Anda di halaman 1dari 7

PATOFISIOLOGI PENDAHULUAN Epilepsi atau sawan ayan tak jarang ditemukan sehari-hari dan telah dikenal sejak zaman

Yunani purba. Epilepsi berasal " dari perkataan Yunani yang berarti serangan" atau penyakit yang timbul secara tiba-tiba. Dalam masyarakat terdapat banyak anggapan tentang epilepsi. Ada yang mengatakan karena kutukan Tuhan atau karena tangan yang berdosa (Mesopotamia), penyakit karena gangguan roh jahat, kemasukan setan atau karena kesurupan. Kurangnya pengertian masyarakat mengenai epilepsi menimbulkan dampak psikososial yang lebih buruk bagi penderita dari pada akibat fisik penyakit itu sendiri. Hubungan penderita dengan masyarakat sering kali terganggu. Hal ini perlu di atasi mengingat angka kejadian penyakit ini berkisar antara 5 8 per 1000 penduduk.1, 2 Lebih dari separuh penderita epilepsi mempunyai dasar gangguan pada masa bayi atau anak, seperti trauma lahir, asfiksia, kejang-kejang, gangguan biokimia darah, radang selaput dan jaringan otak dan lain-lain. Pengenalan dan penanggulangan yang tepat gangguan-gangguan ini memegang peranan penting terhadap morbiditas epilepsi di kemudian hari. 1, 3 DEFINISI Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik.4 Manifestasi klinik dapat berupa kejang -kejang, gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan. Sedangkan manifestasi laboratorik berupa kelainan gambaran EEG. Namun demikian seringkali ditemukan kesulitan dalam menetapkan diagnosis epilepsi, misalnya pada anak dengan serangan kejang demam yang berulang. 3,4,5
* Dibacakan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK - UNHAS Ujung Pandang, 9 Agustus 1983. 40 Cermin Dunia Kedokteran No. 32, 1984

Pengetahuan tentang neroanatomi dan nerofisiologi sangat penting untuk mengerti dasar gangguan pada epilepsi. Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Permukaan otak dapat dibagi atas berbagai macam wawasan yang mempunyai tugas khusus seperti wawasan motorik, sensorik, kata-kata, pengecap, pendengaran, penglihatan, penghidu, pengertian dan wawasan penghubung. Antara wawasan sensorik, penglihatan, penghidu, pendengaran dan pengecapan terdapat hubungan satu dengan yang lain. Kawasankawasan tersebut terdapat pada kedua belahan otak namun salah satu belahan akan lebih unggul dalam struktur dan fungsi (dominasi). Pada umumnya belahan otak kiri yang dominan tetapi pada orang kidal yang dominan belahan otak kanan 2,5,6 Konsep modern tentang impuls mengatakan bahwa impuls itu adalah aktifitasJistrik sarafi yang dibangkitkan oleh sebuah neron. Konsep ini dicetuskan pertama kali oleh Jackson, yang kemudian dibuktikan oleh Hans Berger (1929) yang berhasil merekam aktifitas listrik sarafi dengan alat yang dinamakan elektroense falograf. 2 ,7 Banyak penyelidikan yang telah dilakukan untuk menerangkan tentang masalah kelistrikan epilepsi antara lain oleh Herbert Jasper (Kanada), Lennox dan Gibbs (Amerika) antara tahun 1935 1945 2 ,7 . Dari penyelidikan tersebut terungkap bahwa bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik saran di otak yang dinamakan fokus epileptogen, yang biasanya diketahui lokasinya tetapi tak selalu diketahui sifatnya.6, 7 Epilepsi yang tak diketahui sifat pencetusnya dinamakan epilepsi idiopatik, sedangkan yang dikenal sifat pencetusnya dinamakan epilepsi simtomatik. Setiap jenis epilepsi dapat diketahui fokus epileptogennya, umpama epilepsi grand mal idiopatik fokus terletak di daerah talamus (nuclei intralamina-

res atau inti sentrensefalik), epilepsi petit mal di substansia retikularis, epilepsi parsial di salah satu tempat di permukaan otak. 3,5,7 Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik sarafi. Otak ialah rangkaian berjuta-juta neron yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan nerotransmiter. Acetylcholine dan norepinerprine ialah nerotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama - amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps. 3,5,7 Pada epilepsi yang simtomatik fokus epileptogennya dapat berupa jaringan parut bekas trauma kepala, trauma lahir, pembedahan, infeksi selaput dan jaringan otak dan dapat pula neoplasma jinak dan ganas. Pada fokus tersebut tertimbun acetylcholine cukup banyak. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui dendrit dan sinaps ke neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat umpamanya kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar ke bagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impulsimpuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran. 5 '1

ubah menjadi GABA, sehingga GABA tak terbentuk atau terbentuk dalam jumlah sedikit sekali. Orang ini cendrung untuk mendapat serangan epilepsi. 5,6,8

Pada epilepsi idiopatik dengan fokus epileptogen pada talamus (grand mal) atau substansia retikularis (petit mal) oleh suatu mekanisme yang belum diketahui, fokus-fokus tersebut dapat mengalami lepas muatan listrik berlebih. Bila lepas muatan listrik ini tak diteruskan ke korteks serebri tidak terjadi kejang, hanya kehilangan kesadaran seperti pada petit mat. Sedangkan bila aktivitas listrik ini dapat mencapai seluruh permukaan otak terlihat kejang umum dengan gangguan kesadaran. 6 Pada orang tertentu dengan faktor keturunan didapatkan gangguan metabolisme asam glutamat yang dalam tubuh di-

KLASIFIKASI Banyak klasifikasi diusulkan tetapi sampai sekarang belum ada yang benar-benar dapat memuaskan semua pihak. 3 Klasifikasi yang berfaedah dalam penanggulangan epilesi harus dapat mengintegrasikan manifestasi klinik. neroanatomi dan nerofisiologi dengan terapi dan pronosis. 4 A. Klasifikasi berdasarkan manifestasi klinik (WHO)4
Cermin Dunia Kedokteran No. 32, 1984 41

cium bau-bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya. 5 -8 Bangkitkan sendiri dimulai dengan hilang kesadaran sehingga aktivitas penderita terhenti. Kemudian penderita mengalami kejang tonik. otot-otot berkontraksi sangat hebat, penderita terjatuh, lengan fleksi dan tungkai ekstensi. Udara paru-paru terdorong keluar dengan deras sehingga terdengar jeritan yang dinamakan jeritan epilepsi. Kejang tonik ini kemudian disusul dengan kejang klonik yang seolah-olah mengguncang-guncang dan membanting-banting tubuh si sakit ke tanah. Kejang tonik-klonik berlangsung 2 3 menit. Selain kejang-kejang terlihat aktivitas vegetatip seperti berkeringat, midriasis pupil, refleks cahaya negatip, mulut berbuih dan sianosis. Kejang berhenti secara berangsur-angsur dan penderita dalam keadaan stupor sampai koma. Kira-kira 45 menit kemudian penderita bangun, termenung dan kalau tak diganggu akan tidur beberapa jam. Frekuensi bangkitan dapat setiap jam sampai setahun sekali. 1,2,3,7 2. Minor a. Petit mal. Elipesi petit mal yang sering disebut pykno epilepsi ialah epilepsi umum yang idiopatik. Meliputi kira-kira 3 4% dari kasus epilepsi.1,4 Umumnya tmbul pada anak sebelum pubertas (4 5 tahun). Bangkitan berupa kehilangan kesadaran yang berlangsung tak lebih dari 10 detik. Sikap berdiri atau duduk sering kali masih dapat dipertahankan Kadang-kadang terlihat gerakan alis, kelopak dan bola mata. Setelah sadar biasanya penderita dapat melanjutkan aktivitas semula. B angkitan dapat berlangsung beberapa ratus kali dalam sehari. Bangkitan petit mal yang tak ditanggulangi 50% akan menjadi grand mal.6 Petit mal yang tidak akan timbul lagi pada usia dewasa dapat diramalkan berdasarkan 4 ciri : 1. Timbul pada usia 4 5 tahun dengan taraf kecerdasan yang normal. 2. Harus murni dan hilang kesadaran hanya beberapa detik. 3. Harus mudah ditanggulangi hanya dengan satu macam obat. 4. Pola EEG khas berupa gelombang runcing dan lambat dengan frekuensi 3 per detik. b. Bangkitan mioklonus Bangkitan berupa gerakan involunter misalnya anggukan kepala, fleksi lengan yang teijadi berulang-ulang. Bangkitan terjadi demikian cepatnya sehingga sukar diketahui apakah ada kehilangan kesadaran atau tidak. Bangkitan ini sangat peka terhadap rangsang sensorik. 1 , 3 c. Bangkitan akinetik. Bangkitan berupa kehilangan kelola sikap tubuh karena menurunnya tonus otot dengan tiba-tiba dan cepat sehingga penderita jatuh atau mencari pegangan dan kemudian dapat berdiri kembali. Ketiga jenis bangkitan ini (petit mal, mioklonus dan akinetik) dapat terjadi pada seorang penderita dan disebut trias Lennox-Gastaut. 4 d. Spasme infantil.

I. Epilepsi umum : 1. Major : Grand mal a. Primer b. Sekunder 2. Minor : a. Petit mal (pycno-epilepsi) b. Bangkitan mioklonus c. Bangkitan akinetik d. Spasme infantil. II. Epilepsi parsial (fokal) : 1. Fokal motorik 2. Fokal sensorik 3. Epilepsi lobus tem B. Klasifikasi berdasarkan lokalisasi (Montreal 1954) 4 : I. Epilepsi sentrensefalik (sub kortikal). II. Epilepsi kortikal (fokal). MANIFESTASI KLINIK I. Epilepsi umum : 1. Major : Grand mal (meliputi 75% kasus epilepsi). '
1 4

a. Primer b. Sekunder. Bangkitkan epilesi grand mal ditandai dengan hilang kesadaran dan bangkitan tonik-tonik. Manifestasi klinik kedua golongan epilepsi grand mal tersebut sama, perbedaan terletak pada ada tidaknya aura yaitu gejala pendahulu atau preiktal sebelum serangan kejang-kejang. Pada epilepsi grand mal simtomatik selalu didahului aura yang memberi manifestasi sesuai dengan letak fokus epileptogen pada permukaan otak. Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men42 Cermin Dunia Kedokteran No. 32, 1984

Jenis epilepsi ini juga dikenal sebagai salaamspasm atau sindroma West. Timbul pada bayi 3 6 bulan dan lebih sering pada anak laki-laki. Penyebab yang pasti belum diketahui, namun selalu dihubungkan dengan kerusakan otak yang luas seperti proses degeneratif, gangguan akibat trauma, infeksi dan gangguan pertumbuhan. Bangkitan dapat berupa gerakan kepala kedepan atau keatas, lengan ekstensi, tungkai tertarik ke atas, kadang-kadang disertai teriakan atau tangisan, miosis atau midriasis pupil, sianosis dan berkeringat. 7, 9
II. Epilepsi parsial ( 20% dari seluruh kasus epilepsi).

tionary of Epilepsi (WHO, Geneve, 1973) : Menggambarkan

1. Bangkitan motorik. Fokus epileptogen terletak di korteks motorik. Bangkitan kejang pada salah satu atau sebagian anggota badan tanpa disertai dengan hilang kesadaran. Penderita seringkali dapat melihat sendiri gerakan otot yang misalnya dimulai pada ujung jari tangan, kemudian ke otot lengan bawah dan akhirnya seluruh lengan. Manifestasi klinik ini disebut Jacksonian marche4' 6 2. Bangkitan sensorik Bangkitan yang terjadi tergantung dari letak fokus epilepto gen pada koteks sensorik. Bangkitan somato sensorik dengan fokus terletak di gyrus post centralis memberi gejala kesemutan, nyeri pada salah satu bagian tubuh, perasaan posisi abnormal atau perasaan kehilangan salah satu anggota badan. 1,5,10 Aktivitas listrik pada bangkitan ini dapat menyebar ke neron sekitarnya dan dapat mencapai korteks motorik sehingga terjadi kejang-kejang.8 3. Epilepsi lobus temporalis. Jarang terlihat pada usia sebelum 10 tahun. Memperlihatkan gejala fokalitas yang khas sekali. Manifestasi klinik fokalitas ini sangat kompleks karena fokus epileptogennya terletak di lobus temporalis dan bagian otak ini meliputi kawasan pengecap, pendengar, penghidu dan kawasan asosiatif antara ketiga indra tersebut dengan kawasan penglihatan. Manifestasi yang kompleks ini bersifat psikomotorik, dan oleh karena itu epilepsi jenis ini dulu disebut epilepsi psikomotor. Bangkitan psikik berupa halusinasi dan bangkitan motorik lazimnya berupa automatisme. 11 Manifestasi klinik ialah sebagai berikut 6 : 1. Kesadaran hilang sejenak. 2. Dalam keadaan hilang kesadaran ini penderita masuk ke alam pikiran antara sadar dan mimpi (twilight state). 3. Dalam keadaan ini timbul gejala fokalisasi yang terdiri dari halusinasi dan automatisme yang berlangsung beberapa detik sampai beberapa jam. Halusinasi dan automatisme yang mungkin timbul : a. Halusinasi dengan automatisme pengecap. b. Halusinasi dengan automatisme membaca. c. Halusinasi dengan automatisme penglihatan, pendengaran atau perasaan aneh. STATUS EPILEPTIKUS Status epileptikus ialah istilah klinik yang menurut Dic-

suatu keadaan epilepsi yang berlangsung cukup lama atau serangan berlangsung berulang-ulang dengan interval yang sangat pendek sehingga memperlihatkan keadaan yang tetap. Belum ada kesepakatan mengenai lamanya serangan dan umumnya dikatakan sekurang-kurangnya 30 menit. 12 Status epileptikus dapat terjadi pada setiap jenis epilepsi baik yang bermanifestasi kejang atau tidak. Walaupun demikian 80% merupakan status konvulsi. Dari seluruh penderita epilepsi 5% pernah mengalami status epileptikus. Pada status konvulsi serangan ditandai dengan kejang umum atau lokal. Penyebab yang paling sering ialah penghentian obat anti epilepsi tanpa tapering off 12 ELEKTROENSEFALOGRAFI Elektroensefalograf ialah alat pencatat aktivitas listrik otak dan hasil pencatatannya disebut elektroensefalogram. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa setiap kelainan yang menggangu fungsi otak dapat memberi kelainan pada EEG. Namun tidak selalu gangguan fungsi otak dapat tercermin dalam EEG. Rekaman EEG dapat normal pada yang nyata-nyata menderita kelainan dan demikian pula sebaliknya. Tak ada kelainan yang patognomonis untuk suatu penyakit. Diagnosis epilepsi harus ditegakkan berdasarkan gambaran klinik. EGG dapat membantu menegakkan diagnosis, menentukan jenis epilepsi dan lokalisasi lesi.5,7

Pada anak umumnya didapatkan gelombang yang lebih lambat dan tidak teratur. Pola gelombang patologik terdiri dari lima jenis yakni :
Cermin Dunia Kedokteran No. 32, 1984 43

rapa saat kemudian dapat berbicara wajar dan kemudian tidur kembali. 3. Migren Terutama menyerang anak yang lebih besar. Keluhan utama ialah sakit kepala separuh, pucat dan anak ini kemudian tidur, beberapa saat kemudian setelah bangun nampak segar kembali. Kadang-kadang anak mengeluh kesemutan separuh muka atau anggota gerak. Oleh karena keluhan ini terjadi berulang-ulang dapat disalah tapsirkan sebagai bangkitan epilepsi. 1,3 4. Kejang demam sederhana. Kriteria kejang demam sederhana (modifikasi kriteria Livingstone) ialah sebagai berikut : Kejang bersifat umum, lamanya tak lebih dari 15 menit, serangan tak lebih dari 4 kali setahun, timbul tak lebih dari 16 jam setelah demam, ada hubungan dengan infeksi ekstrakkranial, tak ada infeksi intrakranial, tak ada kelainan nerologik, tak ada kelainan EEG (pada saat tak demam), paling banyak pada umur 6 bulan sampai 6 tahun. 3 5. Histeria. Lebih sering pada orang dewasa. Histeria ialah suatu keadaan dimana penderita (biasanya wanita) mengalihkan penderitaan jiwanya ke penderitaan jasmani. Ciri-cirinya ialah setiap kali serangan tak pernah sendirian, selalu ada orang lain disekitarnya, terutama yang ada hubungannya dengan konflik emosionalnya. Lidah tak pernah tergigit, mulut tak berbusa, mata tak melirik ke atas, kesadaran tak terganggu tetapi berlaku seperti pingsan berat, pada waktu serangan penderita berbicara tak menentu namun di antara kalimat yang diucapkannya terdengar ucapan dan kata-kata yang jelas yang secara tak langsung mengarah ke inti problem konflik emosionalnya. 6. Sinkope. Pada sinkope kesadaran menghilang karena iskemi otak. Bila hipoksia/iskemi otak berlangsung lama dapat terjadi kejang. Tiga penyebab utama sinkope ialah refleks vaskular yang abnormal, terganggunya refleks sipatik, kelainan jantung yang menyebabkan aritmia/asistol. Sinkope dapat dicetuskan dengan lapar, haus, nyeri, melihat darah, melihat adegan tegang. Hampir selalu terjadi pada posisi berdiri, kecuali pada kelainan jantung. 7

BANGKITAN YANG MENYERUPAI EPILEPSI 1. Breath holding spell Seorang anak karena ketakutan, terkejut, kesakitan, marah akan menangis, yang makin lama makin keras. Anak kemudian berhenti bernapas, sianosis, hilang kesadaran dan dapat disertai kejang-kejang. Kelainan ini kadang-kadang didiagnose sebagai epilepsi dan diberi obat anti kejang yang sebenarnya tak perlu. Paling sering pada anak yang berumur 6 bulan sampai 2 tahun dan menghilang setelah umur 3 tahun.1,6,7 2. Gangguan tidur (narcolepsi) Sindroma ini dimulai pada anak besar atau remaja. Gejala utama anak tak bisa tahan rasa mengantuk atau tidur yang kadang-kadang berlangsung beberapa kali dalam sehari. Seorang anak yang sedang tidur tiba-tiba membuka matanya, duduk, ketakutan, mengalami halusinasi, tak mengenal orang. Bebe 44 Cermin Dunia Kedokteran No. 32, 1984

PENANGGULANGAN Tujuan penanggulangan ialah mengatasi/mengendalikan serangan dengan atau tanpa obat, serta mengurangi/meniadakan dampak psikososial. Pada pengobatan epilepsi dipergunakan patokan berikut 4,13,14 1. Pilihlah obat sesuai dengan jenis epilepsinya. 2. Selalu dimulai dengan satu macam obat dengan dosis yang berangsur-angsur dinaikkan sampai serangan teratasi atau tercapai dosis toksis. Bila dengan dosis optimal serangan belum teratasi maka dapat dimulai dengan dosis yang ju-

ga berangsur-angsur dinaikkan. 3. Setelah kejang teratasi obat harus diberikan sampai 2 3 tahun bebas serangan. 4. Penghentian obat epilepsi harus secara perlahan-lahan. 5. Kalau fasilitas memungkinkan kadar obat dalam darah harus ditentukan. Beberapa jenis obat yang sering dipergunakan : 1. Phenobarbital (luminal). P Paling sering dipergunakan karena berkhasiat terhadap beberapa jenis epilepsi, mudah didapat, murah harganya, toksisitas rendah. Sebaiknya tak dipergunakan pada petitmal. Untuk mencapai kadar terapeutik yang cepat dalam darah pemberian loading dose 8 - 1- mg/kg/hari selama 2-3 hari dan selanjutnya diikuti dengan dosis 45 mg/kg/hari. Efek samping pada anak antara lain hiperaktivitas, gangguan tidur, pelupa. 13 2. Primidone (mysolin) Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan phenyletylmalonamid. 8 Dosis : 5 20 mg/kg/hari. 3. Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin). Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai ialah DPH. Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus temporalis. Tak berhasiat terhadap petit mal dan kejang demam. Efek samping yang dijumpai ialah nistagmus, ataxia, hiperlasi gingiva dan gangguan darah. Dosis : 5 8 mg/kg/hari. 14 4. Carbamazine (tegretol). Carbamazine mempunyai inti iminostibene serupa dengan inti imipramin (tofranil). Mempunyai khasiat psikotropik yang mungkin disebabkan pengontrolan bangkitan epilepsi itu sendiri atau mungkin juga carbamazine memang mempunyai efek psikotropik. Sifat ini menguntungkan penderita epilepsi lobus temporalis yang sering disertai gangguan tingkah laku. 14,15 Dosis : 10 20 mg/kg/hari. Efek samping yang mungkin terlihat ialah nistagmus, vertigo, disartri, ataxia, depresi sumsum tulang dan gangguan fungsi hati. 5. Diazepam. Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung (status konvulsi.). 12,14 Dosis : 0,1 0,3 mg/kg/kali pemberian, dapat diulang setelah 10 20 menit kemudian. Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan karena penyerapannya lambat. Sebaiknya diberikan i.v. atau intra rektal. 6. Nitrazepam (inogadon). Terutama dipakai untuk spasme infantil dan bangkitan mioklonus. 14 Dosis : 0,1 0,2 mg/kg/hari. 7. Ethosuximide (zarontine). Berkhasiat dan merupakan obat pilihan pertama untuk epi -

lepsi petit mal. 14 Dosis : 20 30 mg/kg/hari. 8. Na-valproat (dopakene). Dipergunakan sebagai obat pilihan kedua pada petit mal dan sebagai obat tambahan pada spasme infantil. Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai. Dari penyelidikan diketahui obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak. 14 Efek samping mual, muntah, anorexia. Dosis : 20 30 mg/kg/hari. 9. Acetazolamide (diamox). Kadang-kadang dipakai sebagai obat tambahan dalam pengobatan epilepsi. Zat ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak menurun, influks Na berkurang akibatnya membran sel dalam keadaan hiperpolarisasi. 14 Dosis : 8 30 mg/kg/hari. 10. ACTH Seringkali memberikan perbaikan yang dramatis pada spasme infantil.15 Dosis : 0,8 1,6 mg/kg/hari. Pilihan obat sesuai dengan jenis epilepsinya : 1. Grand mal : Phenobarbital, dlantin, mysolin, tegretol, mephenytoin (mesantoin), mephobarbital, bromide, Na-valproat. 2. Petit mal : Ethosuximide, Na-valproat, clonazepam, trimethadione, paramethadione, acetazolamide. 3. Lob. Temporalis : Tegretol, diantin, primidon, phenobarbital, mephobarbital, phenacemid. 4. Minor motor : Clonazepam, diazepam, mysoline, Na-valproat, ketogenik diet. 5. Fokal : Dilantin, mysoline, luminal. 6. Spasme infantil : ACTH, mogadon, kotikosteroid. ASPEK PSIKOSOSIAL Pengobatan epilepsi berlangsung lama dan terus menerus sehingga tak jarang orang tua lalai dan bosan kemudian menghentikan pengobatan mengakibatkan anak mendapat serangan kembali. Disamping itu efek samping obat baik yang berhubungan dengan dosis maupun pemakaian yang lama sering menghawatirkan orang tua. Pada pemakaian luminal misalnya tak jarang terlihat anak hiperaktip dan nakal. 11,14 Enam puluh persen dari semua kasus epilepsi bermanifestasi pada masa kanak-kanak, 4, 11 sehingga anak selain mendapat serangan epilepsi juga menderita gangguan pertumbuhan dan mental. Kadang-kadang orang tua memberikan perlindungan berlebihan pada anak, dilarang bermain dengan kawannya karena takut mendapat kecelakaan atau cemohan. Hal ini menyebabkan anak terpencil dari lingkungannya. Untuk dapat berhasilnya pengobatan epilepsi perlu kerjasama yang baik dari orang tua dan masyarakat. RINGKASAN Epilepsi ialah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan
Cermin Dunia Kedokteran No. 32, 1984 45

46

Cermin Dunia Kedokteran No. 32, 1984

Anda mungkin juga menyukai