Anda di halaman 1dari 30

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyakit Endoparasit

Penyakit parasit merupakan penyakit yang sering menyerang ternak seperti protoza contohnya cacing. Biasanya ternak yang diserang adalah ternak ruminansia dan non ruminansia. Penyakit parasit ini bisa biasanya menyerang ternak dengan cara hinggap pada tanah dan juga dapat melalui makanan. Akan tetapi parasit ini tidak menyebabkan kematian secara langsung, tetapi kerugian yang diakibatkan oleh parasit cacing sangat besar. Parasit yang diserang oleh protozoa merupakan penyakit yang mudah berkembang dan menyerang ternak pada kondisi daerah yang beriklim tropis dengan kelembapan yang tinggi. Penyakit Ektoparasit Ektoparasit adalah yang hidup di luar tubuh (permukaan kulit tubuh) induk semang. Cara hidupnya dari ektoparasit ini adalah dengan hinggap yang hanya bersifat sementara. Pada induk semang untuk mencari makan (numpang makan), atau tinggal menetap pada induk semang.

Ektoparasit diketahui dapat mengakibatkan menurunya produksi telur sebesar 15-30% bahkan dapat menghentikannya sama sekali. Selain itu ektoparasit dapat menghambat pertumbuhan hewan terutama hewan-hewan muda, menurunkan berat badan dan bahkan menyebabkan kematian, jika serangan parasit atau ektoparasit itu hebat.

Vaksinasi ND Strain B-1 Program vaksinasi adalah salah satu cara yang paling sering digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit di suatu kawasan peternakan ayam. Semua program vaksinasi dibuat berdasarkan sejarah penyakit di peternakan tersebut atau wilayah sekitarnya. Vaksinasi yang digunakan adalah vaksinasi ND yang terdiri dari dua strain antara lain ND strain la sota untuk ayam yang berumur 21 hari sedangkan ND B1 untuk ayam umur 1-4 hari. Pada praktikum ini vaksinasi yang digunakan adalah ND la sota, karena ayam yang digunakan mempunyai berat lebih dari 1 kg. Vaksinasi biasanya bermanfaat bagi ternak, supaya ternak dapat mengetahui bahwa virus yang masuk adalah virus ND sehingga pada saat ayam diserang oleh ND kekebalan tubuh dari ternak tersebut akan mampu mendeteksi dan mengetahui bahwa yang menyerang adalah virus ND.

Sanitasi dan Desinfeksi Sanitasi merupakan proses menghilangkan secar fisik bahan biologis atau anorganik dari permukaan bangunan atau peralatan kandang. Sanitasi sangat berguna sekali didalam menghilangkan kuman penyakit yang terdapat disekitar kandang.sanitasi dilakukan pada saat kandang sudah bersih dari kotoran ternak. Sebaiknya perlakuan sanitasi dapat dilakukan setelah semuanya steril. Sedangkan Desinfeksi adalah proses membunuh mikroorganisme patogen pada permuaan bangunan atau peralatan atau pada ternak atau pada bahan biologis. Hal ini sangat bermanfaat sekali di dalam membunuh caplak, kutu dan juga lalat yang terdapat di dalam perkandangan ternak sapi karena dapat membunuh binatang pengganggu yang dapat mengganggu kenyamanan dari ternak sapi. Adapun bahan yang digunakan di dalam sanitasi dan desinfeksi antara lain terdiri dari : asam, basa, fenol, kresol,alkohol, halogen, zat pewarna, senyawa ammmonium kuartener, sabun dan deterjen, dan formaldehida. Semua zat ini sangat bermanfaat sekali di dalam membunuh kuman penyakit yang terdapat disekitar kandang ternak sapi. Di dalam melakukan sanitasi dan desinfeksi ada bebepa faktor utama yang menetukan bagaimana desinfektan bekerja antara lain adalah : kadar desinfektan, waktu yang diberikan kepada desinfektan untuk bekerja, suhu desinfektan, jumlah atau tipe mikroorganisme yang ada, bahan yang dididesinfeksi.

Spesimen Spesimen adalah sampel dari suatu ternak yang diambil guna untuk disimpan didalam botol atau sebagai bahan yang untuk diawetkan dengan memakai alkohol. Biasanya spesimen ini dapat dilakukan dengan beberapa tahap antara lain yaitu persiapan,cara pengambilan spesimen, spesimen untuk uji serum,spesimen untuk uji virus. Dalam penelitian ini spesimen yang digunakan diambil dari seekor ternak yaitu itik. Dalam pengambilan ini organ yang diambil terdiri dari saluran pernafasan, hati jantung, empedu, usus halus, usus besar, limfa dan lain sebagainya. Semua organ ini akan dijadikan spesimen guna sebagai sampel di dalam pengujian baik itu pengujian tentang bakteri dan virus. Spesimen ini akan tahan lama bila diawetkan dengan menggunakan formalin. Di dalam pengambilan spesimen ini harus dilakukan dengan hatihati supaya spesimen yang diharapkan tidak rusak. Sedangkan pengiriman spesimen ke dalam labor dapat dilakukan dengan cara memasukkan ke dalam labor supaya spesimen yang diharapkan agar tetap utuh dan tidak rusak.

Vaksinasi AI Program vaksinasi AI adalah salah satu cara yang paling sering digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit di suatu kawasan peternakan ayam. Semua program vaksinasi dibuat berdasarkan sejarah penyakit di peternakan

tersebut atau wilayah sekitarnya. Vaksinasi yang digunakan adalah vaksinasi AI (Avian Influenza), yang terdiri dariempat jenis antara lain : Vaksiflu AI ( vaksin unggas inaktif Avian Influenza subtipe H5 dalam emulsi minyak di produksi oleh PT vaksindo Satwa Nusantara ) Vaksinasi biasanya bermanfaat bagi ternak, supaya ternak dapat mengetahui bahwa virus yang masuk adalah virus AI (Avian Influenza) sehingga pada saat ayam diserang oleh AI (Avian Influenza ) kekebalan tubuh dari ternak tersebut akan mampu mendeteksi dan mengetahui bahwa yang menyerang adalah virus AI (Avian Influenza).

Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenisjenis penyakit endoparasit, penyakit ektoparasit, sanitasi dan desinfeksi, cara-cara pengiriman spesimen, penyakit coccidia, vaksinasi AI dan vaksinasi ND. Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah supaya peserta praktikum mengetahui jenis-jenis penyakit endoparasit, penyakit endoparasit, penyakit coccidia, bagaimana memvaksin yang baik dan benar, bagaimana cara pengiriman spesimen yang benar dan bagaimana cara-cara sanitasi dan desinfeksi yang baik dan benar.

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari jumaat tgl 12 Maret 2011, jam 14.00 WIB Sampai dengan Tanggal 9 Juni 2011 yang bertempat di Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Materi Dalam praktikum koleksi dan identifikasi ektoparasit ini adalah alkohol 70 %, aquades, cotton swab, jaring, pinset, scalpel, botol, plastik/botol kaca, cawan petri, objek glass, cover glass, mikroskop. itik Jantan, pisau yang tajam untuk membunuh itik tersebut, gunting dan nampan yang digunakan untuk meletakkan itik tersebut agar mudah untuk pengambilan organ dalamnya sebagai spesimen. ternak, kandang, tempat pakan ternak, peralatan dan bangunan, dan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme parasit, sabun antiseptik, sikat yang halus, dan air serta ember yang digunakan. ayam yang beratnya lebih dari 1 kg, suntikan, aquadestilata, dan ND la sota. Alkohol 70 %, Aquades, Cotton Swab, jarring, pinset,stapal, botol, plastik/botol kaca, cawan petri, objek glass, cover glass, mikroskop.

Metoda

Penyakit Endoparasit Dalam praktikum ini metode yang sering digunakan adalah metode apung. Adapun cara kerjanya antara lain : ambil 5 gram feses masukkan ke dalam tabung centrifuge, tambahkan air sampai 2/3 tabung dan aduk, biarkan selama 5 menit, air beserta bahan yang terapung di buang dengan hati-hati, tambahkan air lagi sampai 2/3 tabung dan diaduk, centrifuge selama 10 menit, dengan kecepatan 5000 rpm, cairan dibuang dengan hatihati, tambahkan NaCL jenuh sampai 2/3 tabung, centrifuge selama 10 menit, tabung diambil dan diletakkan berdiri pada rak tabung, kemudian tambahkan NaCL jenuh lagi sampai permukaannya cembung, setelah dibiarkan selama 5 menit cairan yang cembung dalam tabung centrifuge tersebut ditempel dengan gelas objek.

Spesimen Dalam praktikum Kesehatan Ternak ini, adapun metoda yang dilakukan adalah persiapan, ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum pengambilan spesimen atau melakukan bedah bangkai agar pelaksanaannya dapat dilakukan dengan sempurna antara lain : Anamnesis, pemeriksaan luar, dan pemeriksaan klinis. Anamnesis merupakan langkah yang pertama adalah melakukan anamnesis, yaitu mengumpulkan informasi dari pemilik tentang kejadian penyakitnya. Hal yang dianggap perlu antara

lain jenis ternak, jenis kelamin, lamanya sakit, apakah mati dengan sendirinya atau dibunuh dan kapan kejadiannya. Jumlah ternak yang sakit dan yang mati, jumlah ternak dalam satu kelompok, riwayat vaksinasi dan pengobatan yang telah dilakukan. Pemeriksaan luar : apabila ternak yang dikirim dalam keadaaan bangkai atau mati, maka perlu dilakukan pemeriksaan luar secara seksama terutama untuk memperoleh tambahan informasi yang dapat dipakai sebagai petunjuk tentang penyakitnya atau penyebab kematian dengan mempelajari perubahan tubuh atau organ yang spesifik. Pemeriksaan klinis : apabila ternak yang dikirim dalam keadaan sakit atau masih hidup, perlu dilakukan pemeriksaan klinis sebelum dibunuh sarana penyimpanan spesimen dipersiapkan dalam keadaan siap seperti botol yang berisi formalin, media transpor, slide kaca, botol berisi alkohol, lampu spritus, cawan petri bebas hama, kapas, termos berisi es dan alat-alat lain yang diperlukan. Setelah itu praktikan diharapkan untuk membunuh itik yang telah tersedia dengan menggunakan pisau yang tajam, kemudian setelah itu cabuti bulunya secara hati-hati. Setelah itu robek perlahan-lahan dagingitik tersebut supaya organ dalam yang diharapkan tidak rusak. Setelah itu organ tersebut dipotong sepanjang 10 cm sebagi spesimen. Setelah itu masukkan formalin dan masukkan ke dalam botol dan simpan.

Vaksinasi ND Dalam praktikum metoda yang digunakan adalah untuk vaksinasi ND melalui injeksi ( suntikan ) antara lain jika menggunakan alat suntik kaca, maka alat suntik tersebut harus diseteril terlebih dahulu dengan cara direbus selama 30 menit ( dihitung pada saat air mulai mendidih ). Lepaskan bagian-bagian alat suntik sebelum direbus. Jika menggunakan alat suntik plastik hanya boleh dipakai satu kali saja, kemudian larutkan vaksin tersebut dengan menggunakan larutan aquadestilata sesuai kebutuhan. Dosis yang digunakan antara 0,5 1.0 cc/ekor. Jika kita mengunakan vaksin ND strain la sota 50 dosis, dan jika dosis setiap 1 ekor ayam : 1 cc/ekor, maka larutan 1 vial vaksin dengan 50 cc aquadestilata kemudian simpan dalam termos yang berisi es batu. Jika dosis yang digunakan 0,5 cc/ekor, maka 1 vial vaksin 50 dosis dilarutkan dalam 25 cc aquadestilata. Kemudian suntikan 1 cc atau 0,5 cc/ekor pada otot dada atau otot paha ( selama vaksinasi berlangsung vaksin harus disimpan dalam termos es ). Larutan vaksin harus habis dalam waktu 2 jam.

Penyakit Ektoparasit Metoda dari praktikum ini yaitu insecta pengumpulan (koleksi) insecta nyamuk dan lalat dengan cara menangkap insecta dengan menggunakan jaring atau membunuh dengan insectisida. Caplak mengumpulkan (koleksi) caplak dengan car mengambil atau melepaskan caplak dari tubuh induk semang dengan menggunakan tangan atau pinset.

Kutu pengambilan specimen untuk kutu dilakukan dengan menggunakan cotton swat atau mengerikan pada lesi akibat kutu dengan menggunakan scalpel sampai lesi berdarah.

TINJAUAN PUSTAKA Endoparasit adalah jenis protozoa yang menyerang ternak dari dalam tubuh yang biasanya berkembang di dalam tubuh ternak dan menyebabkan ternak mengalami kegelisahan pada ternak tersebut sehingga mengganggu aktivitas dari ternak itu sendiri sehingga mengakibatkan ternak tidak mau makan dan akhirnya mengalami kekurusan pada ternak tersebut walaupun ternak tersebut makan banyak akan tetapi ternak juga akan mengalami kekurusan karena makanan yang dimakan akan dimakan lagi oleh cacing yang bersifat parasit di dalam tubuh ternak. Menurut Dirkeswan ( 1980 ), menyatakan bahwa endoparasit merupakan cacing yang dapat mengganggu aktivitas dari ternak yang dapat mengakibatkan ternak akan kehilangan nafsu makan karena akibat dari cacing yang setiap waktunya mengalmi perkembangan. Sedangkan menurut Lapage ( 1956 ) menyatakan bahwa parasit yang terdapat dalam tubuh ternak jika sudah berkembang akan memberikan respon yang negatif terhadap ternak sehingga perlahanperlahan akan menyebabkan kematian bagi ternak. Banyak jenis cacing yang terdapat di dalam tubuh ternak akan tetapi bersifat parasit. Menurut rahardjo (2004), menyatakan penyakit parasit memang tidak membunuh seekor ternak akan tetapi dapat mengganggu sistim pencernaan sehingga akan menyebabkan nafsu makan ternak akan berkurang. Dalam praktikum ini di dapatkan hasil antara lan Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tortora (2001) menyatakan bahwa parsit cacing yang sering menyerang ternak domba adalah jenis cacing E. granulosa ( sporulated ).

Vaksinasi adalah memasukkan virus ND yang telah dilemahkan dengan cara menyuntikan kedalam tubuh ternak sehingga ternak dapat mengetahui bahwa virus yang datang adalah virus ND sehingga pada saat diserang virus ND yang ternak mengetahui bahwa virus yang menyerangnya adalah ND. Menurut Dirkeswan ( 1980 ) menyatakan bahwa vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling sering digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit. Ada beberapa tipe vaksin yang digunakan antara lain : Vaksin virus hidup ( live virus vaccine )vaksin yang dilemahkan, dan vaksin yang dimatikan. Menurut Rahardjo (2004) menyatakan bahwa organisme yang digunakan untuk menghasilkan vaksin telah dimatikan dan tidak memiliki kemampuan untuk menularkan penyakit pada ayam. Tipe vaksin diatas merupakan golongan vaksin yang dimatikan atau dapat dikatakan memvaksin secara langsung. Cara pelaksanaan vaksin ada beberapa cara natara lain : dapat melalui tetes hidung, tetes mulut, suntik daging, suntik bawah kulit, melalui air minum, penyemprotan, tusuk jarum, dan dapat juga melalui pakan. Pada praktikum ini cara pelaksanaanya dapat dilakukan dengan cara suntik bawah kulit. Menurut Tortora (2001) menyatakan vaksinasi dilaksanakan dengan cara penyuntikan yang dilakukan di bawah kulit, yang biasanya disekitar leher. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan ketika melaksanakan vaksinasi dengan cara : melihat kondisi ayam, jadwal vaksinasi, laporan kegiatan vaksinasi, menghindari faktor yang bisa mematikan vaksin, perlakuan pasca vaksinasi. Menurut Ressang (1984) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika dilihat dari kondisi ayam antara

lain adalah : kondisi ayam harus sehat, ketika melaksanakan vaksinasi, ayam harus diperlakukan secara hati-hati agar terhindar dari stress fisik berlebihan, pelaksanaan vaksinaasi harus sesuai dengan rekomendasi. Spesimen adalah suatu sampel yang diambil dari seekor ternak yang di ambil adalah organ dalam dari ternak guna untuk pengujian di laboratorium. Menurut Dirkeswan ( 1980 ) menyatakan bahwa vaksinasi merupakan sampel yang diambil dari seekor ternak dengan tujuan supaya organ tersebut tahan lama. Spesimen dapat dilakukan dengan memasukkan cairan formalin ke dalamnya supaya organ tersebut tetap awet jika pada sewaktu saat dibutuhkan. Cara pengambilannya denga langkah yang pertama kali dilakukan dengan membunuh ternak itu sendiri supaya mudah untuk mengambil organ di dalamnya untuk dijadikan spesimen yang kemudian dilakukan dilakukan pemotongan secara hati-hati. Menurut Tortora (2001) menyatakan bahwasanya spesimen yang diambil jika tetap awet maka harus dimasukkan cairan formalin supaya organ yang diharapkan untuk dijadikan spesimen akan tetap utuh dan tidak rusak. Spesimen harus disimpan dalam sebuah botol yang nantinya akan diisi dengan formalin dan organ dari ternak itik yang kemudian sebagi tempat untuk meletakkan cairan formalin supaya dapat memperoleh hasil yang diinginkan selain itu juga dapat mencegah dari kerusakan. Di bawah ini ada cara penyimpanan spesimen yang baik adalah : Menurut ressang (1984) yang menyatakan bahwasanya spesimen yang telah didapatkan harus diberi cairan formalin supaya organ tersebut tetap utuh. Kemudian dilanjutkan oleh Rahardjo (2001) yang menyatakan

bahwa penyimpanan spesimen yangbaik dapat disimpan di dalam botol yang tertutup rapat dan diberi formalin agar tetap awet. Spesimen adalah suatu sampel yang diambil dari seekor ternak yang di ambil adalah organ dalam dari ternak guna untuk pengujian di laboratorium. Menurut Dirkeswan ( 1980 ) menyatakan bahwa vaksinasi merupakan sampel yang diambil dari seekor ternak dengan tujuan supaya organ tersebut tahan lama. Spesimen dapat dilakukan dengan memasukkan cairan formalin ke dalamnya supaya organ tersebut tetap awet jika pada sewaktu saat dibutuhkan. Cara pengambilannya denga langkah yang pertama kali dilakukan dengan membunuh ternak itu sendiri supaya mudah untuk mengambil organ di dalamnya untuk dijadikan spesimen yang kemudian dilakukan dilakukan pemotongan secara hati-hati. Menurut Tortora (2001) menyatakan bahwasanya spesimen yang diambil jika tetap awet maka harus dimasukkan cairan formalin supaya organ yang diharapkan untuk dijadikan spesimen akan tetap utuh dan tidak rusak. Spesimen harus disimpan dalam sebuah botol yang nantinya akan diisi dengan formalin dan organ dari ternak itik yang kemudian sebagi tempat untuk meletakkan cairan formalin supaya dapat memperoleh hasil yang diinginkan selain itu juga dapat mencegah dari kerusakan. Di bawah ini ada cara penyimpanan spesimen yang baik adalah : Menurut ressang (1984) yang menyatakan bahwasanya spesimen yang telah didapatkan harus diberi cairan formalin supaya organ tersebut tetap utuh. Kemudian dilanjutkan oleh Rahardjo (2001) yang menyatakan

bahwa penyimpanan spesimen yangbaik dapat disimpan di dalam botol yang tertutup rapat dan diberi formalin agar tetap awet. Vaksinasi adalah memasukkan virus AI (Avian Influensa) yang telah dilemahkan dengan cara menyuntikan kedalam tubuh ternak sehingga ternak dapat mengetahui bahwa virus yang datang adalah virus AI (Avian Influensa) sehingga pada saat diserang virus ND yang ternak mengetahui bahwa virus yang menyerangnya adalah ND. Menurut Dirkeswan ( 1980 ) menyatakan bahwa vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling sering digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit. Ada beberapa tipe vaksin yang digunakan antara lain : Vaksin virus hidup ( live virus vaccine )vaksin yang dilemahkan, dan vaksin yang dimatikan. Menurut Rahardjo (2004) menyatakan bahwa organisme yang digunakan untuk menghasilkan vaksin telah dimatikan dan tidak memiliki kemampuan untuk menularkan penyakit pada ayam. Tipe vaksin diatas merupakan golongan vaksin yang dimatikan atau dapat dikatakan memvaksin secara langsung Cara pelaksanaan vaksin ada beberapa cara antara lain : dapat melalui tetes hidung, tetes mulut, suntik daging, suntik bawah kulit, melalui air minum, penyemprotan, tusuk jarum, dan dapat juga melalui pakan. Pada praktikum ini cara pelaksanaanya dapat dilakukan dengan cara suntik bawah kulit. Menurut Tortora (2001) menyatakan vaksinasi dilaksanakan dengan cara penyuntikan yang dilakukan di bawah kulit, yang biasanya disekitar leher. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan ketika melaksanakan vaksinasi dengan cara : melihat kondisi ayam, jadwal vaksinasi, laporan kegiatan vaksinasi, menghindari faktor yang bisa mematikan vaksin,

perlakuan pasca vaksinasi. Menurut Ressang (1984) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika dilihat dari kondisi ayam antara lain adalah : kondisi ayam harus sehat, ketika melaksanakan vaksinasi, ayam harus diperlakukan secara hati-hati agar terhindar dari stress fisik berlebihan, pelaksanaan vaksinasi harus sesuai dengan rekomendasi. Vaksin AI (Avian Influensa) dilakukan bedasarkan umur ayam yang akan di vaksinasikan, karena vaksin AI biasanya dilakukan beda dengan Vaksin ND yang biasanya dilakukan penetesan pada hidung, mata dan dapat melalui air minum. Akan tetapi pada vaksinasi AI ini dilakukan dengan cara penyuntikan dilakukan di bagian lehernya. Menurut Ressang (1984), menyatakan bahwa untuk vaksinasi AI dapat dilakukan dengan cara menyuntik dibagian leher dengan menyuntik bagian dagingnya, supaya vaksin tersebut masuk secara sempurna ke dalam tubuh ternak tersebut.

HASIL PEMBAHASAN

Penyakit Endoparasit Endoparasit adalah jenis protozoa yang menyerang ternak dari dalam tubuh yang biasanya berkembang di dalam tubuh ternak dan menyebabkan ternak mengalami kegelisahan pada ternak tersebut sehingga mengganggu aktivitas dari ternak itu sendiri sehingga mengakibatkan ternak tidak mau makan dan akhirnya mengalami kekurusan pada ternak tersebut walaupun ternak tersebut makan banyak akan tetapi ternak juga akan mengalami kekurusan karena makanan yang dimakan akan dimakan lagi oleh cacing yang bersifat parasit di dalam tubuh ternak. Menurut Dirkeswan ( 1980 ), menyatakan bahwa endoparasit merupakan cacing yang dapat mengganggu aktivitas dari ternak yang dapat mengakibatkan ternak akan kehilangan nafsu makan karena akibat dari cacing yang setiap waktunya mengalmi perkembangan. Sedangkan menurut Lapage ( 1956 ) menyatakan bahwa parasit yang terdapat dalam tubuh ternak jika sudah berkembang akan memberikan respon yang negatif terhadap ternak sehingga perlahan-perlahan akan menyebabkan kematian bagi ternak. Banyak jenis cacing yang terdapat di dalam tubuh ternak akan tetapi bersifat parasit. Menurut rahardjo (2004), menyatakan penyakit parasit memang tidak membunuh seekor ternak akan tetapi dapat mengganggu sistim pencernaan sehingga akan menyebabkan nafsu makan ternak akan berkurang. Dalam praktikum ini di dapatkan hasil antara lan Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tortora (2001) menyatakan bahwa parsit cacing yang sering menyerang ternak domba adalah jenis cacing E. granulosa ( sporulated ).

Vaksinasi ND Strain B-1 Vaksinasi adalah memasukkan virus ND yang telah dilemahkan dengan cara menyuntikan kedalam tubuh ternak sehingga ternak dapat mengetahui bahwa virus yang datang adalah virus ND sehingga pada saat diserang virus ND yang ternak mengetahui bahwa virus yang menyerangnya adalah ND. Menurut Dirkeswan ( 1980 ) menyatakan bahwa vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling sering digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit. Ada beberapa tipe vaksin yang digunakan antara lain : Vaksin virus hidup ( live virus vaccine )vaksin yang dilemahkan, dan vaksin yang dimatikan. Menurut Rahardjo (2004) menyatakan bahwa organisme yang digunakan untuk menghasilkan vaksin telah dimatikan dan tidak memiliki kemampuan untuk menularkan penyakit pada ayam. Tipe vaksin diatas merupakan golongan vaksin yang dimatikan atau dapat dikatakan memvaksin secara langsung. Cara pelaksanaan vaksin ada beberapa cara natara lain : dapat melalui tetes hidung, tetes mulut, suntik daging, suntik bawah kulit, melalui air minum, penyemprotan, tusuk jarum, dan dapat juga melalui pakan. Pada praktikum ini cara pelaksanaanya dapat dilakukan dengan cara suntik bawah kulit. Menurut Tortora (2001) menyatakan vaksinasi dilaksanakan dengan cara penyuntikan yang dilakukan di bawah kulit, yang biasanya disekitar leher.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan ketika melaksanakan vaksinasi dengan cara : melihat kondisi ayam, jadwal vaksinasi, laporan kegiatan vaksinasi, menghindari faktor yang bisa mematikan vaksin, perlakuan pasca vaksinasi. Menurut Ressang (1984) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika dilihat dari kondisi ayam antara lain adalah : kondisi ayam harus sehat, ketika melaksanakan vaksinasi, ayam harus diperlakukan secara hati-hati agar terhindar dari stress fisik berlebihan, pelaksanaan vaksinaasi harus sesuai dengan rekomendasi. Spesimen Spesimen adalah suatu sampel yang diambil dari seekor ternak yang di ambil adalah organ dalam dari ternak guna untuk pengujian di laboratorium. Menurut Dirkeswan ( 1980 ) menyatakan bahwa vaksinasi merupakan sampel yang diambil dari seekor ternak dengan tujuan supaya organ tersebut tahan lama. Spesimen dapat dilakukan dengan memasukkan cairan formalin ke dalamnya supaya organ tersebut tetap awet jika pada sewaktu saat dibutuhkan. Cara pengambilannya denga langkah yang pertama kali dilakukan dengan membunuh ternak itu sendiri supaya mudah untuk mengambil organ di dalamnya untuk dijadikan spesimen yang kemudian dilakukan dilakukan pemotongan secara hati-hati. Menurut Tortora (2001) menyatakan bahwasanya spesimen yang diambil jika tetap awet maka harus dimasukkan cairan formalin supaya organ yang diharapkan untuk dijadikan spesimen akan tetap utuh dan tidak rusak.

Spesimen harus disimpan dalam sebuah botol yang nantinya akan diisi dengan formalin dan organ dari ternak itik yang kemudian sebagi tempat untuk meletakkan cairan formalin supaya dapat memperoleh hasil yang diinginkan selain itu juga dapat mencegah dari kerusakan. Di bawah ini ada cara penyimpanan spesimen yang baik adalah :

Menurut ressang (1984) yang menyatakan bahwasanya spesimen yang telah didapatkan harus diberi cairan formalin supaya organ tersebut tetap utuh. Kemudian dilanjutkan oleh Rahardjo (2001) yang menyatakan bahwa penyimpanan spesimen yangbaik dapat disimpan di dalam botol yang tertutup rapat dan diberi formalin agar tetap awet. Spesimen adalah suatu sampel yang diambil dari seekor ternak yang di ambil adalah organ dalam dari ternak guna untuk pengujian di laboratorium. Menurut Dirkeswan ( 1980 ) menyatakan bahwa vaksinasi merupakan sampel yang diambil dari seekor ternak dengan tujuan supaya organ tersebut tahan lama. Spesimen dapat dilakukan dengan memasukkan cairan formalin ke dalamnya supaya organ tersebut tetap awet jika pada sewaktu saat dibutuhkan. Cara pengambilannya denga langkah yang pertama kali dilakukan dengan membunuh ternak itu sendiri supaya mudah untuk mengambil organ di dalamnya untuk dijadikan spesimen yang kemudian dilakukan dilakukan pemotongan secara hati-hati. Menurut Tortora (2001) menyatakan

bahwasanya spesimen yang diambil jika tetap awet maka harus dimasukkan cairan formalin supaya organ yang diharapkan untuk dijadikan spesimen akan tetap utuh dan tidak rusak. Spesimen harus disimpan dalam sebuah botol yang nantinya akan diisi dengan formalin dan organ dari ternak itik yang kemudian sebagi tempat untuk meletakkan cairan formalin supaya dapat memperoleh hasil yang diinginkan selain itu juga dapat mencegah dari kerusakan. Di bawah ini ada cara penyimpanan spesimen yang baik adalah : Menurut ressang (1984) yang menyatakan bahwasanya spesimen yang telah didapatkan harus diberi cairan formalin supaya organ tersebut tetap utuh. Kemudian dilanjutkan oleh Rahardjo (2001) yang menyatakan bahwa penyimpanan spesimen yangbaik dapat disimpan di dalam botol yang tertutup rapat dan diberi formalin agar tetap awet.

Vaksinasi Strain La Sota Vaksinasi adalah memasukkan virus AI (Avian Influensa) yang telah dilemahkan dengan cara menyuntikan kedalam tubuh ternak sehingga ternak dapat mengetahui bahwa virus yang datang adalah virus AI (Avian Influensa) sehingga pada saat diserang virus ND yang ternak mengetahui bahwa virus yang menyerangnya adalah ND. Menurut Dirkeswan ( 1980 ) menyatakan bahwa vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling sering digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit. Ada beberapa tipe vaksin yang digunakan antara lain : Vaksin virus hidup ( live virus vaccine )vaksin yang dilemahkan, dan vaksin yang

dimatikan. Menurut Rahardjo (2004) menyatakan bahwa organisme yang digunakan untuk menghasilkan vaksin telah dimatikan dan tidak memiliki kemampuan untuk menularkan penyakit pada ayam. Tipe vaksin diatas merupakan golongan vaksin yang dimatikan atau dapat dikatakan memvaksin secara langsung.

4.2. Tata Cara Pelaksanaan Vaksin AI (Avian Influensa) Cara pelaksanaan vaksin ada beberapa cara antara lain : dapat melalui tetes hidung, tetes mulut, suntik daging, suntik bawah kulit, melalui air minum, penyemprotan, tusuk jarum, dan dapat juga melalui pakan. Pada praktikum ini cara pelaksanaanya dapat dilakukan dengan cara suntik bawah kulit. Menurut Tortora (2001) menyatakan vaksinasi dilaksanakan dengan cara penyuntikan yang dilakukan di bawah kulit, yang biasanya disekitar leher. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan ketika melaksanakan vaksinasi dengan cara : melihat kondisi ayam, jadwal vaksinasi, laporan kegiatan vaksinasi, menghindari faktor yang bisa mematikan vaksin, perlakuan pasca vaksinasi. Menurut Ressang (1984) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika dilihat dari kondisi ayam antara lain adalah : kondisi ayam harus sehat, ketika melaksanakan vaksinasi, ayam harus diperlakukan secara hati-hati agar terhindar dari stress fisik berlebihan, pelaksanaan vaksinasi harus sesuai dengan rekomendasi.

Vaksin AI (Avian Influensa) dilakukan bedasarkan umur ayam yang akan di vaksinasikan, karena vaksin AI biasanya dilakukan beda dengan Vaksin ND yang biasanya dilakukan penetesan pada hidung, mata dan dapat melalui air minum. Akan tetapi pada vaksinasi AI ini dilakukan dengan cara penyuntikan dilakukan di bagian lehernya. Menurut Ressang (1984), menyatakan bahwa untuk vaksinasi AI dapat dilakukan dengan cara menyuntik dibagian leher dengan menyuntik bagian dagingnya, supaya vaksin tersebut masuk secara sempurna ke dalam tubuh ternak tersebut. Penyakit Ektoparasit Kutu pada ayam Pada ayam kutu ditemukan ditemukan di bagian kepalanya (caput). Kutu yang mengigit Bagian kepala (caput) ruas kepala/buku-buku kepala Bagian tubuh/dada ruas-ruasnya =11 ruas. Bagian kaki, ruas-ruasnya =3 ruas. Jumlah kaki =6 Klasifikasi Pylum : Arthopoda Claas : Insecta Ordo : Mallophaga Family : Eomenocanthdae Genus : Eomenocaanthus Spesies : Eomenocaanthus. Sp.

Kutu pada Anjing Kutu pada anjing ditemukan pada kepala anjing Bagian kaki ruasnya Jumlah kakinya Bagian kepala ruasnya Klasifikasi Pylum : Arthopoda Claas : Insecta Ordo : Mallophaga Family : Dipylidiae Genus : Dipylidium Spesies : Dipyliumcaninum Kutu pada Sapi (damalinia bovis) Klasifikasi Pylum : Arthopoda Claas : Insecta Ordo : Ixodrina Family : Ixodadae Genus : Damalinia Spesies : Damalinia boves = 6 ruas =8 =1

Bagian tubuh, dada ruasnya = 1

Caplak pada sapi bagian kakinya beruas = 6 buah jumlah kaki bagian kepala ruasnya =8 =1

bagian tubuhnya ruasnya = 2

Klasifikasi Pylum : Arthopoda Claas : Insecta Ordo : Ixodrina Family : Ixodrinaea Genus : Rhipicepahalus. Spesies : Rhipicephalus. Sp Caplak pada Kambing Klasifikasi Pylum : Arthopoda Claas : Insecta Ordo : Mallophaga

Genus : Amblymodeae Spesies . Amblymomma hebraeu Caplak pada Domba

Ditemukan di tubuh domba di kandang caplak keras bagian kaki ruasnya = 7 jumlah kakinya ruas kepalanya =8 =1

ruas dada tubuhnya = 1

Klasifikasi Pylum : Arthopoda Claas : Insecta Ordo : Ixodrina Family : Boophiludeae Genus : Boophilus Spesies : Boopphilus everti Lalat Lalat ditemukan di kandang domba Bagian kepalanya ruasnya Ruas tubuhnya Jumlah kaki sayap ruasnya Klasifikasi Pylum : Arthopoda Claas : Insecta =2 =2 =6 =2

Ordo

: Diptera

Genus : Tabanus Spesies : Tabanus. Sp

Kutu Kerbau Klasifikasi Pylum : Arthopoda Claas : Insecta Ordo : Mallophaga Family : Haeatopiae Genus : Haeatopinus Spesies : Haematopinus eurysternus

PENUTUP Kesimpulan

Penyakit Endoparasit Dari paraktikum kesehatan ternak dengan materi praktikum mengenai penyakit endoparasit tentang protozoa. Bahwasanya di dalam feses domba ditemukan dua jenis protozoa. Vaksinasi ND Dari paraktikum kesehatan ternak dengan materi praktikum mengenai vaksinasi .bahwasanya didapatkan dengan menggunakan suntikan dengan ND strain la sota bahwasanya terjadi 2 kejadian antara lain pada ayam yang disuntik dalam keadaan baik dan ada pula ayam yang disuntik terjadi pendarahan akibat kesalahan suntik sehingga dapat menyebabkan pendarahan pada ayam yang akan lama berhentinya. Spesimen Dari paraktikum Kesehatan Ternak dengan materi praktikum mengenai Penanganan dan Pengiriman Spesimen ke Laboratorium Penyidik Penyakit Hewan adalah bahwasanya di dalam itik tersebut adapun organ yang dijadikan spesimen atau sampel adalah saluran pernafasan, ventrikulus, hati, jantung, empedu, usus halus yang terbagi menjadi duodenum, yeyenum elium, dan sekum, rektum dan kolon, kemudian pankreas.

Spesimen yang digunakan dapat diawetkan dengan menggunakan formalin dengan menyuntikan formalin ke dalam organ terak tersebut sebelum dimasukkan ke dalam botol. Koleksi dan Identifikasi Ektoparasit Parasit yang hidupnya di luar tubuh (permukaan kulit tubuh) induk semang. Ektoparasit termasuk dalam Phylum Arthopoda yaitu binatang yang beruas-ruas. Ektoparasit terdiri atas bagian kepala (Caput atau Cephalus), bagian dada (Thorax) dan bagian belakang (Abdomen). Ektoparasit seperti insecta : Nyamuk dan Lalat, Caplak, dan kutu hewan mamalia menyusui. Klafikasi ektoparasit belum ditemukan secara lengkap, dengan pemeriksaan yang dilakukan maka ektoparasit dapat beridentifikasi secara detail dan spesifik. Saran Di dalam melaksanakan praktikum ini sebaiknya peserta praktikum terlebih dahulu menyediakan alat dan bahan tepat pada waktu praktikum dan memenuhi perjanjian praktikum. Di dalam melaksanakan praktikum peserta praktikum harus menyediakan jenis-jenis endoparasit , ektoparasit, DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1980. Kawan Beternak II.. Jakarta Press. Jakarta.

Anonymous. 1975. Penataran Ilmu Penyakit Unggas. Panitia Penyelengara Penataran Ilmu Penyakit Unggas. Yogyakarta. Akoso, B. T. Manual Keshatan Ternak. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Becker, E. R. 1927. Protozoa pada Rumen dan Retikulum Kambing. M.S. Thesis, Univ. Urbana. Darmono. 1992. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius. Yogyakarta. Devendra, C. 1980. Produksi Kambing Didaerah Tropis. ITB. Bandung. Glenn, R. N. 1989. Parasitologi. Gadjah mada University Press. Yogyakarta. Horak. 1971. Avertebrate. Eka Offset. Semarang. Hirschmann, H. 1960. Reproduksi Arthropoda. Universitas N. Car. Press. Washington. Nugroho, E. 1989. Penyakit Ayam Di Indonesia. Ekka Offset. Semarang. Rangga, C.T. 1996. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Kanisius. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai