Anda di halaman 1dari 5

Reliabilitas Instrumen

April 9, 2012 by Shahibul Ahyan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), reliabilitas diartikan sebagai pola perihal sesuatu yang bersifat reliabel (andal), keterandalan. Selanjutnya, Djaali (2008) mengungkapkan bahwa reliabilitas yang berasal dari kata reliability berarti sejauhmana hasil sebuah pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama. Hal ini juga diungkapkan oleh Fraenkel, Wallen & Hyun (2012) dalam bukunya How to Design and Evaluate Research in Education yang menyatakan bahwa, Reliability refers to the consistency of scores or answers from one administration of an instrument to another, and from one set of items to another. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa reliabilitas suatu instrumen berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes dari instrumen tersebut dan seberapa besar derajat instrumen untuk mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Dengan kata lain, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu uji coba yang dilakukan tetap memiliki hasil yang sama meskipun dilakukan secara berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Oleh sebab itu, uji reliabilitas bertujuan untuk melihat sejauh mana konsistensi skor skor yang diberikan skorer satu dengan skorer lainnya terhadap suatu instrumen. Reliabilitas suatu instrumen erat kaitannya dengan validitas instrumen, adapun hubungan antara reliabilitas dan validitas dapat digambarkan pada papan panah berikut:

Sumber gambar: http://3.bp.blogspot.com Pada gambar pertama menunjukkan bahwa anak panah tidak mengarah dengan tepat pada sasaran, akan tetapi anah panah cenderung tetap pada daerah tertentu. Ini mengilustrasikan bahwa instrumen yang seperti itu adalah instrumen yang reliabel akan tetapi tidak valid. Pada gambar kedua, anak panah tidak mengarah dengan tepat dan tetap pada sasarannya sehingga instrumen yang seperti itu tidak memiliki reliabilitas dan validitas. Pada gambar ketiga, anak

panah dengan tepat dan tetap mengarah pada sasaran sehingga instrumen yang seperti itu memiliki validitas dan reliabilitas. Instrumen yang valid cenderung reliabel, akan tetapi instrumen yang reliabel belum tentu valid. Instrumen yang baik itu seharusnya memiliki validitas dan reliabilitas (seperti ilustrasi pada gambar ketiga). Untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas instrumen yang baik, pembuat instrumen harus berpedoman kepada kisi-kisi dari instrumen tersebut. Adapun jenis-jenis reliabilitas ada dua (Djaali, 2008): 1. Reliabilitas Konsistensi Tanggapan Reliabilitas konsistensi tanggapan responden mempersoalkan apakah tanggapan responden atau objek terhadap tes tersebut sudah baik atau konsisten. Maksudnya adalah apabila kita melakukan suatu pengukuran terhadap suatu objek kemudian dilakukan pengukuran kembali terhadap objek yang sama maka apakah hasilnya masih tetap sama dengan hasil yang diperoleh dari pengukuran sebelumnya. Jika item-item dalam dua kali pengukuran itu tidak sama atau tidak setara, maka tidak akan menemukan konsistensi tanggapan terhadap dua hal yang jelas berbeda. Dan bukanlah merupakan tujuan atau tugas pemeriksaan reliabilitas. Ada tiga mekanisme untuk memeriksa atau menentukan reliabilitas tanggapan respon terhadap tes yaitu: a. Metode test retest Test-retest adalah pengetesan dua kali dengan menggunakan suatu test yang sama pada waktu yang berbeda. Test seperti ini juga dikenal dengan istilah lain yaitu single-test-double-trial method. Kemudian hasil dari kedua kali tes tersebut dihitung korelasinya, nilai tersebut adalah reabilitas dari tes tersebut. b. Metode tes sejajar equivalen Tes paralel atau tes equivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dalam menggunakan motode tes ini, pembuat tes harus menyiapkan dua buah tes dan masing-masing dicobakan pada kelompok siswa yang sama. Skor dari kedua kelompok tes tersebut dikorelasikan untuk mendapatkan reliabilitas tes. c. Metode tes tunggal (Single Test Single Trial) Metode tes tunggal dilihat dari kepraktisannya lebih praktis dari pada dua metode sebelumnya. Metode ini hanya melakukan sekali tes kepada sekelompok subjek. Dengan demikian tidak perlu menunggu waktu maupun harus mempunyai data dari tes sejenis untuk dapat menentukan reliabilitasnya. Koefisien reliabilitas dapat diperoleh dengan cara membelah instrument menjadi dua, tiga, empat, atau bahkan sebanyak butir yang dimiliki oleh instrumen tersebut. Teknik perhitungannya tergantung pada banyaknya belahan, bentuk, serta sifat alat ukurnya. Salah satu tehnik yang akan kita bahas dalam menghitung koefisien reliabilitas adalah tehnik belah dua (split half)

Pada tehnik belah dua ini pengukuran dilakukan dengan dua kelompok item yang setara pada saat yang sama. Karena setiap kelompok item adalah separuh dari dari seluruh tes, maka biasanya item-item pertama diambil dari item-item tes yang bernomor ganjil dan kelompok item tes yang kedua diambil dari item-item tes yang bernomor genap. Ada dua cara membelah tes tersebut:

Dengan membelah item-item tes yang bernomor ganjil dan genap, yang selanjutnya dikenal dengan belahan ganjil genap. Dengan membelah item tes menjadi dua bagian dari awal dan akhir, dikenal dengan istilah belahan awal dan akhir.

Rumus yang digunakan dalam hal ini adalah rumus Spearman-Brown (Arikunto, 2010):

di mana: rnn = Besarnya koefisien reliabilitas sesudah tes tersebut ditambah butir soal baru. n = berapa kali butir-butir soal itu ditambah r = besarnya koefisien reliabilitas sebelum butir-butir soalnya ditambah Selain rumus tersebut yang menggunakan rumus product moment, ada beberapa rumus lain yang dapat digunakan untuk menghitung nilai reliabilitas suatu tes atau instrumen dengan metode belah dua, yaitu:

Penggunaan rumus Flanagan (untuk belahan ganjil genap)

Reliabilitas pada formula Flanagan tidak didasarkan pada ada tidaknya korelasi antara belahan I dengan belahan II. Dasar dari formula Flanagan adalah jumlah kuadrat deviasi (varians) pada tes belahan I, jumlah kuadrat (varians) deviasi pada tes belahan II, dan jumlah kuadrat deviasi (varians) skor total. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

di mana: r 11 = reliabilitas tes S 12 = varians belahan pertama (1) yang dalam hal ini varians skor item ganjil S 22 = varians belahan kedua (2) yaitu varians skor item genap

S t2 = varians total yaitu varians skor total S = standar deviasi x = simpangan X dari , yang dicari dari X N = banyaknya subjek yang ikut tes

Penggunaan rumus Rulon (untuk belahan awal dan akhir)

Menurut Rulon reliabilitas dapat dipandang dari adanya selisih skor yang diperoleh oleh responden pada belahan pertama dengan belahan kedua. Selisih tersebut yang menjadi sumber variasi error sehingga bila dibandingkan dengan variasi skor akan dapat menjadi dasar untuk melakukan estimasi reliabilitas tes. Rumus Rulon adalah sebagai berikut:

di mana: r11 = reliabilitas tes S d2 = varians beda (varians difference) S t2 = varians total yaitu varians skor total d = difference yaitu perbedaan antara skor belahan pertama (awal) dengan skor belahan kedua (akhir) Namun bila banyaknya butir soal atau item tidaklah genap, reliabilitas masih dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Kuder dan Richardos, yang sering dikenal deng rumus K-R 20 dan K-R 21. Kedua rumus ini banyak digunakan oleh orang-orang dalam menentukan reliablitas dari suatu tes atau instrumen.

Rumus K-R 20

Penggunaan rumus K-R20 ini menghasilkan hasil yang lebih teliti, akan tetapi perhitungannya sedikit lebih rumit. Adapun rumusnya adalah:

di mana: r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 p) pq = jumlah hasil perkalian p dan q n = banyak item S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Rumus K-R 21

Rumus K-R 21 lebih sederhana dalam perhitungannya. Rumusnya adalah sebagai berikut:

di mana: M = mean atau rerata skor total 2. Reliabilitas Konsistensi Gabungan Reabilitas konsistensi gabungan item berkaitan dengan kemantapan atau konsistensi antaraantara suatu item. Hal ini dapat diungkapkan apakah terhadap objek ukur yang sama, item yang satu menunjukkan hasil ukur yang sama dengan hasil ukur yang lain?. Koefisien reliabilitas konsistensi gabungan dapat dihitung dengan rumus K-R 20 dan K-R 21, Hoyt dan Alpha Cronbach. Rumus Alpha Cronbach digunakan untuk menghitung reliabilitas soal uraian (Arikunto, 2010). Rumusnya adalah sebagai berikut:

di mana: r11 = reliabilitas yang dicari t2 = jumlah varians skor tiap-tiap item t2 = varians total Adapun interpretasi mengenai besarnya skala korelasi menurut Arikunto (2010) adalah: 1. 2. 3. 4. 5. Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah Antara 0,000 sampai dengan 0,200 : sangat rendah

Anda mungkin juga menyukai