Anda di halaman 1dari 10

Senyawa kimia

Senyawa kimia adalah zat kimia yang terbentuk dari dua atau lebih unsur kimia, dengan rasio tetap yang menentukan komposisi. Contohnya, dihidrogen monoksida (air, H2O) adalah sebuah senyawa yang terdiri dari dua atom hidrogen untuk setiap atom oksigen. Umumnya, rasio tetap ini harus tetap karena sifat fisikanya, bukan rasio yang dipilih manusia. Oleh karena itu, material seperti kuningan, superkonduktor YBCO, semikonduktor "aluminium galium arsenida", atau coklat dianggap sebagai campuran atau aloy, bukan senyawa. Ciri-ciri yang membedakan senyawa adalah dia memiliki rumus kimia. Rumus kimia memerikan rasio atom dalam zat, dan jumlah atom dalam molekul tunggalnya (oleh karena itu rumus kimia etena adalah C2H4 dan bukan CH2. Rumus kimia tidak menyebutkan apakah senyawa tersebut terdiri atas molekul; contohnya, natrium klorida (garam dapur, NaCl adalah senyawa ionik. Senyawa dapat wujud dalam beberapa fase. Kebanyakan senyawa dapat berupa zat padat. Senyawa molekuler dapat juga berupa cairan atau gas. Semua senyawa akan terurai menjadi senyawa yang lebih kecil atau atom individual bila dipanaskan sampai suhu tertentu (yang disebut suhu penguraian). Setiap senyawa kimia yang telah dijelaskan dalam literatur memiliki nomor pengenal yang unik, yaitu nomor CAS.

Prosedur Produksi Senyawa Metabolik Sekunder Melalui Kultur Jaringan

Seperti teknik kultur jaringan lainnya, produksi senyawa metabolik sekunder secara invitro juga dilakukan melalui serangkaian tahapan. Di depan telah dijelaskan bahwa tujuan dari kultur ini adalah untuk mendapatkan kalus, sel atau embrio somatik dalam tahapan pertumbuhan tertentu dimana pada saat tersebut diproduksi dan dapat diekstraksi senyawa

metabolik sekunder dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Oleh karena itu, 2 prosedur dasar teknik ini diarahkan pada produksi kalus, sel atau somatik embrio kemudian optimasi kondisi kultur kalus, sel atau somatik embrio untuk produksi senyawa metabolik sekunder dalam kuantitas dan kualitas yang tinggi. Tahapan in-vitro ini dibarengi dengan ekstraksi secara berkala terhadap senyawa metabolik sekunder yang dihasilkan. Untuk dapat menghasilkan senyawa metabolik sekunder, prosedurnya adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan eksplan dan sterilisasi


Pada umumnya semua jenis eksplan dapat digunakan untuk produksi senyawa metabolik sekunder. Bohm (1980) menyatakan bahwa pada umumnya senyawa metabolik sekunder yang diproduksi oleh organ tanaman yang berbeda umumnya sama meskipun pada kondisi alamiah senyawa yang dihasilkan oleh masing-masing organ tersebut berbeda. Meskipun demikian, produksi yang optimal sangat tergantung pada jenis eksplan yang digunakan. Optimasi jenis dan kondisi eksplan merupakan tahapan awal dalam produksi senyawa metabolik sekunder. Optimasi ini dibarengi dengan optimasi teknik sterilisasi eksplan. Sterilisasi eksplan dari organ atau jaringan tanaman yang diambil dari tanaman di lapangan dapat dilakukan secara kimia misalnya dengan sodium hypochorite pada konsentrasi 1 2 % (v/v). Pada beberapa jenis eksplan, sterilisasi dapat dilakukan dengan cara pembakaran (misalnya untuk eksplan berupa endosperm atau embrio). Salah satu eksplan yang termasuk sulit disterilisasi adalah eksplan dari akar atau bagian tanaman lain yang diambil dari dalam tanah (misalnya tuber). Sterilisasi untuk eksplan ini dapat dilakukan dengan menggunakan Mercuri chloride, akan tetapi karena senyawa ini berbahaya bagi manusia maka akar umumnya diisolasi dari akar steril yang ditumbuhkan secara in-vitro dengan teknik kultur embrio atau kultur akar.

2. Inisiasi dan proliferasi kalus


Inisisasi kalus dilakukan pada berbagai jenis media. Kalus umumnya diinisiasi pada media padat. Umumnya ke dalam media ditambahkan hormon tanaman (Plant Hormon) yang sesuai untuk pertumbuhan dan proliferasi kalus. Hormon tersebut umumnya adalah 2,4-D atau campuran auksin dan sitokinin dalam proporsi yang seimbang. Untuk

inisiasi dari daun mahkota dewa, misalnya digunakan 2,4-D pada konsentrasi 5 mg/l sedangkan inisiasi kalus dari akar tapak dara dilakukan pada media padat dengan penambahan 2 mg/l IAA dan 2 mg/l BAP. Proliferasi kalus dapat dilakukan pada media dengan konsentrasi hormon yang sama. Proliferasi ini ditujukan untuk memperoleh kalus dalam jumlah yang memadai.

3. Seleksi lini kalus yang berproduksi tinggi


Umumnya kalus dapat memproduksi senyawa metabolik sekunder setelah beberapa lama dalam kultur. Meskipun demikian, produktivitas dari kalus tersebut sangat tergantung pada tahapan pertumbuhannya. Saat produksi dan jumlah senyawa metabolik sekunder yang dihasilkan oleh masing-masing kalus tersebut berbeda tergantung dari tingkat pertumbuhan kalus dan kondisi kulturnya. Umumnya produksi senyawa metabolik sekunder yang tinggi terjadi pada saat kalus sedang dalam pertumbuhan maksimal yang diperoleh saat pertumbuhan linier. Oleh karena itu dalam proses produksi senyawa metabolik sekunder dari kalus, sangat penting untuk mengetahui tahapan peryumbuhan kalus ini. Hal ini dapat dilakukan dengan pengamatan terhadap pertumbuhannya kemudian membuat grafik pertumbuhan kalus. Lini kalus yang berproduksi tinggi tersebut kemudian diseleksi untuk kemudian dikulturkan dalam bentuk kultur agregat sel, kultur sel atau diregenerasikan menjadi embrio.

4. Inisiasi kultur sel, agregat sel atau embrio somatik dan produksi senyawa metabolik sekunder.
Senyawa metabolik sekunder umumnya diekstraksi dari kultur agregat sel, kultur sel dan sel suspensi atau kultur embrio somatik. Lini kalus yang terpilih kemudian disubkultur-kan ke media untuk produksi senyawa metabolik sekunder. Pada media ini, konsentrasi hormon tanaman yang ditambahkan umumnya sama atau lebih rendah dengan kondisi untuk proliferasi kalus. Produksi senyawa metabolik sekunder dapat dilakukan pada media padat atau media cair. Senyawa metabolik sekunder dapat diekstraksi langsung dari kalus atau dari

media. Hal ini menyebabkan produksinya pada media padat kurang optimal karena pada media padat eksudat tersebut sering kali terkumpul pada media di sekitar eksplan sehingga meracuni kalus. Untuk mengatasi hal ini dilakukan produksi pada media cair. Lini kalus terpilih di subkulturkan ke media cair. Kumpulan kalus dalam kultur cair ini disebut sebagai kultur agregat sel, selaian dalam bentuk kelompok, kalus ini dapat digunakan untuk produksi kultur sel yang kemudian dicairkan membentuk kultur sel suspensi. Kultur ini umumnya diletakkan di atas alat penggojok (shaker) untuk menjamin suplai oksigen ke eksplan. Senyawa yang diproduksi oleh kultur cair ini ada yang harus diekstrak dari sel dan sebagian disekresikan ke media. Apabila hasil sekresi ini terakumulasi di dalam media, senyawa metabolik bisa beracun bagi pertumbuhan sel selanjutnya dan dapat menyebabkan kultur mati atau tumbuh suboptimal. Oleh karena perlu dilakukan subkultur atau ekstraksi senyawa metabolik sekunder secara berkala. Selain ekstrasksi dari kultur kalus, kultur sel dan suspensi, beberapa jenis senyawa metabolik sekunder diproduksi secara optimum dari kalus atau sel yang telah berdiferensiasi menjadi embryo, baik dalam kultur dalam kultur padat maupun cair (suspensi). Contohnya adalah produksi flavour dari wortel dan minyak jojoba dari daun mangkokan. Pada produksi skala besar telah dikembangkan bioreaktor. Bioreaktor memiliki volume besar, lebih dari 1 liter media dengan lebih dari 60.000 embryo/kelompok sel. Bioreaktor yang ditempatkan secara pararel memungkinkan perkembangan sel menjadi embrio dalam satu unit atau beberapa reaktor. Umumnya sel ditanam dlm media cair dg pengadukan. Pengadukan bisa dilakukan secara mekanis (misalnya dengan penggojokan, penggunaan alat pengaduk) atau dengan memasukkan udara steril (gerakan udara) ke dalam bioreaktor.

5. Ekstraksi dan pemurnian senyawa metabolik sekunder


Ekstraksi dapat dilakukan dari kalus, sel atau embrio somatik serta dari media. Ekstraksi dari media umumnya dilakukan secara berkala dengan interval waktu 2 hari sekali. Media yang mengandung senyawa metabolik sekunder diambil secara aseptis dari kultur

bersamaan dengan penambahan media baru ke dalam kultur. Pada saat produksi senyawa metabolik sekunder dari kalus, sel dan embrio somatik ini mulai menurun, kalus, sel dan embrio somatik ini dikeluarkan dari kultur atau bioreaktor dan diganti dengan kalus, sel dan embrio baru. Senyawa metabolik sekunder dari kalus, sel dan embrio baru diekstraksi dengan menggunakan bahan pengekstrak, seperti alkohol (misalnya methanol) atau DCM. Ekstraksi dari kalus dilakukan setelah kalus dikeringkan.

APLIKASI GRAF DALAM PENENTUAN RUMUS BANGUN SENYAWA YANG TERSUSUN OLEH ATOM NITROGEN DAN HIDROGEN UNTUK MASSA SENYAWA TERTENTU
Penelitian ini merupakan suatu aplikasi dari teori graf dalam bidang kimia yang berkaitan dengan persamaan diopantin. Senyawa kimia yang terdiri dari atom-atom dapat dinyatakan dalam bentuk diagram yang selanjutnya disebut graf. Dimana atom pada senyawa kimia

merupakan titik dari suatu graf dan ikatan kimia antara satu atom dengan atom lainnya dinyatakan sebagai sisi dari suatu graf. Sehingga bentuk bangun senyawa kimia dapat digambarkan secara sederhana dalam bentuk graf. Penggunaan persamaan diopantine sangat membantu dalam menentukan banyaknya kemungkinan rumus bangun suatu senyawa untuk masa tertentu yang diinginkan/diberikan. Senyawa yang disusun atas atom nitrogen dan hydrogen untuk massa senyawa 40 dan 60 yang diinginkan, diperoleh dua rumus bangun senyawa yang mungkin, sedangkan untuk massa senyawa 80 dan 100, hanya ada satu rumus bangun senyawa yang bias dibuat. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan massa senyawa tidak berarti meningkatkannya kemungkinan bentuk /rumus bangun senyawa yang akan terjadi.

ANALISA SENYAWA GOLONGAN FLAVONOID HERBA TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.)


Abstrak Tempuyung (Sonchus arvensis) dari suku asteraceae merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki beberapa golongan senyawa flavonoid. Telah dilakukan isolasi senyawa golongan flavonoid terhadap ekstrak methanol herba tempuyung kering menggunakan kromatografi kertas dengan eluen n-butanol-asam asetat-air (4:1:5). Analisa dilakukan terhadap bercak yang diperoleh menggunakan metoda spektrofotometeri UV-vis dengan bantuan pereaksi geser natrium hidroksida, alumunium (III) klorida, natrium asetat dan asam borat. Hasil analisa menunjukkan bahwa senyawa flavonoid yang diperoleh termasuk dalam golongan flavon tersubstitusi yaitu 7,4-hidroksi flavon. Kata Kunci : Tempuyung (Sonchus arvensis), Flavonoid, Kromatografi kertas, pereaksi geser. Pendahuluan Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan dalam semua aspek kehidupan manusia. Obat tradisional adalah salah satu bentuk nyata pemanfaatan sumber daya hayati tersebut. Salah satu tanaman yang biasa digunakan sebagai obat tradisional adalah tempuyung (Sonchus arvensis L.). Tempuyung mengandung banyak senyawa kimia, seperti golongan flavonoid (kaemferol, luteolin-7-O-glukosida dan apigenin-7-Oglukosida), kumarin, taraksasterol serta asam fenolat bebas. Kandungan flavonoid total dalam daun tempuyung 0,1044%, akar tanaman 0,5% dengan jenis yang terbesar adalah apigenin-7-O-glikosida (3,4,5). Sementara pustaka lain menyebutkan bahwa daun tempuyung mengandung senyawa kimia antara lain luteolin, flavon, flavonol dan auron. Di dalam tumbuhan, flavonoid ada dalam bentuk glikosida dan aglikon flavonoid. Dalam penelitian ini dilakukan analisa kimia terhadap senyawa golongan flavonoid yang terdapat dalam herba tempuyung. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jenis flavonoid yang terkandung dalam ekstrak methanol herba tempuyung Tahapan penelitian meliputi pembuatan ekstrak methanol serbuk kering herba tempuyung, pemisahanan senyawa kimia secara kromatografi kertas dan dilanjutkan dengan analisa senyawa kimia secara spektrofotometri UV-vis menggunakan pereaksi geser. Diharapkan penelitian ini akan lebih

memperkaya informasi tentang cara isolasi dan jenis senyawa kimia yang terkandung dalam herba tempuyung Kesimpulan Salah satu jenis senyawa flavanoid yang terkandung dalam tanaman tempuyung adalah 74-dihidroksi flavon. Para peneliti mengembangkan apa yang diyakini sebagai mekanisme baru yang pertama selama hampir 20 tahun untuk menghambat sasaran yang umum dipakai untuk mengobati semua pasien HIV, yang pada akhirnya mengarah pada obat AIDS golongan baru. Para peneliti di Universitas Michigan memakai model komputer untuk mengembangkan unsur penghambat, yang kemudian dikonfirmasi di laboratorium, yang sungguh-sungguh menghambat protease HIV, yang merupakan sasaran tetap oleh pengobatan AIDS. Protease tersebut penting untuk replikasi virus, dikatakan oleh Heather Carlson, U-M profesor kimia obat dan ketua peneliti penelitian tersebut. Carlson menekankan bahwa ini adalah langkah sementara tetapi tetap bermakna. Mudah untuk membentuk penghambat, tetapi sangat sulit untuk membuat obat, dikatakan oleh Carlson, yang juga pakar kimia. Senyawa ini terlalu lemah untuk bekerja pada tubuh manusia. Kuncinya adalah untuk menemukan lebih banyak senyawa yang bekerja dengan mekanisme yang sama. Apa yang menggembirakan adalah bagaimana mekanisme bekerja secara berbeda dari obat yang saat ini dipakai untuk menghambat HIV agar tidak matang dan bereplikasi, dia mengatakan. Obat saat ini yang disebut protease inhibitor (PI) bekerja dengan memperlemah protease HIV. Senyawa ini melakukan hal yang sama dengan cara yang berbeda, Carlson mengatakan.

Gambar molekul ditemukan para peneliti yang mempertahankan katup agar tetap terbuka terhadap protease HIV. Molekul ini menghambat katup agar tidak tertutup dan mencegah protease merakit virus yang aktif. (Credit: Kelly Damm)

Protease adalah enzim yang memotong protein, dan dalam kasus obat HIV, apabila protease HIV dihambat, ia tidak dapat memroses protein yang dibutuhkan untuk merakit virus yang aktif. Pada pengobatan yang ada saat ini, molekul yang lebih besar mengikat ke pusat protease, agar tetap tertutup. Mekanisme baru membidik wilayah protease HIV yang berbeda yang disebut kantong pengenal katup, dan sungguh-sungguh menahan protease agar tetap terbuka. Para ilmuwan tahu bahwa katup membuka dan menutup, tetapi tidak tahu bagaimana membidik mekanisme tersebut, Carlson mengatakan. Kelompok Carlson menemukan bahwa katup ini, apabila dipertahankan terbuka oleh molekul yang sangat kecil berukuran separuh dari yang dipakai sebagai pengobatan saat ini juga menghambat protease. Sebagai tambahan pada obat golongan baru, senyawa ini adalah kuncinya karena molekul yang lebih kecil memiliki sifat obat yang jauh lebih baik dan jauh lebih mudah diserap. Golongan molekul yang lebih kecil ini memiliki sifat obat yang lebih baik dan dapat menghindari efek samping yang ada saat ini, Carlson mengatakan. Rejimen HIV adalah sangat sulit. Kita harus memakai obat beberapa kali sehari. Mungkin kita tidak perlu melakukan hal ini dengan molekul obat yang lebih kecil karena obat tersebut diserap secara berbeda. Kelly Damm, mantan mahasiswa yang sekarang bekerja di Johnson & Johnson, awalnya memiliki ide untuk membidik katup dengan cara baru ini, Carlson mengatakan. Sesungguhnya, hal ini berkerja seperti pengganjal pintu. Apabila kita hanya memperhatikan pintu waktu pintu tersebut tertutup, kita tidak tahu bahwa kita dapat mengganjalnya, diamengatakan. Kami melihat titik di mana kita dapat mencegah peristiwa penutupan tersebut, tetapi karena orang lain meneliti bentuk yang tertutup, mereka tidak dapat melihatnya.

Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Studi mengenai senyawaan organik disebut kimia organik. Banyak di antara senyawaan organik, seperti protein, lemak, dan karbohidrat, merupakan komponen penting dalam biokimia. Di antara beberapa golongan senyawaan organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawaan yang mengandung paling tidak satu cincin benzena; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus berulang.

Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah ada/tidaknya ikatan karbon-hidrogen. Sehingga, asam karbonat termasuk anorganik, sedangkan asam format, asam lemak pertama, organik. Nama "organik" merujuk pada sejarahnya, pada abad ke-19, yang dipercaya bahwa senyawa organik hanya bisa dibuat/disintesis dalam tubuh organisme melalui vis vitalis "life-force". Kebanyakan senyawaan kimia murni dibuat secara artifisial. Hidrokarbon Termasuk Senyawa Karbon 236a Senyawa hidrokarbon terdiri atas karbon dan hidrogen. Bagian dari ilmu kimia yang membahas senyawa hidrokarbon disebut kimia karbon. Dulu ilmu kimia karbon disebut kimia organik, karena senyawa-senyawanya dianggap hanya dapat diperoleh dari tubuh makhluk hidup dan tidak dapat disintesis dalam pabrik. Akan tetapi sejaka Friedrich Wohler pada tahun 1928 berhasil mensintesis urea (suatu senyawa yang terdapat dalam air seni) dari senyawa anorganik, amonium sianat dengan jalan memanaskan amonium sianat tersebut. O || NH4+CNO- 2N - C - NH2 H Begitu keberhasilan Wohler diketahui, banyaklah sarjana lain yang mencoba membuat senyawa karbon dari senyawa anorganik. Lambat laun teori tentang daya hidup hilang dan orang hanya menggunakan kimia organik sebagai nama saja tanpa disesuaikan dengan arti yang sesungguhnya. Sejaka saat itu banyak senyawa karbon berhasil disintesis dan hingga sekarang lebih dari 2 juta senyawa karbon dikenal orang dan terus bertambah setiap harinya. Apa sebabnya jumlah senyawa karbon sedemikian banyak bila dibandingkan dengan jumlah senyawa anorganik yang hanya sekitar seratus ribuan ? Selain perbedaan jumlah yang sangat mencolok yang menyebabkan kimia karbon dibicarakan secara tersendiri , karena memang terdapat perbedaan yang sangat besar antara senyawa karbon dan senyawa anorganik seperti yang dituliskan berikut ini. Senyawa karbon membentuk ikatan kovalen dapat membentuk rantai karbon non elektrolit reaksi berlangsung lambat titik didih dan titik lebur rendah larut dalam pelarut organik Senyawa anorganik membentuk ikatan ion tidak dapat membentuk rantai karbon elektrolit reaksi berlangsung cepat titik didih dan titik lebur tinggi larut dalam pelarut pengion

Hidrokarbon merupakan segolongan senyawa yang banyak terdapat di alam sebagai minyak bumi. Indonesia banyak menghasilkan minyak bumi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, diolah menjadi bahan bakar motor, minyak pelumas, dan aspal.

Anda mungkin juga menyukai