Manajemen: Seni dan ilmu POAC daripada SDM untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pelayanan: Suatu/serangkaian aktivitas yang bersft tidak kasat mata (tdk dpt diraba) yg tjd sbg akibat adanya interaksi ant konsumen/pelanggan dgn karyawan/ hal-hal lain yg disediakan oleh persh pemberi layanan yg dimksdkan utk memecahkan masalah konsumen/pelanggan (Gronroos, 1990). Manajemen Pelayanan: Proses penerapan ilmu dan seni untuk menyusun rencana, mengimplementasikan rencana, mengkoordinasikan dan menyelesaikan aktivitas2 pelayanan demi tercapainya tujuan2 pelayanan. PELAYANAN PUBLIK; PELAYANAN UMUM; PELAYANAN PEMERINTAH; PELAYAYANAN PERIJINAN. Konsepsi pelayanan adm pemerintahan dipergunakan scr simultan/ dipakai sbg sinonim dr konsepsi pelayanan perijinan, pelayanan umum, dan pelayanan publik (terjemahan dari public service). Administrative Service = adm pemerintahan =/sinonim adm pelayanan perijinan. Public Service = pelayanan umum/pelayanan publik.
Sdt/Manajemen Pelayanan/2007
Pelayanan adm pemerintahan/pelayanan perijinan: sgl btk jasa pelayanan yg pd prinsipnya mjd tangg jwb dan dilaks oleh instansi pem (pusat/daerah) dan di lingk BUMN/BUMD, dlm rangka upaya pemenuhan kebuth masy maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemenuhan Kebuth Masy: Exp: Upaya kantor Pertanahan utk memberikan jaminan kepastian hukum atas kepemilikan tanah dgn menerbitkan Sertifikat/Akta Tanah. Pelayanan transportasi, penyediaan listrik, air bersih, dsb. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan: Exp: Setiap pengendara motor harus memiliki SIM diselenggarakan pelayanan pengadaan SIM; dsb.
Sdt/Manajemen Pelayanan/2007
TAKSONOMI BARANG DAN JASA Tingkat Keterhabis an Tinggi Rendah Tingkat Eksklusivitas Rendah Barang/jasa Bersama Tinggi milik Barang/jasa Privat Peralatan Publik Barang/jasa semi Publik
Barang/jasa Publik
Sdt/Manajemen Pelayanan/2007
meminta pelayanan yang lebih baik. 3. Tipe pasar: menggambarkan jumlah penyelenggara pelayanan yang ada, dan hubungannya dengan pengguna. 4. Locus kontrol: siapa yang memegang kontrol atas transaksi, pengguna atau penyelenggara pelayanan. 5. Sifat pelayanan: kepentingan pengguna atau penyelenggara pelayanan yang lebih dominan.
negara menjadi kabur dan kompetisi mjd sangat ketat. Hal ini menuntut kemampuan manj pelayanan yg sangat tinggi utk dpt tetap eksis dan mampu bersaing.
Sdt/Manajemen Pelayanan/2007
penerima pelayanan; dan standar pelayanan tersebut harus ditaati oleh pemberi atau penerima pelayanan.
Standar Pelayanan:
1. Prosedur pelayanan: prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi/ penerima pelayanan termasuk pengaduan. 2. Waktu penyelesaian: ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian termasuk pengaduan. 3. Biaya pelayanan: biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan. 4. Produk pelayanan: hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 5. Sarana dan prasarana: penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan. 6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan: harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, ketrampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan.
Sdt/Manajemen Pelayanan/2007
2. Nilai/harga yang berlaku atas barang dan / jasa. 3. Rincian biaya harus jelas untuk jenis pelayanan yang memerlukan tindakan seperti penelitian, pemeriksaan, pengukuran dan pengajuan. 4. Ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan memperhatikan prosedur sesuai ketentuan peraturan per UUan.
Terbangunnya
kultur
pelayanan
dalam
organisasi
7
Sdt/Manajemen Pelayanan/2007
SISTEM PELAYANAN
SDM PELAYANAN
Diterapkannya sistem pelayanan yang mengutamakan kepentingan masyarakat pengguna jasa pelayanan.
Faktor lain yang juga sangat penting dalam publik adalah beroperasinya sistem pelayanan kepentingan masyarakat. Pelayanan dapat berkualitas apabila sistem yang diterapkan kepentingan pengguna jasa. manajemen pelayanan yang berorientasi pada menjadi sangat tidak tidak memihak pada
Media
Sdt/Manajemen Pelayanan/2007
Media
Manajemen pelayanan yang baik (berkualitas) hanya akan terwujud apabila penguatan posisi tawar pengguna jasa pelayanan mendapatkan prioritas yang utama. Dengan demikian, pengguna jasa pelayanan diletakkan di pusat (sentral) yang memperoleh dukungan dari: sistem pelayanan yang mengutamakan kepentingan publik, khususnya pengguna jasa; kultur pelayanan dalam organisasi penyelenggara pelayanan; dan SDM yang berorientasi pada kepentingan pengguna jasa . Penguatan posisi tawar yang dimaksudkan untuk menyeimbangkan hubungan antara penyelenggara dan pengguna jasa pelayanan ini juga diimbangi dengan berfungsinya mekanisme voice yang dalam hal ini dapat diperankan oleh media massa, LSM, organisasi profesi, serta ombudsmen atau lembaga banding.
TEORI MANAJEMEN PELAYANAN 1. Momen Kritis Pelayanan / Moment of Truth (Albrecht &
Sdt/Manajemen Pelayanan/2007
MOMENT EMPLOYEES Input CUSTOMERS FRAME OFSERVICE REFERENCE Of TRUTH OF REFERENCE FRAME Input CONTEXT Attitudes Attitudes Values Bradford ,1990). Values Beliefs Ia mendefinisikannya sebagai kontak yang terjadi Beliefskonsumen antara Wants dengan setiap aspek organisasi yang akan membentuk opini Wants Feelings konsumen tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh Feelings Expectations organisasi tersebut. Untuk menciptakan pelayanan yang Expectations
berkualitas, setiap organisasi harus mengidentifikasikan dan mengelola momen kritis pelayanan tersebut secara baik. Dengan kata lain, harus ada kesesuaian/kompatibilitas antara 3 faktor dalam pengelolaan momen kritis pelayanan; yaitu: a. konteks pelayanan (service context) b. referensi yang dimiliki konsumen (customers frame of reference) c. referensi yang dimiliki anggota organisasi penyelenggara pelayanan (employees frame of reference).
Sdt/Manajemen Pelayanan/2007
10
Membayar Antri keluar Disapa kasir Ke Keluar Menunggu Disapatoko arena Satpam parkir
Minta Memilih belanjaan tolong penjaga toko Cari tempat parkir Disapa Satpam Masuk Masuk parkir Membacaarena toko denah toko Ambil trolly
karena biasanya organisasi penyelenggara sudah merumuskan sistem dan prosedur pelayanan. Untuk mengatasi hal tersebut, Albrecht & Bradford, merumuskan konsep lingkaran pelayanan yang berarti serangkaian momen kritis pelayanan yang dialami oleh konsumen ketika ia memanfaatkan jasa layanan tersebut.
Dari model tersebut terlihat bahwa, bagi konsumen hampir setiap detik adalah momen kritis pelayanan yang mungkin tidak disadari oleh penyelenggara pelayanan dan orang-orang yang ada di dalamnya. Konsep lingkaran pelayanan ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi momen-momen kritis pelayanan yang harus
Sdt/Manajemen Pelayanan/2007
11
pengetahuan dan kepercayaan terhadap mekanisme yang ada aksesbilitas dan biaya untuk mempergunakan mekanisme tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan pelayanan publik diperlukan adanya kesetaraan posisi tawar antara klien dengan lembaga penyelenggara layanan. Kesetaraan posisi tawar dapat dicapai dengan: Memberdayakan klien
12
h. i. j. k. l. m. n. o. p.
Competitive public choice systems Vouchers and reimbursement programs Customer information systems and brokers Competitive bidding Competitive benchmarking Privatization Sistem penggajian berdasarkan prestasi Sistem kerja berdasarkan kontrak Sistem Evaluasi kerja tiga ratus enam puluh derajat (3600).
Strategi
Sdt/Manajemen Pelayanan/2007
13
Word-of-mouth
communications
delivery needs
experience
Ketiga pakar ini mengemukakan bahwa manajemen pelayanan yang baiktidak dapat terwujud karena adanya 5 (lima) gap, yaitu a. Gap 1 (gap persepsi manajemen) b. Gap 2 (gap persepsi kualitas) c. Gap 3 (gap penyelenggaraan pelayanan) d. Gap 4 (gap komunikasi pasar) e. Gap 5 (gap kualitas pelayanan)
Gap 5
Ga p4
Providers
Gap 1 Gap 3
Sdt/Manajemen Pelayanan/2007
14
Gap 2
Gap 1 (gap persepsi manajemen): terjadi apabila terdapat perbedaan antara konsumen dengan persepsi manajemen mengenai harapan-harapan konsumen. Exp: harapan konsumen mendapatkan pelayanan prima (harga tidak mjd soal); sebaliknya manajemen mempunyai persepsi bahwa konsumen mengharapkan harga yg murah meskipun kualitasnya agak rendah. Gap 2 (persepsi kualitas) : tjd apbi terdpt perbedaan antara persepsi manajemen ttg harapan2 konsumen dgn spesifikasi kualitas pelayanan yang dirumuskan. Gap 3 (penyelenggaraan pelayanan) : tjd jika pelayanan yang diberikan berbeda dgn spesifikasi yang telah dirumuskan. Gap 4 (komunikasi pasar) : tjd akibat adanya perbedaan ant pelayanan yang diberikan dgn komunikasi eksternal thdp konsumen. Gap 5 (kualitas pelayanan) : tjd karena pelayanan yg diharapkan konsumen tidak sama dgn pelayanan yg senyatanya diterima/dirasakan oleh konsumen.
15
2. Top down komunikasi yang kurang efektif. 3. Terlalu banyak tingkatan manajemen. Gap 2: 1. Komitmen manajemen terhadap kualitas pelayanan yang lemah 2. Persepsi ttg feasibilitas yg tidak tepat 3. Standarisasi tugas yg tdk tepat 4. Perumusan tujuan yg kurang tepat. Gap 3: 1. Ketidak jelasan peran 2. ada konflik peran 3. Karakteristik pekerja dgn pekerjaan yg tidak cocok 4. Karakteristik pekerjaan dgn teknologi yang tidak cocok. 5. Sistem pengawasan yang tdk tepat; kontrol yg lemah. 6. Tim yg tidak kompak. Gap 4: 1. Kurangnya komunikasi horizontal 2. Cenderung mengobral janji. Gap 5: Akumulasi dari empat macam gap tsb.
menghindari terjadinya 5 macam gap. Prinsip lain: (Viljoen, 1977: 253-255) identifikasi kebutuhan konsumen yg sesungguhnya sediakan pelayanan terpadu / one-stop-shop buat sistem yang mendukung pelayanan konsumen usahakan agar semua karyawan bertanggungjawab thdp kualitas pelayanan layani keluhan konsumen scr baik karyawan sama pentingnya dengan konsumen bersikap tegas tetapi ramah thdp konsumen jalin komunikasi dan interaksi khusus dgn pelanggan selalu mengontrol kualitas.
Sdt/Manajemen Pelayanan/2007
16
Tinggi
BUDAYA ORGANISASI:
Kesepakatan bersama tentang nilai yang dianut dalam kehidupan berorganisasi dan mengikat semua orang yang ada dalam organisasi tersebut.
KETENTUAN:
Apa yang boleh / tidak boleh Batas-batas perilaku Sifat dan bentuk kontrol Gaya manajerial Cara formalisasi Teknik penyaluran emosi Wahana memelihara stabilitas sosial.
BUDAYA ORGANISASI Orang dan Kinerja Orang human relations TIPE BUDAYA ORGANISASI (Collins & Mc Laughlin,1996):
i.Apathetic Culture (AC) ii.Caring Culture (CC) iii.Exacting Culture (EC) iv.Integrative Culture (IC)
Sdt/Manajemen Pelayanan/2007
17
BUDAYA PELAYANAN
Lebih merasa sebagai abdi negara Meminimalkan resiko Menghindari tanggungjawab Menolak tantangan Tidak suka berkreasi dan berinovasi
CC tdk cocok dlm pemberian pelayanan yang berkualitas harus diadopsi budaya organisasi baru yang lbh sesuai dan kondusif dgn manajemen pelayanan publik = kultur/budaya kinerja.
BUDAYA KINERJA:
Situasi kerja yang memungkinkan semua pegawai dpt melaksanakan pekerjaan dgn cara terbaik. Integrative Culture; & birokratnya harus mengadopsi 10 semangat KWU (Osborne & Gaebler, 1993).
SEMANGAT KEWIRAUSAHAAN :
a. Mengarahkan dp menyuruh 1. Memberi wewenang kpd masyarakat Menyuntikkan persaingan dlm pemberian pelayanan Menciptakan organisasi yang digerakkan oleh misi dp oleh peraturan. i.Berorientasi pd output dp input 1. Berorientasi pd klien dp birokrasi Berorientasi wirausaha Bersifat antisipatif Menciptakan desentralisasi Berorientasi pasar.
b. c.
d. e. f. g.
Sdt/Manajemen Pelayanan/2007
18
10 SEMANGAT KWU
Sdt/Manajemen Pelayanan/2007
19
14. Semangat dan motivasi 15. Ketekunan dan kesabaran 16. Keadilan dan keterbukaan 17. Penguasaan IPTEK.
Sumber
: Handout Mata kuliah Manajemen Pelayanan FISIP UNS Surakarta ( Kelas Drs.Sudarto, dosen FISIP UNS )
Sdt/Manajemen Pelayanan/2007
20