Anda di halaman 1dari 51

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah faktor yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia dituntut untuk meningkatkan mutu pendidikannya. Dalam hal ini, pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk memperbaiki mutu pendidikan, seperti penyediaan tenaga - tenaga pendidik yang profesional sesuai dengan tingkat pendidikan dan kebutuhan yang semakin kompleks. Dunia pendidikan mempunyai peranan penting yang cukup besar dalam membina kehidupan masyarakat menuju masa depan yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu baik secara langsung maupun tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan yang sejalan dengan kebutuhan manusia. Kualitas pendidikan di Indonesia belum cukup memuaskan jika disejajarkan dengan negara - negara lain. Perkembangan pendidikan di Indonesia belum menunjukkan peningkatan yang cukup besar. Kuantitas kelulusan ujian nasional tingkat SMA secara nasional tahun 2009 naik 2,3 % dari tahun sebelumnya. Data tersebut dirilis dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Tidak hanya itu peningkatan nilai rata-rata dari enam mata pelajaran yang diujikan hanya mengalami kenaikan 0,03 dari 7,21 pada 2008 menjadi 7,24 pada tahun 2009. (http://ujiannasional.org) Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia khususnya, perlu diperhatikan secara khusus bagaimana kegiatan belajar mengajarnya. Dalam proses pembelajaran seorang guru harus mengupayakan agar terjadinya suatu proses pembelajaran yang berhasil, dimana siswa memahami apa yang telah

dipelajarinya dalam jangka waktu pendek dan dalam jangka waktu panjang. Program pembelajaran yang dilakukan dapat menghasilkan suatu lulusan yang berkualitas. Pada proses belajar mengajar, guru akan memberikan ilmu

pengetahuannya kepada siswa dan siswa akan menerima pengetahuan dari guru. Karena itu, dalam kegiatan mengajar guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Seorang guru dapat mencapai hasil yang memadai dalam proses belajar mengajar, apabila guru selaku pendidik mampu mendayagunakan model serta pemilihan media yang tepat dalam pengajaran. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Binjai diketahui bahwa nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran biologi sekolah tersebut adalah 75. Dari data nilai ujian akhir semester (sumatif) di semester ganjil diketahui masih terdapat banyak siswa yang belum tuntas belajar yaitu sekitar 68,4% (Kelas XI-IPA 1) dan 83,6% (Kelas XI-IPA 2). Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, model pembelajaran yang diterapkan oleh guru seringkali adalah model konvensional atau dengan metode ceramah. Model ini membuat guru mendominasi kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga siswa menjadi pasif. Guru dijadikan sebagai satusatunya sumber informasi sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung satu arah dan pembelajaran hanya mengutamakan aspek kognitif tanpa memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik. Belajar mengajar pada dasarnya merupakan interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung kegiatan guru dan siswa atau dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam suasana edukatif untuk mencapai tujuan tertentu(Usman, 2009:4). Oleh karena itu, guru dalam mengajar dituntut kesabaran, keuletan, dan sikap terbuka di samping kemampuan dalam situasi belajar mengajar yang lebih aktif. Demikian pula dari siswa dituntut adanya semangat dan dorongan untuk belajar. Dalam proses belajar mengajar guru cenderung menggunakan model ceramah. Hal ini menyebabkan: 1) siswa banyak yang tidak mengerti materi yang disampaikan guru, mereka kadang asyik sendiri, 2) konsentrasi siswa kurang terfokus pada pembelajaran, 3) siswa cenderung bosan karena guru terlalu lama berdiri di depan kelas, 4) tidak adanya keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat sehingga siswa cenderung

bersifat pasif, 5) keberadaan guru pada waktu pembelajaran kurang mendapat perhatian siswa, 6) sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar siswa, 7) siswa lebih terfokus membuat catatan dan siswa akan cepat lupa, 8) pengetahuan dan kemampuan siswa hanya sebatas yang diberikan guru. Kenyataan di lapangan yang sering ditemui, model pembelajaran yang sering digunakan guru adalah model konvensional. Dalam model ini, guru berceramah sedangkan siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Ada kalanya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada hal - hal yang belum dipahaminya menyangkut materi yang dijelaskan. Namun hal ini tidak cukup kuat untuk merangsang siswa dalam meningkatkan keaktifannya dalam mengikuti proses pembelajaran. Kondisi ini merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran yang tepat pada pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, model pembelajaran yang tepat juga membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman dan memadatkan informasi. Oleh sebab itu, guru perlu mengembangkan pembelajaran yang dapat mengembangkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Salah satu upaya untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah dengan pengguanaan strategi yang tepat. Model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,Review) dan Talking Stick dapat menjadi pilihan strategi pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar dan aktifitas belajar siswa. Model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,Review) merupakan strategi membaca yang dapat mengembangkan meta-kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksamacermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatatmenandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapabagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (cartat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh (Syah, 2003:140).

Evaluasi merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran.dengan penilaian, guru akan mengetahuai perkembangan hasil belajar, inteligensi, bakat khusus, minat, hubungan social, sikap, dan kepribadian siswa. Alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur hasil belajar biasanya berupa tes yang diberikan pada akhir pokok bahasan. Hasil belajar siswa yang rendah menandakan bahwa siswa tersebut belum menguasai materi. Apabila hal ini terjadi maka sulit untuk mengulangi materi sebelumnya karena banyaknya materi yang telah diberikan. Saat meneliti jawaban dari siswa, guru biasanya hanya menunjukkan letak kesalahan dari pekerjaan siswa, tanpa memberitahukan jawaban yang benar dan bagaimana cara mencapainya. Hal ini mengakibatkan siswa kurang termotivasi untuk mencari jawaban yang benar. Siswa mungkin melakukan kesalahan yang sama saat mengerjakan soal yang serupa, sehingga siswa sulit untuk meningkatkan hasil belajarnya. Cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi masalah di atas yaitu dengan model pembelajaran Talking Stick. Model pembelajaran Talking Stick ini berupa pemberian pertanyaan kepada siswa. Talking Stick merupakan metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Metode ini diharapkan siswa akan lebih termotivasi dalam melakukan kegiatan belajar. Model pembelajaran Talking Stick ini secara umum bertujuan agar siswa mengetahui letak kesalahannya sehingga pada akhirnya siswa akan dapat mengerjakan soal-soal semacam itu sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh guru. Siswa diharapkan tidak mengulangi kesalahan yang sama saat mengerjakan soal yang serupa. Guru sebaiknya segera mengoreksi dan memberikan evaluasi pada pekerjaan siswa. Selanjutnya segera mengembalikannya kepada siswa. Cara ini akan lebih efektif karena siswa dapat segera memperbaiki kesalahan dalam mengerjakan soal. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul penelitian PERBEDAAN HASIL BELAJAR

BIOLOGI SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SQ3R (SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) DAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA SUB MATERI POKOK SISTEM REPRODUKSI MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 3 BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012 .

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan identifikasi masalah, yaitu: Pemilihan model pembelajaran masih kurang tepat sehingga membuat siswa kurang berminat untuk mempelajari biologi; Kecendrungan menggunakan metode tradisional; Hasil belajar biologi siswa masih cukup rendah; Siswa kurang aktif terlibat dalam aktifitas pembelajaran biologi.

1.3 Pembatasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada perbedaan hasil belajar biologi siswa dengan menggunakan model pembelajaran SQ3R dan model pembelajaran Talking Stick pada materi pokok sistem reproduksi manusia di kelas XI IPA SMA Negeri 3 Binjai Tahun Pembelajaran 2011/2012.

1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat disimpulkan rumusan masalah dari penelitian ini yaitu: Bagaimana hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,Review) dan model pembelajaran Talking Stick pada materi pokok sistem reproduksi manusia di kelas XI IPA SMA Negeri 3 Binjai Tahun Pelajaran 2011/2012; Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,Review) dan model

pembelajaran Talking Stick pada materi pokok sistem reproduksi manusia di kelas XI IPA SMA Negeri 3 Binjai Tahun Pelajaran 2011/2012; Bagaimana ketuntasan belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,Review) dan model pembelajaran Talking Stick pada materi pokok sistem reproduksi manusia di kelas XI IPA SMA Negeri 3 Binjai Tahun Pelajaran 2011/2012; Bagaimana ketercapaian indikator yang diajarkan dengan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,Review) dan model pembelajaran Talking Stick pada materi pokok sistem reproduksi manusia di kelas XI IPA SMA Negeri 3 Binjai Tahun Pelajaran 2011/2012.

1.5 Tujuan Penelitian Mengetahui hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,Review) dan model pembelajaran Talking Stick pada materi pokok sistem reproduksi manusia di kelas XI IPA SMA Negeri 3 Binjai Tahun Pelajaran 2011/2012; Mengetahui adanya perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,Review) dan model pembelajaran Talking Stick pada materi pokok sistem reproduksi manusia di kelas XI IPA SMA Negeri 3 Binjai Tahun Pelajaran 2011/2012; Mengetahui ketuntasan belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,Review) dan model pembelajaran Talking Stick pada materi pokok sistem reproduksi manusia di kelas XI IPA SMA Negeri 3 Binjai Tahun Pelajaran 2011/2012; Mengetahui ketercapaian indikator yang diajarkan dengan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,Review) dan model pembelajaran Talking Stick pada materi pokok sistem reproduksi manusia di kelas XI IPA SMA Negeri 3 Binjai Tahun Pelajaran 2011/2012

1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: Sebagai bahan masukan bagi guru dalam menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran yang sesuai dengan pokok bahasan; Sebagai masukan bagi peneliti untuk mempersiapkan diri menjadi guru yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran; Model yang tepat dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar; Memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi siswa tentang cara berdiskusi dengan model pembelajaran SQ3R sehingga dapat

dimanfaatkan siswa untuk menggali dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan belajar untyuk topik lain melalui sharing informasi dengan teman sebaya dan atau orang lain; Sebagai bahan acuan atau referensi bagi para peneliti yang melakukan penelitian yang sejenis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda benda, hewan, tumbuh tumbuhan, manusia, atau hal hal yang akan dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar (Dimyati dan Mudjiono, 2009:7). Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:9-17) ada beberapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda tentang belajar.

a. Belajar menurut Pandangan Skinner Skinner berpandangan bahwa belajar adalah perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun. Dalam belajar ditemukan hal berikut: 1) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pelajar, 2) respons si pelajar, dan 3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respons.

b. Belajar munurut Gagne Menurut Gagne, belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut berasal dari: i) stimulasi yang berasal dari lingkungan dan ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapasitas baru.

c. Belajar menurut Piaget Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerusdengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Perkembangan intelek melalui tahap-tahap berikut: (i) sensori motor (0;0-2;0 tahun), (ii) pra-operasional (2;0-7;0 tahun), (iii) operasional konkret (7;0-11;0 tahun), dan (iv) operasi formal (11;0- ke atas).

d. Belajar menurut Rogers Rogers menyayangkan praktek pendidikan di sekolah tahun 1960-an. Menurut pendapatnya, praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya mengahafalkan pelajaran. Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip

pendidikan. Prinsip pendidikan dan pembelajaran tersebut sebagai berikut: 1) menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar, 2) siswa akan mempelajari hal hal yang bermakna bagi dirinya, 3) pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan atu ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa, 4) belajar yang bermakna dalam masyarakatmodern berarti belajar tentang proses proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, dan bekerja sama melakukan perubahan, 5) belajar optimal terjadi bila siswa berpartisipasi secara tanggung jawab dalam belajar mengajar, 6) belajar mengalami (experiential learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri, dan 7) belajar menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh sungguh.

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada yang dipelajari oleh pembelajar. Jika pembelajar mempelajari

10

pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep (Anni, 2004:24). Untuk memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang diberikan selama proses belajar mengajar berlangsung digunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi. Prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan keberhasilan belajar siswa terhadap pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku). Dari ketiga hasil belajar tersebut yang paling tepat dalam poroses belajar pada pokok bahasan sistem reproduksi manusia yaitu aspek psikomotorik karena dalam pokok bahasan ini siswa dituntut untuk lebih terampil dan aktif dalam menjawab pertanyaan. Salah satu tes yang dapat melihat pencapaian hasil belajar siswa adalah dengan melakukan tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar yang dilaksanakan oleh siswa memiliki peranan penting, baik bagi guru ataupun bagi siswa yang bersangkutan. Bagi guru, tes prestasi belajar dapat mencerminkan sejauh mana materi pelajaran dalam proses belajar dapat diikuti dan diserap oleh siswa sebagai tujuan instruksional. Bagi siswa tes prestasi belajar bermanfaat untuk mengetahui sebagai mana kelemahan - kelemahannya dalam mengikuti pelajaran. (Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana, 2000:22)

2.1.3 Model Pembelajaran Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Jadi, model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas dan untuk menentukan perangkat perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku

11

buku, film, komputer, dan lain-lain. Menurut Arends (dalam Trianto, 2007: 5-6) istilah model pembelajaran mengarah kepada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem

pengelolaannya. 2.1.4 Model Pembelajaran SQ3R SQ3R merupakan suatu model membaca yang sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan rasional. Model membaca ini baik untuk keperluan studi. Model membaca untuk studi ini dianjurkan oleh seorang guru besar psikologi dari Ohio State University, yaitu Prof. Francis P. Robinson, tahun 1941. Model ini merupakan salah satu model membaca yang makin lama makin dikenal orang dan banyak digunakan. Kegiatan membaca dengan

menggunakan model SQ3R mencakup lima langkah sebagai berikut ini: 1. Survei (penelaahan pendahuluan), 2. Question (bertanya), 3. Read (baca), 4. Recite (mengutarakan kembali), 5. Review (mengulang kembali). Untuk menggunakan model ini, sebelum membaca kita melakukan survei terhadap bacaan atau buku untuk memperoleh gambaran umum dari suatu bacaan dengan cara melihat bagian permulaan dan akhir. Misalnya, pada saat akan

membaca buku, kita menyurvei terlebih dahulu judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit, daftar isi, kata pengantar, rangkuman, dan daftar pustaka. Setelah menyurvei buku, kita merumuskan beberapa pertanyaan untuk diri sendiri tentang bacaan tersebut yang diharapkan jawabannya ada dalam buku itu. Hal itu akan membantu dan menuntun kita memahami bacaan. Dengan bekal rumusan pertanyaan - pertanyaan tadi, barulah kita membaca. Pertanyaan itu merupakan penentuan yang dapat membantu pembaca menemukan informasi yang diinginkannya dengan cepat. Untuk mengetahui penguasaan terhadap bacaan, setelah membaca, kita lakukan kegiatan menceritakan/mengutarakan kembali dengan kata-kata sendiri.

12

Untuk membantu daya ingat, kita membuat catatan-catatan kecil. Kegiatan membaca dengan menggunakan model SQ3R diakhiri dengan kegiatan meninjau kembali/mengulang kembali apa yang sudah kita baca. Kita tidak perlu membaca ulang bacaan itu secara keseluruhan, tetapi hanya memeriksa bagian-bagianyang dianggap penting yang memberikan gambaran keseluruhan dari bacaan, juga untuk menemukan hal-hal penting yang mungkin terlewat pada saat kita membaca sebelumnya. Begitulah gambaran singkat kegiatan membaca yang menggunakan model SQ3R. Dengan demikian, yang dimaksud dengan SQ3R adalah suatu model membaca untuk menemukan ide-ide pokok dan pendukungnya serta membantu mengingat agar lebih tahan lama melalui lima langkah kegiatan, yaitu survei, question, read, recite, dan review. 2.1.4.1 Prinsip dan Langkah Langkah SQ3R Langkah 1 : Survey Jika kita membaca sebuah buku, apa yang pertama-tama kita lakukan? Apakah kita langsung membaca buku tersebut? Sebelum membaca, biasanya orang menyediakan waktu beberapa menit untuk mengenal keseluruhan anatomi buku. Caranya dengan membuka-buka buku secara cepat dan keseluruhan yang langsung tampak. Anatomi buku meliputi (1) bagian pendahuluan, seperti

halaman judul (judul, nama pengarang, penerbit, tempat penerbit, tahun terbit, dan sebagainya), daftar isi, halaman ucapan terima kasih, daftar tabel, dan daftar gambar (jika ada), barangkali juga halaman yang berisi persetujuan yang berwenang menerbitkan buku tersebut, dan abstraksi; (2) bagian isi buku, yang menggambarkan urutan dan tata penyajian isi buku; (3) bagian akhir buku, yaitu berisi kesimpulan, saran atau rekomendasi, daftar pustaka, dan indeks. Semua unsur dilihat secara sekilas, minimal untuk memberikan gambaran isi, kemenarikan, dan kemanfaatannya. Buku yang baik (bersifat ilmiah) hendaknya mengandung bagian-bagian buku tersebut. Jadi, dalam membaca buku tidak langsung masuk ke dalam batang tubuh bacaan tersebut. Apakah kita juga melakukan hal-hal yang sama sebelum membaca?(Soedarso, 2005:60-62)

13

Langkah 2 : Question Pada saat kita menghadapi sebuah bacaan, pernahkah kita mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang hal-hal yang berkaitan dengan bacaan? Pertanyaan-pertanyaan itu dapat menuntun kita memahami bacaan dan mengarahkan pikiran pada isi bacaan yang akan dimasuki sehingga kita bersikap aktif. Kita tidak hanya mengikuti apa saja yang dikatakan pengarang. Kita boleh mengkritik dan mempertanyakan apa yang dikatakan pengarang sambil nanti melihat buktinya.

Langkah 3 : Read Setelah kita menyurvei dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan, kita

mulai melakukan kegiatan membaca. Tidak perlu semua kalimat, kita dapat membaca dengan dituntun oleh pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan. Perlambat cara membaca kita pada bagian-bagian yang penting atau yang kita anggap sulit dan percepat kembali pada bagian-bagian yang tidak penting atau yang telah kita ketahui. Dengan demikian, kegiatan membaca kita relatif lebih cepat dan efektif, tetapi pemahaman yang menyeluruh tentang bacaan atau buku tersebut telah kita dapatkan. Pada langkah ini konsentrasi diri sangatlah penting.

Langkah 4 : Recite Setiap kita selesai membaca satu bagian berhentilah sejenak. Buatlah catatan - catatan penting tentang bagian yang dibaca itu dengan kata-kata sendiri, lakukan itu terus sampai kita selesai membaca. Catatan itu dapat berupa kutipan, simpulan, atau komentar kita. Jika kita masih mengalami kesulitan, ulangi sekali lagi bagian yang sulit itu. Catatan-catatan tersebut akan membantu kita untuk mengingat apa yang sudah dibaca agar tidak sampai terjadi begitu selesai membaca hilang pula apa yang telah kita baca.

Langkah 5 : Review Setelah kita selesai membaca buku secara keseluruhan, tinjau kembali halhal penting yang telah kita baca. Temukan bagian-bagian penting yang perlu

14

untuk diingat kembali, terutama hal-hal yang telah diberi tanda atau digarisbawahi. Pengulangan kembali ini akan membantu daya ingat kita untuk memperjelas pemahaman terhadap bacaan, juga membantu menemukan hal penting yang mungkin terlewat sebelumnya.Selain itu, kita juga mendapatkan isi buku secara keseluruhan. Dari uraian di atas, kita mengetahui bahwa kegiatan membaca dengan menggunakan model SQ3R akan lebih efektif dan efisien serta memungkinkan memberi hasil yang maksimal.

2.1.4.2 Kelebihan dan Kelemahan SQ3R Kelebihan : 1. Mendorong siswa untuk lebih memahami apa yang dibacanya 2. Terarah pada intisari atau kandungan-kandungan pokok yang tersirat dantersurat dalam suatu buku atau teks 3. Langkah-langkah yang ditempuh dalam model ini telah menggambarkan prosedur ilmiah 4. Informasi yang dipelajari dapat tersimpan dengan baik dalam sistem memori jangka panjang seseorang 5. Sangat tepat digunakan untuk pengajaran pengetahuan yang bersifat deklaratif berupa konsep-konsep, defenisi, kaidah-kaidah, dan

pengetahuan penerapan dalam kehidupan sehari-hari 6. Dapat membantu siswa yang daya ingatannya lemah untuk menghafal konsep-konsep pelajaran 7. Mudah diterapkan pada semua jenjang pendidikan 8. Mampu membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses bertanya dan mengkomunikasikan pengetahuannya 9. Dapat menjangkau materi pelajaran dalam cakupan yang luas

Kelemahan : 1. Untuk menempuh kelima prosedur di atas pada awalnya mungkin akan dirasakan berbelit belit apalagi belum terbiasa

15

2. Tidak dapat diterapkan pada pengajaran pengetahuan yang bersifat procedural seperti pada pengetahuan keterampilan 3. Sangat sulit dilaksanakan jika sarana seperti buku siswa (buku paket) tidak tersedia di sekolah 4. Tidak efektif dilaksanakan pada kelas dengan jumlah siswa yang terlalu besarkarena bimbingan guru tidak maksimal terutama dalam merumuskan pertanyaan

2.1.5 Model Pembelajaran Talking Stick Talking Stick merupukan salah satu metode yang dapat digunakan dalam model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa. Talking Stick adalah metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari meteri pokoknya. 2.1.5.1 Prinsip dan Langkah Langkah Talking Stick Adapun langkah-langkah dalam metode pembelajaran Inovatif model Talking Stick adalah : 1. Guru menyiapkan sebuah tongkat 2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya 3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya 4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru 5. Guru memberikan kesimpulan 6. Evaluasi , Yaitu berupa tes lisan dan refleksi

16

2.1.5.2 Kelebihan dan Kelemahan Talking Stick Dalam metode ini terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan antara lain: Kelebihan : Menguji kesiapan siswa Melatih siswa memahami materi dengan cepat Agar lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai)

Kelemahan : Membuat sport jantung pada siswa Membuat siswa tegang Ketakutan akan pertanyaan yang akan di berikan oleh guru Berdasarkan penerapan metode diatas diharapkan siswa mampu

melaksanakan pembelajaran dengan baik, dan gengan kelebihan serta kekurangan model tersebut diharapkan siswa mampu pula menikmati proses belajar mengajarnya.

2.1.6 Materi Sistem Reproduksi Manusia 2.1.6.1 Reproduksi Pria dan Proses Pembentukan Sperma A. Alat Kelamin Luar (Genetalia Eksternal) Alat kelamin luar pria terdiri atas : a) Penis : alat kelamin luar untuk kopulasi atau persetubuhan. Kopulasi adalah hubungan kelamin pria dan wanita untuk memindahkan semen ke saluran kelamin wanita. Di dalam penis terdapat uretra, yaitu saluran dikelilingi jaringan erektil berongga banyak dan banyak mengandung pembuluh darah. Apabila karena sesuatu hal, rongga ini berisi penuh oleh darah maka penis akan tegang dan mengembang disebut Ereksi. Alat reproduksi pria mulai dapat berfungsi semenjak masa puber, usia 14 tahun sampai tua, selama manusia itu dalam keadaan sehat. b) Scrotum : pembungku, pelindung testis, dan mengatur suhu spermatozoa

17

B. Alat Kelamin Dalam (Genetalia Internal) Alat kelamin dalam pria terdiri atas : a) Testis disebut juga gonad jantan. Sepasang, bentuk bulat telur. Tersimpan dalam kantong yang disebut skrotum. Kantong ini terletak di luar rongga perut. Sebagai alat memproduksi sel- sel sperma dan memproduksi hormon kelamin jantan yang disebut testoteron. Dalam testis banyak pembuluh- pembuluh halus disebut tubulus seminiferus. b) Saluran reproduksi (kelamin) pria. Sperma yang dihasilkan oleh testis akan keluar melalui saluran kelamin, yang terdiri atas: 1. Epididimis : saluran dari testis. Panjang dan berkelok- kelok dalam skrotum. Setiap testis mempunyai satu epididimis. Oleh sebab itu, epididimis manusia berjumlah sepasang. Dalam epididimis sperma sementara waktu, dan disinilah sperma masak dan dapat bergerak menuju saluran berikutnya, yaitu vas deferens. 2. Vas Deferens : saluran lanjutan epididimis. Vas deferens : saluran lurus dan mengarah ke atas. Bagian ujungnya dalam kelenjar prostat. Berfungsi mengangkut sperma dari epididimis ke vesikula seminalis. 3. Saluran Ejakulasi : menghubungkan kantong semen dengan uretra. Mampu menyemrotkan sperma tinggi ke uretra dan selanjutnya keluar. 4. Uretra : saluran dalam penis, akhir dari saluran reproduksi. Saluran ini mempunyai dua fungsi, yaitu : (1) sebagai alat pengeluaran, yaitu membuang urine keluar tubuh serta (2) sebagai saluran kelamin, yaitu sebagai saluran semen dari kantong mani. c) Kelenjar Kelamin bertugas memproduksi getah- getah kelamin. Kelenjar tersebut terdiri atas: 1. Vesikula Seminalis (kantong mani/kantong semen). Jumlahnya sepasang, terikat menjadi satu kantong. Dinding vesikula seminalis menghasilkan getah kekuningan mengandung zat getah kelamin. Cairan ini yang mencukupi kebutuhan makanan bagi sel- sel sperma. 2. Kelenjar Prostat menghasilkan getah yang dialirkan ke saluran sperma.

18

3. Kelenjar Bulbouretra (Cowper) menghasilkan getah yang dialirkan ke uretra. Getah berupa lendir. Sperma yang dihasilkan oleh testis, setelah bercampur dengan getah- getah dari kelenjar kelamin akan membentuk suatu komponen yang disebut semen. Pada saat terjadi kopulasi, semen dipancarkan keluar melalui uretra.

Gambar 2.1 Organ Reproduksi pada Pria (http://biologiwadud.webs.com/reproduksipria.htm)

Gambar 2.2 Anatomi Organ Reproduksi Pria (http://iceteazegeg.wordpress.com/2009/02/18/alatreproduksi-manusia/)

C. Pembentukan Sperma (Spermatogenesis) Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut

spermatogenesis. Terjadi di tubulus seminiferus, pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel di tubulus seminiferus kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan epitelium

19

germinal(epitelium benih) berfungsi saat spermatogenesis. Pintalan tubulus seminiferus dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari epitel germinal(epitel benih) disebut spermatogonia (spermatogonium=tunggal).

Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus membelah memperbanyak diri, sebagian spermatogonia berdiferensiasi melalui perkembangan tertentu membentuk sperma. Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron. Proses pembentukan

spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu: LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig menghasilkan testosteron. Masa pubertas, androgen/testosteron memacu sifat kelamin sekunder. FSH (Folicle Stimulating ABP Hormone) Binding merangsang Protein) sel Sertoli memacu

menghasilkan

(Androgen

yang

spermatogonium memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Terjadi di epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari. Spermatozoa masak terdiri dari : Kepala (caput), terdiri dari sel berinti tebal dengan sedikit sitoplasma, mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada membran permukaan di ujung kepala terdapat selubung tebal disebut akrosom (enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum). Leher (cervix), menghubungkan kepala dengan badan. Badan (corpus), banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma.

20

Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas deferen dan ductus ejakulotoris.

Gambar 2.3 Spermatogenesis(http://sandurezu.files.wordpress.com/2010/06/spermatogenesis.jpg)

2.1.6.2 Reproduksi Wanita dan Proses Pembentukan Ovum Organ reproduksi wanita dibedakan menjadi dua yaitu : A. Alat Kelamin Luar (Genetalia Eksternal) Organ reproduksi luar (genetalia eksternal) terdiri dari : 1. Tundum (monsveneris) : bagian menonjol meliputi simfisis, terdiri dari jaringan dan lemak, dan ditumbuhi rambut pada masa pubertas. 2. Vulva : celah yang terdapat dibagian luar dan terbagi menjadi 2 yaitu : 1. Labium mayor (bibir besar): sepasang bibir besar diluar dan membatasi vulva; 2. Labium minor (bibir kecil): sepasang bibir kecil didalam dan membatasi vulva 3. Klitoris : tonjolan kecil, terletak di depan vulva. Sering disebut kelentit 4. Vestibulum (serambi) : rongga diantara bibir kecil, muka belakang dibatasi klitoris dan perineum dalam vestibulum terdapat muaramuara dari liang senggama (introetus vagina), uretra, kelenjar bartolli, kelenjar skene kiri dan kanan.

21

5. Himen (selaput dara) : lapisan tipis menutupi introetus vagina, ditengahnya berlubang agar kotoran menstruasi keluar, mulut vagina dibagian ini berbeda, ada berbentuk bulan sabit, konsistensi kaku dan lunak, lubangnya ada seujung jari dan ada dapat dilalui satu jari 6. Perineum : terletak diantara vulva dan anus, panjangnya 4cm.

B. Alat Kelamin Dalam (Genetalia Internal) Organ reproduksi (genetalia internal) dalam terdiri dari : 1. Vagina : saluran menghubungkan uterus dan tubuh bagian luar. Sebagai organ kopulasi dan saluran persalinan (keluarnya bayi). 2. Ovarium : Sepasang di rongga perut daerah pinggang sebelah kiri dan kanan. Untuk menghasilkan ovum dan hormon seperti : 1. Estrogen mempertahankan sifat sekunder wanita serta membantu pematangan ovum; 2. Progesteron berfungsi memelihara masa kehamilan. 3. Fimbriae : serabut/silia lembut di bagian pangkal ovarium dekat ujung oviduct. Untuk menangkap ovum yang dikeluarkan ovarium. 4. Infundibulum : ujung oviduct berbentuk corong/membesar, dekat fimbriae dan menampung sel ovum yang telah ditangkap fimbriae. 5. Tuba fallopi : saluran memanjang setelah infundibulum sebagai tempat fertilisasi dan jalan ovum menuju uterus dengan bantuan silia 6. Oviduct : saluran panjang kelanjutan tuba fallopi. Sebagai tempat fertilisasi dan jalan ovum menuju uterus denga bantuan silia 7. Uterus : organ berongga dan berotot. Seperti buah pir dengan bagian bawah mengecil, sebagai tempat pertumbuhan embrio. Uterus manusia simpleks yaitu satu ruangan hanya untuk satu janin. Uterus mempunyai 3 macam lapisan dinding yaitu : 1. Perimetrium : lapisan yang terluar sebagai pelindung uterus; 2. Miometrium : lapisan kaya otot untuk kontraksi dan relaksasi uterus, melebar dan kembali ke bentuk semula setiap bulannya; 3. Endometrium : lapisan terdalam kaya sel darah merah. Bila tidak terjadi pembuahan, dinding endometrium meluruh dengan ovum

22

8. Cervix : bagian dasar uterus bentuk menyempit disebut leher rahim. Menghubungkan uterus dan saluran vagina. Jalan keluarnya janin. 9. Saluran vagina : saluran lanjutan cervix dan sampai pada vagina.

Gambar 2.4 Organ Reproduksi pada Pria (http://biologiwadud.webs.com/reproduksiwanita.htm)

Gambar 2.5 Anatomi Organ (http://www.google.co.id/imgres?q=alat+reproduksi+wanita)

Reproduksi

Wanita

C. Oogenesis Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.

23

Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun, meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut berada dalam keadaan istirahat(dorman). Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta oosit primer. Ketika mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya. Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupakan oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit primer). Selanjutnya, oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis kedua). Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun jika ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium. Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel) merupakan sel pembungkus penuh cairan yang menglilingi ovum. Folikel berfungsi untuk menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel

24

primer berkembang menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi corpus albican.

Gambar 2.6 Oogenesis (http://www.ldysinger.com/ThM_599d_Beg/02Biology/02oogenesis.jpg)

2.1.6.3 Masa Pubertas dan Menstruasi pada Wanita A. Masa Pubertas Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada wanita pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah. Kini, dikenal adanya pubertas dini pada remaja. Penyebab pubertas dini ialah bahwa bahan kimia DDT sendiri, DDE, mempunyai efek yang mirip dengan hormon estrogen. Hormon ini diketahui sangat berperan dalam mengatur perkembangan seks wanita.

25

Ciri pubertas

Gambar 2.7 Masa Pubertas (http://id.wikipedia.org/wiki/Pubertas)

Keterangan : 1. Follicle-stimulating hormone FSH 2. Luteinizing hormone LH 3. Progesteron 4. Estrogen 5. Hypothalamus 6. Pituitary gland 7. Ovary 8. Pregnancy - hCG (Human chorionic gonadotropin) 9. Testosterone 10. Testicle 11. Incentives 12. Prolactin - PRL Seorang anak akan menunjukkan tanda-tanda awal dari pubertas, seperti suara yang mulai berubah, tumbuhnya rambut-rambut pada daerah tertentu dan payudara membesar untuk seorang gadis. Untuk seorang anak perempuan, tandatanda itu biasanya muncul pada usia 10 tahun ke atas dan pada anak laki-laki, biasanya lebih lambat, yaitu pada usia 11 tahun ke atas. Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung-jawab atas munculnya dorongan seks. Pemuasan dorongan seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Namun

26

sejak tahun 1960-an, aktivitas seksual telah meningkat di antara remaja; studi akhir menunjukkan bahwa hampir 50 persen remaja di bawah usia 15 dan 75 persen di bawah usia 19 melaporkan telah melakukan hubungan seks.

Penyebab Munculnya Pubertas Penyebab munculnya pubertas ini adalah hormon yang dipengaruhi oleh hipofisis (pusat dari seluruh sistem kelenjar penghasil hormon tubuh). Berkat kerja hormon ini, remaja memasuki masa pubertas sehingga mulai muncul ciri-ciri kelamin sekunder yang dapat membedakan antara perempuan dan laki-laki. Dengan kata lain, pubertas terjadi karena tubuh mulai memproduksi hormonhormon seks sehingga alat reproduksi telah berfungsi dan tubuh mengalami perubahan. Hormon seks yang memengaruhi perempuan adalah estrogen dan progesteron yang diproduksi di indung telur, sedangkan pada laki-laki diproduksi oleh testis dan dinamakan testosteron. Hormon-hormon tersebut ada dalam darah dan memengaruhi alat-alat dalam tubuh sehingga terjadilah pertumbuhan.

Penyebab Perubahan Pubertas Peran Kelenjar Pituitary Kelenjar pituitary mengeluarkan dua hormon yaitu hormon pertumbuhan yang berpengaruh dalam menentukan besarnya individu, dan hormon gonadotrofik yang merangsang gonad untuk meningkatkan kegiatan. Sebelum masa puber secara bertahap jumlah hormon gonadotrofik semakin bertambah dan kepekaan gonad terhadap hormon gonadotrofik dan peningkatan kepekaan juga semakin bertambah, dalam keadaan demikian perubahan-perubahan pada masa puber mulai terjadi. Peran Gonad- Dengan pertumbuhan dan perkembangan gonad, organorgan seks yaitu ciri-ciri seks primer : bertambah besar dan fungsinya menjadi matang, dan ciri-ciri seks sekunder, seperti rambut kemaluan mulai berkembang. Interaksi Kelenjar Pituitary dan Gonad Hormon yang dikeluarkan oleh gonad, yang dirangsang hormon gonadotrofik yang dikeluarkan pituitary, selanjutnya bereaksi terhadap kelenjar ini dan menyebabkan secara berangsur-angsur

27

penurunan jumlah hormon pertumbuhan yang dikeluarkan sehingga menghentikan proses pertumbuhan, interaksi antara hormon gonadotrofik dan gonad berlangsung terus sepanjang kehidupan reproduksi individu, dan lambat laun berkurang menjelang wanita mendekati menopause dan pria mendekati climacteric.

B. Menstruasi pada Wanita Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause. Selain manusia, periode ini hanya terjadi pada primata-primata besar, sementara binatang-binatang menyusui lainnya mengalami siklus estrus. Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama, kadang-kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Biasanya, menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari. Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10mL hingga 80mL per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35mL per harinya. Biasanya pada saat menstruasi wanita memakai pembalut untuk menampung darah yang keluar saat beraktivitas terutama saat tidur agar bokong dan celana tidak basah dan tetap nyaman. Pembalut harus diganti minimal dua kali sehari untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi pada vagina atau gangguangangguan lainnya. Gunakanlah pembalut yang anti-bakteri dan mempunyai siklus udara yang lancar.

Siklus menstruasi Siklus menstruasi dibagi atas empat fase. 1. Fase menstruasi yaitu, luruh dan dikeluarkannya dinding rahim dari tubuh. Hal ini disebabkan berkurangnya kadar hormon seks. Hali ini secara bertahap terjadi pada hari ke-1 sampai 7.

28

2. Fase praovulasi yaitu, masa pembentukan dan pematangan ovum dalam ovarium yang dipicu oleh peningkatan kadar estrogen dalam tubuh. Hal ini terjadi secara bertahap pada hari ke-7 sampai 13. 3. Fase ovulasi/masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi wanita dimana sel telur yang matang siap untuk dibuahi. Apabila wanita tersebut melakukan hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi maka kemungkinan terjadi kehamilan 4. Fase pascaovulasi yaitu, masa kemunduran ovum bila tidak terjadi fertilisasi. Pada tahap ini, terjadi kenaikan produksi progesteron sehingga endometrium menjadi lebih tebal dan siap menerima embrio untuk berkembang. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka hormon seks dalam tubuh akan berulang dan terjadi fase menstruasi kembali.

Gambar 2.8 Menstruasi (http://id.wikipedia.org/wiki/Menstruasi)

2.1.6.4 Fertilisasi, Kehamilan, dan Perkembangan Embrio A. Fertilisasi Fertilisasi (pembuahan) adalah proses peleburan antara satu sel sperma dan satu sel ovum yang sudah matang. Proses pembuahan ini terjadi di bagian saluran Fallopii yang paling lebar. Sebelum terjadi poses pembuahan, terjadi beberapa proses sebagai berikut.

29

Ovum yang telah masak akan keluar dari ovarium. Proses tersebut dinamakan ovulasi. Ovum yang telah masak tersebutakan masuk ke saluran Fallopii. Jutaan sperma harus berjalan dari vagina menuju uterus dan masuk ke saluran Fallopii. Dalam perjalanan itu, kebanyakan sperma dihancurkan oleh mukus (lendir) asa di dalam uterus dan saluran Fallopii. Di antara beberapa sel sperma yang bertahan hidup, hanya satu yang masuk menembus membran ovum. Setelah terjadi pembuahan, membran ovum segera mengeras untuk mencegah sel sperma lain masuk. Hasil pembuahan adalah zigot. Kemudian mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut: 1. Zigot membelah menjadi 2 sel, 4 sel, dan seterusnya. 2. Dalam waktu bersamaan lapisan dinding dalam uterus menjadi tebal seperti spons, penuh dengan pembuluh darah, dan siap menerima zigot. 3. Karena kontraksi oto dan gerak silia diding saluran Fallopii, zigot menuju ke uterus dan menempel di dinding uterus untuk tumbuh dan berkembang. 4. Terbentuk plsenta dan tali pusat yang merupakan penghubung antara embrio dan jaringan ibunya. Fungsi plasenta dan tali pusat adalah mengalirkan oksigen dan zat-zat makanan dari ibu ke embrio, serta menglirkan sisa-sisa metabolisme dari embrio ke peredana darah ibunya. 5. Embrio dikelilingi cairan amnion yang berfungsi melindungi embrio dari bahaya benturan yang mungkin terjadi. 6. Embrio berusaha empat minggu sudah menunjukkan adanya pertumbuhan mata, tangan, dan kaki. 7. Setelah berusia enam minggu, embrio sudah berukuran 1,5 cm. Otak, mata, telinga, dan jantung sudah berkembang. Tangan dan kaki, serta jarijarinya mulai terbentuk. 8. Setelah berusia delapan minggu, embrio sudah tampak sebagai manusia dengan organ-organ tubuh lengkap. Kaki, tangan, serta jari-jariny telah berkembang. Mulai tahap ini sampai lahir, embrio disebut fetus (janin). 9. Setelah mencapai usia kehamilan kira-kira sembilan bulan sepuluh hari, bayi siap dilahirkan.

30

Jika ovum yang sudah masak tidak dibuahi oleh sperma, jaringan penyusun dinding rahim yang telah menebal dan mengandung banyak pembuluh darah akan rusak dan luruh/runtuh. Bersama-sama dengan ovum yang tidak dibuahi, jaringan tersebut dikeluarkan dari tubuh lewat vagina dalam proses yang disebut menstruasi (haid).

B. Kehamilan Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (mingguminggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1. Seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida 0. Dalam banyak masyarakat definisi medis dan legal kehamilan manusia dibagi menjadi tiga periode triwulan, sebagai cara memudahkan tahap berbeda dari perkembangan janin. Triwulan pertama membawa risiko tertinggi keguguran (kematian alami embrio atau janin), sedangkan pada masa triwulan ke-2 perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa. Triwulan ke-3 menandakan awal 'viabilitas', yang berarti janin dapat tetap hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan. Karena kemungkinan viabilitas janin yang telah berkembang, definisi budaya dan legal dari hidup seringkali menganggap janin dalam triwulan ke-3 adalah sebuah pribadi. Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1: seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida 0. Dalam banyak masyarakat definisi medis dan legal kehamilan manusia dibagi menjadi tiga periode triwulan, sebagai cara memudahkan tahap berbeda dari perkembangan janin. Triwulan pertama membawa risiko tertinggi keguguran

31

(kematian alami embrio atau janin), sedangkan pada masa triwulan ke-2 perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa. Triwulan ke-3 menandakan awal 'viabilitas', yang berarti janin dapat tetap hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan. Karena kemungkinan viabilitas janin yang telah berkembang, definisi budaya dan legal dari hidup seringkali menganggap janin dalam triwulan ke-3 adalah sebuah pribadi hidup yang baru.

C. Perkembangan Embrio Lama kehamilan rata rata 270 hari dari fertilisasi (284 hari dari hari pertama haid yang mendahului konsepsi). Selama kehamilan terjadi

perkembangan pada embrio, seperti pada gambar berikut :

Gambar 2.9 Perkembangan Janin / (http://3.bp.blogspot.com/_2IoFPRsFVKU/Ts1600/perkembangan-embryo.jpg)

Embrio

2.1.6.5 Melahirkan Hormon yang berperan dalam kelahiran adalah : 1. Relaksin merupakan hormon yang mempengaruhi peregangan otot simpisis pubis 2. Estrogen merupakan hormon yang mempengaruhi progesterone yang menghambat kontraksi uterus

32

3. Oksitosin merupakan hormon yang mempengaruhi kontraksi dinding uterus

2.1.6.6 Kontrasepsi Kontrasepsi adalah alat untuk mencegah kehamilan setelah berhubungan intim. Alat ini atau cara ini sifat tidak permanen dan memungkinkan pasangan untuk mendapatkan anak apabila diinginkan. Ada berbagai macam jenis Alat kontrasepsi yang tersedia di pasaran ,yang dapat dibeli dengan bebas. Jenis alat kontrasepsi tsb antara lain : 1. Kondom 2. Suntikan 3. Susuk 4. IUD / AKDR (Alat kontrasepsi dalam Rahim) 5. Pil 6. Spermisida (obat pembunuh sperma)

1. AKDR / IUD Alat Kontrasepsi dalam Rahim Alat ini terbuat dari plastik dan tembaga yang berbentuk T (oleh karenanya disebut Cuper T ), alat ini dengan suatu prosedur sederhana dimasukkan kedalam rahim. Alat ini berfungsi untuk mencegah bersemainya sel telur yang telah dibuahi di dalam Rahim. Alat ini cukup Efektif dengan kemampuan sampai 97 - 98 % dalam mencegah kehamilan, adapun lama pemakaiannya dapat sampai 4 - 5 tahun ,setelah itu kamu harus ganti dengan yang baru. Selama pemakaian ybs akan diajarkan bagaimana memeriksa sendiri apakah alat Kontrasepsi tsb masih berada dalam Rahim dengan cara meraba benang AKDR / IUD tsb di dalam Vagina.

2. Pil / Tablet Pil / tablet kontrasepsi mengandung hormon sintetik yang berfungsi untuk mencegah pengeluaran sel telur dari indung telur dan mengentalkan cairan leher Rahim. Sehingga menghambat sperma untuk masuk lebih jauh ke dalam Rahim.

33

Pil Kontrasepsi ini dipasaran tersedia dalam berbagai jenis / merek dengan berbagai macam komposisi kadar hormonnya. Pada umumnya pil ini terdiri dari 28 pil yang terdiri dari 21 pil yang berisi hormon dan 7 pil yang tidak berisi hormon. Pemakai diharuskan minum pil tsb setiap hari 1 pil dimulai dengan pil dengan tanda urutan pertama. Efektifitas pil ini dapat mencapai 98 - 99 persen ,pil ini dinyatakan aman selama pemakaian dibawah pengawasan dokter

2.1.6.7 Kesehatan Reproduksi Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman. Tumbuh kembang remaja mengalami beberapa masa remaja yang dibedakan dalam : o Masa remaja awal, 10 13 tahun. o Masa remaja tengah, 14 16 tahun. o Masa remaja akhir, 17 19 tahun. Pertumbuhan fisik pada remaja perempuan : 1. Mulai menstruasi. 2. Payudara dan pantat membesar. 3. Indung telur membesar. 4. Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat. 5. Vagina mengeluarkan cairan. 6. Mulai tumbuh rambut di ketiak dan sekitar vagina. 7. Tubuh bertambah tinggi.

Perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki : 1. Terjadi perubahan suara mejadi besar dan mantap 2. Tumbuh ramut disekitar ketiak dan alat kelamin serta tumbuh kumis

34

3. Mengalami mimpi basah 4. Tumbuh jakun 5. Pundak dan dada bertambah besar dan bidang 6. Penis dan buah zakar membesar

2.2 Kerangka Konseptual Untuk memberikan arahan pada pelaksanaan penelitian, maka kerangka konseptual yang akan dijadikan arahan bagi penelitian adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,Review) merupakan strategi membaca yang dapat mengembangkan meta-kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (cartat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh. Dari model pembelajaran SQ3R ini dapat dilihat sejauh mana pengaruhnya dengan hasil belajar Biologi pada pokok bahasan sistem reproduksi manusia di kelas XI IPA SMA Negeri 3 Binjai. 2. Model pembelajaran Talking Stick secara umum bertujuan agar siswa mengetahui letak kesalahannya sehingga pada akhirnya siswa akan dapat mengerjakan soal-soal semacam itu sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh guru. Siswa diharapkan tidak mengulangi kesalahan yang sama saat mengerjakan soal yang serupa. Guru sebaiknya segera mengoreksi dan memberikan evaluasi pada pekerjaan siswa. Selanjutnya segera

mengembalikannya kepada siswa. Cara ini akan lebih efektif karena siswa dapat segera memperbaiki kesalahan dalam mengerjakan soal.

35

3. Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh berupa kesan, nilai, pengertian, sikap, dan keterampilan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu setelah mengalami proses belajar. 4. Ketuntasan belajar siswa dilihat dari nilai yang didapat dibandingkan dengan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sekolah tersebut. 5. Ketercapaian indikator dilihat dari persentasi indikator yang dicapai dari keseluruhan indikator yang ada.

2.3 Hipotesis Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang diterima sebagai adanya pada saat penelitian. Maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 2.3.1 Hipotesis Nihil (H0) Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran SQ3R dan Talking Stick pada materi pokok system reproduksi manusia di kelas XI IPA SMA Negeri 3 Binjai Tahun Pembelajaran 2011/2012 2.3.2 Hipotesis Alternatif (Ha) Ada perbedaan hasil belajar siswa antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran SQ3R dan Talking Stick pada materi pokok system reproduksi manusia di kelas XI IPA SMA Negeri 3 Binjai Tahun Pembelajaran 2011/2012 2.3.3 Hipotesis Statistik H0 : X1 = X2 Ha : X1 X2

Keterangan : X1 X2 : Nilai rata- rata yang diperoleh dari model pembelajaran SQ3R
: Nilai

rata- rata yang diperoleh dari model pembelajaran Talking Stick

36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Binjai, yang berada di Jalan Padang Sidempuan Kecamatan Rambung Barat Kodya Binjai. 3.1.2 Waktu Penelitian Waktu yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah semester genap Tahun Pembelajaran 2011/2012 yaitu pada bulan Mei - Juni 2012.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i kelas XI IPA SMA Negeri 3 Binjai yang berjumlah 254 orang, terdistribusi pada 5 kelas. 3.2.2 Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian populasi yang diambil secara acak atau random, yaitu dengan cara mengundi kelas kelas populasi secara acak dimana setiap kelas berhak menjadi sampel dalam penelitian sehingga diperoleh dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian yang diberikan perlakuan yang berbeda yaitu model pembelajaran SQ3R untuk kelas XI IPA-1 dan model pembelajaran Talking Stick untuk kelas XI IPA-2.

3.3 Variabel Penelitian Varibel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.3.1 Variabel Bebas (X) Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran SQ3R dan model pembelajaran Talking Stick

37

3.3.1 Variabel Terikat (Y) Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang diperoleh siswa pada materi pokok sistem reproduksi manusia.

3.4 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dimana sampel terdiri dari 2 kelas. Agar kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan penelitian, kegiatan belajar mengajar dirancang sesuai dengan langkah-langkah yang dapat memudahkan peneliti memperoleh data secara akurat. Langkah langkah ini tampak dalam skema dan alur penelitian di bawah ini. Ada tiga kali pertemuan kegiatan belajar mengajar yang dijadikan objek penelitian. Adapun bentuk rancangan yang digunakan dalam rancangan penelitian ini terdapat pada tabel berikut : Table 3.1 Rancangan Penelitian Kelas SQ3R Talking Stick Pre-tes T1 T1 Perlakuan X1 X2 Post-tes T2 T2

Keterangan: T1 T2 X1 : Tes Pendahuluan : Tes Akhir : Perlakuan di kelas XI IPA-1 dengan menggunakan model pembelajaran SQ3R X2 : Perlakuan di kelas XI IPA-2 dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick

3.5 Instrumen Penilaian Intrumen dalam penelitian adalah tes hasil belajar yang berbentuk soal objektif tes (soal pilihan ganda) yang berjumlah 40 soal dan memiliki 5 option jawaban yaitu a, b, c, d, dan e. Setiap jawaban yang benar akan diberi nilai atau

38

skor 1 dan jawaban yang salah atau kosong diberi nilai atau skor 0. Sebelum dilakuakan penelitian, instrument ini terlebih dahulu diujicobakan ke sekolah yang memiliki tingkatan yang sama atau setara dengan sekolah tempat penelitian untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal.

3.5.1 Instrumen Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lampiran 2) yang disususn berdasarkan silabus (Lampiran 1) tentang materi pokok sistem reproduksi manusia kelas XI IPA SMA Negeri 3 Binjai Tahun Pembelajran 2011/2012; 2. Tes hasil belajar mata pelajaran biologi disusun berdasarkan ranah kognitif, Bloom. Ada enam ranah kognitif yang dijadikan pedoman, yaitu: pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan kreasi (C6). Tes ini berbentuk tes objektif dengan butir tes sebanyak 25 soal (Lampiran 3) untuk soal pre-tes dan post-tes yang disusun berdasarkan text book biologi dan berbagai sumber. Setiap butir soal memiliki lima alternatif jawaban. Setiap jawaban yang benar akan diberi nilai atau skor 1 dan jawaban yang salah atau kosong diberi nilai atau skor 0. Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan peneliti menggunakan alat pengumpul data yaitu berupa pre-tes dan post-tes. 1. Pre-tes Tes ini dilakukan sebelum materi pokok sitem reproduksi manusia dan dilakukan dengan menentukan dua kelas yang dijadikan sampel dimana kemampuannya sama. Selain untuk kemampuan dasar siswa, pre-tes juga digunakan untuk homogenitas siswa dimana akan diseleksi lembar jawaban dan diperoleh dengan kemampuan rata - rata sama. 2. Post-tes Tes ini dilakukan seasudah materi yaitu materi sistem reproduksi manusia. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes yang digunakan

39

dalam penelitian ini adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda. Yang meliputi seluruh materi pokok sistem reproduksi manusia sehingga responden hanya memilih salah satu jawaban yang dianggap paling benar. Skor yang digunakan sebagai data peneliti adalah skor dan item yang valid dan reliabel. Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada materi pokok sistem reproduksi manusia.

3.5.2 Kisi-Kisi Instrumen Ada tes objektif yang dibuat oleh peneliti dan tes hasil belajar mata pelajaran biologi. Tabel 3.2 Kisi Kisi Instrumen No . Indikator Mengidentifikasi struktur, 1. fungsi, dan proses pada sistem reproduksi manusia (pria dan wanita) Mendeskripsikan 2. Spermatogenesis Oogenesis proses dan 9,22, 36,41 ,59 42,45 3. Menjelaskan proses ovulasi ,46, 51,52 ,59 Menjelaskan peristiwa 4. menstruasi pada wanita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya 5. Mengidentifikasi proses fertilisasi dan persalinan 5,7, 19,21 2, 24, 3, 16, 4, 14 18 13, 27 25 3 30 54 6 9 18, 60 8, 11 9 Kemampuan C1 17, 39, C2 1, 37, 53, C3 32, 33, 34 C4 C5 12, 57 C6 Jumlah 10

40

23,28 29

26, 55

38, 48, 49

6.

Menjelaskan pentingnya ASI bagi bayi Mendeskripsikan alat

22

40, 47, 50

10

31

58

7.

kontrasepsi pada pria dan wanita Mengidentifikasi kelainan 35 15, 43, 44 4

8.

yang terjadi pada sistem reproduksi manusia

Jumlah Soal

25

13

13

60

3.6 Teknik Pengumpulan Data 3.6.1 Tes Hasil Belajar Biologi Siswa Langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah melakukan pretes dan post-tes. Adapun langkah langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Memberikan pre-tes kepada kelompok siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang akan daijarkan dan untuk mendapatkan siswa dengan tingkat kemampuan yang rata-rata sama; 2. Memberikan pengajaran dengan model pembelajaran SQ3R dan Talking Stick pada kelas yang akan dijadikan sampel penelitian; 3. Melakukan post-tes kepada kelompok siswa setelah dilaksanakan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran SQ3R dan Talking Stick. Setiap butir soal yang dijawab benar akan diberi skor satu (1) dan yang salah akan diberi skor nol (0), diman nilai akhir (NA) dapat dihitung sebagai berikut:

41

NA =

x 100

Sebelum melakukan penelitian, tes yang telah disusun diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda soal, dan tingkat kesukaran soal.

a. Uji Validitas Tes Uji validitas dilakukan untuk menentukan tes yang digunakan benar-benar mengukur apa yang harus diukur. Untuk pengujian ini dilakukan dengan melakukan rumus koefisien korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson, dengan rumus:

rxy=
Dimana : X Y N rxy

* (

( )( ) )+* ( ) +
(Arikunto, 2002:146)

= Jumlah produk skor X = Jumlah produk skor Y = Banyak siswa = Koefisien korelasi skor bitur dan skor total Untuk menafsirkan harga validitas setiap item dibandingkan dengan harga

kritik validitas Product Moment (taraf signifikan = 0,05) dengan criteria rhitung > rtabel, maka item tersebut dinyatakan valid atau sebaliknya. Harga rtabel diperoleh dari daftar r product moment dengan = 0,05. Untuk mengadakan interprestasi besarnya korelasi adalah sebagai berikut: Tabel 3. 3 Koefisien Korelasi Koefisien Korelasi 0,800 rxy 1,00 0,600 rxy < 0,800 Interprestasi Validitas sangat tinggi Validitas tinggi (baik)

42

0,400 rxy < 0,600 0,200 rxy < 0,400 0,000 rxy < 0,200 rxy < 0,00

Validitas cukup Validitas rendah Validitas kurang Tidak valid

b. Uji Reliabilitas Tes Tes dapat dipercaya apabila memberikan hasil yang tetap walaupun diujikan berulang kali selalu menunjukkan suatu ketetapan. Pilihan berganda, reliabilitasnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus K-R20 yang dikemukakan oleh Kuder-Richardson, yaitu:

r11 = (
Dimana: r11 p q pq n S2

)(

(Arikunto, 2006)

= Reliabilitas tes secara keseluruhan = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah = Jumlah hasil perkalian antara p dan q = Banyaknya item atau banyaknya soal = Varians total Untuk menafsirkan harga reliabilitas angket, maka harga tersebut

dikonfirmasikan dengan harga kritik r tabel product moment dengan = 0,05 jika r hitung r tabel maka angket tersebut dinyatakan reliable, yang berarti dipercaya. Adapun kriteria reliabilitas suatu tes adalah sebagai berikut: Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Tes Interval Reliabilitas 0,91 r11 1,00 0,71 r11 0,90 0,41 r11 0,70 Interprestasi Sangat tinggi Tinggi Sedang

43

0,21 r11 0,40 r11 0,20

Rendah Sangat Rendah

c. Tingkat Kesukaran Soal Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut dengan indeks kesukaran (difficulty index). Untuk mengetahui tingkat kesukaran setiap nomor soal digunakan rumus : (Arikunto, 2006)

Dimana : P B JS = Indeks kesukaran soal = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar = Jumlah seluruh peserta tes Kriteria tingkat kesukaran soal adalah : Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal Tingkat Kesukaran Soal 0,00 P 0,03 0,31 P 0,70 0,71 P 1,00 Interprestasi Soal sulit Soal sedang Soal mudah

d. Daya Pembeda Soal Menurut Arikunto (2006), bahwa daya pembeda merupakan kemampuan suatu hal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Untuk menghitung daya pembeda soal digunakan rumus :

Dimana:

= PA PB

(Arikunto, 2006)

44

D BA BB JA JB

= Daya pembeda (Diskriminasi) = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar = Banyaknya peserta kelompok atas = Banyaknya peserta kelompok bawah Klasifikasi daya pembeda adalah: Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda Klasifikasi Daya Pembeda D 0,00 0,00 D 0,19 0,20 D 0,39 0,40 D 0,69 0,70 D 1,00 Interprestasi Sangat jelek (very poor) Jelek (poor) Cukup (satisfactory) Baik (Good) Baik sekali (Excellent)

3.7 Teknik Analisis Data Setelah data diperoleh, data diolah dengan teknik menghitung rata- rata dan simpangan baku untuk setiap kelas, dimana: Menghitung nilai rata rata skor dengan rumus:
X

X
n

(Sudjana, 2002)

Menghitung Standar Deviasi dengan rumus:


SD n X i X i
2 2

nn 1

(Sudjana, 2002)

Dimana: SD X = Simpangan baku = Rata rata hitung

1. Uji Normalitas Untuk menguji apakah sampel berdistribusi normal atau tidak digunakan uji Normalitas Liliefors. Langkah langkah yang dilakukan sebagai berikut:

45

1) Pengamatan X1, X2,..Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,.Zn menggunakan rumus:

zi

xi x s

(Sudjana, 2002)

2) Untuk setiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian peluang dihitung dengan rumus: F (zi) = P (z zi) 3) Selanjutnya menghitung proporsi S(n) dengan rumus:

S (Zi) =

(Sudjana, 2002)

4) Menghitung selisih F(Z1) - S(Zi), kemudian menentukan harga mutlaknya 5) Mengambil harga paling besar di antara harga harga multak selisih tersebut dan menyebutnya L0 6) Mengambil harga mutlak yang terbesar L(0) untuk menerima atau menolak hipotesis. Lalu membandingkan L(0) dengan nilai kritis Lyang diambil dari daftar uji Lilieforsdengan taraf nyata 0,05 dengan criteria pengujian: Jika L(0) < L maka tabel sampel berdistribusi normal Jika L(0) > L maka tabel sampel tidak berdistribusi normal

2. Uji Homogenitas Data berdistribusi normal atau sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk mengetahui varians sampel, digunakan uji Homogenitas menggunakan rumus sebagai berikut:

F=

(Sudjana, 2002)

Kriteria pengujian adalah jika fhitung ftabel maka H0 ditolak atau Ha diterima. Dimana: S12 S22 = Simpangan baku terbesar = Simpangan baku terkecil

46

3. Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan uji t dengan taraf sinifikan = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 2.

t= S2 =
Dimana: X1 X2 n1 n2 S1 S2 S

) ( )

(Sudjana, 2002)

= Skor rata-rata kelas eksperimen I (menggunakan model pembelajaran SQ3R) = Skor rata-rata kelas eksperimen II (menggunakan model pembelajaran Talking Stick) = jumlah sampel eksperimen I (menggunakan model pembelajaran SQ3R) = jumlah sampel eksperimen II (menggunakan model pembelajaran Talking Stick) = Varians kelas eksperimen I (menggunakan model pembelajaran SQ3R) = Varians kelas eksperimen II (menggunakan model pembelajaran Talking Stick) = Standar Deviasi gabungan dari kedua kelas sampel (kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II)

Pengujian hipotesis dilakukan sebagai berikut: 1. Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima 2. Jika thitung > ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak Kriteria pengujian adalah H0 diterima jika t1-1/2 > t > t1+1/2 , dimana t1-1/2 diperoleh dari daftar distribusi t dengan dk = (n1+ n2 - 2) dan peluang (t11/2 ). Untuk harga harga lainnya H0 ditolak. Untuk melihat keefektifitas uji hipotesis dari hasil post-tes maka perlu dianalisis data ketuntasan hasil belajar dan ketercapaian Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) siswa.

47

4. Ketuntasan Belajar Seorang siswa dikatakan tuntas, jika siswa tersebut telah mencapai skor 75% atau 75 (dalam rentang 0-100). Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara perorangan (individual) digunakan rumus: K = (X : M) x 100 % Keterangan: K X M = Ketuntasan belajar individual = Skor yang diperoleh siswa = Skor maksimal soal

Dengan kriteria ketuntasan minimal sebagai berikut : Tabel 3.7 Kriteria Ketuntasan Minimal Kriteria Ketuntasan Minimal 0% < K < 75% 75% < K< 100% Interprestasi Siswa belum tuntas Siswa telah tuntas

Suatu kelas dikatakan tuntas, jika kelas tersebut terdapat 85% yang memperoleh persentase skor lebih dari atau sama dengan 85%. Untuk mengetahui ketuntasan belajar klasikal dengan menghitung rumus persentase siswa di kelas tersebut yang telah tuntas dengan rumus: D = (X : N) x 100 % Keterangan: K X N = Persentase ketuntasan belajar klasikal = Jumlah siswa yng telah tuntas = Jumlah seluruh siswa

5. Ketercapaian Indikator Ketercapaian indikator dapat dilihat dari beberapa persen indikator yang tercapai dari seluruh indikator yang ada. Jika 75% indikator tercapai, maka dikatakan ketercapaian indikator pembelajaran sudah terpenuhi. Ketuntasan indikator, dilakukan dengan menghitung pencapaian setiap butir soal dengan sebagai berikut: T = Si : Smaks

48

Keterangan: T Si Smaks = persentase pencapaian indikator = jumlah skor siswa untuk butir soal ke-i = jumlah skor maksimal untuk butir soal ke-i

Dengan kriteria ketercapaian indikator sebagai berikut: Tabel 3.8 Kriteria Ketercapaian Indikator Kriteria Ketercapaian Indikator 0% < T < 75% 75% < T< 100% Interprestasi indikator belum tercapai indikator telah tercapai

3.8 Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Penelitian Tahap ini merupakan tahap awal. Adapun yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) menentukan lokasi penelitian, 2) menentukan populasi dan sampel, 3) memilih variabel penelitian, 4) merumuskan desain penelitian, 5) uji coba instrument penelitian, 6) menyusun jadwal pengumpulan data, dan 7) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. 2. Tahap Melakukan Pre-tes Sebelum proses belajar mengajar dimulai, terlebih dahulu dilaksanakan pre-tes baik untuk kelompok pengajaran dengan menggunakan model

pembelajaran SQ3R maupun dengan model pembelajaran Talking Stick. 3. Tahap Pelaksanaan Pengajaran Pada kelas XI IPA-1 pembelajaran materi pokok bahasan sistem reproduksi manusia dilaksanakan pengajaran dengan memnggunakan model pembelajaran SQ3R sedangkan pada kelas XI IPA-2 pengajaran dengan memnggunakan model pembelajaran Talking Stick. 4. Tahap Melaksanakan Post-tes Setelah materi selesai diajarkan, selanjutnya diberikan post-tes kepada kedua kelas untuk memperoleh data hasil belajar.

49

5. Uji Persyaratan Data a. Uji Normalitas b. Uji Homogenitas c. Uji Hipotesis, dan d. Menarik Kesimpulan

50

DAFTAR PUSTAKA Anni, Catharina Tri., (2004), Psikologi Belajar, UPT MKK UNNES, Semarang. Anonim, (2009), http://www.google.co.id/imgres?q=alat+reproduksi+wanita, Alat Reproduksi Wanita. (Diakses tanggal 20 Pebruari 2012) Anonim, (2012), http://id.wikipedia.org/wiki/Kehamilan, Kehamilan. (Diakses tanggal 20 Pebruari 2012) Anonim, (2010), www.google.co.id/q=alatkontrasepsi, Kontrasepsi. (Diakses tanggal 19 Pebruari 2012) Anonim, (2012), http://id.wikipedia.org/wiki/Pubertas, Masa Pubertas. (Diakses tanggal 19 Pebruari 2012) Anonim, (2012), http://id.wikipedia.org/wiki/Menstruasi, Menstruasi. (Diakses tanggal 19 Pebruari 2012) Anonim, (2012), http://sweetspearls.com/education/proses-kehamilan-dan-

perkembangan-janin-dalam-kandungan/, Perkembangan Janin. (Diakses tanggal 20 Pebruari 2012) Anonim, (2009), http://www.ldysinger.com/02_Biology/02_oogenesis.jpg, Proses Oogenesis. (Diakses tanggal 19 Pebruari 2012) Anonim, (2009), http://dahlanforum.wordpress.com/2009/09/09/proses-

pembuahan-atau-fertilisasi/, Proses Fertilisasi. (Diakses tanggal 19 Pebruari 2012) Arikunto, S., (2002), Prosedur Penelitian Pendekatan Suatau Praktek, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Arikunto, S., (2009), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Dimyati, Mudjiono., (2006), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Hayati, E., (2007), Sains Biologi 2, Pt Galaxy Puspa Mega, Jakarta. http://ujiannasional.org) Pratiwi, (2008), Sains Biologi 2, PT Galaxy Puspa Mega, Jakarta. Riani, I., (2010) ,http://sandurezu.files.wordpress.com/2010/06/spermatogenesis, Spermatogenesis. (Diakses tanggal 19 Pebruari 2012)

51

Saktiyono, (2008), Seribu Pena Biologi, Penerbit Erlangga, Jakarta. Soedarso, (2001), Speed Reading, Sistem Membaca Cepat dan Efektif, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sudjana, A., (2002), Metode Statistik, Penerbit Tarsito, Bandung. Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Syah, M., (2000), Psikologi Belajar, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta. Syamsuri, I., (2004), Biologi SMA, Penerbit Erlangga, Jakarta. Syamsuri, I., (2008), Biologi SMA Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta. Trianto, (2007), Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik, Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta. Usman, M.U., (2009), Menjadi Guru Profesional, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Anda mungkin juga menyukai