Anda di halaman 1dari 14

A.

Pendahuluan Karl Marx adalah sosok yang mungkin tidak akan terhapus dalam sejarah pemikiran umat manusia dalam bidang sosiologi, filsafat, dan ekonomi. Pemikiranpemikirannya sampai sekarang masih digunakan, bahkan naik setingkat lebih tinggi menjadi suatu ideologi setelah dirias ulang oleh J. Lenin, Stalin,1 Mao Zedong, dll. Di dalam dunia sosiologi, filsafat, dan ekonomi, paradigma ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh F Engels: Namanya akan hidup terus melampaui abad-abad mendatang, begitu juga karyanya, (Fredrich Engels, pada upacara penguburan Karl Marx, 1883).2

Karya-karya kritis Karl Marx dalam mengkritisi sistem kapitalis pada abad ke-19 di Eropa Barat khususnya Jerman, Inggris, dan Prancis- (yang dianggap sebagai penyebab atas lairnya ketidak adilan sosial) timbul karena keprihatinannya terhadap ketimpangan-ketimpangan sosial yang disebabkan oleh sistem tersebut. Penulisan serta prediksi lebih tepatnya sebagai harapan- berjalannya sejarah manusia yang sering disebut dengan Materialisme Historis dimata penulisadalah sebagai suatu harapan yang sangat utopis, hingga dalam perjalanannya mendapatkan reinterpretasi yang meleset di kalangan Marxist dari apa yang

1 2

Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negeri Barat, Jakarta: Mizan, 2000, cet-IV, hal:218-219. Sinopsis dikutip dari: Anthony Brewer (ter), Kajian Kritis Das Kapital Karl Marx, Jakarta: Teplok Press, 1999, cet-I.

diekspektasikan oleh seorang Marx sendiri. Dan pada akhirnya mengakibatkan beberapa perselisihan revisionis, bahkan berujung pada suatu tindakan anarkis. Namun apapun itu, pemikirannya masih dibutuhkan di dunia akademik guna mamahami dan mempelajari kondisi dan setting sosial pada waktu itu, serta berguna untuk membudayakan nalar kritis dalam memahami fenomena-fenomena sosial sekitar. B. Biografi Singkat Karl Marx Karl Marx lahir di kota kecil Trier pada tanggal 5 Mei 1818 di daerah Rhineland Jerman, yang pada saat itu masih menjadi wilayah territorial Kerajaan Prussia. Ayahnya yang bernama Henrich Marx adalah seorang pengacara Borjuis, pada awalnya dia adalah seorang Yahudi taat kemudian berpindah agama menjadi Protestan hanya dengan motif materil belaka. Pada tahun 1837, Marx mendapatkan gelar doktornya di Universitas Jena Berlin mengenai Filsafat Kuno. Pola pikir seorang Marx pada saat duduk di bangku kuliah sangat kental dengan pemikiran Hegel, dan pada masa inilah Marx mendapat label sebagai Hegelian Muda. Dari Filsafat Hegel, dia beserta kawan-kawannya sering mengkritik sistem politik dan pemerintahan Jerman. Di tahun-tahun kelulusannya, dia dipromosikan menjadi seorang dosen, namun dia menolak penawaran itu karena dia menganut paham non-kompromis. Dua tahun kemudian, dia menjadi pemimpin sutu redaksi dan editor dari majalah Rheinische Zeitung di Rheiland dan majalah Deutche Franzosische jarhbucker yang diterbitkan di Paris namun ditujukan bagi pembaca Jerman.

Tahun 1843 dia menikahi sahabat dan tetangga lamanya, yakni putri seorang bangsawan yang bernama Jenny Van Westphaen. Tidak lama setelah pernikahan tersebut, pasangan ini pindah ke Paris Prancis. Di Paris dia berkenalan dengan Fredrich Engels yang selanjutnya akan menjadi sahabat setia Marx, dia juga terkadang membiayai kebutuhan-kebutuhan materil Marx, bahkan dialah yang meneruskan magnum opus-nya Marx yng berjudul Das Kapital setelah maninggalnya Marx- dan beberapa tokoh Sosialis Prancis lainnya. Pada tahun-tahun akhir dari hidupnya, dia amat kesepian dan terasing dari sahabat-sahabatnya karena sikapnya yang sombong dan otoriter, dan disinilah sorang Engels memposisikan diri sebagai sahabat setia yang selalu menemaninya hingga akhir hayatnya. Yang lebih ironis lagi adalah pasca kematian istrinya pada tahun 1883, dia meninggal dunia dan pada prosesi pemakamannya hanya dihadiri oleh seorang Engels dan tujuh orang sahabatnya yang lain, fenomena ini sangat miris sekali jika dibandingkan dengan pemikiran brilian seorang Marx yang tertuang dalam beberapa karyanya yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh kalangan akademisi. C. Kapitalisme dan Komoditi 1. Definisi Kapitalisme dan Komodoti Dari sudut etimologis, istilah Kapitalisme berasal dari kata capital yang bisa diartikan dengan: modal, uang, alat produksi, dll. Namun istilah Kapitalisme akan mempunyai definisi berrbeda jika ditinjau dari sudut terminologis. Dalam Wikipedia Berbahasa Indonesia, istilah Kapitalisme atau Capital adalah suatu paham yang bisa juga dipahami sebagai suatu sistem- yang meyakini bahwa
3

pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungn yang sebesarbesarnya. Namun pada saat ini, Kapitalisme tidak hanya difahami sebagai paham atau sudut pandang hidup manusia, bahkan Kapitalisme juga dipandang sebagai paham kenegaraan. Adapun istilah Komoditi dapat diartikan sebagai barang untuk memenuhi kebutuhan materil manusia.3 Namun dalam Wikipedia Berbahasa Indonesia, Komoditi mempunyai arti barang dan dalam pengertian ekonomis mempunyai mempunyai arti suatu obyek atau jasa yang memiliki nilai. Nilai suatu barang akan ditentukan dengan besar kecilnya barang tersebut ikut andil dalam pemenuhan kebutuhan. 2. Kapitalisme dalam Perpektif Karl Marx Revolusi Gereja di Prancis dan industri di inggris lebih tepatnya pasca ditemukannya mesin uap oleh oleh J. Watt- mengakibatkan diterapkannya sistem Kapitalis yang jika ditinjau dari Teori Nilai Lebihnya Marx-4 sangat menyengsarakan kalangan Kelas Sosial Bawah. Karena pada dasarnya, sistem Kapitalis hanya menguntungkan bagi kalangan Kelas Sosial Atas seperti pemilik modal, alat produksi, dll, dengan nilai surplus dalam suatu produksi. Munculnya industrialisasi yang hampir menyeluruh di daratan tersebut. Dalam setiap proses industri pasti membutuhkan pembagian kerja guna kelancaran

Anthony Brewer (ter), Kajian Kritis Das Kapital Karl Marx, Jakarta: Teplok Press, 1999, cet-I, hal 36. 4 Teori Nilai Lebih Marx atau dalam dunia ekonomi lebih dikenal dengan dengan Teori Nilai Surplus adalah suatu nilai lebih dari proses produksi (kerja) yang dilakukan oleh buruh atau pekerja.

proses tersebut, dan dari pembagian kerja inilah Marx mendiagnosanya sebagai keterasinagan manusia dari pekerjaannya. Dimata Marx, Kapitalisme adalah suatu sistem kerja yang hanya menguntungkan kalangan pemilik modal dan alat produksi yang dianngapnya sebagai Kelas Sosial Atas- dan merugikan kaum buruh yang hanya bermodalkan tenaga untuk bekerja yang selanjutnya menurut Marx disebut dengan kalangan Kelas Sosial dan famous dengan kaum Proletar. Menurut Marx, didalam dua Kelas Sosial yang terdapat dalam sistem Kapitalis mengalami konfrontasi yang kuat antara Kelas Atas dan Kelas Bawah, dan konfrontasi ini sering disebut Marx sebagai Perjuangan Kelas. Dari ketimpangan-ketimpangan sosial yang dilihat Marx pada saat itu, dan beberapa diskursus antara Hegel dan Feuerbach prihal agama, maka Marx sampai pada suatu tititk kesimpulan bahwa agama adalah sebagai candu bagi kalangan Kelas Bawah. Kenapa Marx menganggap agama sebagai candu?, karena manusia akan cenderung mencari sesuatu yang dianggap bisa memberikan sesuatu yang dia tidak bisa meraihnya, seperti harapan kaum buruh yang kekurangan pemenuhan kebutuhan materilnya kepada tuhan agar ia dapat memberikan kecukupan kebutuhan meteril yang dibutuhkannya, dan bahkan agar bisa memberikan bentuk kehidupan ideal, yang menurut Marx tidak lebih dari hanya sebatas khayalan manusia untuk merealisasikan apa yang mereka inginkan. Dan dari skema kerangka pikir seperti inilah Marx sampai pada suatu kesimpulan bahwa agama adalah sebagai candu bagi manusia.

D. Materialisme Dialektik dan Materialisme Historis 1. Definisi Istilah Materialisme dalam dunia filsafat didefinisikan sebagai suatu paham yang menyatakan bahwa hal yang dikatakan benar-benar ada hanyalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material, karena menurut paham ini, materi hanya satu-satunya substansi. Istilah Dialektika berasal dari kata dialectique, dialectica, dialectice, dan semuanya dari Bahasa Latin yang mempunyai pengertian sebagai seni berdebat dan berdiskusi. Adalah Hegel, seorang filsuf Jerman yang memakai kata-kata tersebut dalam menjelaskan salah-satu teorinya tentang Pengetahuan Absolut. Menurut Hegel, suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai pengetahuan yang absolut jika suatu proses dialektik yang menegasikan antara suatu pengetahuan (tessis) dengan pengetahuan yang lain (anti tessa) hingga memperoleh kesimpulan terakhir (sintessa atau sintessis) pada suatu diskursus tertentu. Metode dialektik yang diajukan oleh Hegel adalah proses konfrontatif antara tessis dengan anti-tessa hinga menjadi sintessis baru, atau biasa disebut dengan tessis baru. 2. Marx dan Materialisme Dialektik Marx mengambil dua unsur dari pemikiran Hegel. Pertama, gagasan mengenai pertentangan antara segi-segi yang berlawanan, dan kedua, gagasan tentang segala sesuatu yang pada dasarnya berkembang secara terus menerus. Pada satu sisi Marx mengambil gagasan yang dimiliki Hegel, namun di sisi lain Marx juga menolak gagasan aliran Idealisme yang digerbongi oleh Hegel, yang mana

aliran ini menyatakan bahwa proses dialektik hanya terdapat dalam dunia ide-ide, dan ide-ide tersebut menjadi motor berjalannya sejarah manusia. Menurut Marx, bahwa proses dialektik tidak hanya terdapat dalam dunia ide belaka, namun proses dialektika juga terdapat dalam dunia nyata atau materi. Maka dari skema kerangka pemahaman Marx yang seperti dikemukakan diataslah yang membuatnya menamai ajaran ini dengan Materiaisme dan dikombinasikan dengan istilah Dialektik. 3. Marx dan Materialisme Historis Dari gagasan besar Marx tentang proses dialektika yang tidak hanya terdapat dalam dunia ide, melainkan juga terdapat dalam dunia materi, maka selanjutnya pokok-pokok dari ajaran Materialisme Dialektik ini datariknya untuk menyempurnakan teori Materialisme Historis. Materialisme Historis adalah suatu pembacaan sejarah manusia dari kondisi sosial yang yang sangat sederhana menuju kondisi sosial yang lebih kompleks.5 Dalam Materialisme Historis atau biasa disebut dengan Hukum Obyektif Sejarahmenguraikan bahwa sejarah manusia memiliki empat fase, dan dalam setiap pergeseran fase terdapat Perjuangan Kelas-Kelas Sosial. Fase-fase tersebut yakni: Pertama, Primitif Komunal, yakni sejarah manusia pada fase awal yang didalam peradabannya mempunyai sistem kepemilikan bersama serta belum terdapat kelas-Kelas Sosial, mereka bekerja secara bersama-sama atau belum
5

Term Materialisme Historis adalah suatu pembacaan sejarah perjalanan umat manusia dengan menggambarkannya pada tiga tingkatan atau fase sejarah manusia, yang menurut penulis sebagai harapan utopis seorang Marx. Lih: Miriam Budiarto, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, edisi revisi, hal: 143-145.

terdapat sebuah sistem pembagian kerja (divition of labor)- dan tidak mengenal akan adanya kepemilikan bersama. Kedua, Masyarakat Foedal, yakni suatu masyarakat agraris yang menerapkan sistem kerja paksa bagi kaum lemah dan kewajiban membayar upeti bagi penguasa. Dalam fase ini terdapat dua Kelas Sosial yang berkonfrontasi, yakni kaum Kelas Atas seperti aristokrat, kalangan gereja, tuan tanah dan aristokrat, dan Kelas Bawah seperti budak, dst. Ketiga, Kapitalisme, yakni suatu fase dalam sejarah manusia yang menerapkan suatu sistem pembagian kerja dalam proses produksi. Dalam sistem ini, pemilik alat produksi dan pemilik modal mempunyai kesmpatan yang seluasluasnya untuk mengeksploitasi buruh kerja dengan meningkatkan nialai surplus dari kerja guna mendapatkan laba tinggi tetapi dengan biaya produksi yang rendah. Dalam fase ini terdapat dua Kelas Sosial, yakni Borjuis dan Proletar. Keempat, Sosialisme Komunal, yakni suatu masyaakat yang tidak terdapat sistem pembagian kerja, kepemilikan pribadi, Kelas-Kelas Sosial, dan tidak terdapat peretentangan Kelas didalamnya. Fase terakhir inilah yang diplot oleh sebagian kalangan Marxist sebagai fase tertinggi dan puncak kebahagiaan bagi peradaban manusia yang bersaskan satu-sama sama-rasa atau Sosialisme. E. Alienasi Telah tercatat dalam biografi singkat Karl Marx, bahwa dia adalah salah satu murid dari Feuerbach yang mengasumsikan bahwa manusia adalah Human Species, asumsi ini mempunyai gagasan bahwa tidak ada perbedaan antara hewan
8

dan manusia, yang bisa membedakan antara keduanya hanyalah soal pekerjaan. Marx sebagaimana seorang murid yang mengikuti ajaran gurunya (dalam hal ini) Feuerbach- mengasumsikan bahwa manusia adalah Human Species yang bekerja, dan pekerjaan tersebut adalah hakikat status yang sanggup membedakan manusia dari hewan. Dan jika manusia tidak dapat lagi bebas berakselerasi dengan pekerjaannya maka manusia tersebut sudah teralienasi dari pekerjaannya.6 Marx membagi alienasi menjadi empat jenis, yakni Pertama, Alienasi dari Pekerjaan. Menurut Marx, bahwa ciri khusus dari manusia adalah pekerjaan, karena hanya dengan bekerjalah manusia tersebut dapat mengaktualisasikan diri menjadi seperti apa yang dia inginkan, disaat ruang aktualisasi diri dalam hal ini adalah pekerjaan- sudah dibatasi dengan suatu nilai Capital tertentu, maka manusia tersebut telah teralienasi karena tidak sanggup mengaktualisasikan dirinya kembali seperti apa yang dia mau, dan secara serta merta telah membunuh kebebasannya sebagai seorang manusia. Kedua, Alienasi dari Diri Sendiri. Manusia membutuhkan identitas atas eksistensinya sebagai manusia, dan identitas tersebut hanya bisa didapat dari pekerjaan. Seperti halnya seorang pelukis tidak akan diakui atau mempunyai identitas keeksistensiannya sebagai seorang pelukis apabila orang tersebut tidak pernah melakukan pekerjaan melukis. Ilustrasi seorang pelukis diatas adalah sebagai contoh bahwa bagaimanakah status atau identitas manusia tersebut didapat hanya dari pekerjaan.
6

Term Alienasi ini diambil dari kata Alien yang dikonotasikan sebagai bukan manusia. Adapun Marx sendiri belum pernah memekai term ini untuk mengungkapkan keterasingan diri.

Ketiga, Alienasi dari Hasil Produksi. Setiap pekerjaan pasti akan menghasilkan suatu komoditi tertentu, seperti ilustrasi seorang pelukis yang dengan pekerjaanya sebagai pelukis maka dia pasti menghasilkan suatu hasil produksi atau kerja yang berupa lukisan, akan tetapi seorang pelukis tadi tidak bisa secara langsung menikmati hasil produksinya sebagai suatu komoditi bagi dirinya, melainkan dia harus melewati proses ekonomis seperti jual beli, tukar tambah, dst. Dari tidak dapat dijadikannya pelukis atas lukisan sebagai komoditi inilah yang dimaksud degan Alienasi dari Hasil Produksi. Keempat, Alienasi dari Sesama Manusia. Pada dasarnya, dari individuindividu yang terkumpul dalam suatu masyarakat tertentu pasti memiliki kesamaan identitas kemanusiaannya atau status sosialnya, maka hampir dipastikan terdapat persaingan antara individu-individu yang memiliki kesamaan status tersebut. Seperti halnya seorang pelukis yang bersaing dengan pelukis lain dalam suatu kompetisi seni lukis, dalam kompetisi tersebut pasti terdapat pelukis yang bakal tersingkirkan dari kompetisi, dan proses saling menyingkirkan inilah yang disebut dengan Alienasi dari Sesama Manusia. Adapun konsep Alienasi tidak bisa dilepaskan dari konsep Marx tentang Agama Sebagai Candu, Marx menganggap bahwa agama mengakibatkan orang teralienasi bahkan dia juga sependapat dengan Sigmund freud yang menganggap bahwa agama adalah sebagai gejala orang yang sakit jiwa.7 F. Teori Kelas-Kelas Sosial
7

T. Z. Lavine, Petualangan Filsafat dari Sokrates ke Sartre, Yogyakarta, Penerbit Jendela, 2002, hal: 269.

10

Karl Marx adalah seorang sosiolog dan ekonom yang mungkin tidak mau disebut sebagai seorang sosiolog bahkan ekonom, dia adalah sosok yang lebih nyaman jika disebut sebagai seorang filsuf. Meskipun dia tidak mau disebut sebagi seorang sosiolog, namun ada beberapa teorinya yang memberinya status sebagai sosiolog, seperti teori tenang Kelas Sosial dan sistem Kapitalis. Marx berpendapat bahwa, didalam sistem kapitalis terdapat dua Kelas Sosial yakni Kelas Sosial Atas dan bawah. Kedua Kelas Sosial tersebut terkonstruk atas Teori Bangun Tasa dan Basis Bawah. Teori Bangun Atas adalah berupa sistem, nilai, kepercayaan, dan ideologi, dst. Namun sistem, nilai, dan ideologi harus mempunyai sifat deterministik terhadap Basis Bawah. Adapun Teori Basis Bawah adalah struktur atau pemeluk dari sistem, nilai, dan ideologi tersebut, yang dalam pandangan Marx sering disebutkan dengan Kelas Sosial Atas (pemilik modal, alat produksi, dll) dan Bawah (buruh, dll). Teori Bangun Atas dan Basis Bawah ini bisa diilustrasikan sebagai suatu gambar bangun segitiga sama sisi,8 seperti: Basis Atas: (Sistem ideologi, nilai, dst)

Untuk pemahaman yang lebih dalam, coba lihat: Suar Suroso, Marxisme Dinyatakan Punah Ternyata Kiprah; Sebuah Kajian, (Hastra Mitra), hal: 91-93.

11

Kelas Sosial Atas: (Pemilik modal, alat produksi, dll) Bangun Bawah

Kelas Sosial Bawah: (Buruh, pekerja, dll)

G. Perjuangan Kelas; Sebuah Perubahan Sosial Menurut Marx, bahwasanya dalam sejarah menusia terdapat empat fase kehidupan yang telah diulas di atas, dan setiap perpindahan fase pasti terdapat konfrontasi antar kelas-Kelas Sosial (Confrontation of Social Classes), dan konfrontasi kelas-kelas tersebut yang dimaksud Marx sebagai Perubahan Sosial. Gagasan Marx tentang pertententangan kelas sebagai Perjuangan Kelas dan Perubahan Sosial ini diilhami oleh rasa keprihatinannya terhadap ketimpanganketimpangan sosial di masyarakat Eropa Barat pada saat itu, khususnya jika menyoroti tentang kaum buruh. Dan dari beberap literatur mengasumsikan bahwa; Marx, dengan pengilhaman tersebut dia menyusu suatu teori yang disebut Materialisme Historis yang konon ditujukan untuk menghapus kelas-Kelas Sosial melalui Perjuangan Kelas guna menghapus Sistem Kepemilikan Pribadi.9 Bagi Marx, teori Perubahan Sosial tidak lain hanyalah sebuah Perjuangan Kelas. Dan dari sinilah, Marx diklasifikasikan sebagai peletak dasar Perspektif Teori Konflik dalam disiplin ilmu sosiologi.10
9

T. Z. Lavine, Petualangan Filsafat dari Sokrates ke Sartre, Yogyakarta, Penerbit Jendela, 2002, hal: 267. 10 Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi; Pengantar Memehami Konsep-Konsep Sosiologi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, cet-I, hal:12-13.

12

H. Penutup Karl Marx adalah seorang pemikir handal dalam dunia ekonomi, sosiologi, dan filsafat yang hasil pemikirannya masih kontroversial sampai saat ini hingga banyak dari kalangan akademisi bahkan Marxist sekalipun- yang melakukan false reinterpretation atas pemikiran-pemikirannya. Namun siapaun dia yang mencoba mereinterpretasikan pemikirannya, ada beberapa konribusinya yang butuh dicatat dan perlu dicamkan untuk mereduksi false reinterpretation, dan mencegah stereoitip-stereoitip negatif terhadap dirinya, yakni: Pertama, Marx adalah seorang pemikir yang hasil kontemplasinya tidak pernah diorientasikan pada hal-hal yang berbau anarkisme. Banyak diantara beberapa kalangan akademisi maupun non-akademisi entah disengaja paupun tidak- memberi interpretasi salah terhadap teori Perjuangan Sosialnya Marx. Kedua, sebesar apapun stereoitip negatif terhadap Marx, namun seharusnya kita juga sadar bahwa karya-karyanya telah memberi inspirasi yang sangat hebat bagi perputaran positif tatanan sosial kita. Namun, pada dasarnya seperti apapun pemikiran seseorang yang kita beli di supermarket yang menyediakan berbagai macam corak warna komoditi dunia idea, aplikasi dan implementasi akhir adalah struktur yang mengkonsumsi pemikiranpemikiran tersebut. Oleh karena itu kita sebagai kalangan akademisi harus berhatihati betul dalam memilih dan mengkonsumsi komoditi abtrak tersebut.

13

Daftar Pustaka Brewer, Anthony (ter). Kajian Kritis Das Kapital Karl Marx. Jakarta: Teplok Press. 1999. cet-I. Budiarto, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2008. edisi revisi. Lavine, T. Z. Petualangan Filsafat dari Sokrates ke Sartre. Yogyakarta: Penerbit Jendela. 2002. Nurdin, Amin dan Abrori, Ahmad. Mengerti Sosiologi; Pengantar Memehami Konsep-Konsep Sosiologi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006. cet-I Noer, Deliar. Pemikiran Politik di Negeri Barat. Jakarta: Mizan. 2000. cetIV. Suroso, Suar. Marxisme Dinyatakan Punah Ternyata Kiprah; Sebuah Kajian. (Hastra Mitra).

14

Anda mungkin juga menyukai