ISSN : 1858-3695
KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL
Oleh Lusyana Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Kampus Limau Manis Padang ABSTRAK Sifat-sifat fisik agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan perkerasan jalan adalah berat jenis, kekerasan dan ketahanan agregat, gradasi, durabilitas dan keawetan, bentuk butir dan tekstur permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air, daya pelekatan dengan aspal, serta kebersihan. Secara teoritis baik agregat dari batu sungai maupun batu gunung baik digunakan sebagai material perkerasan jalan asalkan memenuhi persyaratan spesifikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja properties agregat batu gunung yang memenuhi spesifikasi untuk campuran AC-WC agar dapat digunakan sebagai material perkerasan jalan. Berdasarkan data-data yang diperoleh seperti analisa saringan, berat jenis, pengujian keausan agregat, impact dan crushing, semua menunjukkan bahwa material ini dapat digunakan sebagai bahan perkerasan jalan dan memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Spesifikasi Kimpraswil 2005, walaupun agregat dari batu gunung ini memiliki nilai keausan yang sangat tinggi 39,74%mendekati batas maksimum yang dipersyaratkan (40%). Dalam penelitian ini, KAO yang didapatkan untuk campuran AC-WC lebih besar yaitu 5,75%, disebabkan persentase agregat halus pada campuran AC-WC lebih besar sehingga membutuhkan kadar aspal yang lebih banyak untuk menyelimuti agregat. Kata kunci : batu gunung, properties agregat, AC-WC.
PENDAHULUAN Sifat-sifat fisik agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan perkerasan jalan adalah berat jenis, kekerasan dan ketahanan agregat, gradasi, durabilitas dan keawetan, bentuk butir dan tekstur permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air, daya
dibandingkan dengan material yang berasal dari batu gunung. bahwa Tapi batu tidak tertutup bisa kemungkinan dijadikan jalan, gunung
material
konstruksi
perkerasan yang
asal
memenuhi
spesifikasi
disyaratkan, dalam penelitian ini memenuhi persyaratan spesifikasi Kimpraswil 2005. Terlebih sekarang ini banyak stone crusher yang memproduksi batu pecah yang berasal dari batu gunung atau bukit.
pelekatan dengan aspal, serta kebersihan. Secara teoritis baik agregat dari batu sungai maupun batu gunung baik digunakan sebagai material perkerasan jalan asalkan memenuhi persyaratan spesifikasi. Tapi umumnya agregat yang dipakai untuk material perkerasan jalan seringkali batu pecah yang berasal dari batu sungai. Batu tersebut dipecah ke di mesin pemecah didapatkan Berdasarkan batu (stone crusher) hingga tertentu. yang ukuran-ukuran beberapa
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja properties agregat batu gunung yang memenuhi spesifikasi untuk campuran AC-WC agar dapat ini digunakan juga sebagai material untuk gunung perkerasan jalan. Penelitian dimaksudkan batu
penelitian
pernah dilakukan untuk kinerja properties batu pecah yang berasal dari batu sungai menunjukkan nilai yang lebih baik jika
memaksimalkan
penggunaan
ISSN : 1858-3695 agregat merupakan hal yang penting dalam campuran beraspal karena berkaitan dengan kestabilan dari konstruksi jalan.
terlebih dahulu
sebelum
sebagai agregat konstruksi perkerasan jalan. Agregat ini harus melalui proses pemecahan terlebih dahulu supaya diperoleh: Bentuk partikel bersudut diusahakan
Fraksi agregat kasar adalah yang tertahan saringan No.8 (standar ASTM) atau 2,36 mm. Fungsi agregat kasar dalam campuran panas aspal adalah selain memberikan stabilitas dalam campuran juga sebagai pengisi mortar
mempunyai gesekan yang baik. Gradasi sesuai yang diinginkan. Proses pemecahan agregat sebaiknya Agregat Halus Agregat halus terdiri dari pasir atau
pengayakan batu pecah yang lolos saringan No.8 (2,36 mm) dan tertahan ayakan No.200 (0,075 mm). Fungsi utama agregat halus adalah memberikan stabilitas dan mengurangi deformasi permanen campuran melalui friksi dan perilaku saling mengunci partikel-
menggunakan mesin pemecah batu (Crusher stone) sehingga ukuran partikel yang dihasilkan dapat terkontrol sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Agregat adalah suatu bahan keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan
partikelnya.
campuran, yang berupa berbagai jenis butiran atau pecahan, yang termasuk di dalamnya antara lain : pasir, kerikil, agregat pecah, terak dapur tinggi, abu (debu) agregat. Kadar agregat dalam campuran beraspal pada umumnya berkisar antara 90 sampai dengan 95 % dari berat campuran, atau berkisar antara 75-85 % dari volume campuran. Agregat merupakan bahan utama yang turut menahan beban yang diterima oleh bagian perkerasan jalan, begitu pula dalam pelaksanaan perkerasan, dimana digunakan dipengaruhi bahan oleh pengikat mutu aspal, agregat. sangat Untuk Aspal Aspal adalah suatu material yang berwarna hitam atau coklat tua yang bersifat termoplastis. Jenis aspal yang umum digunakan di Indonesia adalah aspal dengan penetrasi 60/70 (aspal pen 60/70) dan penetrasi 80/100 (aspal pen 80/100). Bahan Pengisi (Filler) Filler yang digunakan dapat berupa debu batu kapur (limestone dust), abu terbang, semen (PC), abu tanur semen dan abu batu serta harus kering dan bebas dari bahan lain yang mengganggu. Fungsi filler dalam campuran adalah memodifikasi gradasi agregat halus dan bersama-sama pada adukan. aspal membentuk adukan sebagai pelumas dan mengikat agregat halus
menentukan agregat yang baik maka agregat dapat diklasifikasikan dan diidentifikasi ukuran, kebersihan, butiran, kekuatan, kekerasan, bentuk
tekstur
permukaan,
porositas,
komposisi pembentuknya dan kelekatannya terhadap aspal. Oleh sebab itu pemilihan jenis
ISSN : 1858-3695 Agregat yang digunakan dalam penelitian berasal dari stone crusher dari daerah Laing Ampang Kualo Kabupaten Solok. Agregat kasar, halus dan filler diperoleh dari hasil mesin pemecah batu (stone agregat Pengujian crusher), yang untuk
langsung dengan roda kendaraan, dengan ukuran maksimum agregat 19 mm. Kekuatan lapis yang beton aspal didapat struktur dari agregat gradasi saling agregatnya yang menerus (Continuous Graded) menjadikan
mendapatkan spesifikasi.
memenuhi yang
persyaratan ukuran yang diperlukan sesuai laboratorium dilakukan terhadap material agregat kasar, halus (batu pecah), dan filler seperti tercantum pada Tabel 1.
mengunci. METODOLOGI PENELITIAN Prosedur penelitian ini mengacu kepada Spesifikasi menggunakan (SNI). Mulai Studi Literatur Persiapan Material Campuran Standar Aspal Nasional Panas Indonesia
Tabel.1. Pengujian Agregat Kasar, Halus Dan Filler Pengujian Agregat Kasar Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat Berat jenis dan penyerapan Abrasi dengan mesin Los Maks. 40% Maks.18% Nilai
Min. 95%
Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO) Dengan Metoda Marshall untuk campuran AC-WC
95/90
Memenuhi Syarat ?
Tidak
Partikel Pipih Partikel Lonjong Material lolos Saringan No.200 Agregat Halus Nilai Setara Pasir
Ya Analisis Data Kesimpulan Dan Saran Selesai Gambar 1. Diagram Alir Kegiatan Penelitian Pengujian Agregat
Indonesia dengan iklim tropis yang panas, sehingga perlu diantisipasi dengan menggunakan aspal yang mempunyai nilai penetrasi rendah. Prosedur pengujian material yang dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian aspal seperti disyaratkan dalam spesifikasi yang diperlihatkan pada Tabel 2
5,5
DAERAH LARANGAN No.4 No.8 No.16 No.30 No.50 4,75 2,36 1,18 0,60 0,30 39,1 25,6 - 31,6 19,1 - 23,1 15,5 48,6 38,1 29,0 21,0
Tabel 2. Pengujian Aspal Karakteristik Penetrasi, 25 C, 100 gram, 5 detik Titik Lembek Daktilitas 25 C, 5 cm/menit Titik Nyala Berat Jenis, pada suhu 25oC Kelarutan Trichloro Ethylene Kehilangan Berat, 163 C, 5 jam Penetrasi kehilangan berat Daktilitas kehilangan berat
o o o
Syarat 60 - 79 48 - 58 Min.100 Min. 200 Min. 1 Min. 99 Maks.0,8 Min. 54 Min. 100
Untuk campuran Laston selain batasan titik kontrol terdapat persyaratan khusus yaitu kurva Fuller dan daerah larangan, kombinasi agregat dianjurkan tidak berimpit dengan kurva Fuller yaitu kurva gradasi dimana kondisi campuran memiliki kepadatan maksimum dengan rongga diantara mineral agregat (VMA) yang minimum, selain itu juga kombinasi agregat dianjurkan menghindari daerah larangan Tabel 4. Ketentuan Sifat sifat Campuran
Gradasi Agregat Campuran Kombinasi gradasi agregat campuran yang digunakan adalah Laston Lapis Aus yang harus memenuhi batas-batas gradasi agregat seperti tercantum pada Tabel 3. Tabel 3. Gradasi Laston Lapis Aus WC) yang diteliti (AC-
Laston Sifat-sifat Campuran Laston AC-WC Penyerapan aspal (%) Jumlah tumbukan per bidang Rongga dalam campuran (%) Rongga dalam Agregat Min. Maks. Min. 3,5 5,5 15 Maks. 1,2 75
% Berat yang Lolos Ukuran Ayakan LASTON LAPIS AUS (AC-WC) ASTM 1 (mm) 25 Spesifikasi Gradasi Rencana
(VMA) (%) Rongga terisi aspal (%) Stabilitas Marshall (kg) Pelelehan (mm) Marshall Quotient (kg/mm) Min. Min. Min. Min. 65 800 3 250
ISSN : 1858-3695 dalam campuran beraspal. Pengujian sifat-sifat aspal hanya dilakukan pada kondisi aslinya. Hasil pengujian sifat-sifat aspal diperlihatkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Pengujian Aspal Penetrasi 60/70 Jenis Pengujian 1. Berat Jenis 2. Penetrasi, 25 Gambar 2. Alat Uji Marshall C, 100 gr, 5 detik, 0,1 mm 3. Titik Lembek,
o
62,9
60
79
Agregat dan aspal dipanaskan pada suhu dengan nilai viskositas aspal 170 20
49
48
58
centistokes (cst) dan dipadatkan pada suhu dengan nilai viskositas aspal 280 30 cst pada cetakan berbentuk silinder dengan tinggi 64 mm dan diameter 102 mm. Kadar aspal optimum perkiraan awal (Pb) dihitung berdasarkan formula: Pb = 0,035 ( % CA ) + 0,045 ( % FA ) + 0,18 ( % FF ) + C dimana : CA = FA = Coarse Aggregate (agregat kasar) Fine Aggregate (agregat halus)
4. Titik Nyala,
o
336
200
Pengujian sifat-sifat teknis agregat dilakukan untuk mengetahui properties dari agregat
tersebut apakah memenuhi sebagai bahan campuran beraspal panas. Agregat kasar, halus dan filler diperoleh dari hasil mesin pemecah batu (stone agregat crusher), yang untuk
FF = Fine Filler (bahan pengisi) C = Konstanta sebesar 0,5 1,0 untuk Laston (AC). Perkiraan awal kadar aspal untuk campuran Laston Lapis Aus (AC-WC) ini adalah 5,5%. Untuk masing-masing kadar aspal disiapkan 3 (tiga) benda uji sehingga total benda uji yang disiapkan adalah 15 sampel. HASIL
mendapatkan
memenuhi
persyaratan ukuran yang diperlukan sesuai spesifikasi. Pengujian ini meliputi pengujian terhadap agregat kasar, halus dan filler seperti pengujian analisa saringan, berat jenis,
crushing, impact, dan keausan. Hasil pengujian properties agregat batu gunung dari daerah Laing dapat dilihat pada Tabel 6. Pengujian berat jenis agregat kasar dan halus dilakukan per fraksi. Berat jenis bulk agregat gabungan (Gsb) untuk campuran AC-WC, diperoleh dari hasil perhitungan penggabungan dari masingmasing fraksi tersebut. Hasil berat jenis
Pengujian sifat fisik pada material aspal dilakukan untuk mengetahui karakteristik aspal jenis penetrasi 60/70 yang akan digunakan
Tabel 6. Hasil Pengujian Sifat-sifat Fisik Agregat Kasar, Agregat Halus Karakteristik Agregat Agregat Kasar Penyerapan, % Berat Jenis - Berat Jenis Bulk - Berat Jenis SSD - Berat Jenis Apparent Abrasi dengan Mesin Los Angeles, % Aggregate Impact Value (AIV), % Aggregate Crushing Value (ACV), % Agregat Halus Penyerapan, % Berat Jenis - Berat Jenis Bulk - Berat Jenis SSD - Berat Jenis Apparent Filler Berat Jenis 2,644 2,5 2,5 2,5 2,480 2,510 2,557 3 1,208 30 19,91 40 39,74 2,5 2,5 2,5 2,684 2,704 2,737 3 0,732 Persyaratan Min Maks
Hasil Pengujian
Variasi kadar aspal yang digunakan untuk tiap tipe campuran adalah 4,5% sampai 7,0%, dengan peningkatan kadar aspal sebesar 0,5%. Pencampuran benda uji dilakukan pada temperatur 165 dengan
o
menggunakan
Marshall
tumbukan
Pada penelitian ini Kadar aspal optimum (KAO) yang digunakan adalah KAO Marshall. Kadar aspal optimum ditentukan sebagai nilai tengah, dari rentang kadar aspal maksimum dan minimum yang memenuhi KAO semua
persyaratan
spesifikasi.
ditentukan
dengan metode bar-chart yang merupakan 30 22,89 rentang kadar aspal, yang memenuhi semua syarat kriteria campuran beraspal, yaitu : VIM Marshall, VMA, VFA, Stabilitas, Kelelehan dan MQ. Data dari pengujian Marshall untuk campuran AC-WC dan AC-BC ditunjukkan pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Pengujian Marshall Campuran AC-WC Pada KAOMarshall Sifat-Sifat Campuran Kadar Aspal, % Kepadatan , t/m3
4,5 Hasil Pengujian
Agregat Gabungan AC-WC - Berat Jenis Bulk - Berat Jenis Efektif 2,5 2,5 2,558 2,592
5,0
5,5
6,0
6,5
Pada penelitian ini juga dilakukan pengujian analisa saringan untuk tiap-tiap ukuran agregat kasar yang terdiri dari ukuran 2-3 dan 1-2 cm, serta pengujian analisa saringan untuk agregat halus ukuran 0-1 cm dari batu pecah dan pasir. Pengujian ini diperlukan untuk pembuatan V I M, % V M A, % V F A, % Stabilitas, kg
2,83
3,27
3,07
3,76
3,15
Untuk hasil dari pengujian sifat-sifat fisik atau karakteristik agregat kasar, agregat halus
dan filler yang berasal dari batu gunung menunjukkan bahwa contoh yang uji agregat
Dari
nilai
karakteristik
volumetrik
dan
memenuhi
persyaratan
ditentukan.
karakteristik Marshall didapat : Kadar Aspal Optimum (KAO) 5,75% untuk campuran ACWC. PEMBAHASAN Analisis Data Pengujian Aspal Berdasarkan hasil pengujian, aspal yang digunakan dalam campuran sesuai dengan spesifikasi Kimpraswil 2005. Tapi pengujian aspal yang dilakukan terbatas pada properties seperti penetrasi, daktilitas, berat jenis, titik lembek dan titik nyala. Pengujian ini dilakukan pada kondisi asli. Pada pengujian penetrasi diperoleh nilai yang memenuhi range nilai untuk penetrasi yaitu 62,9 (range nilai 60-79). Untuk pengujian daktilitas diperoleh nilai > 100 cm, dimana lebih dari 100 cm aspal yang ditarik dengan mesin penarik belum putus. Dan berdasarkan pengujian titik lembek diperoleh nilai 49 (dengan range nilai 48-58). Pengujian yang sangat penting untuk aspal adalah berat jenis yaitu 1,030, untuk karena nilai ini akan
Berdasarkan data-data yang diperoleh seperti data analisa saringan, berat jenis, pengujian keausan agregat, impact dan crushing, semua menunjukkan bahwa material ini dapat
digunakan sebagai bahan perkerasan jalan, walaupun ada beberapa data yang didapatkan hampir mendekati batasan spesifikasi. Hasil dari pengujian sifat-sifat fisik atau
karakteristik agregat kasar, agregat halus dan filler yang digunakan dalam campuran seperti yang diperlihatkan pada Tabel 6, menunjukkan bahwa contoh uji agregat memenuhi Spesifikasi Kimpraswil 2005, walaupun agregat dari batu gunung ini memiliki nilai keausan yang sangat tinggi 39,74% mendekati batas maksimum yang dipersyaratkan (40%). Hal ini sangat agak beresiko karena salah satu fungsi dari campuran beraspal adalah sebagai lapisan aus. Sehingga apabila agregat dalam campuran beraspal memiliki agregat yang cepat aus, akan menyebabkan kurangnya kekesatan pada
permukaan jalan tersebut, yang berakibat terjadinya slip antara roda kendaraan dengan permukaan jalan.Hal ini bisa mengakibatkan kecelakaan pada jalan tersebut apabila dilewati kendaraan dengan kecepatan tinggi terutama untuk jalan yang lurus. Untuk itu dalam pengambilan dari batu gunung itu sendiri harus diperhatikan, supaya nilai keausan dari batu gunung tersebut tidak mendekati dipersyaratkan. batas maksimum yang
digunakan
penentuan
karakteristik
campuran terutama penentuan nilai berat jenis campuran. Berdasarkan disimpulkan analisa diatas yang dapat diuji
material
aspal
propertiesnya memenuhi persyaratan sebagai material campuran beraspal. Namun mungkin akan lebih baik kalau juga dilakukan pengujian properties aspal pada kondisi setelah
kehilangan berat.
ISSN : 1858-3695
ISSN : 1858-3695
Tabel 7. Hasil Pengujian Analisa saringan untuk agregat batu pecah ukuran 2-3 cm Ukuran Ayakan in mm 3/4 19 1/2 12,5 3/8 9,5 #4 4,75 #8 2,36 # 16 1,18 # 30 0,6 # 50 0,3 # 200 0,075 Filler Jumlah Sampel I Tertahan Kumulatif Berat % % 14,86 0,74 0,74 1439,58 71,92 72,67 496,20 24,79 97,46 45,64 2,28 99,74 0,22 0,01 99,75 0,34 0,02 99,77 0,14 0,01 99,77 0,17 0,01 99,78 2,80 0,14 99,92 1,59 0,08 100,00 2001,54 100,00 Sampel II Tertahan Kumulatif Berat % % 23,15 1,16 1,16 1458,09 72,87 74,03 466,10 23,29 97,32 45,90 2,29 99,62 0,62 0,03 99,65 0,91 0,05 99,69 0,49 0,02 99,72 0,26 0,01 99,73 3,46 0,17 99,91 1,90 0,09 100,00 2000,88 100,00 Rata-rata Tertahan Kumulatif Berat % % 19,01 0,95 0,95 1448,84 72,40 73,35 481,15 24,04 97,39 45,77 2,29 99,68 0,42 0,02 99,70 0,63 0,03 99,73 0,32 0,02 99,75 0,22 0,01 99,76 3,13 0,16 99,91 1,75 0,09 100,00 2001,21 100,00
Lolos % 99,26 27,33 2,54 0,26 0,25 0,23 0,23 0,22 0,08
Lolos % 98,84 25,97 2,68 0,38 0,35 0,31 0,28 0,27 0,09
Lolos % 99,05 26,65 2,61 0,32 0,30 0,27 0,25 0,24 0,09
Tabel 8 Hasil Pengujian Analisa saringan untuk agregat batu pecah ukuran 1-2 cm Ukuran Ayakan in mm 3/4 19 1/2 12,5 3/8 9,5 #4 4,75 #8 2,36 # 16 1,18 # 30 0,6 # 50 0,3 # 200 0,075 Filler Jumlah Sampel I Tertahan Kumulatif Berat % % 0,00 0,00 0,00 25,02 1,25 1,25 664,08 33,19 34,44 1246,58 62,31 96,75 44,87 2,24 98,99 2,21 0,11 99,10 3,18 0,16 99,26 2,44 0,12 99,38 9,77 0,49 99,87 2,60 0,13 100,00 2000,75 100,00 Sampel II Tertahan Kumulatif Berat % % 0,00 0,00 0,00 30,05 1,50 1,50 625,49 31,27 32,78 1273,31 63,66 96,44 54,68 2,73 99,17 1,64 0,08 99,25 2,65 0,13 99,39 1,81 0,09 99,48 9,22 0,46 99,94 1,26 0,06 100,00 2000,11 100,00 Rata-rata Tertahan Kumulatif Berat % % 0,00 0,00 0,00 27,54 1,38 1,38 644,79 32,23 33,61 1259,95 62,98 96,59 49,78 2,49 99,08 1,93 0,10 99,18 2,92 0,15 99,32 2,13 0,11 99,43 9,50 0,47 99,90 1,93 0,10 100,00 2000,43 100,00
Lolos % 100,00 98,75 65,56 3,25 1,01 0,90 0,74 0,62 0,13
Lolos % 100,00 98,50 67,22 3,56 0,83 0,75 0,61 0,52 0,06
Lolos % 100,00 98,62 66,39 3,41 0,92 0,82 0,68 0,57 0,10
ISSN : 1858-3695
ISSN : 1858-3695
Tabel 9. Hasil Pengujian Analisa saringan untuk agregat batu pecah ukuran 0-1 cm Ukuran Ayakan in mm 3/4 19 1/2 12,5 3/8 9,5 #4 4,75 #8 2,36 # 16 1,18 # 30 0,6 # 50 0,3 # 200 0,075 Filler Jumlah Sampel I Tertahan Kumulatif Berat % % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 83,93 8,39 8,39 248,01 24,80 33,19 229,93 22,99 56,18 205,62 20,56 76,73 176,75 17,67 94,41 53,50 5,35 99,76 2,45 0,24 100,00 1000,19 100,00 Sampel II Tertahan Kumulatif Berat % % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 45,19 4,52 4,52 195,14 19,51 24,03 234,73 23,47 47,50 173,92 17,39 64,89 108,70 10,87 75,76 181,34 18,13 93,89 61,06 6,11 100,00 1000,08 100,00 Rata-rata Tertahan Kumulatif Berat % % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 64,56 6,46 6,46 221,58 22,15 28,61 232,33 23,23 51,84 189,77 18,97 70,81 142,73 14,27 85,08 117,42 11,74 96,82 31,76 3,18 100,00 1000,14 100,00
Lolos % 100,00 100,00 100,00 91,61 66,81 43,82 23,27 5,59 0,24
Lolos % 100,00 100,00 100,00 95,48 75,97 52,50 35,11 24,24 6,11
Lolos % 100,00 100,00 100,00 93,54 71,39 48,16 29,19 14,92 3,18
Tabel 10. Hasil Pengujian Analisa saringan untuk pasir ukuran 0-1 cm Ukuran Ayakan in mm 3/4 19 1/2 12,5 3/8 9,5 #4 4,75 #8 2,36 # 16 1,18 # 30 0,6 # 50 0,3 # 200 0,075 Filler Jumlah Sampel I Tertahan Kumulatif Berat % % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 58,52 5,84 5,84 223,91 22,36 28,21 212,84 21,26 49,47 228,03 22,77 72,24 201,78 20,15 92,39 74,36 7,43 99,82 1,79 0,18 100,00 1001,23 100,00 Sampel II Tertahan Kumulatif Berat % % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 33,53 3,72 3,72 158,24 17,57 21,29 123,68 13,73 35,03 175,63 19,50 54,53 117,54 13,05 67,58 204,70 22,73 90,31 87,30 9,69 100,00 900,62 100,00 Rata-rata Tertahan Kumulatif Berat % % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 46,03 4,84 4,84 191,08 20,09 24,93 168,26 17,69 42,63 201,83 21,22 63,85 159,66 16,79 80,64 139,53 14,67 95,32 44,55 4,68 100,00 950,93 100,00
Lolos % 100,00 100,00 100,00 94,16 71,79 50,53 27,76 7,61 0,18
Lolos % 100,00 100,00 100,00 96,28 78,71 64,97 45,47 32,42 9,69
Lolos % 100,00 100,00 100,00 95,16 75,07 57,37 36,15 19,36 4,68
ISSN : 1858-3695
Analisis Data Analisa Saringan Persentase agregat yang digunakan untuk campuran AC-WC berdasarkan analisa
untuk campuran AC-WC berdasarkan data analisa saringan dapat dilihat pada Tabel 12.
saringan adalah : Agregat 2-3 = 10% Agregat 1-2 = 30% Agregat 0-1 = 45% Pasir = 15%
Data gradasi campuran diatas didapatkan berdasarkan untuk perhitungan analisa kelompok saringan agregat
masing-masing
meliputi agregat 2-3 cm, 1-2 cm dan 0-1 cm (untuk batu pecah dan pasir).
No.200 0,075
Untuk
campuran
AC-WC
terlihat yang
bahwa
4,75 42,10 2,36 32,13 1,18 21,67 0,6 0,3 13,13 6,71
berdasarkan
presentase
digunakan
umumnya memenuhi untuk agregat kasar dan halus berdasarkan kekurangan spesifikasi, untuk filler tetapi yang
mengalami
dihasilkan dari hasil pemecah batu (stone crusher). Hal ini disebabkan oleh pengaturan pisau pada stone crusher yang yang terlalu besar sehingga butiran agregat yang dihasilkan juga lebih besar. Akan lebih baik kalau dalam pengolahan pemecahan batu di stone srusher juga memperhatikan kebutuhan akan agregat halus dan filler, supaya mutu campuran yang dihasilkan dapat lebih ditingkatkan. Karena kalau agregat halus dan filler yang dihasilkan stone crusher persentasenya sangat kecil, akan membuat kecendrungan dari kontraktor atau pelaksana pekerjaan jalan menggunakan pasir sebagai pengganti material halus. Padahal campuran Laston membatasi penggunaan pasir dalam campuran maksimum 15% dan tidak boleh melewati daerah larangan untuk ukuran agregat halus.. Apabila penggunaan pasir lebih dari 15%, akan menurunkan kinerja dari campuran beraspal tersebut. Gradasi rencana Analisis Data Pengujian Marshall Campuran AC-WC Berdasarkan pembuatan sampel Marshall untuk campuran AC-WC, untuk karakteristik volumetrik terlihat memenuhi berdasarkan
ketentuan untuk sifat Laston seperti nilai kepadatan, VIM, VMA, dan VFA. Begitu jua untuk nilai yang ditunjukkan karakteristik dan
Marshall
yaitu
Stabilitas,
Kelelehan
Marshall Quotient. Sehingga berdasarkan nilainilai tersebut didapatkan nilai Kadar aspal optimum (KAO) 5,75%.
10
persentase keausan agregat 39,74% yang mendekati batas maksimum 40%. 2. Berdasarkan pengujian analisa saringan persentase filler untuk campuran ini tidak mencukupi. Akan tetapi untuk campuran AC-WC ini berdasarkan analisa terhadap volumetrik dan karakteristik Marshall, hasil Gambar 3. Penentuan KAO Campuran AC-WC yang diperoleh masih memenuhi sifat-sifat dari campuran AC-WC dan AC-BC meliputi Ini menunjukkan campuran AC-WC yang nilai VIM, VMA, VFA, Stabilitas, Kelelehan dan Marshall Quotient. 3. Dalam penelitian ini, KAO yang didapatkan untuk campuran AC-WC yaitu 5,75%. Ini disebabkan persentase agregat halus pada campuran AC-WC lebih banyak, sehingga membutuhkan kadar aspal yang lebih
memiliki persentase agregat halus yang lebih banyak, pasti akan membutuhkan kadar aspal yang lebih besar juga untuk menyelimuti agregat tersebut. Ini juga menunjukkan bahwa pemilihan gradasi yang direncanakan untuk campuran AC-WC dengan menggunakan
agregat batu gunung dari daerah Laing Solok layak untuk digunakan sebagai gradasi
banyak untuk menyelimuti agregat SARAN Dan berdasarkan hasil penelitian ini dapat diusulkan beberapa saran sebagai berikut : 1. Nilai keausan yang tinggi pada batu gunung bisa diantisipasi dengan tidak mengambil batu pada lapisan luar gunung tersebut, tapi lebih kedalam kurang lebih 1 meter,
campuran beraspal. Dan agregat dari daerah tersebut bisa digunakan sebagai material
bahan perkerasan jalan. Tapi alangkah baiknya kalau dalam pengolahan pemecahan batu di stone srusher juga memperhatikan kebutuhan akan agregat halus dan filler, supaya mutu campuran ditingkatkan. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan pengujian properties terhadap material batu gunung dari daerah Laing Kabupaten Solok menunjukkan bahwa yang dihasilkan dapat lebih
sehingga diperoleh batu dengan keausan yang lebih rendah. 2. Kurangnya persentase filler yang dihasilkan bisa diantisipasi lebih dengan halus memperkecil untuk
bukaan jaw, sehingga ukuran batu yang dihasilkan terutama mendapatkan filler. Ini memang akan
memperlambat produksi dari stone crusher, tapi akan lebih meningkatkan ketersedian akan filler nantinya. Atau bisa dilakukan dengan penambahan alat baru berupa jaw sekunder dengan ukuran yang lebih kecil 3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk memberikan gradasi rencana untuk AMP
material ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan perkerasan jalan terutama untuk agregat kasar dan halus. Hal ini terlihat dari nilai pengujian yang didapatkan memenuhi persyaratan spesifikasi dalam hal ini Spesifikasi Kimpraswil 2005. Tetapi tetap
11
ISSN : 1858-3695 Mix Types, Manual Series No.2, Sixth Edition, The Asphalt Institute
campuran beraspal panas lainnya. 4. Dan perlu penelitian lebih lanjut juga untuk material-material memanfaatkan yang batu ada di seluruh sebagai
wilayah Sumatera Barat, terutama yang gunung material perkerasan jalan, karena ini dapat mengurangi ketergantungan akan batu-batu sungai yang biasa digunakan. Dan bila hal ini berkembang, akan menjadi pemasukan bagi daerah setempat
DAFTAR PUSTAKA
for of
Sampling and Testing. Washington D.C. Bambang Ismanto. 2001. Bahan kuliah
Perancangan Perkerasan dan Bahan. Penerbit ITB Departemen Kimpraswil. 2005. Campuran Beraspal Panas. Buku V Spesifikasi. Direktorat Jenderal Bina Marga. 1999.
Pedoman Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak. Departemen PU Krebs, D.Robert, Walker, D.Richard. 1971. Highway Material, Mcgraw-Hill Book Company New York Shell Bitumen. 1990. The Shell Bitumen Handbook, Shell Bitumen, U.K Standar Nasional Indonesia. 1991. Pengujian Campuran Beraspal dengan Alat Marshal, SNI No. : 03-2489-1991 The Asphalt Institute. 1993. Mix Design Methods for Asphalt Concrete and Other Hot-
12