Skenario Seorang anak perempuan berusia 3 tahun, diantar ibunya dengan keluhan utama badan kurus disertai perut membengkak. Keluhan badan kurus dirasakan sejak 1 tahun yang lalu dan perut membengkak sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan badan lemah, rewel, sering batuk pilek, sering mencret dan berjalan sering menabrak-nabrak saat senja sejak 6 bulan yang lalu. Sejak lahir anak mendapat ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Sejak usia 6 bulan anak mulai diberikan bubur susu. Sejak 8 bulan mulai diberi bubur nasi dengan kuah sayur sop. Anak tidak diberi susu tambahan. Saat ini penderita makan tiga kali sehari berupa nasi dengan lauk pauk berupa ikan, tempe, tahu, terkadang sayur-sayuran, tiap makan 3-4 sendok makan, kadang-kadang minum susu cair kemasan siap minum, tapi tidak setiap hari. Dari riwayat kelahiran diketahui, bayi A merupakan anak ke 5 dari seorang ibu 35 tahun P5A1, hamil 37 minggu, berat badan saat lahir 2400 gram, panjang badan lahir 47 cm. Hasil pengukuran antopometri pada saat pemeriksaan adalah BB 7,5 kg dengan TB 85 cm. Pada pemeriksaan fisik: Keadaan umum : tampak lemah Kesadaran : kompos mentis Tekanan darah : 85/50 mmHg Nadi: 96x/ menit, regular, isi cukup Respirasi : 30x/menit Suhu : 35,9 derajat celcius Pemeriksaan lain : konjungtiva anemis, kelopak mata cekung, wajah anak lonjong, berkeriput dan tampak seperti orang tua (old man face), kulit kering bersisik, jaringan lemak subkutan tipis, baggy pants, otot atrofi, pitting udema di kedua tungkai bawah dan ditemukan ascites.
Learning Issue
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Definisi Marasmus dan Kwashiorkor Perbedaan antara marasmus dan kwasiorkhor Apa diagnosis banding dan diagnosis kerja pada scenario tersebut? Bagaimana etiologi penyakit tersebut? Bagaimana epidemiologi penyakit tersebut? Patogenesis keluhan-keluhan penderita tersebut Bagaimana Metabolisme KH, Protein, dan Lemak? Apakah ada hubungan riwayat saat kelahiran dengan penyakit marasmus kwasiorkor? 9. Interpretasi dan alasan dilakukan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan fisik 10. Bagaimana pola makan anak usia 3 tahun ? 11. Penatalaksanaan 12. Indikasi KEP berat dirujuk
12 11
2 3
10
9 8 7 6
Kwashiorkor: bentuk malnutrisi berenergi protein yang di sebabkan oleh defisiensi protein yang berat; asupan kalori biasanya juga mengalami defisiensi. Gejala termasuk retardasi pertumbuhan, perumbahan pigmen rambyt dan kulit, edema, defisiensi imundan perubahan patologis dalam hati.
Marasmic kwashiorkor : kondisi dimana terjadi defisiensi protein maupun kalori, dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan, dan biasanya dehidrasi.
Marasmus Etiologi Umur Gejala Edema Tidak ada Defisiensi energi dan protein Terbanyak 0-2 tahun
Selalu ada (dorsum pedis, pretibial, kadang-kadang muka, ascites, dan udem anasarka
Pengambilan lemak
Sangat hebat
60%-80% normal Dapat ada atrofi otot tapi tersembunyi oleh edema Buncit
Perut
Perubahan mental
Biasanya apatis/pendiam
Hepatomegali
Selalu ada
Wajah
Moon face
Kelainan kulit
Bersisik, dermatosis, dan pigmentasi kulit Tipis, lurus, jarang, mudah dicabut, dispigmentasi
Kelainan rambut
Tipis
Diare
Sering kali
Biasanya baik
Biasanya jelek
Albumin
Gangguan elektrolit
Biopsi hati
Diagnosis Banding:
1. Marasmus-kwashiorkor Marasmus ditandai kurus, old man face, keriput, jaringan lemak sub kutan tipis, infeksi, dapat di lihat dari lingkar lengan atas yang menunjukkan jaringan subkutan menipis Kwashiorkor ditandai adanya edema, cengeng, diare, anemia dapat di lihat dari kadar protein serumnya.
Dilihat dari edema yang terjadi: 2. Sindroma Nefrotik 3. Sirosis Hepatis 4. Payah Jantung Kongestif
Diagnosis Kerja:
Marasmik kwashiorkor Kekurangan Energi Protein III : BB/U < 60% BB/TB < 70%
ETIOLOGI
UNICEF
- Primer kekurangan konsumsi karena tidak tersedianya bahan makanan. Terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanan tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan,karena faktor sosial dan ekonomi.
- Sekunder kekurangan kalori protein akibat penyakit. Rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga pengolahan makanan dalam tubuh tidak berjalan dengan baik.
EPIDEMIOLOGI
Kwashiorkor
72% di kabupaten Indonesia 2-4 dari 10 balita di Indonesia menderita kurang gizi, ini adalah penderita gizi buruk yang paling banyak di jumpai, hal ini karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan higine yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis ekonomi di Indonesia. Sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas, tingkat pendidikan rendah, berdasarkan surenas (2002), 26% balita di Indonesia menderita kurang gizi, dan 8% balita menderita gizi buruk marasmus, kwashiorkor, marasmuskwashiorkor penyakit ini menjadi masalah di negaranegara miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Asia Selatan.
Patogenesis
Asupan kalori kurang Glukosa menurun Glikogen di pecah
Baggy pants
Dehidrasi
Atrofi otot
Defisiensi vit. A
Protein kurang
tek osmotik
, tek hidrostatik
pitting edema Globulin kerongga perut asites Imunitas lapisan usus landai dan absorbsi terganggu defisiensi vit A
edema di tungkai
Potensi diare
Protein
RBP +prealbumin
rodopsin terganggu
rabun senja
(normal : 11 - 14 g/dl) (normal : 35% - 49%) (normal : 4.500 11.000/dl) (normal : 150.000 400.000) : eritrosit hipokrom mikrositer (normal : 6 - 8 g/dl) (normal : 3,5 5,6 g/dl)
(normal : <200 %) (normal : 1 36 U/L) (normal : 1 45 U/L) (normal : 60 200 mEq/L)
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi Lihat keadaan klien apakah kurus, ada edema pada muka atua kaki Lihat warna rambut, kering dan mudah dicabut Mata cekung dan pucat Pada marasmus terlihat pergerakan usus Berkeriput, Old man face, Baggy pants marasmus Auskultasi Tekanan darah 85/50 mmHg (normal 120/80 mmHg) Nadi 96x/menit Respirasi 30x/menit Suhu 35,9o C (Hipoglikemi <36,50 C, Hipotermi <35,50 C) Bunyi paru-paru terutama weezing dan ronchi Perkusi Perut apakah terdengar adanya shitting duilnees Bagaimana bunyinya pada waktu melakukan perkusi Palpasi Hati : bagaimana konsistensi, kenyal, licin, dan tajam, pada permukaannya berapa besarnya dan apakah ada nyeri tekan Limfa : apakah terjadi pembesaran limfa
PENATALAKSANAAN
PENCEGAHAN Mengendalikan penyakit-penyakit infeksi, khususnya diare Memperkecil dampak penyakit-penyakit infeksi terutama diare di wilayah yang sanitasi lingkungannya belum baik Deteksi dini dan manajemen KEP awal/ringan Memelihara status gizi anak Melakukan penyuluhan
PENGOBATAN
10 LANGKAH UTAMA KEP III Atasi / cegah hipoglikemia Atasi / cegah hipotermi Atasi / cegah dehidrasi Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit Obati / cegah infeksi Mulai pemberian makanan Koreksi defisiensi nutrien mikro Fasilitas tumbuh kejar Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi / mental Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh
Terapi Dietetik Cara pemberian makan pada MEP berat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
Tahap Penyesuaian
Berat badan kurang dari 7 kg. Berat badan lebih dari 7 kg.
TERIMAKASIH
ada pertanyaan ?