Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian tilawah dan ibadah

2. pengertian tajwid ilmu yang memberikan segala pengertian tentang hurur, baik hak-hak huruf (haqqul harf) maupun hukum-hukum baru yang timbul setelah hak-hak huruf (mustahaqqul harf) di penuhi, yang terdiri atas sifat-sifat huruf, hukum-hukum madd, dan lain sebagainya. Sebagian contoh adalah tarqiq, tafkhim, dan yang semisalnya. Dalam sebuah nazam di jelaskan bahwa ilmu tajwid adalah: ilmu yang memberikan pengertian tentang hak-hak huruf dari sifat huruf dan mustahaqqul harf. Imam jalaludin as-suyuthi rahimahullah dalam al-itqan juga memberikan penekanan yang hampir sama pada definisi tajwid, yaitu: memberikan huruf akan hak-haknya dan tertibnya, mengembalikan huruf kepada makhraj dan asal (sifat)nya serta menghaluskan pengucapan dengan cara yang sempurna tanpa berlebih lebihan, serampangan, tergesa-gesa dan di paksakan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, ruang lingkup ilmu tajwid secara garis besar dapat kta bagi menjadi dua bagian: 1. Haqqul harf, yaitu segala sesuatu yang wajib ada (lazimah) pada setiap huruf. Hak huruf meliputi sifat-sifat huruf (shifatul harf) dan tempat-tempat keluarnya huruf (makharijul harf). Apabila hak huruf ditiadakan, maka semua suara yang di ucapkan tidak mungkin mengandung makna karena bunyiya menjadi tidak jelas. Begitupun lambang suara tidak mungkin di wujudkan dalam bentuk tulisan. Contohnya ialah suara-suara alam yang sukar di pahami. 2. Mustahaqqul harf, yaitu hukum-hukum baru (aridlah) yaitu timbul oleh sebab-sebab tertentu setelah hak-hak huruf melekat pada setiap huruf. Hukum-hukum ini berguna menjadi hak-hak huruf tersebut, makna-makna yang terkandung didalamnya serta makna-makna yang dikhendaki oleh setiap rangkaian huruf (lafaz). Mustahaqqul harf meliputi hukum-hukum seperti izh-har, ikhfa,iqlab, idgham, Qalqalah, Ghunnah, Tarqiq,madd, waqaf, dan lain-lain.

Selain pembagian di atas ada pula yang membagi ilmu tajwid kedalam enam cakupan masalah, yaitu: 1. Makharijul Huruf, membahas tentang tempat-tempat keluar huruf. 2. Shifatul Huruf, membahas tentang sifat-sifat huruf. 3. Ahkamul Huruf, membahas tentang hukum-hukum yang lahir dari hubungan antara huruf. 4. Ahkamul Maddi wal Qash, membahas tentang hukum-hukum memanjangkan dan memendekan bacaan. 5. Ahkamul waqfi qal ibtida, membahas tentang hukum-hukum menghentikan dan memulai bacaan. 6. Al-khath-thul utsmani, membahas tentang bentuk tulisan mushaf utsmani. Hukum mempelajari ilmu Al-Quran dengan tajwid Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah fardu kifayah atau merupakan kewajiban kolektif. Ini artinya mempelajari ilmu tajwid secara mendalam tidak diharuskan bagi setiap orang, tetapi cukup diwakili oleh beberapa orang saja. Namun, jika dalam satu kaum tidak ada seorangpun yang mempelajari ilmu tajwid, berdosalah kaum itu. Adapun hukum membaca Al-Quran dengan memakai aturan-aturan tajwid adalah fardu ain atau merupakan kewajiban pribadi. Membaca Al-Quran sebagai sebuah ibadah haruslah dilaksanakan sesuai ketentuan-ketentau itulah yang terangkum dalam ilmu tajwid. Dengan demikian, memakai ilmu tajwid dalam membaca Al-Quran hukumnya wajib bagi setiap orang, tidak bisa diwakili oleh orang lain. Apbila seorang membaca Al-Quran dengan tidak memakai tajwid, hukumnya berdosa. Dalam kitab Hidayatul Mustarid fi Ahkamit tajwid di jelaskan: Tidak ada perbedaan pendapat bahwasanya (mempelajari) ilmu tajiwd hukumnya fardu kifayah, semantara mengamalkanya (tatkala membaca al-Quran) hukumnya fardu ain bagi setaip muslim dan muslimah yang telah mukalaf. Syekh ibnu jazari dalam syairnya mengatakan: Membaca Al-Quran dengan tajwid, hukumnya wajib. Siapa saja yang membaca AlQuran tanpa memakai ilmu tajwid, hukumnya dosa. Karena sesungguhnya Allah menurunkan Al-Quran berikut tajwidnya. Demikianlah yang sampai kepada kita darinya.

A. Istiadzah 1. Pengertian istiadzh menurut bahas adalah: memohon perlindungan, pemeliharaan, dan penjaga. Sedangkan menurut istilah adalah: lafazh yang dimaksudkan seorang qari untuk memohon pemeliharaan dan perlindungan Allah Taala dari kejahatan setan. Adapun lafazh istiadzah yang di maksud ialah: Aku berlindung kepada Allah dari (golongan) setan yang terkutuk. Lafazh ini sebenarnya berbentuk kalimat khabar (keterangan), tetapi maknanya mengarah pada permohonan: Ya Allah, tolonglah Aku dari (godaan) setan yang terkutuk. Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama bahwasanya istiadzah bukanlah bagian dari Al-Quran, tetapi keberadaanya di tetapkan untuk di baca tetkala hendak membaca al-Quran. Allah swt berfirman. Apabila kamu membaca AlQuran, Hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. (Q.S. 16 An-Nahl:98)

B. Basmalah lafazh basmalah merupakan bentuk kata mashdar dari basmalah yang ber-wazan faala tetkala kita mengucapkan bismillah. Kedudukannya sama dengan lafazh hasbala ketika kita mengucapkan hasbiyallah atau lafazh hauqala ketika kita mengucapkan la ilaha illallah. Para ahli qiraat telah bersepakat tentang pastinya penetapan basmalah pada setiap (awal) surah, kecuali pada surah at-taubah. Bahkan, imam Hafsh rahimahumallah berpendapat bahwa sesungguhnya basmalah itu merupakan ayat dari surah Al-Fatihah dan dari setiap surah, kecuali surah Bara-ah (at-taubah). Adapun lafazh Basmalah yang berbunyi: Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang.

Memulai setiap perbuatan yang baik dengan basmalah termasuk ketika hendak membaca Al-Quran merupakan sunnah yang diperintahkan dalam agama. Rasulullah saw. bersabda: ) . ( Setiap urusan yang tidak di mulai dengan Bismillah akan terputus (Berkahnya). (H.R.Abu Dawud). C. Cara membaca Istiadzah Dan Basmalah Sebelum membaca Al-Quran, seorang qari hendaknya mengetahui tata cara menyambung dan memutus bacaan pada dua tempat, yaitu: 1. Ketika membaca Istiadzah, basmalah, dan awal surah. 2. Ketika membaca basmalah di antra dua surah. Cara menyambung dan memutus bacaan pada kedua tempat tersebut penting diketahui, agar seorang qari dapat membaca al-quran dengan tertib dan tidak jatuh pada kekeliruan kara menerapkan tata cara yang ghairu ja-iz (tidak di perbolehkan). Adapun hendak memulai membaca Al-Quran di awal surah dari Al-Quran selain surah at-taubah, maka bagi pembaca mengumpulkan antar istiadzah, basmalah, dan awl surah. Dan boleh memilih salah satu dari empat macam macam bacaan di bawah ini: 1. Memutuskan semua. Yaitu memisah istiadzah dari basmalah dan awal surah dengan berhenti pada istiadzah, berhenti pada basmalah dan di lanjutkan pada awal surah. 2. Memutuskan istiadzah dan menyambung basmalah dengan awal surah. Yaitu berhenti pada istiadzah dan mewasolkan (menyambung) bacaan basmalah dengan awal surah. 3. Menyambung istiadzah dengan basmalah dan memutuskan dengan awal surah. Yaitu istiaadzah di sambung dengan basmalah dan berhenti pada basmalah, lalu membaca awal surah. 4. Menyambung semua. Yaitu menyambung istiadzah dengan basmalah dan awal surah.

D. Cara membaca basmalah di antra dua surah Apabila kita selesai membaca suatu surah dan hendak melanjutkan bacaan kesurah berikutnay, maka ada empat variasi cara membaca basmalah di antara kedua surah, tersebut ,yaitu:

1. Qathul kulli, yakni di putus seluruhnya. Maksudnya, akhir surah A tidak di sambung dengan basmalah dan basmalah pun tidak disambung dengan awal surah B. Contoh:

2. Washlul kulli yaitu, di sambung seluruhnya. Maksudnya, Akhir surah A di sambung dengan basmalah dan basmalah pun di sambung dengan awal surah B tanpa diselingi dan mengambil napas. Contoh: 3. Washul Basmalati bi Awwalis Surah, yakni basmalah di sambung dengan awal surah. Maksudnya, akhir surah A tidak di sambung dengan basmalah tetapi basmalah di sambung dengan awal surah B. Contoh: 4. Washlul Basmalati bi Akhiris Surah, yakni basmalah di sambung dengan akhir surah. Maksudnya, akhir surah A disambung dengan basmalah tetapi basmalah tidak di sambung dengan awal surah B. Contoh:

Anda mungkin juga menyukai