peserta didik, kemudian nomor dua untuk seluruh peserta didik, dan seterusnya. Kelebihan dari metode ini adalah pemberian skor yang berbeda atas dua jawaban peserta didik yang lain, sedangkan kelemahannya adalah pelaksanaannya terlalu berat dan memakan waktu banyak. b. Metode Per Lembar Guru mengkoreksi setiap lembar jawaban peserta didik mulai dari nomor satu sampai nomor terakhir. Kelebihannya adalah relatif lebih mudah dan tidak memakan banyak waktu, sedangkan kelemahannya adalah guru sering memberi skor yang berbeda atas dua jawaban yang sama kualitasnya, atau sebaliknya. c. Metode Bersilang Guru mengkoreksi jawaban peserta didik dengan jalan menukarkan hasil koreksi dari seorang korektor kepada korektor yang lain. Dengan kata lain, jika telah selesai dikoreksi oleh seorang korektor, lalu dikoreksi kembali oleh korektor yang lain. Kelebihannya adalah faktor subjektif dapat dikurangi, sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan waktu dan tenaga lebih banyak. Selain metode-metode tersebut, ada juga metode lain untuk mengoreksi jawaban soal bentuk uraian, yaitu analytical method, sorting method, point method dan rating method. a. Analytical method, yaitu suatu cara untuk mengoreksi jawaban peserta didik dan guru sudah menyiapkan sebuah model jawaban, kemudian dianalisis menjadi beberapa langkah atau unsure yang terpisah, dan pada setiap langkah disediakan skor-skor tertentu. Setelah salah satu model jawaban tersusun, maka jawaban masing-masing peserta didik

dibandingkan dengan model jawaban tersebut, kemudian diberi skor sesuai dengan tingkat kebenarannya. b. Sorting method, yaitu metode memilih yang dipergunakan untuk memberi skor terhadap jawaban-jawaban yang tidak dibagi-bagi menjadi unsurunsur. Jawaban-jawaban peserta didik harus dibaca secara keseluruhan. c. Point method, yaitu setiap jawaban dibandingkan dengan jawaban ideal yang telah ditetapkan dalam kunci jawaban dan skor yang diberikan untuk setiap jawaban akan bergantung pada derajat kepadanannya dengan kunci jawaban. Metode ini sangat cocok digunakan untuk bentuk uraian terbatas, karena setiap jawaban sudah dibatasi dengan kriteria tertentu. Rating method, yaitu setiap jawaban peserta didik ditetapkan dalam salah satu kelompok yang sudah dipilah-pilah berdasarkan kualitasnya selagi jawaban tersebut dibaca. Kelompok-kelompok tersebut menggambarkan kualitas dan menentukan berapa skor yang akan diberikan pada setiap jawaban. Metode ini sangat cocok digunakan untuk bentuk uraian bebas.

2.4. Cara Pembuatan Asesmen yang Bersifat Subjektif 2.4.1. Mempersiapkan Tes Subjektif (Esai)2 Untuk menyusun soal soal esai sebagai indikator indikator dari pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajari, beberapa ketentuan perlu diperhatikan antara lain : 1. Pahami bahwa siswa tidak dapat menjawab soal terlalu banyak atau terlalu panjang sehingga waktu tidak cukup. Jumlah soal pada esai bergantung pada kompleksitas dan panjangnya jawaban yang dikehendaki, tingkat kemampuan siswa, dan waktu yang tersedia untuk mengerjakan tes tersebut. Soal soal esai yang baik menuntut siswa menganalisis soal itu dengan teliti, menentukan apa yang dituntut dan apa yang tidak dituntut (oleh soal) dalam jawaban, memikirkan tentang cara mengorganisasi jawaban yang paling cocok, kemudian menuliskan jawaban
2

Ngalim Purwanto, Prinsip prinsip dan TEknik Evaluasi Pengajaran, Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2004, hlmn. 59

tersebut. Proses ini memakan waktu , makin kompleks suatu pertanyaan atau soal, makin membutuhkan waktu yang lebih lama. 2. Jika beberapa soal esai akan diberikan, usahakan agar ada rentangan kesukaran dan kompleksitasnya. Kebanyakan tes yang dibuat guru bertujuan untuk membedakan tingkat penguasaan dan pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan. Jika semua soal itu sukar dan kompleks, siswa yang mempunyai kemampuan yang kurang tidak akan dapat menjawab soal tersebut. Jika semua soal mudah dan sederhana, kita akan memperoleh pengukuran yang tidak memadai akan kemampuan siswa yang pandai. Dengan memberikan variasi kesulitan dan kompleksitas soal, guru dapat memperoleh informasi tentang siswa yang pandai maupun kurang pandai. 3. Tes yang diberikan terdiri dari soal soal yang sama. Jika suatu tes esai digunakan untuk menilai pencapaian tujuan tujuan suatu progam umum dari pengajaran, tiap siswa dituntut untuk menjawab pertanyaan pertanyaan yang sama. Memberikan suatu pilihan soal atau pertanyaan akan mengurangi dasar umum (common basis),atas kemampuan individu yang berbeda-beda. 4. Tulislah seperangkat petunjuk umum bagi tes tersebut. Pada kebanyakan tes esai yang diberikan di kelas, petunjuk pengerjaan soal hanya dengan kata kata Jawablah pertanyaan pertanyaan berikut!. Pernyataan tersebut tidaklah memadai sebagai petunjuk siswa dalam mengerjakan soal. Petunjuk yang baik hendaknya mencakup hal hal berikut : a. Rencana umum yang harus digunakan siswa dalam mengerjakan tes itu. b. Bagaimana bentuk jawaban jawaban itu harus ditulis (secara garis besar) c. Kriteria umum yang akan digunakan dalam menilai jawaban jawaban tersebut, dan d. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes tersenut. 5. Specify the point for each question on the test (spesifikasi point untuk setiap pertanyaan pada tes) Jika lebih dari satu soal esai digunakan pada suatu tes, atau jika soal esai dikombinasikan dengan soal objektif, guru harus menjelaskan kepada siswa

titik berat (point value) soal soal itu, dengan begitu siswa dapat memperkirakan kompleksitas relative dari soal soal itu sehingga memungkinkan siswa untuk mengalokasikan waktunya secara lebih bijaksana. 2.4.2. Cara Menyusun Soal soal Essay Kutipan yang diambil dari buku Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajran yang ditulis oleh Drs. M. Ngalim Purwanto, MP, untuk menyusun soalsoal essay perlu diperhatikan saran-saran berikut ini : 1. Sebelum memulai menulis soal yang dimaksud, hendaknya jelas dalam pikiran kita proses mental manakah yang kita harapkan dari murid untuk menjawab soal tersebut. 2. Gunakanlah bahan-bahan atau himpunan bahan-bahan dalam menyusun soalsoal essay tersebut. 3. Mulailah pertanyaan atau soal itu dengan kata-kata seperti : Bandingkan, berilah alasan, Berilah contoh-contoh yang sesuai, Terangkan bagaimana, Jelaskan/ramalkan apa yang akan terjadi jika., dan Jelaskan bagaimana pendapat anda.. 4. Tulislah pertanyaan atau soal essay itu sedemikian rupa sehingga tugas apa yang harus dilakukan siswa jelas dan tidak mempunyai arti ganda bagi setiap murid. 5. Soal essay berhubungan dengan hal-hal yang merupakan controversial issue dalam masyarakat. 6. Usahakan agar soal essay yang kita susun itu benar-benar dapat menimbulkan perilaku yang kita kehendaki untuk dilakukan oleh siswa. 7. Sesuaikan panjang-pendeknya dan kompleksitas jawaban dengan tingkat kematangan siswa.

2.5 Metode Pengoreksian Jawaban Soal yang Bersifat Subjektif Menurut Gronlund, N.E (1982), aturan mengkonstruksi pertanyaan dalam tes essay sehingga menghasilkan soal essay dengan kualitas yang tinggi adalah sebagai berikut :

1. Gunakan pertanyaan essay sebagai alat ukur hasil belajar yang kompleks. Sebagian besar pemerolehan hasil belajar diukur dengan menggunakan pertanyaan essay. Hasil-hasil tersebut biasanya dapat diukur secara efektif dengan item objektif, yang masalahnya disampling dan diskor melalui pertanyaan essay. Hal itu mungkin terdapat pengecualian, seperti ketika menyediakan jawaban sebagai hasil belajar, namun untuk mengukur prestasi belajar pertanyaan essay hendaknya dapat diukur kehandalannya (reliable) tanpa adanya compensating benefits. Pada tingkat pemahaman, aplikasi, dan analisis dalam pembelajaran, tes objektif maupun tes essay masih tetap digunakan. Meskipun tes objektif memiliki prioritas, tes essay juga memiliki prioritas dimana menuntut siswa untuk memberikan alasan, menjelaskan hubungan, mendeskripsikan data, merumuskan kesimpulan, atau memberikan langkah-langkah jawaban yang tepat. Dimana memberikan jawaban merupakan hal yang sangat penting, oleh karena itu pertanyaan restricted-response dikonstruksi dengan benar sehingga menghasilkan pertanyaan yang tepat. Pada tingkat sintesis dan evaluasi dalam pembelajaran, tes objektif maupun tes restricted-response memiliki nilai batas. Tes-tes ini dapat digunakan untuk mengukur beberapa aspek tertentu dari proses total dalam pembelajaran, namun menghasilkan karya yang lengkap (seperti rencana dalam operasi) atau evaluasi keseluruhan suatu karya (misalnya, evaluasi dari sebuah novel maupun dari suatu eksperimen) memerlukan penggunaan pertanyaan extended-response.

2. Hubungkan pertanyaan-pertanyaan langsung yang berhubungan dengan hasil belajar yang diukur. Pertanyaan essay tidak dapat mengukur hasil belajar secara kompleks kecuali jika pertanyaan essay telah dikonstruksi secara hati-hati untuk hal itu. Setiap pertanyaan sebaiknya dirancang secara spesifik untuk mengukur satu atau lebih hasil yang didefinisikan dengan baik (well-difined). Dengan demikian, tempat untuk memulai, sama halnya seperti pada item objektif, yaitu dengan deskripsi yang tepat performance yang diukur. Hal ini sangat berguna untuk

membantu menentukan isi maupun bentuk dari item dan membantu dalam pembentukan suku kata (phrasing) dalam pertanyaan itu. Item restricted-response dihubungkan dengan hasil belajar yang spesifik karena hal tersebut terstruktur dengan baik. Tanggapan dari beberapa siswa juga sangat diperlukan guna memungkinkan pengambilan suku kata (phrase) dalam pertanyaan sehingga maksudnya dapat dipahami dengan jelas oleh siswa. Item extended-response, memerlukan kebebasan yang lebih besar dari respon dan biasanya melibatkan sejumlah hasil pembelajaran. Hal ini membuat lebih sulit untuk menghubungkan pertanyaan dengan hasil yang diharapkan dan menyatakan inti dari jawaban yang diinginkan melalui ungkapan pertanyaan. Jika tugas yang sulit diberikan dalam pertanyaan, maka kebebasan siswa untuk memilih, mengatur, dan menjawab pertanyaan cenderung tidak dihiraukan oleh mereka. Salah satu alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menunjukkan kepada siswa kriteria yang akan digunakan dalam mengevaluasi jawabannya. Sebagai contoh, pernyataan seperti: jawaban Anda akan dievaluasi dalam hal kelengkapan jawabannya, relevansi dari argumennya, kesesuaian dengan contoh, dan keterampilan yang digunakan. Hal ini menjelaskan tugas yang diberikan kepada siswa tanpa membatasi kebebasan mereka, dan membuat item lebih mudah berhubungan dengan hasil belajar yang didefinisikan secara jelas.

3. Rumuskan pertanyaan yang menyajikan tugas yang jelas untuk dilakukan.

Ungkapan sebuah pertanyaan essay sehingga diperoleh respon yang diinginkan bukanlah hal yang mudah. Memilih kalimat yang tepat dan hati-hati dan mengulang pertanyaan dengan respon yang diinginkan dalam pikiran akan membantu memperjelas tugas siswa. Karena pertanyaan essay ini digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks, maka sebaiknya menghindari pertanyaan yang diawali dengan kata-kata seperti: siapa, apa, kapan, dimana, nama, dan daftar. Istilah-istilah ini cenderung untuk membatasi respon pada hasil pengetahuan. Pertanyaan essay yang digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks ditandai dengan penggunaan kata-kata seperti: mengapa,

10

gambarkan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, bedakan, tafsirkan, analisa, kritik, dan evaluasi. Istilah-istilah khusus yang digunakan tentu saja sebagian besar ditentukan oleh perilaku spesifik yang dijelaskan dalam hasil belajar yang diukur. Tidak ada cara yang lebih baik untuk memeriksa ungkapan sebuah pertanyaan essay daripada membuat model jawaban, atau setidaknya merumuskan jawaban dari suatu pertanyaan. Hal ini akan membantu pembuat tes untuk mendeteksi ambiguitas dalam pertanyaan, membantu dalam memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh siswa untuk mengembangkan jawaban yang memuaskan, dan memberikan garis-garis besar pada proses mental yang diperlukan. Prosedur ini dapat dikerjakan dengan mudah dalam item restricted-response, jawaban yang lebih terbatas dan lebih mudah dipahami. Dengan bentuk extended-response memungkinkan memerlukan satu atau lebih rekan untuk membaca bentuk dan ruang lingkup jawaban dari pertanyaan yang diberikan.

4. Hindari penggunaan pertanyaan pilihan kecuali pertanyaan hasil belajar yang memerlukan itu. Dalam tes prestasi belajar, yang terbaik adalah semua siswa manjawab pertanyaan yang sama. Jika mereka dibolehkan untuk menjawab hanya sebagian dari pertanyaan-pertanyaan itu, hingga tiga perlimanya, maka jawaban mereka tidak dapat dievaluasi secara komparatif. Demikian juga, karena siswa akan cenderung memilih pertanyaan-pertanyaan mereka yang paling siap untuk dijawab, tanggapan mereka atas pertanyaan yang diberikan menunjukkan sampel dari prestasi mereka bahwa kurang representatif terhadap pertanyaan opsional yang diperoleh. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu keterbatasan dari tes essay adalah menyediakan sampling yang terbatas dan tidak representasional. Memberikan siswa pertanyaan pilihan hanya mempersulit masalah sampling lebih lanjut dan menghasilkan penyimpangan (distortion) yang lebih besar dalam hasil tes. Dalam beberapa situasi penggunaan pertanyaan opsional mungkin masih dapat dipertahankan. Sebagai contoh, jika pertanyaan essay digunakan untuk mengukur keterampilan menulis saja, maka beberapa pilihan topik untuk ditulis

11

mungkin diperlukan sekali. Hal ini juga terjadi jika pertanyaan essay digunakan untuk mengukur beberapa aspek dari kreativitas, atau jika siswa telah mempunyai kepentingan individual melalui studi independen. Kemampuan untuk mengatur, mengintegrasikan, dan mengekpresikan ide-ide ditentukan dengan melibatkan kompleksitas isi.

5. Sediakan waktu yang cukup untuk menjawab dan memberikan batas waktu pada setiap pertanyaan. Karena pertanyaan essay paling sering dirancang untuk mengukur keterampilan dan kemampuan intelektual, maka diperlukan waktu untuk berpikir maupun menulis. Dengan demikian batas waktu yang cukup tentu diperlukan. Sebagai contoh, daripada mengharapkan beberapa orang siswa untuk menjawab pertanyaan essay selama satu periode kelas, lebih baik siswa difokuskan pada satu atau dua pertanyaan saja. Hal itu nampaknya menyebabkan kecenderungan bagi guru untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan begitu banyak dalam tes essay tunggal bahwa skor tertinggi adalah mengukur dari kecepatan menulis yang menunjukkan prestasi siswa. Ini mungkin merupakan suatu usaha untuk mengatasi masalah pengambilan sampel secara terbatas, namun hal ini cenderung menjadi solusi yang tidak diinginkan. Dalam mengukur prestasi belajar yang kompleks, tampaknya lebih baik untuk menggunakan pertanyaan yang lebih sedikit dan meningkatkan sampel dengan pengujian yang lebih sering. Menginformasikan kepada siswa mengenai banyaknya waktu yang diperlukan untuk menjawab setiap pertanyaan akan membantu mereka dalam menggunakan waktu yang diberikan secara lebih efisien, secara ideal, dan juga akan memberikan sampel yang lebih memadai terhadap prestasi mereka. Jika panjang jawabannya tidak didefinisikan dengan jelas dari pertanyaan yang diberikan, seperti pada pertanyaan extended-response, mungkin diperlukan juga informasi mengenai batas halamannya.

Sementara menurut Sukardi, H.M (2009), untuk meningkatkan mutu pertanyaan essay sebagai alat pengukur hasil belajar yang kompleks, memerlukan dua hal penting yang perlu diperhatikan oleh para evaluator. Kedua hal tersebut

12

yaitu (1) bagaimana mengkonstruksi pertanyaan essay yang mengukur perilaku yang direncencanakan, dan (2) bagaimana menskor jawaban yang diperoleh dari siswa. Untuk mengkonstruksi pertanyaan essay dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti berikut: 1. Para guru hendaknya memfokuskan pertanyaan essay pada materi

pembelajaran yang tidak dapat diungkap dengan bentuk tes lain misalnya tes objektif. Ada beberapa faktor penting dalam kegiatan pembelajaran yang hanya bisa diungkap oleh tes essay, antara lain: pembelajaran yang kompleks, organisasi materi, integrasi penyusunan jawaban, dan ekspresi penuangan ide dari pemikiran siswa ke dalam bentuk jawaban soal. Hal ini menjadikan tes essay tetap menjadi pilihan para guru atau para evaluator.

2. Para guru hendaknya memformulasikan item pertanyaan yang mengungkap perilaku spesifik yang diperoleh dari pengalaman hasil belajar. Tes yang direncanakan oleh guru, baik tes objektif maupun tes essay perlu tetap mengukur penilaian tujuan instruksional. Pertanyaan yang tidak mengarah pada tujuan instruksional sebaiknya dikesampingkan lebih dahulu.

3. Item-item pertanyaan tes essay sebaiknya jelas dan tidak menimbulkan kebingungan (tidak mengandung makna ambigu) sehingga para siswa dapat menjawab dengan tidak ragu-ragu. Menggunakan kata-kata yang spesifik, seperti terangkan, bandingkan, buktikan, nyatakan dalam kesimpulan, gunakan dan sebagainya.

4. Sertakan petunjuk waktu pengerjaan untuk setiap pertanyaan, agar para siswa dapat memperhitungkan kecepatan berpikir, menulis dan menuangkan ide sesuai dengan waktu yang disediakan. Pertimbangan waktu tersebut hendaknya didasarkan pada tingkat kesulitan setiap pertanyaan. 5. Ketika mengkonstruksi sejumlah pertanyaan essay, para guru hendaknya menghindari menggunakan pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan biasanya

13

terletak pada kalimat instruksi pengerjaan pada awal tes, misalnya pilih empat soal dari lima pertanyaan yang tersedia. Penggunaan pertanyaan pilihan dimungkinkan mempengaruhi reliabilitas tes essay yang direncanakan. 2.6 Upaya Meningkatkan Objektivitas Penilaian dalam Tes Essay
Menurut Gronlund, N. E (1982), terdapat beberapa upaya untuk meminimalkan subjektivitas penilaian dan memberikan keseragaman standar penilaian dari siswa yang satu ke siswa yang lainnya, yaitu sebagai berikut: 1. Evaluasi jawaban-jawaban soal essay dalam hubungannya dengan hasil belajar yang sedang diukur. Tes essay, seperti halnya tes objektif, digunakan untuk memperoleh bukti yang jelas mengenai sejauh mana hasil pembelajaran telah tercapai. Dengan demikian, kinerja siswa yang diinginkan dalam hasil pembelajaran harus sesuai dengan panduan baik dalam mengkontruksi pertanyaan maupun mengevaluasi jawaban. Jika suatu pertanyaan dirancang untuk mengukur kemampuan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat, misalnya jawabannya harus dievaluasi dalam hal bagaimana siswa dapat menjelaskan hubungan sebab-akibat tertentu yang disajikan dalam pertanyaan, maka semua faktor-faktor lain, seperti informasi faktual yang menarik tapi asing, gaya menulis, dan kesalahan dalam mengeja dan tata bahasa, harus diabaikan (sejauh mungkin) selama evaluasi. Dalam beberapa kasus, untuk kemampuan mengeja maupun menulis mungkin memberi skor-skor yang terpisah, tetapi hal ini seharusnya tidak diperbolehkan karena dapat mencemarkan (contaminate) skor yang mewakili pencapaian tingkat prestasi dari hasil pembelajaran yang dimaksudkan.

2. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbatas (restricted-response questions), berilah skor dengan metode point (point method), gunakan suatu model jawaban (pedoman jawaban) sebagai petunjuk. Menskor dengan bantuan kunci jawaban yang sebelumnya disiapkan adalah mungkin dengan item restricted-response karena keterbatasan pada jawabannya. Prosedur ini melibatkan penulisan suatu model jawaban untuk setiap pertanyaan dan menentukan jumlah point-point yang akan diperlukan untuk itu dan untuk bagian-bagian di dalamnya. Distribusi point-point dalam

14

jawaban tentu saja harus mempertimbangkan semua unit scorable yang ditandai dalam hasil pembelajaran yang diukur. Misalnya, point-point dapat diberikan pada relevansi contoh yang digunakan dan struktur jawabannya, serta isi dari jawaban: jika hal ini merupakan aspek yang sah dalam hasil belajar.

3. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbuka (extended-response questions), skorlah dengan rating method, gunakan kriteria tertentu sebagai pedoman penskoran. Item-item extended-response menuntut jawaban yang terbuka dan bebas sehingga sering kali tidak mungkin untuk menyiapkan pedoman jawabannya. Oleh karena itu, biasanya guru atau pembuat tes itu menilai tiap jawaban dengan menimbang-nimbang kualitasnya dalam hubungannya dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, jadi bukan menskor point demi point dengan kunci jawaban. Kriteria untuk menilai kualitas dari suatu jawaban ditentukan oleh sifat pertanyaan dan demikian juga oleh hasil pembelajaran yang diukur. Jika para siswa diminta untuk menjelaskan rencana lengkap dari tes prestasi belajar, misalnya kriteria akan mencakup hal-hal seperti (1) kelengkapan rencana (misalnya, apakah itu termasuk pernyataan objektif, kumpulan dari perencanaan yang terperinci, dan jenis yang sesuai item, (2) kejelasan dan akurasi dengan setiap langkah yang telah dijelaskan, (3) kecukupan pembenaran untuk setiap langkah, dan (4) tingkat keterpaduan dari bagian-bagian rencana. Biasanya kriteria untuk mengevaluasi jawaban digunakan untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban itu ke dalam lima tingkat, yang selanjutnya diberi skor 1, 2, 3, 4, 5 atau A, B, C, D, dan E. Lebih lanjut keseragaman standar dari grading biasanya diperoleh dengan membaca jawaban dua kali untuk setiap pertanyaan. Selama membaca bacaan pertama, tulisan harus disortir secara tentatif menjadi lima tumpukan, mulai dari kualitas yang tinggi ke rendah atau sebaliknya. Pembacaan kedua dapat mencapai tujuan memeriksa keseragaman jawaban di setiap tumpukan dan membuat sebuah perubahan penting dalam menilai.

15

4. Evaluasi semua jawaban-jawaban siswa untuk satu pertanyaan sebelum melanjutkan ke pertanyaan berikutnya. Menskor atau menilai tes essay dengan pertanyaan demi pertanyaan, lebih baik daripada siswa demi siswa, hal ini memungkinkan untuk mempertahankan standar keseragaman dalam menilai jawaban untuk setiap pertanyaan. Prosedur ini juga membantu untuk menghindari halo effect dalam menilai. Manfaatnya adalah agar guru dapat membandingkan jawaban-jawaban siswa dalam tingkattingkat yang lebih tepat, dan agar guru hanya berpegang pada satu daftar angka guna menjamin ketepatan dalam menilai. 5. Evaluasi jawaban-jawaban soal essay tanpa mengetahuai identitas penulis. Hal ini merupakan upaya lain untuk mengontrol personal bias selama menskor. Jawaban-jawaban dari soal essay dievaluasi dalam bentuk tertulis, bukan dalam bentuk apa yang diketahui penulis dari kontak langsung dengan siswa. Cara terbaik untuk mencegah pembiasan dalam penilaian adalah mengevaluasi setiap jawaban tanpa mengetahui identitas penulis. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menginformasikan kepada siswa untuk menuliskan namanya dibelakang kertas jawabannya atau dengan menggunakan kode nomor sebagai pengganti nama.

6. Bila memungkinkan, mintalah dua atau lebih orang guru lain yang mengetahui masalah itu, untuk menskor tiap jawaban. Hal ini diperlukan untuk mengecek kehandalan scoring terhadap jawabanjawaban essay itu. Tentu saja hal ini tidak perlu dilakukan pada setiap penskoran, tetapi sewaktu-waktu saja, misalnya jika diperlukan untuk memilih siswa-siswa yang akan dicalonkan untuk mengikuti latihan tertentu atau untuk memilih juara sekolah. Sementara, menurut Azhar, L. M (1991), terdapat beberapa upaya untuk meningkatkan objektivitas penilaian dalam tes essay yaitu sebagai berikut: 1. Baca beberapa lembar jawaban yang diambil secara acak (random) sebagai gambaran umum sebelum mulai memberikan penilaian. 2. Usahakan tidak melihat nama testi. Bila perlu digunting dan diberi kode seperti pada saat memeriksa tes Ebtanas. 3. Jangan memberi skor dipengaruhi oleh tulisan yang baik/buruk.

16

4. Periksalah nomor yang sama untuk seluruh testi baru ke nomor berikutnya. 5. Buatlah pedoman penilaian sebelumnya (terlebih-lebih untuk tes essay yang diperiksa lebih dari seorang) hingga skor yang diberikan relatif sama. 6. Buat pula kunci jawaban yang memuat hal-hal pokok yang harus ada dalam masing-masing jawaban. 7. Bila tes essay disatukan dengan tes objektif maka tes essay dapat dikategorikan sukar dalam merancang kisi-kisi untuk tingkat kesukaran soal tetapi bila seluruh tes adalah tes essay soal dapat dibagai menjadi 3 atau 5 tingkatan. Dengan demikian untuk yang terbagi menjadi 3 tingkatan akan terdapat soal-soal yang mudah (md), sedang (sd), dan sukar (sk). Demikian juga untuk yang terbagi menjadi 5 tingkatan akan terdapat soal-soal yang lebih mudah (lmd), mudah (md), sedang (sd), sukar (sk) dan lebih sukar (lsk). Menggunakan metode berikut dalam menskor tes essay, antara lain: a. Metode analisis: yakni menskor dengan menyiapkan model jawaban berdasarkan tahapan tingkat kebenaran suatu jawaban dengan memberikan skor tertentu. Misalnya: benar diberikan skor 2,5; benar diberikan skor 5; benar diberikan skor 7,5; dan benar semuanya diberikan skor 10 untuk setiap item. b. Metode sortir: yakni menskor dengan terlebih dahulu melakukan sortir terhadap keseluruhan pekerjaan testi. Penyortiran dilakukan dengan mengklasifikasikan jawaban yang ada. Misalnya jawaban benar (baik), cukup, sedang, kurang, dan kurang sekali. Tiap klasifikasi diberikan skor misalnya 9 10; 7 8; 5 6; 3 4; dan 1 2 dari yang baik hingga ke yang kurang sekali. c. Metode keseluruhan (whole method): yakni pemeriksaan secara nomor demi nomor bagi seluruh testi hingga diperoleh jawaban dari tingkat yang paling baik hingga ke yang paling buruk lalu dilakukan pemberian skor. Misalnya yang paling baik diberikan skor 10; baik diberikan skor 8; cukup diberikan skor 6; sedang diberikan skor 4; dan kurang diberikan skor 2 untuk setiap item tes. d. Metode pembobotan (weight system): yakni dengan memberikan perbandingan bobot skor dari setiap item tes berdasarkan tingkat kesukaran (difficulty index) soal. Misalnya untuk soal mudah dengan bobot 2, sedang 3, sukar 4 dan sebagainya. Untuk

17

lebih jelasnya perhatikan contoh Sa (skor akhir) untuk siswa A dan siswa B yang mengikuti tes essay dengan 5 item tes berikut: Keterangan: No : nomor soal TK : tingkat kesukaran soal n : skor setiap soal W : weight/bobot skor n W : skor kali bobot Sa : skor akhir Rumus Sa = Dari contoh di atas, ternyata antara siswa A dan B dengan (n) yang sama yakni 35 ternyata (Sa) berbeda setelah dibobotkan yakni siswa A memperoleh skor 7,47 dan siswa B memperoleh skor 6,93. Sementara, menurut Sukardi, H.M (2009), pemberian skor pada tes essay dapat dikatakan mudah dan juga dapat dikatakan sulit. Dikatakan mudah, karena setiap guru pasti merasa bisa memberikan skor jawaban para siswanya termasuk penggunaan jawaban yang berasal dari tes essay, karena dalam pemberian skor pada tes essay tidak ada eksplanasi penilaian angka secara pasti diberikan. Sebaliknya dikatakan sulit, karena banyak faktor selalu muncul yang dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pada penilaian siswa. Faktor-faktor tersebut diantaranya subjektivitas, pertimbangan, dan pengaruh interaksi antara guru dengan para siswa selama dalam proses pembelajaran berlangsung. Untuk mengatasi faktor-faktor di atas, berikut beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan para guru, antara lain: 1. Menyusun jawaban kunci untuk setiap pertanyaan yang mengandung materi penting yang dapat digunakan sebagai acuan dasar ketika melakukan penilaian. 2. Menentukan skor dari setiap pertanyaan berdasarkan bobot permasalahan, kompleksitas jawaban, dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan jawaban. 3. Memutuskan berapa poin pengurangan skor penilaian apabila siswa melakukan kesalahan kecil, misalnya kesalahan ejaan, tanda baca, dan penggunaan kata. 4. Mengevaluasi satu pertanyaan pada semua lembar jawaban, sebelum lanjut ke pertanyaan berikutnya. 5. Guna mencek kesamaan kualitas jawaban, kelompokkan lembar jawaban siswa ke dalam 3 5 tumpukan dengan memperhatikan ranking dari yang tertinggi sampai

18

terendah dan menempatkan lembar jawaban siswa ke dalam tumpukan yang ada atas dasar skor yang dicapai. 6. Usahakan dalam proses penilaian jawaban soal tidak melihat nama siswa penjawabnya. 7. Disarankan untuk sering beristirahat untuk mencegah kelelahan dan kejenuhan yang dapat mengakibatkan pemberian skor berubah secara signifikan. Pernyataan diatas adalah kutipan dari blog Benny Metika tentang mengkonstruksi tes essay.

2.7 Kelebihan dan Kekurangan Asesmen yang Bersifat Subjektif Kelebihan kelebihan asesmen yang bersifat subjektif, antara lain : Mudah disiapkan dan disusun. Tidak member banyak kesempata untuk berspekulasi atau untung untungan. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang baik. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan. Kelemahan kelemahan asesmen yang bersifat subjektif, antara lain : Kadar validitas dan reabilitas rendah karena sukar diketahui segi segi mana sari pengetahuan siswa yang betul betul telah dikuasai. Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh materi bahan pelajaran yang diteskan karena soal yang diberikan terbatas. Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsure unsure subjektif. Pemeriksaannya lebih sulit karena membutuhkan pertimbangan. Waktu untuk koreksinya lebih lama dan tidak dapat diwakilkan oleh orang lain.

19

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan

Asesmen adalah suatu penilaian yang terhadap suatu objek - dalam hal ini adalah siswa -, untuk mengetahui kekuatan dan kelemahannya serta yang dibutuhkannya, untuk merancang suatu pembelajaran. Asesmen subjektif adalah

penilaian yang dilakukan secara sendiri, tidak langsung mengenai pokok atau halnya. Sebagai contoh asesmen subjektif adalah tes essay atau uraian. Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan,, dan sebagainya. Ada dua jenis asesmen subjektif, yaitu uraian terbatas dan uraian bebas. Cara membuat asemen negatif adalah yang pertama, mempersiapkan tes subjektif. Kedua, menyusun soal-soal essay.

20

DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal, Drs, M.Pd. Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja Rosda Karya. Bandung. 2009 Ngalim Purwanto, Prinsip prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2004 Purwanto, Ngalim Drs. M. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. PT remaja rosdakarya. Bandung.2004 Suharsimi Arikunto, Dasar dasar Evaluasi pendidikan, Edisi Revisi, Jakarta: Bumi Aksara, 2009 http://benny-metika.blogspot.com/2011/08/mengkonstruksi-tes-essay.html http://mawardis3ip.staff.fkip.uns.ac.id/2011/12/14/asesmen-proses-dan-hasil-belajar2/ http://manggamudaku.wordpress.com/2010/11/25/jenis-jenis-asesment/ http://secoretmimpi.blogspot.com/2010/01/makalah-psikologi-pendidikanassesmen.html http://wiki.bestlagu.com/education/174393-pengertian-asseasmen-bentuk-assesmendan-langkah-penerapan-assesmen.html

21

Anda mungkin juga menyukai