Anda di halaman 1dari 2

LTM AGAMA ISLAM Aqidah Islamiyyah dan Ilmu Kalam (Oleh Azzam Azzindani Yasjudan;1106070552;FTUI)

Sebagai salah satu ilmu keIslaman, Ilmu kalam sangat lah penting untuk di ketahui oleh seorang muslim yang mana pembahasan dalam ilmu kalam ini adalah pembahasan tentang aqidah dalam Islam yang merupakan inti dasar agama, karena persolaan aqidah Islam ini memiliki konsekwensi yang berpengarah pada keyakinan yang berkaitan dengan bagaimana seseorang harus meng interpretasikan tuhan itu sebagai sembahannya hingga terhindar dari jurang kesesatan dan dosa yang tak terampunkan (syirik). Memang, Pembahasan pokok dalam Agama Islam adalah aqidah, namun dalam kenyataanya masalah pertama yang muncul di kalangan umat Islam bukanlah masalah teologi, melainkan persolaan di bidang politik, hal ini di dasari dengan fakta sejarah yang menunjukkan bahwa, titik awal munculnya persolan pertama ini di tandai dengan lahirnya kelompok-kelompok dari kaum muslimin yang telah terpecah yang kesemuanya itu di awAli dengan persoalan politik yang kemudian memunculkan kelompok-kelompok dengan berbagai Aliran teologi dan berbagai pendapat-pendapat yang berbeda-beda. Dalam pembahasan Ilmu Kalam, kita dihadapkan pada barbagai macam gerakan pemikiran-pemikiran besar yang kesemuanya itu dapat dijadikan sebagai gambaran bahwa agama Islam telah hadir sebagai pelopor munculnya pemikiran-pemikiran yang hingga sekarang semuanya itu dapat kita jumpai hampir di seluruh dunia. Hal ini juga dapat dijadikan alasan bahwa Islam sebagi mana di jumpai dalam sejarah, bukanlah sesempit yang dipahami pada umumnya, karena Islam dengan bersumber pada alQuran dan As-Sunnah dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas. 1. Qadariyah Faham Qadariyah pada hakikatnya adalah sebagian dari faham mu'tazilah, karena imamnya terdiri dari orang-orang mu'tazilah. Akan tetapi faham ini dibicarakan dalam suatu pasal tersendiri karena sepanjang sejarah persoalan qadariyah ini suatu soal yang besar juga, mereka memfatwakan bahwa sekalian perbuatan manusia di ciptakan oleh manusia itu sendiri bukan oleh Allah SWT. Allah, kata mereka tidak sangkut paut dengan pekerjaan manusia dan apa yang diperbuat manusia tidak diketahui oleh Allah SWT sebelumnya, tetapi Allah mengetahui setelah diperbuat manusia. Golongan ini diberi nama tambahan khusus dari namanya mu'tazilah, yaitu Qadariyah artinya orang-orang yang berkata bahwa ia "kuasa sendirinya". Fatwa ini didasarkan pada dalil yang ditafsirkan mereka sendiri pada Alqur'an, surat Ar-Ra'd : 11 "Bahwasanya Allah tidak bisa merubah nasib sesuatu kaum, kalau tidak mereka sendiri merubahnya".(Ar-Ra'd : 11). Pokok pemikiran Qadariyah Perbuatan manusia dijadikan oleh manusia.

2. Jabariyah Aliran ini dinamakan Jabariyah karena mereka berfaham tidak ada ikhtiar bagi manusia. Pemimpinnya Jaham Bin Safwan, mereka berpendapat bahwa manusia tidak ada daya dan upaya, tidak ada ikhtiar. Namun faham mereka sangat radikal sehingga sampai beritikad bahwa jika kita meninggalkan shalat atau berbuat kejahatan, maka semuanya tidak apa-apa karena hal itu tidak dijadikan Tuhan. Mereka juga berfatwa bahwa "iman" cukup dalam hati saja, walaupun tidak diikrarkan dengan lisan. Pokok pemikiran Jabariyah Tidak ada ikhtiar atau usaha dari manusia, semuanya dari Tuhan Iman cukup dalam hati saja 3. Asy'ariyah Sebagai reaksi dari firqah-firqah yang sesat, maka pada akhir abad III H timbullah golongan asy'ariyah yang dikepalai oleh ulama besar dalam Ushuluddin yaitu Syeikh Abu Hasan Ali Al-Asy'ari. Perkataan Asy'ariyah diambil dari nama guru besarnya yang pertama yaitu Abu Hasan Al-Asy'ari, juga disebut dengan golongan Ahlussunnah Wal Jama'ah. I'tiqad kaum Asy'ariyah (sunny) adalah : Tentang Ketuhanan Tentang Malaikat Tentang Kitab-kitab Suci Tentang Rasul Tentang Hari Akhirat Tentang Qadha dan Qadar Pembagian yang 6 tersebut sesuai dengan sabda Nabi SAW, ketika ditanya oleh seseorang : "Maka beritahulah kami (hai Rasulullah) tentang iman! Nabi Muhammad menjawab. Engkau mesti percaya kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab - Kitab-Nya, Rasul - RasulNya, Hari Akhirat dan Qadha dan Qadar".(HR. Muslim). 4. Mutaziliyah Mutaziliyah artinya memisahkan diri. Muncul di Basra, Irak, pada abad 2 H. Kelahirannya bermula dari tindakan Wasil bin Atha' (700-750 M) berpisah dari gurunya Imam Hasan al-Bashri karena perbedaan pendapat. Wasil bin Atha' berpendapat bahwa muslim berdosa besar bukan mukmin bukan kafir yang berarti ia fasik. Wasil bin Atha' berpendapat mukmin berdosa besar masih berstatus mukmin. Ajaran Mu'taziliyah kurang diterima oleh kebanyakan ulama Sunni karena aliran ini beranggapan bahwa akal manusia lebih baik dibandingkan tradisi. Oleh karena itu, penganut aliran ini cenderung menginterpretasikan ayat-ayat Al Qur'an secara lebih bebas dibanding kebanyakan umat muslim. Daftar Pustaka : Rozak, Abdul, dkk . Ilmu kalam. Bandung:CV. Pustaka setia,2006 http://id.wikipedia.org/

Anda mungkin juga menyukai