Anda di halaman 1dari 4

Keadaan Lokasi Kebocoran Ladang Minyak di Laut Timor pada 21 Agustus 2009 pukul 04.

30 WIB oleh operator kilang minyak PTTEP Australia yang berlokasi di Montara Welhead Platform (WHP), Laut Timor atau 200 km dari Pantai Kimberley, Australia. Kejadian seperti ini merupakan yang kesekian kalinya terjadi di perairan Indonesia, tercatat sampai tahun 2001, telah terjadi 19 peristiwa tumpahan minyak di perairan Indonesia. Tumpahan minyak tersebut telah memasuki wilayah perairan Nusa Tenggara Timur (NTT) sejauh 51 mil atau sekitar 80 km tenggara Pulau Rote. Tumpahan minyak tersebut tentu berdampak pada banyak hal, diantaranya, terhadap kondisi lingkungan laut, biota laut, dan tentu saja berdampak pada ekonomi nelayan Indonesia yang setiap harinya beraktivitas di daerah tersebut. Secara umum dampak langsung yang terjadi adalah sebanyak 400 barel atau 63,6 ribu liter minyak mentah mengalir ke Laut Timor per hari, permukaan laut tertutup 0,0001 mm minyak mentah, minyak mentah masuk ke Zona Eksklusif Ekonomi (ZEE) Indonesia pada 28 Oktober 2009, serta gas hidrokarbon terlepas ke atmosfer.
Perbandingan Penanganan Pencemaran Laut akibat tumpahnya minyak karena meledaknya ladang minyak: Anjungan West-Atlas - Montara di Laut Timor Data & Fakta: 1) Anjungan West Atlas Montara di operasikan oleh PTTEP Australasia 2) Tumpahan Minyak Mentah: 1.200.000 galon minyak (s/d 3 Nov 2009) (sumber: WWF Australia: >400 barel/hari per hari; sumber lain: antara 400-2.000 barel/hari); 3) Penyebab dan lamanya kejadian: Terbakarnya anjungan minyak lepas pantai MONTARA yang dioperasikan oleh perusahaan Thailand PTTEP Australasia; Lamanya: 74 hari (21 Agustus s/d 3 November 2009) (sumber: WWF Australia, ABC News, ANTARA, KOMPAS) 4) Korban dan kerusakan: -Diakui sebagai bencana terbesar dalam sejarah tumpahnya minyak dalam sejarah Australia; tidak ada korban jiwa; ikan lumba-2 fraser; 16.000 penyu hijau dan hitam; 30.000 ular laut; beragam burung laut; berbagai jenis terumbu karang. (sumber:WWF Australia) -Hancurnya kawasan seluas 16.420 KM2; kerusakan lingkungan dari sisi biofisik, psikologis dan sosial ekonomi; banyak biota laut terancam, termasuk terumbu karang, rumput laut, ikan, dll. Yg mengakibatkan terpukulnya perekonomian nelayan dan masyarakat pesisir Pulau Timor , Pulau Rote dan Pulau Sabu; ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Timor Barat dan kepulauan sekitarnya bila mengkonsumsi ikan yang tercemar. (sumber: KOMPAS, LIPI)

Perkiraan kerugian akibat pencemaran minyak di Laut Timor, menurut hasil penelitian ilmiah yang dimiliki Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB), mencapai Rp16,59 triliun atau sekitar US$1,7 miliar per tahun. "Taksasi ini mengacu pada kerugian sosial ekonomi yang diderita masyarakat nelayan, petani rumput laut dan pedagang ikan di Nusa Tenggara Timur sejak meledaknya sumur minyak Montara di Blok Atlas Barat Laut Timor pada 21 Agustus 2009," kata Ketua YPTB Ferdi Tanoni di Kupang, Minggu (15/4). Mantan agen imigrasi Kedutaan Besar Australia itu mengatakan sejak sumur minyak Montara meledak di Laut Timor, hasil tangkapan para nelayan turun drastis, budidaya rumput laut gagal total akibat wilayah perairan budidaya tercemar serta merusak dan menghancurkan tatanan terumbu karang. (file:///D:/walpaper%20leaflet/ILMU%20LINGKUNGAN/Kerugian-Pencemaran-Laut-Timor-Rp1659Triliun-per-Tahun.htm Ternyata dampak buruknya dirasakan masyarakat Kabupaten Rote Ndao setelah beberapa bulan sejak kejadian tersebut. Mata pencaharian masyarakat Kabupaten Rote Ndao, khususnya para petani rumput laut dan nelayan akibat rusaknya ekosistem laut yang tercemari oleh tumpahan minyak menjadi terganggu. (file:///D:/walpaper%20leaflet/ILMU%20LINGKUNGAN/mod.php.htm) Berdasarkan laporan dari Bupati Rote Ndao, Leonard Haning, tumpahan minyak itu mencemari sekitar 16.420 km2 wilayah Laut Timor yang tercakup dalam zona ekonomi eksklusif Indonesia. Kerusakan ekosistem laut dan kematian berbagai jenis biota laut telah menyebabkan anjloknya pendapatan nelayan dan petani rumput. Hal ini jelas sangat merugikan petani rumput laut dan nelayan Kabupaten Rote Ndao. Sebelum insiden ini, petani rumput laut di Rote Ndao dapat memproduksi 7.334 ton rumput laut kering per tahun. Namun setelah pencemaran terjadi, produksi turun hingga 1.512 ton. Bahkan, hingga Juni 2010, produksi rumput laut kering di Rote Ndao --yang merupakan kabupaten paling selatan di NTT dan berbatasan langsung dengan Australia-- baru mencapai 341,4 ton. berbagai sumber (file:///D:/walpaper%20leaflet/ILMU%20LINGKUNGAN/mod.php.htm) Sejumlah nelayan di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) terserang penyakit aneh. Mereka menderita radang kulit dan pembengkakan di leher serta tangan setelah menyelam mencari teripang serta ikan dasar di wilayah perairan Laut Timor. ermanus enggan mengaitkan penyakit aneh ini dengan dampak pencemaran minyak di Laut Timor dan zat beracun dispersant jenis "Corexit 9500" yang digunakan Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) untuk menemgelamkan tumpahan minyak ke dasar laut yang ditengarai membawa dampak buruk terhadap kesehatan manusia. - Sedikitnya 64 hektare terumbu karang di Laut Timor hancur akibat meledaknya ladang minyak Montara yang mencemari Laut Timor. Penyemprotan dispersan oleh Australia Maritime Safety Authority (AMSA) untuk menenggelamkan minyak yang mencemari Laut Timor juga memperparah kerusakan terumbu karang. 5) Penanganan: a) Pengakuan akan terjadinya bencana: Pihak Australia: Menteri Energi & Sumber Daya Baru Australia memberi respon 8 hari setelah kebocoran tdk terkendali. Sdgkan PM Australia tdk memberikan respon yang memadai. Dlm pernyataan keduanya, walau sebutkan sebagai mengerikan, jelas dikatakan tdk ada risiko lingkungan. (sumber: WWF Australia blog analisis INSURE); Pemerintah Australia, via Manajer Humas Kedubes di Jkt akui bahwa

wilayah perairan Laut Timor sudah tercemar, dan telah melewati ZEE Indonesia. Pemerintah Australia secara resmi telah menyampaikan hasil pantauan tsb ke Pemerintah RI. Katanya: Australia telah mengambil langkah-2 yg ekstensif untuk meminimalisasi dampak lingkungan dari tumpahan minyak akibat meledaknya ladang minyak Montara di Laut Timor beberapa waktu lalu," Namun, jenis dan jumlah minyak yang terpantau di ZEE Indonesia dinilai tidak mengakibatkan ancaman yang signifikan terhadap lingkungan laut. (sumber: KOMPAS) Pihak Indonesia: Sangat pasif. Pemerintah Pusat maupun PEMDA NTT (yg masyarakatnya berisiko langsung pencemaran tsb) sangat lamban mengambil sikap. (sumber: Blog Analisis INSURE, KOMPAS, Timor Express, KIARA) b) Sumber daya yang dikerahkan untuk mengatasi dampak: Pihak Australia: Pemerintah Australia telah membentuk Komisi Penyelidikan Tumpahan Minyak Montara. Atas permintaan Komisi ini, Leeders Consulting Australia melakukan uji analisis sampel minyak & air dr Laut Timor di perairan Indonesia dan terbukti bahwa kandungan minyak yang mencemari perairan Indonesia berasal dari ladang Montara. (sumber: ANTARA, KOMPAS, LIPI). Meskipun demikian, hanya 247 personalia yang dilibatkan untuk mengatasi bencana ini (sumber: WWF Australia Blog Analisis INSURE; AMSA) Pihak Indonesia: Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut (PKDTML) yg dibentuk pemerintah pusat baru bekerja melakukan survei pada Feb 2010. Demikian pula pembentukan TIM ADVOKASI dan ditunjuknya Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah yang sangat terlambat, yaitu baru pada bulan Juli 2010. (sumber: ANTARA, KOMPAS, Blog Analisis INSURE) c) Tanggapan terhadap tawaran bantuan dari industri, negara ataupun badan internasional: Pihak Australia: PTTEP menolak tawaran bantuan dari industri lain (terutama tawaran relief well dari Woodside) (sumber: WWF Australia Blog Analisis INSURE) d) Peta tumpahan dan penyebaran: Pihak Australia: Peta yang disediakan oleh AMSA selama insiden sangat terbatas. Full extent tidak terungkap sampai ada permintaan resmi (April 2010) (sumber: WWF Australia Blog Analisis INSURE; AMSA) e) Relief Wells (Sumur Penyelamat): Pihak Australia: Satu relief well dibor oleh kontraktor PPTEP. Pengeboran dimulai 24 hari setelah kebocoran menjadi tidak terkendali. (sumber: WWF Australia Blog Analisis INSURE) f) Inspeksi Sumur: Pihak Australia: Tidak ada informasi mengenai pemeriksaan sumur lain pada platform Montara, atau disekitarnya. (sumber: WWF Australia Blog Analisis INSURE) g) Jeda pengeboran baru selama penyelidikan:

Pihak Australia: Tidak menghentikan eksplorasi migas sampai menunggu penyelidikan. PPTEP malah diberi lisensi untuk operasi pengeboran baru (Oliver field) sdgkan kebocoran asli tetap tidak terkendali. (sumber: WWF Australia Blog Analisis INSURE) h) Komitmen Kompensasi: Pihak Australia: Belum ada penjelasan. Pihak Indonesia: Hitungan Kementerian LH, nilai ganti rugi langsung & tidak langsung: Rp 247 milyar. Dari nilai tersebut, nilai kerugian langsung mencapai Rp 42,2 miliar. (sumber: KOMPAS; LIPI). Tim Advokasi dan adanya penunjukan Staf Khusus Presiden mulai menunjukan keseriusan Pemerintah untuk segera melakukan verifikasi kerugian kasus Montara. (sumber: ANTARA) i) Penanganan Tuntutan Hukum: Pihak Australia: Belum ada penjelasan. Pihak Indonesia: Belum ada tuntutan hukum resmi dari Indonesia, kecuali yang dilakukan oleh LSM YPTB kepada Komisi Penyelidik Australia. (sumber: ANTARA) j) Penelitian Khusus: Pihak Australia: Sesuai kesepakatan dgn Menteri LH Australia, PTTEP setuju mendanai suatu program pemantauan yang terus-menerus dalam 2 tahun di Laut Timor, yang mencakup survei kehidupan laut, penelitian satwa liar dan habitat, kualitas air, pengaruh terhadap pantai serta penilaiannya. (sumber: berita2.com)

2.1 Deskripsi Proyek 2.2 Rona Lingkungan 2.3. Prakiraan Dampak 2.4. Rencana dan Upaya Pengelolaan Lingkungan 2.5. Rencana / Upaya Pemantauan Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai