Anda di halaman 1dari 43

Rinaldry Sirait, ST 080405036

1. MINIMASI LIMBAH DALAM INDUSTRI PULP DAN PAPER


(DARU SETYO RINI, S.Si)Limbah cair industri pulp and paper tersebar ke seluruh ekosistem di sekitarnya. Dalam percobaan laboratorium, efluen industri kertas menyebabkan penyimpangan reproduktif pada zooplankton dan invertebrata yang merupakan prey dari ikan serta kerusakan genetik dan reaksi sistem kekebalan tubuh pada ikan Oleh karenanya diperlukan Program minimisasi limbah yang efektif dan dapat mengurangi biaya produksi dan beban pelaksanaan peraturan pengelolaan limbah berbahaya sehingga akan meningkatkan efisiensi, kualitas produk dan hubungan yang baik dengan masyarakat serta perbaikan kualitas lingkungan. BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan Industri kertas merupakan salah satu jenis industri terbesar di dunia dengan menghasilkan 178 juta ton of pulp, 278 juta ton kertas dan karton, dan menghabiskan 670 juta ton kayu. Pertumbuhannya dalam dekade berikutnya diperkirakan antara 2% hingga 3.5% per tahun, sehingga membutuhkan kenaikan kayu log yang dihasilkan dari lahan hutan seluas 1 sampai 2 juta hektar setiap tahun. Tabel 1. Beberapa pabrik kertas besar yang tidak mempunyai fasilitas pembuatan pulp sendiri adalah sebagai berikut. Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas hingga 1997 (ton/year) PT. Fajar Surya Wisesa Bekasi, W.Java 500,000 PT. Aspex Paper Gresik, E.Java 430,000 PT. Surabaya Agung Industri Pulp&Paper Gresik, E.Java 336,800 PT. Jaya Kertas Nganjuk, E.Java 200,000

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

PT. Pelita Cengkareng Paper & Co. Tangerang, W.Java 157,000 PT. Suparma Surabaya,E.Java 150,000 PT. Surya Pamenang Kediri, E.Java 150,000

Dalam proses produksinya industri pulp and paper membutuhkan air dalam jumlah yang sangat besar. Hal ini dapat mengancam kelestarian habitat di sekitarnya karena mengurangi tingkat ketersediaan air bagi kehidupan hewan air dan merubah suhu air. Pulp dibuat secara mekanis maupun kimia dengan memisahkan serat kayu atau selulosa dari bahan lain. Dalam proses kraft pulping, larutan campuran antara sodium hidroksida dan sodium sulfida digunakan untuk melarutkan bahan tidak berserat. Pulp kemudian diputihkan untuk menghasilkan kertas yang putih. Beberapa zat kimia digunakan dalam proses pemutihan (bleaching) antara lain gas klorin, sodium hidroksida, kalsium hipoklorit, klorin dioksida, hidrogen peroksida dan sodium peroksida. Setelah penambahan filter dan pewarna, bubur kertas dibuat menjadi kertas. Beberapa jenis pelapis juga digunakan dalam tahap penyelesaian. Pencemaran lingkungan yang disebabkan industri kertas antara lain : a. Membunuh ikan, kerang dan invertebrata akuatik lainnya b. Memasukkan zat kimia karsinogen dan zat pengganggu aktivitas hormon ke dalam lingkungan c. Menghabiskan jutaan liter air tawar d. Menimbulkan risiko terpaparnya masyarakat oleh buangan zat kimia berbahaya dari limbah industri yang mencemari lingkungan. Limbah cair industri pulp and paper tersebar ke seluruh ekosistem di sekitarnya. Dalam percobaan laboratorium, efluen industri kertas menyebabkan penyimpangan reproduktif pada zooplankton dan invertebrata yang merupakan prey dari ikan serta kerusakan genetik dan reaksi sistem kekebalan tubuh pada ikan (EEM Cycle One; Easton et al. 1997, Genetic Toxicity of Pulp Mill Effluent on Juvenile Chinook Salmon (Onchorhynchus shawytscha) Using Flow Cytometry, Elsevier Science Ltd., Vol. 35, #2-3). Hal ini menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati sungai dan berkurangnya sumber pangan hewani masyarakat di sekitar sungai. Sebagian besar industri kertas menggunakan pemutih yang mengandung klorin. Klorin akan bereaksi dengan senyawa organik dalam kayu membentuk senyawa

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

toksik seperti dioksin. Dioksin ditemukan dalam proses pembuatan kertas, air limbah (efluen), bahkan di dalam produk kertas yang dihasilkan. Industri kertas menggunakan air dalam jumlah yang sangat besar untuk membilas zat kimia dan senyawa yang tidak diinginkan dari pulp. Oleh karenanya air yang telah digunakan mengandung berbagai jenis zat kimia berbahaya termasuk dioksin. Meskipun konsentrasi dioksin sangat kecil di dalam air limbah, tetapi pabrik terus beroperasi dan terus menghasilkan dioksin sehingga konsentrasinya dalam air akan terus bertambah. Dioksin adalah senyawa organik yang sukar terdegradasi dan konsentrasinya akan berlipat ganda jika masuk ke dalam rantai makanan karena adanya proses biomagnifikasi. Hal ini menyebabkan konsentrasi dioksin di dalam jaringan tubuh hewan air menjadi ratusan kali lebih besar dibandingkan di dalam air tempat hidupnya. Sebuah penelitian EPA berjudul the National Study of Chemical Residues in Fish menemukan bahwa ikan yang ditangkap dari perairan di sekitar industri kertas mengandung dioksin dalam konsentrasi yang lebih tinggi dari di daerah lain. EPA memperkirakan sekitar sepertiga dari dioksin yang terbentuk terserap oleh produk kertas yang dihasilkan termasuk kertas penyaring kopi, kertas tisu, popok bayi, dan piring kertas serta produk lain seperti tisu makan, kertas toilet, karton pembungkus susu, kertas kantor dan pembalut wanita. Dioksin dapat bertahan di lingkungan dalam waktu yang lama (persisten) sehingga akan terakumulasi dalam tanah dan hewan termasuk manusia (bioakumulasi). Dioksin adalah salah satu jenis organoklorin yang memiliki empat klor, dua oksigen dan dua cincin benzena. Klor adalah unsur halogen yang sangat reaktif sehingga mudah bereaksi dengan senyawa organik maupun senyawa lainnya. Sebagian besar organoklorin menimbulkan efek toksik seperti dioxin dan furan. Zat kimia mematikan ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi di daerah masyarakat pesisir yang mempunyai pabrik pulp (Powell River, Squamish, Duncan, Nanaimo, and Campbell River). Dioxin sering digunkaan untuk menyatakan tiga jenis zat kimia dengan toksisitas akut yaitu dioksin, furan dan polychlorinated biphenyls (PCBs) yang semuanya memiliki dua cincin benzena dan senyawa klorin. Bentuk dioksin yang paling toksik adalah 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD). Struktur dioksin

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

ditunjukkan dalan gambar di bawah ini. Dalam industri kertas dioksin terbentuk dari klorin yang berikatan dengan senyawa organik dalam kayu.

Gambar 1. Struktur molekul dioksin Organoklorin dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti kanker, cacat lahir, endometriosis, penurunan jumlah spermatozoa dan gangguan perkembangan janin. Organoklorin juga menyebabkan kerusakan genetis dan penurunan daya tahan ikan salmon dan ikan lainnya. Mengurangi pencemaran organoklorin merupakan upaya penting untuk melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Satu-satunya upaya yang dipastikan akan mengurangi bahkan menghilangkan dioksin di lingkungan adalah melindungi diri dan lingkungan dengan menghindari penggunaan pemutih yang mengandung klor. Pengembangan teknologi dalam industri kertas telah berupaya menggunakan zat pemutih lain yang lebih ramah lingkungan agar industri dapat menggunakan energi, air dan sumber daya lain secara efiisien. Industri kertas yang telah mencapai Zero AOX otomatis akan mencapai Zero Discharge (closed-loop recycling) dari limbah cair yang dihasilkannya, sehingga mengurangi usaha dan biaya pengolahan limbah cair dan menghasilkan proses produksi yang efisien. Makalah ini akan membahas upaya minimisasi limbah pada industri kertas melalui substitusi terhadap bahan pemutih yang mengandung klorin dengan bahan pemutih oksigen yang lebih aman terhadap lingkungan. Klorin yang berikatan dengan senyawa organik dalam serat kayu atau dalam air akan membentuk dioksin yang merupakan bahan yang sangat berbahaya bagi lingkungan, sehingga perlu dilakukan upaya substitusi pemutih klorin dengan bahan pemutih lain yang tidak mengandung klorin. BAB II PROSES PRODUKSI KERTAS DAN LIMBAH YANG DIHASILKAN 2.1 Proses Produksi Kertas Proses pembuatan kertas yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pembuatan kertas dari pulp dengan proses kimia menggunakan sodium sulfat (kraft process). Senyawa sulfur ini menyebabkan timbulnya bau telur busuk pada kebanyakan

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

industri kertas. Kraft pulping menghasilkan pulp kurang dari 50% dari bahan baku kayu, sisanya menjadi sludge yang akhirnya dibakar, disebar ke tanah atau dibuang dengan sistem landfill. Kelebihan dari kraft pulping adalah bahan kimia yang digunakan dapat didaur ulang (recycle) dan digunakan kembali dalam proses berikutnya. Kelebihan lainnya adalah dihasilkannya serat yang kuat (Jerman : "kraft" berarti kuat). Majalah, kertas grafis dan percetakan, kantong belanja dan pembungkus (packaging) terbuat dari kraft pulp. Kraft pulp biasanya berwarna gelap dan umumnya diputihkan dengan senyawa klorin. Tahapan pembuatan kertas secara sistematis disajikan dalam diagram berikut ini. 1. Identify Source of Cellulose Fibre: wood Recovered paper non-wood plants

2. Produce Usable Cellulose Fibres: Pulping Bleaching (where required) 3. Make Paper: Sheet - Formationvery dilute water solution of pulp is sprayed on a fast-moving wire Pressing and Dryingwater is removed with pressure and heat to form paper Roll of paper Urutan proses pembuatan kertas digambarkan dalam Gambar 2 di bawah ini. Gambar 2. urutan proses dalam produksi kertas (Sumber: "Towards Zero-Effluent Pulp and Paper Production", Johnston, P. et al, Greenpeace International, 1996 dalam Blum,1996)

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

Proses pembuatan kertas umumnya dibagi dalam beberapa tahapan yang akan dijelaskan berikut ini. a. Pemilihan Jenis Kayu Jenis kayu yang banyak digunakan dalam pembuatan kertas adalah: - Kayu lunak (softwood), adalah kayu dari tumbuhan konifer contohnya pohon pinus. - Kayu keras (hard wood), adalah kayu dari tumbuhan yang menggugurkan daunnya setiap tahun. Kayu lunak yang memiliki panjang dan kekasaran lebih besar digunakan untuk memberi kekuatan pada kertas. Kayu keras lebih halus dan kompak sehingga menghasilkan permukaan kertas yang halus. Kayu keras juga lebih mudah diputihkan hingga warnanya lebih terang karena memiliki lebih sedikit lignin. Kertas umumnya tersusun atas campuran kayu keras dan kayu lunak untuk mencapai kekuatan dan permukaan cetak yang diinginkan pembeli. Karakteristik dari kedua jenis kayu disajikan dalam Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Karakteristik serat dari kayu lunak dan kayu keras Karakter Kayu Lunak Kayu Keras Kandungan selulosa 42% +/- 2% 45% +/- 2% Kandungan Lignin 28% +/- 3% 20% +/- 4% Kandungan Ekstraktif 3% +/- 2% 5% +/- 3% Panjang serat 2-6 mm 0.6-1.5 mm Kekasaran 15-35 mg/100 mm 5-10 mg/100m Kayu sebagai bahan dasar dalam industri kertas mengandung beberapa komponen antara lain : - Selulosa, tersusun atas molekul glukosa rantai lurus dan panjang yang merupakan komponen yang paling disukai dalam pembuatan kertas karena panjang, kuat. - Hemiselulosa, tersusun atas glukosa rantai pendek dan bercabang. Hemiselulosa lebih mudah larut dalam air dan biasanya dihilangkan dalam proses pulping. - Lignin, adalah jaringan polimer fenolik tiga dimensi yang berfungsi merekatkan serat selulosa sehingga menjadi kaku. Pulping kimia dan proses pemutihan akan menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat selusosa secara signifikan

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

- Ekstraktif, meliputi hormon tumbuhan, resin, asam lemak dan unsur lain. Komponen ini sangat beracun bagi kehidupan perairan dan mencapai jumlah toksik akut dalam efluen indsutri kertas. Gambar susunan komponen dalam kayu lunak disajikan dalam Gambar 3 berikut ini. Gambar 3. Susunan kayu lunak yang terdiri atas atas serat selulosa berbentuk tabung lentur yang dilekatkan dan diluruskan oleh lignin (NC State, 1993 dalam Blum, 1996). b. Persiapan Kayu Bahan baku yang mengandung selulosa seperti kayu, bambu, serat kapas, bagas dan lain-lain dipotong menjadi serpihan kecil. Kulit kayu dikelupas secara mekanis atau hidraulis sebelum dicacah menjadi serpihan kayu, kemudian dicuci dan disaring untuk menghilangkan debu yang melekat. Efluen dari proses persiapan kayu berasal dari air bilasan kayu yang mengandung partikel halus batang kayu dan padatan terlarut. Proses ini juga menghasilkan limbah padat berupa potongan kayu tidak layak pakai dan kulit kayu yang dapat digunakan sebagai kayu bakar. c. Pembuburan Kayu (Pulping) Dalam proses pulping secara kimiawi ditambahkan panas dan zat kimia pada serpihan kayu yang dimasukkan ke dalam tabung bertekanan yang disebut digester. Pembuatan pulp dengan proses kraft menggunakan larutan putih (white liquor), yaitu larutan campuran sodium hidroksida dan sodium sulfida yang secara selektif akan melarutkan lignin dan membuatnya lebih larut dalam cairan pengolah. Setelah 2-4 jam, campuran antara pulp, sisa zat kimia dan limbah kayu dikeluarkan dari digester. Pulp kemudian dicuci untuk memisahkannya dari cairan hitam (sisa zat kimia dan limbah). Larutan yang mengandung serat kayu terlarut kemudian masuk ke digester dan dipanaskan. Larutan hasil pemanasan yang berwarna hitam (black liquor) dipisahkan dari pulp (brownstock) setelah proses pemanasan. Dalam batch digester, pulp (brownstock) diambil dari dasar digester tabung untuk dilanjutkan dengan pencucian. Pada digester bersinambungan, pencucian dilakukan di dalam digester untuk menghilangkan larutan lain dan mendinginkan pulp. Kraft pulping adalah proses dengan hasil rendah yaitu hanya 45% dari kayu akan menjadi

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

pulp yang dapat digunakan. Pulp atau disebut brownstock pada tahap ini siap untuk diputihkan. Tahapan proses pembuburan kayu/pulping disajikan dalam Gambar 4. Gambar 4. Tahapan dalam proses pembuburan kayu (pulping) e. Pencucian (Washing) Pencucian pulp secara efisien sangat penting dilakukan untuk memastikan kebutuhan maksimal zat kimia dalam proses pulping dan mengurangi jumlah limbah organik yang terbawa oleh pulp dalam proses pemutihan. Pulp yang kurang tercuci membutuhkan dosis zat pemutih yang lebih besar. Pencucian pulp dilakukan mengikuti masing-masing proses untuk menghilangkan materi yang tidak diinginkan dalam pulp. Hasil samping berupa black liquor, debu, lignin, dan pemutih dihilangkan setelah tiap tahapan proses selesai. Efisiensi pencucian diukur berdasarkan tingkat kebersihan bubur kertas dan jumlah air yang digunakan untuk mencapai tingkat kebersihan tersebut. f. Refining Pulp melewati slot dalam piringan yang berputar untuk memisahkan gumpalan selulosa menjadi serat dan mempersiapkan pulp untuk proses pembuatan kertas. Serat dipotong dengan panjang yang seragam dan diperlakukan untuk memperbaiki ikatan dan kekuatan produk akhir kertas. g. Oksigen Delignification Penghilangan lignin (delignifikasi) menggunakan oksigen diperlukan untuk menghilangkan sisa lignin dari brownstock yang merupakan tahap prebleaching. Dengan mengurangi lignin akan dihasilkan bubur kayu yang lebih putih. Oksigen dan larutan putih ditambahkan ke dalam brownstock dalam reaktor pemanas. Senyawa lignin akan lepas dan dihilangkan dengan pencucian dan ekstraksi. Oksigen delignification akan mengurangi jumlah klorin yang dibutuhkan dalam proses pemutihan (bleaching). h. Bleaching Bleaching dilakukan dalam beberapa tahap dengan tujuan menghilangkan lignin tanpa merusak selulosa. Dalam industri kertas terdapat beberapa tahap dalam proses pemutihan. Masing-masing tahapan dijabarkan di bawah ini.

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

C : tahap klorinasi, menggunakan Cl2 dalam media asam E : Extraksi Alkali, untuk melarutkan hasil degradasi lignin yang terbentuk pada tahap sebelumnya dengan larutan NaOH. D : Klorin dioksida, mereaksikan ClO2 dengan pulp pada kondisi asam O : Oksigen, digunakan pada tekanan tinggi dan suasana basa H : Hipoklorit, mereaksikan NaClO dalam media basa P : Peroksida, reaksi dengan hidrogen peroksida (H2O2) dalam kondisi basa Z : Ozon, menggunakan ozon (O3) dalam kondisi asam X : Xylanase, Biobleaching dengan enzim murni mikroba dalam kondisi netral Proses bleaching biasanya melibatkan 4-6 tahap. Di beberapa industri, tahap Q (Qstage) juga digunakan yang merupakan tahap chelation untuk menghilangkan zat anorganik sebelum pengolahan dengan peroksida. Standar industri hingga beberapa tahun lalu adalah bleaching dengan urutan CEDED yaitu tahap klorinasi yang diikuti ekstraksi alkali, pengolahan dengan klorin dioksida, ekstraksi alkali dan pengolahan akhir klorindioksida. Proses yang lebih modern telah beralih dari penggunaan klorin (C-stage) karena menghasilkan senyawa toksik aromatik terklorinasi (dioxins and dibenzofurans) dalam efluen instalasi bleaching, contohnya menerapkan urutan OXED yaitu menggunakan pemutih oksigen yang diikuti penerapan enzim xilanase, ekstraksi alkali dan klorin dioksida. Tahapan dalam bleaching disimbolkan dengan DED dimana D melambangkan chlorine dioxide (ClO2) dan E melambangkan ekstraksi alkali. Dalam tahap ini, brownstock dicampur dengan ClO2 dalam reaktor D1 yang akan bereaksi dengan lignin. Pencucian mengikuti tahap ini untuk menghilangkan senyawa lignin yang beikatan dengan klor dari bubur kayu. NaOH ditambahkan pada aliran pulp dalam menara E dan diikuti dengan pencucian. Ekstraksi berfungsi untuk menetralisasi pulp dan memperbaiki proses pencucian sebelumnya. Menara D2 adalah tahap akhir dari proses bleaching dimana ClO2 memberikan pemutihan terakhir pada pulp. Jika proses bleaching didahului dengan oksigen delignification, maka prosesnya disingkat menjadi ODED. Klorin biasanya diperoleh melalui proses elektrolisis dari NaCl yang menghasilkan Cl2 dan NaOH. NaOH yang dihasilkan dapat digunakan pada tahap E. Reaksi kimia elektrolisis dari NaCl diuraikan berikut ini : 2 NaCl + e- ====> 2NaOH + Cl2 + H2 Klorin dioksida diperoleh dari sodium klorat dengan katalis asam sulfit. Produk

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

lainnya adalah Na2SO4 yang dapat digunakan dalam proses kraft pulping. Reaksinya diuarikan berikut ini. NaClO3 + SO2 ===> 2ClO2 + Na2SO4 g. Paper Making Pulp yang sudah diputihkan kemudian dibawa ke mesin pembuat kertas dimana akan dibentuk lembaran pulp pada screen. Air dihilangkan dari lembaran dengan kombinasi vakum, panas, dan tekanan yang diberikan di bagian penggulung (roller). Kertas jadi dapat dibuat dengan berbagai jenis berat dan digulung menjadi gulungan besar untuk diproses lebih lanjut. Kertas jadi terkadang juga dilapisi dengan kaolin untuk memutihkan permukaan atau diberi pengikat yang mengandung formaldehyde., ammonia atau polivinil alkohol agar lebih kuat. Energi yang dibutuhkan dalam proses pembuatan kertas dalam bentuk panas dihasilkan dari pembakaran sampah padat (sisa potongan kayu) dan uap serta bahan bakar fosil. Industri kertas membutuhkan energi dalam jumlah besar untuk dapat beroperasi. Dalam proses pembuburan kayu, sisa larutan pemasak dapat dimurnikan kembali dengan proses pemulihan (chemical recovery). Siklus pemulihan akan melewati liquor evaporator, recovery boiler, clarifier, dan lime kiln melalui 4 tahapan yaitu : - air dari pencucian dialirkan ke evaporator dimana black liquor mengandung konsentrasi solid sebanyak 65% sampai 75% sebelum masuk ke recovery boiler. Pada recovery boiler, dalam furnis yang didisain khusus, zat kimia sisa pakai dipisahkan dari limbah kayu. Zat kimia dalam proses pulping membentuk lelehan menyerupai lava di dasar recovery boiler, sedangkan limbah kayu dibakar pada bagian atas recovery boiler. Panas ini digunakan untuk menghasilkan uap bertekanan tinggi yang dapat digunakan untuk memenuhi uap yang dibutuhkan dalam penggilingan dan kebutuhan pembangkit listrik. - Sisa larutan pemasak (black liquor) mengandung berbagai senyawa organik dan senyawa sulfur disamping NaOH and Na2S yang reaktif. Black liquor diuapkan dalam furnis bersama sodium sulfat (Na2SO4) untuk mendapatkan Na2S, dan sodium karbonat (Na2CO3) dalam bentuk abu. - Abu kemudian dituangkan ke tanki besar untuk membentuk green liquor, yaitu campuran dari sodium sulfida dan sodium karbonat. Abu ini kemudian dicampur

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

dengan air dan lime (CaO) yang membentuk larutan hijau (green liquor) dan menghilangkan bahan kimia asalnya yaitu NaOH and Na2S, kalsium karbonat (CaCO3). - pada langkah selanjutnya, lime (kalsium oksida) ditambahkan ke dalam green liquor untuk mengubah sodium karbonat menjadi sodium hidroksida sehingga kembali terbentuk white liquor yang akan digunakan kambali dalam proses pulping berikutnya. 2.2 Limbah Yang Dihasilkan dari Proses Produksi Kertas Zat pencemar dari proses pembuatan kertas yang berpotensi mencemari lingkungan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu : (i) Efluen limbah cair (a) Padatan tersuspensi yang terdiri dari partikel kayu, serat, pigmen, debu dan sejenisnya (b) Senyawa organik koloid terlarut serat hemisellulosa, gula, lignin, alkohol, terpentin, zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang menghasilkan BOD tinggi. (c) Limbah cair berwarna pekat yang berasal dari lignin dan pewarna kertas (d) Bahan anorganik terlarut seperti NaOH, Na2SO4, klorin dan lain-lain (e) Limbah panas (f) Mikroorganisme seperti golongan bakteri coliform (ii) Partikulat: (a) Abu dari pembakaran kayu bakar dan sumber energi lain (b) Partikulat zat kimia terutama yang mengandung Na dan Ca (iii) Gas: (a) Gas sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H2S yang dilepaskan dari berbagai tahap dalam proses kraft pulping dan proses pemulihan bahan kimia (b) Oksida sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery furnace dan lime Kiln (c) Uap yang akan membahayakan karena mengganggu jarak pandangan (iv) Solid Wastes: (a) Sludge dari pengolahan limbah primer dan sekunder (b) Limbah padat seperti potongan kayu dan limbah pabrik lainnya

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

Limbah yang dihasilkan dari masing-masing proses dalam produksi kertas disajikan dalam Gambar 5 berikut ini.

Bahan yang digunakan dan limbah berbahaya yang dihasilkan dalam proses produksi kertas disajikan dalam Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Proses dalam industri kertas, bahan yang digunakan dan limbah berbahaya yang dihasilkan Proses Bahan yang Digunakan Jenis Limbah yang Dihasilkan Chemical Pulping Asam/basa, lime, asm sulfat, sodium hydroksida, sodium sulfida Limbah asam.basa Bleaching Pemutih klorin, sulfat, kloroform, pelarut Air limbah beracun, limbah sludge, dan limbah asam/basa Papermaking Pigmen Sludge pengolahan limbak Sizing and Starching Wax, lem, resins sintesis, hidrokarbon Limbah beracun termasuk air limbah dan sludge Pelapisan dan Pewarnaan Tinta, cat, pelarut, karet dan zat pewarna Sisa pelarut, tinta cat dan limbah beracun lain Pembersihan Tetrakloroetilen, Trikloroetilen, methilen klorida,trikloroethan,karbon tetraklorida Lmbah pelarut dan air bilasan beracun Penggunaan klorin sebagai pemutih menyebabkan air limbah tidak memungkinkan penggunaan kembali air yang telah digunakan karena tidak dapat dilakukan recovery air. Pada waktu pulp direaksikan dengan klorin atau klorin dioksida selama proses pemutihan, konsentrasi ion klorida dalam air limbah akan menjadi sangat korosif untuk di alirkan kembali ke sistem recovery untuk memisahkan limbah organik dari air dan dibakar untuk menghasilkan energi di dalam recovery boiler. Akibatnya limbah organik dalam efluen harus dialirkan seluruhnya ke sistem pengolahan limbah dan ke sungai. Gambar silus air dari proses pemutihan disajikan dalam Gambar 6 di bawah ini.

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

Gambar 6. Siklus air dalam proses pemutihan (bleaching) Air limbah dari proses pemutihan menghasilkan sifat mutagenisitas yang signifikan (Ames test positive) yang akan menurun secara linier dengan peningkatan substitusi CIO2 atau equivalent chlorine dalam proses bleaching. Kebanyakan bahan mutagen akan hilang jika pH air ditingkatkan menjadi 7-8, sehingga air limbah dari proses bleaching harus dinetralisasi sebelum pengolahan limbah atau dibuang ke badan air penerima agar mutagen dalam air tidak masuk ke lingkungan.

BAB III MINIMISASI LIMBAH DALAM INDUSTRI KERTAS

3.1 Konsep Minimisasi Limbah Dalam Industri Kertas Program minimisasi limbah yang efektif akan mengurangi biaya produksi dan beban pelaksanaan peraturan pengelolaan limbah berbahaya sehingga akan meningkatkan efisiensi, kualitas produk dan hubungan yang baik dengan masyarakat. Teknik minimasi limbah yang dapat membantu mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan mencakup : Perencanaan produksi dan tahapannya Penyesuaian peralatan/proses atau modifikasi Penggantian (substitusi) bahan baku Pemisahan (segregasi) limbah Daur ulang bahan Pelatihan dan pengawasan para pekerja operator juga merupakan bagian penting dalam keberhasilan program ini. Berbagai cara untuk mencapai minimisasi limbah mencakup tiga bagian utama yaitu : a. Pengurangan dari sumbernya, mencakup pemeliharan dan perawatan yang baik (good house keeping) dengan menerapkan kebiasaan baru dalam pengoperasian dan pemeliharan alat industri antara lain dengan mencegah terjadinya ceceran dan tumpahan bahan. Perubahan dalam proses produksi juga dapat dilakukan yang mencakup perubahan input bahan, pengawasan proses yang lebih ketat, modifikasi peralatan dan perubahan teknologi. Pemeliharaan peralatan dan lingkungan pabrik,

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

pemilihan peralatan yang sesuai dengan proses produksi kertas yang diinginkan dan pengoperasian peralatan dengan benar juga ikut mengurangi limbah dari sumbernya. b. Daur ulang, dengan melakukan recovery bahan dan energi bekas pakai untuk digunakan kembali dalam proses berikutnya. c. Modifikasi produk, untuk meningkatkan usia produk (tahan lama), untuk mempermudah daur ulang dan minimisasi dampak lingkungan dari pembuangan produk tersebut. 3.2 Substitusi Bahan Pemutih Berklorin dengan Pemutih Oksigen Kebanyakan industri kertas masih keberatan untuk menerapkan proses produksi total chlorine free (TCF)/closed loop dengan alasan tingginya biaya instalasi. Pencegahan pencemaran memang membutuhkan biaya yang besar pada awal penerapannya, tetapi akan memberikan penghematan dan kemudahan pada jangka waktu berikutnya, peningkatan kesehatan karyawan, perlindungan kesehatan msyarakat dan perbaikan kualitas lingkungan. Sumber utama klorin dalam industri kertas berasal dari proses pemutihan bubur kayu. Proses pemutihan dilakukan dalam beberapa tahap dimana tahap awal bertujuan untuk menghilangkan lignin dan tahap akhir untuk memutihkan pulp. Pulp biasanya dicuci setelah melewati setiap tahap untuk menghilangkan materi organik yang melekat pada pulp. Jenis zat kimia yang digunakan dalam tahapan proses pemutihan adalah bahan oksidator kuat dan jenis bahan pemutih yang paling banyak digunakan adalah bahan yang mengandung klorin antara lain : 1. Elemental klorin (Cl2) merupakan agen delignifikasi yang efektif. Jika ikatan lignin dipecah, atom klorin akan ditambahkan kepada hasil degradasi lignin, sehingga menghasilkan jumlah materi organik terklorinasi yang berarti. 2. Klorin dioksida (ClO2) adalah zat kimia yang sangat selektif yang dapat menghilangkan lignin dan memutihkan. Senyawa ini mengoksidasi lignin, tetapi tidak menambah atom klor ke fragmen lignin, tetapi sejumlah kecil elemental klorin and senyawa klorin lainnya akan terbentuk selama proses pemutihan dengan klorin dioksida, sehingga tetap akan dihasilkan senyawa organik terklorinasi. Klorin dan klorin dioksida bekerja dengan baik pada kondisi asam dengan pH antara 1,5 4. Setelah proses pemutihan selesai, pulp dicuci untuk menghilangkan lingnin yang terdegradasi atau limbah organik lain yang telah dilarutkan dalam

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

limbah cair. Kebanyakan limbah organik mengandung asam organik dan alkohol. Senyawa ini tidak larut dalam air sehingga tetap tertinggal dalam pulp selama proses pencucian. Reaksi kimia yang terjadi selama proses pemutihan diuraikan sebagai berikut. Chlorine Chemistry with Elemental Chlorine Lignin + Cl2 Chlorinated organic compounds Chlorine Chemistry with Chlorine Dioxide Lignin + ClO2 Oxidized Lignin + HOCl Cl2 Cl2 dan klorin dioksida menghasilkan reaksi yang berbeda dengan lignin. Cl2 memecah molekul lignin dengan menambahkan klorin ke dalam lignin. Klorin dioksida memberikan oksigennya kepada lignin untuk memecah rantai. Asam Hipoklorik juga dihasilkan yang dapat bereaksi langsung dengan cincin aromatis pada lignin atau diubah menjadi Cl2. Maka, satu-satunya cara untuk memastikan tidak adanya senyawa organik terklorinasi yang terbentuk dalam proses pemutihan adalah dengan menghilangkan semua zat pemutih yang mengandung klor. Bahan pemutih alternatif yang dapat menggantikan fungsi klorin dalam proses pemutihan (bleaching) dalam pembuatan kertas adalah : (a) Ozon (O3) merupakan agen delignifikasi yang efektif yang juga memutihkan kertas. Ozon belum digunakan di masa lalu karena selektivitasnya belum terbukti. Ozon dapat memecah serat selulosa dan lignin. (b) Oksigen (O2) adalah bahan kimia yang murah, sangat efektif menghilangkan lignin dan biasanya digunakan dalam proses pemutihan. Oksigen memiliki tingkat selektivitas menengah. (c) Sodium hipoklorit (NaOCl) merupakan agen delignifikasi yang murah, terbentuk dari campuran klor dengan alkali yang terdapat pada instalasi. Industri tidak menggunakan hipoklorit sebagai pemutih karena akan menghasilkan kloroform dalam jumlah besar. (d) Hidrogen peroksida (H2O2) umumnya digunakan untuk memutihkan pulp pada urutan akhir dalam tahapan pemutihan untuk menghindari berkurangnya tingkat keputihan kertas. (e) Sodium hidroksida (NaOH) akan melarutkan produk lignin yang telah terdegradasi. Oksigen, hidrogen peroksida ataupun keduanya sering ditambahkan

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

pada larutan sodium hidroksida untuk meningkatkan efektivitas penghilangan limbah organik.

Menggunakan bahan pemutih alternatif dari bahan dasar oksigen yang tidak mengandung klorin merupakan salah satu upaya minimisasi limbah karena akan mengurangi toksisitas limbah yang dihasilkan serta akan menghemat penggunaan air. Efluen dari semua proses pembuatan kertas dapat direcovery untuk digunakan kembali sehingga menghasilkan produksi kertas Total Chlorine Free (TCF) atau closed loop. Mengganti pemutih klorin dengan zat kimia yang mengandung oksigen sehingga effluen dapat dialirkan kembali ke sistem recovery dan air yang digunakan dapat didaur ulang untuk digunakan kembali dalam proses berikutnya, sehingga mengurangi kebutuhan air bersih dari alam. Sebanyak 75% efluen dapat masuk ke dalam sistem recovery dan hanya lmbah cair Q stage yang mengandung bahan anorganik dan logam berat yang akan diolah dalam Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPLC), seperti digambarkan dalam Gambar 6. Gambar 6. Aliran limbah cair dari tahapan pemutihan dengan oksigen (oxygen bleaching) Proses bleaching yang paling aman bagi lingkungan adalah pemutihan dengan bahan oxigen yang tidak mengandung unsur klor. Proses ini mencakup bleaching "totally chlorine-free" dan "processed chlorine-free". Proses bleaching seperti ini menggunakan oksigen, ozon dan hidrogen peroksida untuk memutihkan pulp. Pada awalnya dibutuhkan biaya yang lebih mahal untuk mengganti instalasi chlorine bleaching menjadi oxygen-based bleaching, tetapi biaya operasi akan menjadi lebih murah sehingga akan mengganti biaya investasi dalam jangka panjang. Proses bleaching terbaru melakukan delignifikasi dengan oksigen setelah proses kraft pulping. Bubur kayu dicampur dengan oksigen dalam kondisi basa (O-stage) yang menghasilkan produk degradasi lignin yang sama dengan penggunaan klorin dioksida. Sekitar 30-50% lignin dapat dihilangkan dengan proses ini. Keuntungan yang diperoleh adalah efluen cair dari proses bleaching dengan oksigen ini dapat dicampur dengan larutan hitam (black liquor) dan dimasukkan ke recovery boiler untuk dimurnikan (recovery) kembali.

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

Hidrogen peroksida (P-stage) mengubah pigmen tumbuhan agar tidak menyerap cahaya, digunakan pada kondisi basa setelah sebagian besar lignin dihilangkan dari pulp. Tahap ini berguna untuk pemutihan akhir tetapi sangat sensitif terhadap ion logam berat, sehingga ion anorganik perlu dihilangkan dengan tahap Q (Q-stage) sebelum memasuki tahap P. Ozone (Z-stage) merupakan proses dalam kondisi asam yang biasanya digunakan setelah tahap O (O-stage) dan efluen yang dihasilkan dapat direcovery ke dalam recovery boiler. Beberapa industri kertas mampu menghasilkan TCF pulp yang menerapkan proses bleaching dengan urutan tahap OZEP. Pendekatan bioteknologi dalam pemutihan menggunakan enzim xylanase yang dihasilkan secara alami oleh jamur untuk menguraikan karbohidrat. Ekstraksi alkali (Alkaline extraction) digunakan untuk mellarutkan hasil degradasi lignin dalam kondisi basa. Fenol (Ar-OH) terionisasi menjadi ion fenolat (Ar-O-) yang lebih larut dalam air dibandingkan fenol, sehingga filtrasi akan menyingkirkan terdegradasi lignin dari pulp yang diputihkan. Oksigen dapat ditambahkan pada tahap ini (Eo) untuk mengurangi warna yang terbentuk pada cairan effluen bleaching. Keuntungan dari penggunaan oksigen dalam bleaching adalah memungkinkan daur ulang effluen sehingga mengurangi penggunaan air dari lingkungan dan mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan. Tetapi urutan tahap bleaching yang menggunakan oksigen, hidrogen peroksida, dan ozon dapat menghasilan hasil samping yang dapat merusak karbohidtrat (termasuk selulosa) sehingga dapat mengurangi kekuatan kertas. Contoh industri kertas yang telah menggunakan pemutih oksigen adalah Eastern Pulp & Paper Co. Penggunaan pemutih oksigen telah membawa keuntungan pada lingkungan dan mengurangi biaya operasi. Pemeriksaan laboratorium independen telah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut merupakan salah satu industri pulp and paper terbersih di Amerika Serikat. Teknologi pemutihan dengan oksigen yang dikembangkan dalam perusahaan tersebut menghasilkan efluen untuk beberapa kategori yang nilainya 10 kali lebih kecil dari standar EPA 3.3 Kegiatan yang Mendukung Substitusi Pemutih Klorin 1. Memperbaiki keseragaman ukuran serpihan kayu Serpihan yang tipis menghasilkan tingkat delignifikasi yang lebih besar dalam

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

proses pemasakan standar dan termodifikasi karena serpihan akan terpapar bahan kimia pemasak dan panas dengan lebih merata dan menyeluruh. Upaya yang dapat dilakukan adalah memperbaiki penyaringan dan pencacahan ulang serpihan yang melebihi ukuran. 2. Oksigen Delignification Proses pulping konvensional menghilangkan sekitar 95% lignin. Di masa lalu, sisa lignin dihilangkan selama proses pemutihan. Oksigen telah digunakan untuk menghilangkan lignin dari pulp sejak akhir tahun 1970. Scandinavian mills adalah yang pertama menerapkan delignifikasi dengan oksigen sebagai bentuk kepedulian terhadap jumlah limbah organik dalam efluen. Union Camp menerapkan sistem delignifikasi oksigen yang pertama di Amerika Serikat pada tahun 1980 di Franklin, VA. Tahapan dalam proses delignifikasi oksigen disajikan dalam Gambar 7 di bawah ini. Gambar 7. Proses Delignifikasi Oksigendan aliran air limbahnya. Pulp dicuci setelah melewati menara dimana pulp direaksikan dengan oksigen. Limbah cair atau filtratnya dapat digunakan dalam pencucian brownstock atau dialirkan langsung ke evaporator dan bercampur dengan black liquor. Produk lignin yang terdegradasi dapat dibakar untuk menghasilkan energi dalam recovery boiler, sehingga limbah organik yang dihasilkan dari instalasi pemutihan menjadi berkurang. Saat ini, sistem oksigen yang beroperasi baik dapat menghilangkan 55% lignin dalam pulp yang belum diputihkan. Digester dapat dimodifikasi untuk menghilangkan lebih banyak lignin dalam pulp tanpa merusak selulosa dengan menggunakan whiteliquor dalam jumlah yang sama pada beberapa titik selama proses pengolahan. Limbah kayu tambahannya juga dapat dimasukkkan ke dalam sistem recovery. Delignifikasi lanjutan (delignifikasi oksigen) merupakan teknologi ampuh yang dapat menghilangkan lignin dan zat yang berwarna hingga 70% sebelum proses pemutihan. Untuk menghasilkan pulp kualitas tinggi yang bebas klorin, industri kertas harus memasang oksigen delignification dan/atau extended delignification untuk mengurangi penggunaan zat kimia dalam instalasi pemutihan. Semakin banyak limbah organik yang dibakar dalam recovery boiler, maka semakin kecil

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

jumlah zat kimia yang dibutuhkan. Teknologi ini memenuhi prinsip lingkungan dan ekonomi. Kappa NumberAngka Kappa menunjukkan jumlah lignin yang ada dalam pulpKappa Number x 0.15% = % lignin in pulpContoh:Pengolahan konvensional mampu menghilangkan 96% lignin dari kayu lunak (softwoods). Kayu lunak biasanya diproses hingga angka kappa 32 yang sebanding dengan kandungan lignin 4.8%. Angka kappa dari pulp yang diproses secara konvensional setelah oksigen delignification adalah 15. Angka ini sebanding dengan kandungan lignin 2.25% yang berarti 53% sisa kandungan lignin secara konvensional. Delignifikasi oksigen membutuhkan tambahan menara reaksi yang menghubungkan tangki pencuci brownstock dengan instalasi bleaching. Oksigen and sodium hidroksida ditambahkan pada brownstock yang akan mengurangi penggunaan bahan kimia pemutih hingga 50%. Setelah delignifikasi oksigen dilakukan pencucian dan menghasilkan efluen yang dapat direcovery. Pembangunan baru menara delignifikasi oksigen membutuhkan 10-30 juta Dolar Amerika tetapi akan mengurangi biaya pembelian bahan kimia pemutih dan biaya operasional. 3. Delignifikasi Ozon dan Bleaching Delignifikasi ozon prinsip kerjanya sama dengan oksigen delignifikasi. Industri kertas Union Camp di Franklin, Virginia telah mengoperasikannya sejak tahun 1992 dengan urutan OZEoD extended delignification dan bleaching yang memproses 1,000 ton bleached kraft production per hari. Biaya instalasi keseluruhan adalah $113 juta. Biaya operasi OZEoD delignification dan bleaching menjadi 50% lebih kecil dibandingkan proses pemutihan CEDED atau DEDED. 4. Enzyme Bleaching Enzim tertentu digunakan oleh serangga pemakan kayu dan bakteri untuk memecah ikatan lignin atau untuk menghilangkan lignin dalam bubur kayu. Xylanase adalah enzim yang dihasilkan oleh bacteria tertentu yang dapat digunakan untuk menghilangkan lignin dalamindustri kertas. Beberapa industri kertas telah mencoba menerapkannya dan berhasil mengurangi 50% kebutuhan klorn dalam prosoes pemutihan tanpa merusak selulosa. Penerapan xylanase cukup sederhana yaitu setelah pencucian brownstock, xylanase direaksikan dengan pulp pada tangki penyimpanan berkerapatan tinggi. Xylanase bekerja dengan baik pada tangki

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

berkerapatan tinggi dan membutuhkan waktu reaksi antara 30 dan 180 menit. Tahap ini kemudian diikuti dengan pencucian pulp. Penerapan enzom ini tidak membutuhkan biaya tinggi. Enzim lain yang dapat digunakan adalah mannanase. 5. Penggunaan Katalis dalam Delignifikasi Anthraquinon adalah katalisator dalam proses pulping untuk meningkatkan kecepatan proses pulping, meningkatkan jumlah pulp yang dihasilkan dan mengurangi penggunaan bahan kimia hingga 10%. Karena harganya yang mahal anthraquinon masih jarang digunakan. Antraquinon dikembangkan sebagai teknologi pencegahan pencemaran dan akan sangat membantu proses delignifikasi serta menghemat biaya. Anthraquinone diperkirakan akan meningkatkan biaya produksi sebesar $5.00 per ton, tetapi akan meningkatkan hasil sebanyak 0.75% dan mengutangi beban recovery boiler. Peningkatan hasil 0.75% berarti meningkatkan produksi sebanyak 7.5 ton per hari dalam industri berkapasitas 1,000 ton. DAFTAR PUSTAKA Eastern Pulp & Paper, 2000, Aggressive Use of Oksigen in Pulpmaking Yields Major Environmental Advances Lauren Blum, 1996, The Production of Bleached Kraft Pulp, Environmental Defence Fund, artikel internet dari http://www.edf.org/pubs/Reports/ptf/index.html T.W. Joyce and W.H. Petke,) August 1983 (Report No. 202, Effluent Decolorization Technologies for the Pulp and Paper Industry, Department of Wood and Paper Science North Carolina State University Raleigh, NC LINCOLN, Maine--(BUSINESS WIRE)--Sept. 21, 2001-- Company's patentpending oksigen bleaching technology eliminates Nemerow, Nelson Leonard dan Avijit Dasgupta, 1988, Industrial Hazardous Waste Treatment, Van Nostrand Reinhold, New York

2. Merkuri Organik
Kata Kunci: Merkuri disiano diamida, Merkuri Organik, Metil merkuri, metil merkuri asetat, metil merkuri nitril, Thimerosal Ditulis oleh Syaputra Irwan pada 21-05-2009

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

Merkuri organik (RHg, R2Hg, ArHg)merupakan bentuk senyawa merkuri yang paling berbahaya. Sebagian besar peristiwa keracunan merkuri disebabkan oleh senyawa ini. Merkuri organik digunakan secara luas pada industri pertanian, industri pulp dan kertas, dan dalam bidang kedokteran. Senyawa ini juga dapat terbentuk dari metabolisme merkuri metalik atau dari merkuri anorganik dengan bantuan mikroorganime tertentu baik dalam lingkungan perairan ataupun dalam tubuh manusia. Merkuri disiano diamida (CH3-Hg-NHCNHNHCN), metil merkuri nitril (CH3-HgCN), metil merkuri asetat (CH3-Hg-COOH) dan senyawa etil merkuri klorida (C2H5-Hg-Cl) merupakan senyawa-senyawa merkuri organik yang digunakan sebagai penghalang pertumbuhan jamur pada produk pertanian. Senyawa-senyawa ini juga digunakan sebagai insektisida dan pemakaiannya dilakukan dengan cara penyemprotan pada areal yang luas, bahkan kadang kala dengan menggunakan pesawat terbang. Penyemprotan pada areal yang luas tersebut dapat membunuh organime lain, karena senyawa-senyawa ini dengan bantuan angin akan menyebar secara meluas. Fenil merkuri asetat (FMA) digunakan dalam industri pulp dan kertas. Penggunaan FMA bertujuan untuk mencegah pembentukan kapur dan anti bakteri/jamur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Hal ini sangat berbahaya karena kertas seringkali digunakan sebagai penmbungkus makanan. Thimerosal mengandung 49.6 % etil merkuri, yang digunakan secara luas sejak tahun 1930-an sebagai antibakteri pada vaksin hepatitis. Pengunaan vaksin hepatitis yang mengandung thimerosal terhadap ibu hamil dan bayi lima tahun (balita) diduga menyebabkan meningkatnya epidemik autisme, suatu kelainan pada sistem saraf yang ditandai dengan menurunnya kemampuan interaksi sosial (McCandless;2003).

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

Gambar 1. Struktur molekul Thimerosal Metil merkuri merupakan senyawa organik yang paling yang paling berbahaya yang telah dipelajari oleh manusia. Metilasi merkuri dapat terjadi dalam tubuh organime manapun, termasuk manusia. Metil merkuri dapat berikatan dengan basa adenine. Posisi ikatan metil merkuri pada basa adenin bergantung pada pH (Kaim; 1951). Adanya variasi posisi metilmerkuri ini dapat menjelaskan bagaimana merkuri sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia. Dalam jaringan tubuh manusia terdapat 30 % adenina, 30 % timina, 20 % sitosina dan 20 % guanina Merkuri yang terikat pada adenina dapat mengganggu enzim, mengganggu biosintesis protein dan lemak serta merusak DNA dan RNA.

3.Teknologi Photo-Bleaching pada Pulp. Mungkinkah?


Kata Kunci: bleaching, kertas, pemutih, photo bleaching, pulp Ditulis oleh Yoky Edy Saputra pada 16-12-2008

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

Bleaching merupakan suatu rangkaian proses akhir yang sangat penting dalam produksi sebuah pulp. Secara definisi, bleaching adalah memindahkan/menghilangkan warna dari residu lignin dari kimia pulp untuk meningkatkan brightness, mempertahankan kestabilan brightness, kebersihan, dan sifat-sifat lain yang tidak diinginkan, dengan syarat bisa mempertahankan kekuatan selulosa dan daerah karbohidrat dalam pulp dari serat yang tidak diputihkan. Bahan kimia pemutih adalah agen pengoksidasi yang dapat memecah molekul lignin dan memutus ikatan lignin-karbohidrat. Selama ini bahan-bahan pemutih yang banyak digunakan dalam industri pulp diantaranya klorin (Cl2), klorin dioksida (ClO2), Oksigen (O2), Hidrogen Peroksida (H2O2), natrium hipoklorit (NaOCl), asam hipokolit (HOCl), natrium hidroksida (NaOH), dan ozon (O3). Photo-bleaching merupakan suatu proses pemutihan (bleaching) dengan menambahkan agen pemutih titanium dioksida (TiO2) kedalam benda yang diputihkan. Titanium dioksida mempunyai sifat fluoresensi yang dapat menyerap cahaya ditempat yang terang dan memancarkan cahaya yang telah diserap ketika berada ditempat yang gelap. Aplikasi teknologi photo-bleaching telah banyak diterapkan untuk mengetahui kebocoran dalam sebuah pipa yang panjang dan berukuran kecil. Photo-bleaching memungkinkan kita untuk mengetahui kebocoran pipa yang berada dalam tanah dan sangat panjang. Dengan teknologi photo-bleaching ini, kebocoran pipa di dasar laut dapat diketahui tanpa harus menyelam kedasar laut. Pada prinsipnya, teknologi photo-bleaching diatas dilakukan dengan menyelipkan titanium dioksida pada lapisan bagian dalam sebelum pemasangan pipa. Ketika

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

terjadi kebocorang pipa maka dengan mudah dapat diketahui. Cukup dengan menyinari dengan cahaya dengan intensitas tertentu maka kebocoran pipa diketahui. Aplikasi lain yang banyak diterapkan adalah pada cat bangunan. Untuk bangunan yang bertingkat-tingkat (misalnya 100 tingkat atau lebih), jika cat bangunan telah memudar, tentu akan susah untuk mengecat ulang bangunan tersebut, membutuhkan biaya dan resiko yang besar bagi pekerja yang mengecat bangunan tersebut karena berada pada ketinggian melebihi batas normal. Belum lagi setiap tahun bangunan harus dicat ulang karena memudar. Dengan teknologi photobleaching, kesukaran itu dapat dihindari. Titanium dioksida ditambahkan dalam campuran kimia cat, menjadikan cat bersifat fluoresens. Cat bangunan yang telah memudar yang telah ditambahkan titanium dioksida ini akan menjadi putih kembali dengan bantuan sinar matahari. Sehingga, bangunan cukup dicat sekali saja, selanjutnya akan putih kembali jika memudar dengan adanya sinar matahari. Jadi, meskipun pada awalnya harus mengeluarkan biaya yang besar, tetapi untuk selanjutnya kita tidak perlu mengecat ulang lagi. Lalu mungkinkah teknologi photo-bleaching ini diterapkan pada pulp atau malah kertas? Diakui teknologi photo-bleaching membutuhkan biaya yang mahal pada mulanya. Titanium dioksida memang mahal. Akan tetapi jika kita runut dari awal sampai akhir mungkin kita akan berpikir mengapa tidak dimanfaatkan teknologi ini. Disamping itu, titanium dioksida merupakan agen pemutih yang akan memberikan efek kecerahan (brightness) yang lebih tinggi dibandingkan dengan agen pemutih lainnya. Sehingga akan menghasilkan produk pulp yang mempunyai brightness yang tinggi dan tentu saja akan menaikkan grade dari pulp itu sendiri. Secara umum, keuntungan yang didapatkan dengan teknologi photo-bleaching ini adalah memberikan brightness dan index refraksi serta opacity yang tinggi. Pulppulp yang menumpuk digudang tidak lagi mebuat kita khawatir jika menguning, sehingga terpaksa didaur ulang lagi. Teknologi photo-bleaching memungkinkan pulp yang telah menguning dapat putih kembali dengan menjemurnya pada sinar matahari langsung. Sehingga m engurangi biaya daur ulang. Seperti kita ketahui bersama, karaktristik bahan kimia pemutih adalah mempunyai berat yang ekuivalen (setara), efisien, bersifat reaktif dan selektif, mempunyai

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

kemampuan partikel pemutih, serta tidak merusak lingkungan. Bagaimana dengan titanium dioksida? Penulis mengakui perlu penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang teknologi photo-bleaching ini, seperti efek terhadap lingkungan dan sebagainya. Kedepan, sepatutnya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai teknologi photo-bleaching ini. Catatan : Pulp merupakan kumpulan serat/selulosa sebagai bahan baku pembuatan lembaran kertas.
4.

Proses Pengolahan Kayu Ramah Lingkungan

Kata Kunci: kayu, lignin, pulp, selulosa Ditulis oleh Rahmi Yusuf pada 01-06-2009 Para ilmuwan dari Queens University (Belfast, UK) telah menemukan suatu cara ramah lingkungan untuk menguraikan kayu menggunakan larutan-larutan ion sehingga dapat dihasilkan produk yang bermanfaat dalam bidang tekstil, industri kertas dan pakaian, serta bahan bakar biologis. Dr Hctor Rodrguez dan Professor Robin Rogers dari Sekolah Kimia dan Teknik Kimia universitas tersebut bekerja sama dengan The University of Alabama (USA) untuk mengembangkan sistem yang lebih ekonomis dan efisien untuk mengolah kayu. Solusi yang mereka kembangkan dapat menjadi petunjuk baru bagi industri-industri yang berbahan baku biomassa. Pada saat ini, kayu masih diolah dengan proses Kraft; sebuah sistem pengolahan kayu yang ditemukan pada abad ke-19. Pada dasarnya, proses tersebut mengandalkan sodium hidroksida dan sodium sulfida untuk menguraikan lignin (sel kayu) pada selulosa. Meskipun populer pada industri pulp dan kertas, proses Kraft masih tergolong boros energi dan tidak ramah lingkungan. Hal ini terbukti dari banyaknya limbah yang dihasilkan, baik berupa limbah cair maupun gas. Alasan

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

mengapa proses kuno ini masih dipakai adalah karena sulitnya mencari metode yang efektif untuk menguraikan dan memisahkan komponen-komponen dalam kayu. Bahkan, proses-proses yang belakangan dikembangkan tetap menunjukkan kelemahan-kelemahan tersendiri dalam mengatasi hal tersebut. Peneliti-peneliti Queens University menemukan bahwa bilah-bilah kayu lunak dan keras dapat larut dalam larutan ion pada kondisi temperatur dan tekanan yang sedang. Dengan mengontrol penambahan air dan campuran air-aseton pada sistem, kayu yang terlarut dapat dipisahkan secara parsial menjadi materi kaya selulosa dan lignin murni. Proses tersebut terbukti jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan proses Kraft karena limbah yang dihasilkan tingkat toksisitasnya lebih rendah, serta lebih mudah dibiodegradasi. Profesor Robin Rogers menjelaskan pentingnya penemuan ini karena selulosa dan lignin sendiri digunakan dalam berbagai bidang. Selulosa dapat dipakai untuk produksi kertas, bioenergi, katun dan linen, serta berbagai komoditas material dan kimiawi lainnya. Lignin biasa digunakan sebagai aditif yang memperkuat berbagai konstruksi, misalnya mobil dan pesawat terbang, tetapi dengan berat yang relatif lebih ringan dibanding materi penguat lainnya. Pendekatan lainnya juga sedang dikembangkan oleh tim ilmuwan tersebut, meliputi penambahan beberapa zat aditif ramah lingkungan atau penggunaan katalis. Mereka berharap dapat dicapai tingkat kelarutan yang lebih tinggi pada kondisi fisik yang lebih halus, juga dengan hasil pemisahan yang lebih baik. Tidak sampai disitu, misi mereka selanjutnya akan berfokus pada biomasa yang kaya dengan minyak dan biasa digunakan dalam industri minyak wangi

5.Limbah Cair
Kata Kunci: Industri pulp, limbah cair Ditulis oleh Suparni Setyowati Rahayu pada 17-05-2009 Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian di-proses dan setelah itu dibuang,Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air. Pada beberapa pabrik tertentu, misalnya pabrik pengolahan kawat, seng, besi baja sebagian besar air dipergunakan untuk pendinginan mesin ataupun dapur pengecoran. Air ini dipompa dari sumbernya lalu dilewatkan pada bagian-bagian yang membutuhkan pendinginan, kemudian dibuang. Oleh sebab itu pada saluran pabrik terlihat air mengalir dalam volume yang cukup besar. Air ketel akan dibuang pada waktu-waktu tertentu setelah melalui pemeriksaan laboratorium, sebab air ini tidak memenuhi syarat lagi sebagai air ketel dan karenanya harus dibuang. Bersamaan dengan itu dibutuhkan pula sejumlah air untuk mencuci bagian dalam ketel Air pencuci ini juga harus dibuang. Pencucian lantai pabrik setiap hari untuk beberapa pabrik tertentu membutuhkan air dalam jumlah banyak. Pabrik pengalengan ikan membutuhkan air pencuci dalam jumlah yang relatif harus banyak, Jumlah air terus menerus diperlukan mencuci peralatan, lantai dan lainlain,Karat perlu dicuci sebelum masuk pencincangan dan pada saat dicincang air terus-menerus mengalir untuk menghilangkan pasir abu yang terbawa. Air dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel baik yang larut maupun mengendap. Bahan ini ada yangkasar dan halus. Kerap kali air dari pabrik berwarna keruh dan temperaturnya tinggi. Air yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya mempunyai sifat tersendiri. Air limbah yang telah tercemar memberikan 577 ciri yang dapat diidentifikasi secara visual dapat diketahui dari kekeruhan, warna air, rasa, bau yang ditimbulkan dan indikasi lainnya. Sedangkan identifikasi secara laboratorium, ditandai dengan perubahan sifat kimia air di mana air telah mengandung bahan kimia yang beracun dan berbahaya dalam konsentrasi yang melebihi batas dianjurkan. Jenis industri menghasilkan limbah cair di antaranya adalah industri-industri pulp dan rayon, pengolahan crumb rubber,

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

minyak kelapa sawit, baja dan besi, minyak goreng, kertas, tekstil, kaustiksoda, elektro plating, plywood, tepung tapioka, pengalengan, pencelupan dan pewarnaan, daging dan lain-lain. Jumlah limbah yang dikeluarkan masing-masing industri ini tergantung pada banyak produksi yang dihasilkan, serta jenis produksi. Industri pulp dan rayon menghasilkan limbah air sebanyak 30 m3 setiap ton pulp yang diproduksi. Untuk industri ikan dan makanan laut limbah air berkisar antara 79 m3 sampai dengan 500 m3 per hari; industri pengolahan crumb rubber limbah air antara 100 m3 s/d 2000 m3 per hari, industri pengolahan kelapa sawit mempunyai limbah air: rata-rata 120 m3 per hari skala menengah.

6.Pengujian Kadar Lignin dalam Pulp


Kata Kunci: lignin, pulp Ditulis oleh Yoky Edy Saputra pada 12-08-2009

Lignin adalah zat yang bersamasama dengan selulosa adalah salah satu sel yang terdapat dalam kayu. Lignin berguna dalam kayu seperti lem atau semen yang mengikat sel-sel lain dalam satu kesatuan sehingga bisa menambah support dan kekuatan kayu (mechanical strength) agar bisa kelihatan kokoh dan berdiri tegak.

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

Lignin struktur kimiawinya bercabang-cabang dan berbentuk polimer tiga dimensi. Molekul dasar lignin adalah Fenil Propan. Molekul lignin memiliki derajat polimerisasi tinggi. Karena ukuran dan strukturnya yang tiga dimensi bisa memungkinkan lignin berfungsi sebagai semen atau lem bagi kayu yang dapat mengikat serat dan memberikan kekerasan struktur serat. Bagian tengah lamella pada sel kayu, sebagian besar terdiri dari lignin, berikatan dengan sel-sel lain dan menambah kekuatan struktur kayu. Dinding sel juga mengandung lignin. Pada dinding sel, lignin bersama-sama dengan hemiselulosa membentuk matriks (semen) yang mengikat serat-serat halus selulosa. Lignin didalam kayu memiliki persentase yang berbeda tergantung dari jenis kayu: 1. Softwood mengandung 27 33% 2. Hardwood mengandung 16 24 % 3. Non-wood fibers seperti jerami, baggase, rumput, bamboo mengandung 11-20% Ada beberapa test prosedur yang sekarang digunakan untuk menentukan lignin, seperti:
1. Lignin Klason : mengukur lignin dalam kayu secara langsung 2. Permanganate Number (K-Number) :

Jumlah konsumsi permanganat dalam sampel pulp yang mengandung lignin yang belum bereaksi
1. Kappa Number : Jumlah konsumsi permanganat dalam sampel pulp yang

mengandung lignin yang belum bereaksi


2. Hypo test : Jumlah konsumsi hypo dalam sample pulp yang mengandung

lignin yang belum bereaksi 3. Chlorine Number : Jumlah konsumsi chlorine dalam pulp yang mengandung lignin yang belum bereaksi 4. Nu-Number : Test absorbsi spektrofotometer lignin yang terlarut dalam asam dengan panjang gelombang 425 nm

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

5. Pulp Permittivity : Dieletric strength atau permititivitas pulp sheet yang

berhubungan dengan kandungan lignin dalam sampel. 6. Spectrophotometric Methods : Absorpsi sinar UV pada sample yang mengandung lignin. Kappa Number Kappa number menggunakan sejumlah larutan permanganat dengan jumlah tertentu yang ditambahkan ke dalam pulp sampel. Setelah beberapa waktu, permanganat bereaksi dengan pulp yang ditentukan dengan metoda titrasi. Kappa number kemudian ditentukan sebagai jumlah ml 0,1 N larutan KMnO4 yang dikonsumsi oleh 1 gr pulp dalam waktu 10 menit dengan suhu 25 oC. Untuk proses kraft pulp hubungan antara lignin dan kappa number adalah Lignin (%) = 0.147 X Kappa Number. Metoda-metoda yang lain tidak familiar digunakan di Indonesia adalah permanganate number (K-number) yang secara luas digunakan di daerah Amerika Utara. Roe number (hypo test) dan chlorine number adalah dua test yang tidak digunakan lagi untuk test lignin karena reagent yang digunakan sangat berbahaya dan banyak permasalahan dalam penanganannya. Kappa number ini sangat berguna untuk menentukan kadar lignin dalam pulp. Hilangnya Lignin Semua pulp akan mengalami perubahan brightness (kecerahan) seiring dengan lama waktu penyimpanan. Pulp biasanya akan berubah menjadi kuning. Laju penurunan brightness dengan waktu bervariasi dalam range yang cukup luas. Sebagian pulp akan stabil dan biasanya bertahun-tahun kemudian baru akan berubah menjadi kuning. Sebagian lagi hanya dalam hitungan bulan akan berubah menjadi kuning dan bahkan yang dalam hitungan hari sudah berubah. Lignin bukan penyebab utama pada perubahan warna ini jika pulpnya hanya mengandung sedikit lignin. Tapi walau bagaimanapun lignin yang terkandung dalam jumlah besar sudah pasti menjadi penyebab utama dalam perubahan warna pulp. Oleh karena itu efektivitas

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

penghilangan lignin pada tahap klorinasi juga merupakan factor yang sangat menentukan dalam proses perubahan warna. Memang pada awalnya ada dugaan perubahan warna pada pulp selama penyimpanan disebabkan oleh lignin. Ternyata setelah dilakukan penelitian, penyebab utamanya adalah kandungan selulosa pulp itu sendiri yang menyebabkan perubahan warna. Adanya gugus karbonil dan karboksil pada selulosa merupakan penyebab utama terjadinya perubahan warna. Penghilangan gugus karbonil dan karboksil ini dengan proses oksidasi dan reduksi akan meningkatkan kestabilan warna. Perubahan warna juga disebabkan oleh temperatur, humidity, hemiselulosa, resin, logam-logam seperti rosin, alum, lem dan starch

7.Kegunaan Uji Kappa Number di Industri Pulp dan Kertas


Kata Kunci: Industri kertas, Industri pulp, kappa number, Pengukuran lignin Ditulis oleh Yoky Edy Saputra pada 24-08-2009

Pengukuran lignin (kappa number) pulp slurry pada proses pulp making merupakan kunci sukses dalam mengoptimumkan proses pulp making. Informasi kappa number ini sangat berguna untuk mengontrol parameter selama proses pemasakan berlangsung seprti : HFactor, Liquor to wood ratio, jumlah konsumsi WL, kadar air kayu, efisiensi pencucian, temperature dll. Di skala industri, telah dipasang sensor kappa number

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

untuk melihat nilai kappa number. Sebenarnya kappa number on-line mengukur sampel dengan menggunakan teknik optik berdasarkan absorbsi sinar UV. Kemampuan lainnya adalah mengukur parameter lain seperti konsistensi, temperature dan pH yang dikenali oleh alat dan akan menyalakan alarm jika hasil yang diinginkan menyimpang dari standard. Kunci untuk monitoring dan control pemasakan dengan menggunakan kappa number on-line ini sangat penting untuk mengontrol proses delignifikasi. Juga sangat berguna untuk mengontrol beberapa parameter untuk bleaching. Untuk digester, semakin sering analisa kappa number dilakukan dapat meningkatkan variasi kappa number hingga level 20% dan menjaga kappa number tetap dalam target (masuk standard). Ketelitian dari analisa kappa number ini akan membantu operator digester untuk mengontrol jalannya digester, mulai dari start up, proses berjalan, penukaran material dan sebagainya. Kontrol Chemical dalam Proses Bleaching Kandungan lignin yang terdapat pada pulp yang belum dibleaching sangat penting, karena pada tahap awal bleaching adalah untuk menghilangkan kadar lignin yang tersisa setelah pemasakan. Kappa number digunakan secara rutin untuk mengontrol unbleached pulp dan mengontrol proses penghilangan lignin (delignifikasi) pada tahap klorinasi (CD), treatment oxygen dan Ekstraksi (Eo). Jumlah lignin yang dipisahkan selama bleaching tergantung pada beberapa factor seperti kandungan lignin pulp, type pulp yang digunakan, kondisi klorinasi, waktu, suhu dan konsistensi. Reaksi antara bleaching dengan pulp sangat kompleks. Chemical bleaching bereaksi dengan semua komponen pulp (selulosa, lignin, bark, shives, dan zat-zat organic terlarut). Efisiensi delignifikasi dapat dihitung secara stoikiometri, jumlah chemical yang dibutuhkan dapat dihitung per unit dalam delignifikasi. Perhitungan stoikiometri merupakan indikasi efisiensi proses dan merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan biaya bleaching. Stoikiometri delignifikasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara, misalnya pada tahap klorinasi, klorin yang digunakan biasanya 0.2 kali kappa number unbleached pulp. Pada kondisi ini kira-kira 4 kappa number akan turun dengan 1 % klorin. Persentase klorin yang digunakan berdasarkan kappa number pulp unbleach

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

memiliki range 0.15 hingga 0.25. Laju reaksi juga berhubungan dengan konsentrasi chemical dan kappa number dimana delignifikasi ClO2 merupakan pangkat 0.5. yang berarti jika konsentrasi klorin 4 kali lipat maka laju reaksi delignifikasi akan meningkat dua kali. Untuk saat ini kappa number juga digunakan sebagai control parameter untuk temperature bleaching, pH dan derajat brightness pulp. Hilangnya Lignin Semua pulp akan mengalami perubahan brightness (kecerahan) seiring dengan lama waktu penyimpanan. Pulp biasanya akan berubah menjadi kuning. Laju penurunan brightness dengan waktu bervariasi dalam range yang cukup luas. Sebagian pulp akan stabil dan biasanya bertahun-tahun kemudian baru akan berubah menjadi kuning. Sebagian lagi hanya dalam hitungan bulan akan berubah menjadi kuning dan bahkan yang dalam hitungan hari sudah berubah. Lignin bukan penyebab utama pada perubahan warna ini jika pulpnya hanya mengandung sedikit lignin. Tapi walau bagaimanapun lignin yang terkandung dalam jumlah besar sudah pasti menjadi penyebab utama dalam perubahan warna pulp. Oleh karena itu efektivitas penghilangan lignin pada tahap klorinasi juga merupakan factor yang sangat menentukan dalam proses perubahan warna. Memang pada awalnya ada dugaan perubahan warna pada pulp selama penyimpanan disebabkan oleh lignin. Ternyata setelah dilakukan penelitian, penyebab utamanya adalah kandungan selulosa pulp itu sendiri yang menyebabkan perubahan warna. Adanya gugus karbonil dan karboksil pada selulosa merupakan penyebab utama terjadinya perubahan warna. Penghilangan gugus karbonil dan karboksil ini dengan proses oksidasi dan reduksi akan meningkatkan kestabilan warna. Perubahan warna juga disebabkan oleh suhu, kelembaban, hemiselulosa, resin, logam-logam seperti rosin, alum, lem dan starch.

Pengolahan Limbah Kopi


Filed under: daur ulang tugas by agung supriyadi 2 Komentar Mei 10, 2010

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

Kopi adalah sejenis minuman, biasanya dihidangkan panas, dan dipersiapkan dari biji dari tanaman kopi yang dipanggang. Berikut adalah proses pengolahan kopi dimulai dari biji hingga siap dihidangkan panas-panas serta pengelolaan limbah kopi agar tak berbahaya bagi lingkungan.
1. I. Proses pengolahan kopi

Biji kopi yang sudah siap diperdagangkan adalah berupa biji kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah, kulit tanduk dan kulit arinya, butiran biji kopi yang demikian ini disebut kopi beras (coffea beans) atau market koffie. Kopi beras berasal dari buah kopi basah yang telah mengalami beberapa tingkat proses pengolahan. Secara garis besar dan berdasarkan cara kerjanya, maka terdapat dua cara pengolahan buah kopi basah men.iadi kopi beras, yaitu yang disebut pengolahan buah kopi cara basah dan cara kering. pengolahan buah kopi secara basah biasa disebut W.I..B. (West lndische Bereiding), sedangkan pengolahan cara kering biasa disebut O.I.B (Ost Indische Bereiding). Perbedaan pokok dari kedua cara tersebut diatas adalah pada cara kering pengupasan daging buah, kulit tanduk dan kulit ari dilakukan setelah kering (kopi gelondong), sedangkan cara basah pengupasan daging buah dilakukan ketika masih basah. Metode Pengolahan Kopi secara kering Metode ini sangat sederhana dan sering digunakan untuk kopi robusta dan juga 90 % kopi arabika di Brazil, buah kopi yang telah dipanen segera dikeringkan terutama buah yang telah matang. Pengeringan buah kopi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: A. Pengeringan Alami Pengeringan alami yaitu pengeringan dengan menggunakan sinar matahari, caranya sangat sederhana tidak memerlukan peralatan dan biaya yang besar tetapi memerlukan tempat pengeringan yang luas dan waktu pengeringan yang lama karena buah kopi mengandung gula dan pektin. Pengeringan biasanya dilakukan di

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

daerah yang bersih, kering dan permukaan lantai yang rata, dapat berupa lantai plester semen atau tanah telanjang yang telah diratakan dan dibersihkan. Ketebalan pengeringan 30-40 mm, terutama pada awal kegiatan pengeringan untuk menghindari terjadinya proses fermentasi, Panas yang timbul pada proses ini akan mengakibatkan perubahan warna dan buah menjadi masak. Pada awal pengeringan buah kopi yang masih basah harus sering dibalik dengan Blat penggaruk. Jenis mikroorganisme yang dapat berkembang biak pada kulit buah (exocarp) terutama jamur (fusarium sp, colletotrichum coffeanum) pada permukaan buah kopi yang terlalu kering (Aspergilus niger, penicillium sp, Rhizopus, sp) beberapa jenis ragi dan bakteri juga dapat berkembang. Lamanya proses pengeringan tergantung pada cuaca, ukuran buah kopi, tingkat kematangan dan kadar air dala,m buah kopi, biasanya proses pengeringan memakan waktu sekitar 3 sampai 4 minggu. Setelah proses pengeringan Kadar air akan menjadi sekitar 12 %.
1. B. Pengeringan Buatan(ArtificialDrying)

Keuntungan pengeringan buatan,dapat menghemat biaya dan juga tenaga kerja hal yang perlu diperhatikanadalah pengaturan suhunya. Menurut Roelofsen, pengeringan sebaiknya padasuhu rendah yaitu 55C akan menghasilkan buah kopi yang bewarna merah dantidak terlalu keras. Untuk buah kopi kering dengan KA rendah dikeringkan dengansuhu tidak terlalu tinggi sehingga tidak akan terjadi perubahan rasa. Peralatan pengeringan yang biasa digunakan : mesin pengering statik dengan alat penggaruk mekanik, mesin pengering dari drum yang berputar, serta mesin pengering vertikal. Metode pengolahan Basah Proses metode pengolahan basah meliputi: penerimaan, pulping, klasifikasi, fermentasi, pencucian, pengeringan, pengawetan dan penyimpanan. Proses Metode pengolahan basah meliputi ; penerimaan, pulping, Klasifikasi, fermentasi, pencucian, pengeringan, Pengawetan dan penyimpanan

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

1. a. Penerimaan Hasil panen harus secepat mungkin dipindahkan ke tempat pemerosesan untuk menghindari pemanasan langsung yang dapat menyebabkan kerusakan (seperti : perubahan warna buah, buah kopi menjadi busuk). Hasil panen dimasukkan kedalam tangki penerima yang dilengkapi dengan air untuk memindahkan buah kopi yang mengambang (buah kopi kering di pohon dan terkena penyakit (Antestatia, stephanoderes) dan biasanya diproses dengan pengolahan kering.Sedangkan buah kopi yang tidak mengambang (non floating) dipindahkan menuju bagian peniecah (pulper). 2. b. Pulping Pulping bertujuan untuk memisahkan kopi dari kulit terluar dan mesocarp (bagian daging), hasilnya pulp. Prinsip kerjanya adalah melepaskan exocarp dan mesocarp buah kopi dimana prosesnya dilakukan dilakukan didalam air mengalir. proses ini menghasilkan kopi hijau kering dengan jenis yang berbeda-beda. Macam-macam alat pulper yang sering digunakan : Disc Pulper (cakram pemecah), Drum pulper, Raung Pulper, Roller pulper dan Vis pulper. Untuk di Indonesia yang sering digunakan adalah Vis Pulper dan Raung Pulper. Perbedaan pokok kedua alat ini adalah kalai Vis pulper hanya berfungsi sebagai pengupas kulit saja, sehingga hasilnya harus difermentasi dan dicuci lagi. Sedangkan raung pulper berfungsi sebagai pencuci sehingga kopi yang keluar dari mesin ini tidak perlu difermentasi dan dicuci lagi tetapi masuk ke tahap pengeringan. 3. c. Fermentasi proses fermentasi bertujuan untuk melepaskan daging buah berlendir (mucilage) yang masih melekat pada kulit tanduk dan pada proses pencucian akan mudah terlepas (terpisah) sehingga mempermudah proses pengeringan. Hidrolisis pektin disebabkan, oleh pektihase yang terdapat didalam buah atau reaksinya bias dipercepat dengan bantuan jasad renik. proses fermentasi ini dapat terjadi, dengan bantuan jasad renik (Saccharomyces) yang disebut dengan proses peragian dan pemeraman. Biji kopi yang keluar dari mesin pulper dialirkan lewat saluran sebelum masuk bak fementasi.

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

Selama dalam pengaliran lewat saluran ini dapat dinamakan proses pencucian pendahuluan. Di dalam pencucian pendahuluan ini biji kopi yang berat (bernas) dapat dipisahkan dari sisa-sisa daging buah yang terbawa, lapisan lendir, biji-biji yang hampa karena bagian ini terapung di atas aliran air sehingga mudah dipisahkan.
1. d. Pencucian

Pencucian secara manual dilakukan pada biji kopi dari bak fementasi dialirkan dengan air melalui saluran dalam bak pencucian yang segera diaduk dengan tangan atau di injak-injak dengan kaki. Selama proses ini, air di dalam bak dibiarkan terus mengalir keluar dengan membawa bagian-bagian yang terapung beupa sisa-sisa lapisan lendir yang terlepas. Pencucian biji dengan mesin pencucidilakukan dengan memasukkan biji kopi tersebut kedalam suatu mesin pengaduk yang berputar pada sumbu horizontal dan mendorong biji kopi dengan air mengalir. Pengaduk mekanik ini akan memisahkan lapisan lendir yang masih melekat pada biji dan lapisan lendir yang masih melekat pada biji dan lapisan lendir yang telah terpisah ini akan terbuang lewat aliran air yang seterusnya dibuang.
1. e. Pengeringan

Pengeringan pendahuluan kopi parchment basah, kadar air berkurang dari 60 menjadi 53%. Sebagai alternatif kopi dapat dikeringkan dengan sinar matahari 2 atau 3 hari dan sering diaduk, Kadar air dapat mencapai 45 %. Pengeringan kopi Parchment dilanjutkan, dilakukan pada sinar matahari hingga kadar air mencapai 11 % yang pada akhirnya dapat menjaga stabilitas penyimpanan. Pengeringan biasanya dilakukan dengan menggunakan baki dengan penutupnya yang dapat digunakan sepanjang hari. Rata-rata pengeringan antara 10-15 hari. Pengeringan buatan (suhu tidak lebih dari 55C) juga banyak digunakansejak pengeringan kopi alami menjadi lebih sulit dilakukan pada perkebunan yang lebih luas. f.Curing

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

Proses selanjutnya baik kopi yang diproses secara kering maupun basah ialah curing yang bertujuan untuk menjaga penampilan sehingga baik untuk diekspor maupun diolah kembali. g. Penyimpanan Buah kopi dapat disimpan dalam bentuk buah kopi kering atau buah kopi parchment kering yang membutuhkan kondisi penyimpanan yang sama. Biji kopi KA air 11 % dan RH udara tidak lebih dari 74 %. Pada kondisi tersebut pertumbuhan jamur (Aspergilus niger, A. oucharaceous dan Rhizopus sp) akan minimal. Di Indonesia kopi yang sudah di klasifikasi mutunya disimpan didalam karung goni dan dijahit zigzag mulutnya dengan tali goni selanjutnya disimpan didalam gudang penyimpanan. Gambar 1. Skema wet processing pada pengolahan kopi
1. II. Komposisi Limbah kopi yang dihasilkan

Limbah kopi dibedakan menjadi dua macam, yaitulimbah pada pengolahan kopi merah (masak) dan limbah pengolahan kopi hijau (mentah). Pengolahan kopi merah diawali dengan pencucian, perendaman, dan pengupasan kulit luar. proses ini akan menghasilkan 65 persen biji kopi dan 35 persen limbah kulit kopi. Biji kopi lalu dikeringkan dengan oven. Hasilnya adalah biji kopi kering oven (31 %), yang akan digiling untuk menghasilkan kopi bubuk (21 %). Sedangkan 10 persen lagi berupa limbah kulit dalam. Proses pengolahan kopi hijau diawali dari penjemuran sampai bobotnya mencapai 38 persen dari bobot basah. kopi kering digiling dan menghasilkan kopi bubuk (16,5 %). Sisanya, 21,5 persen, berupa campuran limbah kulit luar dan kulit dalam. Limbah cair hasil proses pengolahan kopi mengadung tingkat polusi yang tinggi. Komponen utama limbah cair adalah bahan-bahan organik, yang berasal dari depulping dan proses pengelupasan kulit kopi yang berlendir. Mayoritas dari

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

material organik di dalam limbah cair tersebut mengandung nilai COD yang sangat tinggi sebesar 50000 mg/l, sedangkan BOD mencapai 20000 mg/l. Table 1: Composition of coffee pulp Contents Proportion (%)
Ether extract Crude fibre Crude protein Ash Nitrogen free extract Tannins Pectic substances Non reducing sugars Reducing sugars Chlorogenic acid Caffeine Total caffeic acid 0.48 21.40 10.10 1.50 31.30 7.80 6.50 2.00 12.40 2.60 2.30 1.60

Source: GTZ-PPP, 2002 Table 2: Composition of mucilage Contents Proportion (%)


Water Protein Sugars 84.20 8.00

2.50 1.60

- Glucose (reduction) - Sucrose (non reducing)


Pectin Ash

1.00 0.70

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

Source: GTZ-PPP, 2002


1. III. Upaya dan Tahap-tahap Minimasi Limbah Kopi

Upaya miinimasi limbah kopi dapat dibagi menjadi dua, upaya minimasi limbah pada kopi dan upaya minimasi limbah cair kopi.
1. A. Upaya minimasi limbah padat kopi

Berikut adalah beberapa cara untuk meminimalisasi limbah padat kopi yang banyak terdiri dari kulit luar dan kulit dalam kopi:
1. a. Limbah kopi untuk pengganti briket batubara

Limbah kopi dapat dijadikan sebagai pengganti briket batubara. Hal ini telah dilakukan oleh PT Sari Incoofood di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Dari 1 kilogram ampas kopi yang dihasilkan dalam proses pengolahan biji kopi dapat dihasilkan sebanya 4 ons briket. Pengolahan itu dilakukan dengan mengambil ampas biji kopi. Proses pengolahan cukup sederhana yaitu dilakukan dengan cara mengeringkan limbah kopi. Selanjutnya, limbah dijadikan arang dan kemudian dicetak. Briket dari limbah kopi itu siap dipakai dalam bentuk cetakan bulat, sebesar buah kemiri. Cara memanfaatkannya sama dengan briket batu bara.
1. b. Limbah kopi untuk biodiesel

Pengolahan limbah kopi untuk biodiesel ini diproses dengan cara meng-ekstraksi kandungan minyak biodiesel yang ada dalam limbah kopi. Limbah kopi mengandung biodiesel sebesar 10% sampai dengan 20%. Dari total kapasitas produksi kopi dunia yang hampir mencapai angka 16 milyar pon per tahun, diperkirakan berpotensi menghasilkan biodiesel sebesar 340 juta galon.
1. c. Limbah kopi untuk pakan ternak

Limbah kopi yang dipakai untuk pakan ternak berasal dari kulit kopi. Formula pakan seimbang dengan menggunakan limbah kulit kopi untuk penggemukan ada takarannya. . Cara pembuatannya adalah campurkan air dengan gula pasir, urea,

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

NPK dan campur dengan Asperigillus Niger kemudian diaerasi 24-36 jam, dan setiap beberapa jam buihnya dibuang. Larutan Asperigillus siap dipakai. limbah kopi dicampur dengan larutan Asperigillus yang siap pakai lalu didiamkan selama 5 hari, maka jadilah limbah kopi terfermentasi. Kemudiaan limbah ini dikeringkan, setelah limbah tersebut kering giling sehingga menjadi tepung limbah kering yang siap menjadi makanan ternak. Hasil yang didapat dari penggunaan limbah kopi ini sangat baik yaitu dapat menghasilkan pertambahan bobot badan kambing dengan menggunakan terapan tehnologi itu rata-rata 108 gram per hari.
1. B. Upaya Minimalisasi Limbah Cair Kopi

Kandungan COD dan BOD yang tinggi dalam limbah cair kopi dapat dikurangi dengan penyaringan dan pemisahan pulp. Pada cara ini kandungan COD dan BOD menjadi jauh lebih rendah, yaitu mencapai 3429-5524 mg/l untuk COD dan 15783248 mg/l untuk BOD Bahan-bahan organik padat yang berupa pektin dapat diambil langsung dari air. Jika pektin tidak diambil, maka akan ada kenaikan pH dan COD. Untuk memaksimalkan proses anaerobik pada limbah cair tersebut, maka diperlukan tingkat pH sebesar 6,5-7,5, sementara tingkat pH limbah cair kopi adalah 4, yang merupakan tingkat pH sangat asam. Hal ini bisa diatasi dengan penambahan kalsium hidroksida (CaOH2) kepada limbah cair kopi. Hasilnya, tingkat solubilitas pektin dapat meningkat serta peningkatan COD dari rata-rata 3700 mg/l kepada rata-rata 12650 mg/l. The Central Pollution Control Board (CPCB) India telah menyarankan sebuah solusi tekhnis yang berdasarkan desain National Environmental Engineering Research Institute (NEERI) untuk mengoolah limbah kopi. Saran dari CPCB ini terdiri dari 3 fase: fase pertama adalah fase netralisasi di mana limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan kapur, lalu diikuti dengan pengolahan anerobik dalam laguna dan yang terakhir adalah fase aerobik. Tujuan pengolahan ini adalah untuk menyusaikan BOD dan COD sesuai dengan tingkat yang tingkat yang tak membahayakan.

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

Biogas reaktor atau bioreaktor juga bisa menjadi alternatif pilihan untuk mengolah limbah cair kopi dengan cara anaerobik.

Gambar 2: Skema bioreaktor

Gambar 2 menunjukkan tingkatan-tingkatan pada pengolahan effluen dari kopi yang dibersihkan dan diatur oleh biogas. Tiga komponen utama pada bioreaktor adalah tanki penyamaan, digester, dan tanki daur ulang. Effluen dari unit pengolahan kopi ( dengan BOD/COD yang tinggi) ditambahkan dengan kapur pada tanki penyamaan. Tujuannya adalah untuk mengurangi asiditas dengan meningkatkan pH ke sekitar 6.5 sampai 7.5. Effluen tersebut kemudian dialirkan ke digester. 2 bulan setelah sesi pulping, kotoran sapi segar dan biomasa kemudian ditambahkan ke digester untuk memulai proses anaerobik. Hasilnya adalah biogas (campuran CH4 dan CO2 dengan rasio 3:2). Gas ini disimpan di gas bags untuk menjadi sumber bahan bakar gas. Air limbah kemudian menuju tanki daur ulang untuk dialirkan kembali ke digester selama 2-3 jam per hari untuk mencapai pengurangan BOD/COD yang lebih jauh. Setelah di daur ulang, air limbah dapat digunakan untuk sesi pulping serta dimanfaatkan untuk kegiatan lain tetapi tak bisa diminum langsung.

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Rinaldry Sirait, ST 080405036

1. IV. Dampak limbah kopi

Seperti telah tertulis pada tabel 1, Limbah kopi mengandung beberapa zat kimia beracun seperti alkaloids, tannins, dan polyphenolics. Hal ini membuat lingkungan degradasi biologis terhadap material organik lebih sulit Dampak lingkungan berupa polusi organik limbah kopi yang paling berat adalah pada perairan di mana effluen kopi dikeluarkan. Dampak itu berupa pengurangan oksigen karena tingginya BOD dan COD. Substansi organik terlarut dalam air limbah secara amat lamban dengan menggunakan proses mikrobiologi dalam air yang membutuhkan oksigen dalam air. Karena terjadinya pengurangan oksigen terlarut, permintaan oksigen untuk menguraikan organik material melebihi ketersediaan oksigen sehingga menyebabkan kondisi anaerobik. Kondisi ini dapat berakibat fatal untuk makhluk yang berada dalam air dan juga bisa menyebabkan bau, lebih jauh lagi, bakteri yang dapat menyebabkan masalah kesehatan dapat meresap ke sumber air minum. Meskipun kopi enak diminum, namun, limbahnya tidak enak bagi lingkungan lingkungan kita. Oleh karena itu, limbah kopi haruslah diolah agar tidak membahayakan kesehatan.

Bacaan untuk Teknologi Pulp dan Kertas TEKNIK KIMIA USU

Anda mungkin juga menyukai