Anda di halaman 1dari 18

Analisis Karakteristik Kemiskinan Petani di Jawa Timur

ANALISIS KARAKTERISTIK KEMISKINAN PETANI DI JAWA TIMUR


Jabal Tarik Ibrahim Aris Soelistyo Sutikno Abstract

The main objective of this research is to produce appropriate and integrated solution model to the farmers poverty in East Jawa province. Some steps are implemented to make poverty solution in each region or city. The first is identifying the number of poor people, the second is analyzing the cause of poverty, and the third is analyzing the farmers welfare level. The instruments used to measure the farmers welfare level include the farmers exchange rate (N TP), the farmers additional rate, and the farmers buying index. Based on the poverty analysis result, the cities thehighest number of poor peopleincludeSampang, Malang, Bojonegoro, lamongan, and Bangkalan. The absolute factors that cause the poverty of family in East Jawa include heredity factor, the number of family member to support, and low income. Based on the welfare condition analysis, the findings show that the farmers exchange rate of East Jawa province tends to be fluctuating with the lowest N TP occurs in May and the highest in October as a result of the raise of all sub-sector of agriculturepriceindex. Thecities which havethehighest NTP includeProbolinggo, malang and N gawi, and the lowest include occurs in Pamekasan, Jember, and Gresik.
PENDAHULUAN

Pemahaman kemiskinan secara konvensional umumnya diartikan sebagai kondisi masyarakat (komunitas) yang berada dibawah satu garis kemiskinan tertentu. Oleh karena itu sering sekali upaya pengentasan kemiskinan hanya bertumpu pada upaya peningkatan pendapatan komunitas tersebut. Namun sebetulnya pendekatan permasalahan kemiskinan bukan hanya dari segi pendapatan saja, tetapi pemaknaan kemiskinan diartikan lebih secara plural, paling tidak terdapat 6 macam kemiskinan yang ditanggung komunitas, yaitu: Pertama, kemiskinan sub-sistensi, penghasilan rendah, jam kerja panjang, perumahan buruk, fasilitas air bersih mahal. Kedua, kemiskinan perlindungan, lingkungan buruk (sanitasi, sarana pembuangan sampah, polusi), kondisi kerja

57

Volume 12 Nomor 1 Januari - Juni 2009

buruk, tidak ada jaminan atas hak pemilikan tanah. Ketiga, kemiskinan pemahaman, kualitas pendidikan formal buruk, terbatasnya akses atas informasi yang menyebabkan terbatasnya kesadaran atas hak, kemampuan dan potensi untuk mengupayakan perubahan. Keempat, kemiskinan partisipasi, tidak ada akses dan kontrol atas proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas. Kelima, kemiskinan identitas, terbatasnya perbauran antar kelompok sosial, terfragmentasi. Keenam, kemiskinan kebebasan, stres, rasa tidak berdaya, tidak aman baik di tingkat pribadi maupun komunitas. Pada sisi yang lain, perencanaan, penentuan sasaran, dan kriteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan selama ini oleh pemerintah atau instansi terkait seringkali bersifat terpusat (top-down), sehingga program tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu. Selain itu, program-program yang dilaksanakan cenderung bersifat sektoral yang sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih. Keadaan ini lebih dipersulit karena umumnya tiap departemen atau instansi mempunyai definisi dan kriteria sendiri tentang kemiskinan. Akibatnya kemiskinan cenderung dipahami secara parsial, dan penanggulangannya cenderung bersifat sektoral. Hal inilah yang menyebabkan sulitnya menjaga kontinuitas program dan cenderung membuat program baru, dimana program baru tersebut bukan merupakan kelanjutan program lama. Sehingga banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek, akibatnya masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif dalam menggali potensi dirinya dan lingkungannya untuk keluar dari kemiskinan. Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuaan untuk: a) Mengidentifikasi kondisi kemiskinan di tiap-tiap kabupaten/kota di wilayah Jawa Timur; b) Menganalisis penyebab kemiskinan di tiap-tiap kabupaten/ kota di wilayah Jawa Timur; c) Menganalsis kondisi kesejahteraan petani di Jawa Timur
METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan metode survey. Data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder, dimana data primer dikumpulkan dengan menggunakan instrumen kuesioner, pedoman observasi maupun pedoman wawancara yang telah dipersiapkan kepada pihak-pihak yang berkompeten dengan perihal

58

Analisis Karakteristik Kemiskinan Petani di Jawa Timur

kemiskinan dan penanggulangan kemiskinan di Propinsi Jawa Timur. Sementara itu, data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan dokumentasi-dokumentasi tentang kondisi kemiskinan dari instansi terkait yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini. Penelitianmenggunakan beberapa alat analisis untuk menjawab tujuan penelitian dan output yang ingin dicapai dalam penelitian. Alat analisis tersebut meliputi: 1) Indek Daya Beli (IDB) Indeks Daya Beli (IDB) dirumuskan sebagai hasil bagi besaran PDRB per kapita atas dasar harga berlaku dengan IHK.

IDB

Indeks_ PDRB per Kapita_ ADHB = ----------------------------------------------IHK

dimana: I DB IHK 2) = Indeks Daya Beli; = Indeks Harga Konsumen.

ADHB = Atas Dasar Harga Berlaku Nilai Tukar Petani Formula untuk penghitungan Nilai Tukar Petani yaitu :

Keterangan : NTP It Ib = Nilai Tukar Petani = Indeks harga yang diterima petani = Indeks harga yang dibayar petani

59

Volume 12 Nomor 1 Januari - Juni 2009

Pertimbangan dan asumsi yang mendasari penggunaan formula di atas adalah: 1. Trend harga tidak dipengaruhi perbedaan kualitas atau spesifikasi komoditas. 2. Perbedaan harga komoditas antar kabupaten tidak berpengaruh 3. Dapat dilakukan penggantian spesifikasi atau penggantian kualitas jenis barang.
HASIL PENELITIAN Penduduk Miskin

Dalam kurun waktu enam tahun terakhir yaitu sejak tahun 2001 hingga 2006, jumlah penduduk miskin di Jawa Timur cenderung mengalami fluktuasi. Dalam periode 2001 hingga 2004 penduduk miskin di wilayah Jawa Timur cenderung mengalami penurunan, dimana pada tahun 2001 penduduk miskin di Jawa Timur sebesar 7.267.093 jiwa menjadi 6.979.565 jiwa pada tahun 2004. Dengan demikian dalam kurun waktu tersebut penduduk miskin di Jawa Timur mengalami pengurangan sebanyak kurang lebih 10%. Namun sejak 2005 sampai 2006 jumlah penduduk miskin di Jawa Timur kembali mengalami kenaikan. Berikut ini gambaran penduduk miskin di Jawa Timur berdasarkan masingmasing kabupaten/ kota di wialayah Jawa Timur. Data di bawah menunjukkan bahwa daerah yang paling banyak jumlah penduduk miskinnya pada tahun 2006 adalah Kabupaten Sampang, yaitu sebanyak 508.140 jiwa. Selain Kabupaten Sampang, daerah lain yang tergolong mempunyai penduduk miskin cukup banyak adalah Kabupaten Malang dengan pendudk miskin sebanyak 488.117 jiwa, semudian disusul oleh Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Bangkalan. Kondisi kemiskinan di atas menggambarkan bahwa daerah-daerah perkotaan secara relatif lebih mempunyai penduduk miskin lebih sedikit dibandingkan wilayah kabupaten. Hal ini bisa juga disebabkan oleh jumlah penduduk yang berada di wilayah perkotaan relatif lebih sedikit dibanding penduduk di wilayah kabupaten. Oleh sebab itu untuk melihat kondisi kemiskinan berdasarkan wilayah tidak cukup hanya dengan melihat jumlah penduduk miskin saja, namun perlu juga melihat prosentase penduduk miskin dibanding dengan total penduduk di wilayah tersebut. Berikut ini prosentas penduduk miskin berdasarkan kabupaten/ kota di Wilayah Jawa Timur.

60

Analisis Karakteristik Kemiskinan Petani di Jawa Timur Tabel 1. Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Di Wilayah Jawa Timur tahun 2001 - 2006
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 71 72 73 74 75 76 77 78 79 Kabupaten/Kota Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Kota Batu Jawa Timur 7,267,093 2001 164,638 265,801 163,643 177,047 208,300 256,639 470,761 211,352 493,946 257,283 274,381 164,228 273,901 289,538 104,324 147,169 280,810 257,354 148,618 142,487 165,498 333,455 253,193 257,802 148,834 154,256 342,725 138,426 209,135 42,636 18,686 72,120 29,258 18,083 16,559 17,709 296,498 7,181,757 2002 162,705 262,680 161,721 174,968 205,854 253,625 465,233 208,870 488,146 254,262 271,159 162,299 270,685 286,138 103,099 145,441 277,512 254,332 146,873 140,814 163,555 329,539 250,220 254,775 147,086 152,445 338,700 136,800 206,679 42,135 18,467 71,273 28,914 17,871 16,365 17,501 293,016 7,064,289 2003 154,387 288,014 150,605 170,044 192,317 242,349 351,638 227,475 490,047 278,495 359,067 175,905 280,219 243,011 103,327 169,258 236,411 199,523 124,951 123,207 136,264 355,175 250,903 194,266 94,576 181,515 427,663 144,755 177,629 36,128 18,398 55,516 26,997 14,858 13,668 13,420 362,308 2004 176,190 236,691 193,583 167,551 195,366 260,010 327,051 221,273 430,576 264,583 363,878 159,016 313,849 211,851 74,631 199,330 231,128 208,818 132,124 149,736 145,030 333,543 249,135 244,798 94,771 195,899 333,984 184,097 191,824 28,643 14,087 50,720 12,680 15,307 14,858 14,800 320,999 17,153 6,979,565 2005 148,016 231,321 188,780 150,817 166,354 242,055 413,674 183,763 630,460 357,802 401,795 242,539 348,485 307,587 87,677 132,566 170,376 199,054 141,630 68,653 245,729 493,427 283,202 341,363 146,632 328,537 624,120 318,653 321,963 25,276 13,722 37,009 18,339 17,995 13,585 13,801 316,704 17,535 8,390,996 2006*) 148,097 146,572 152,044 123,563 143,088 289,483 488,117 181,555 315,564 253,027 142,364 125,183 257,184 269,125 162,156 148,422 228,933 245,259 142,519 96,336 218,062 398,168 313,426 391,426 209,933 336,317 508,140 302,868 296,861 18,649 9,445 31,276 25,696 18,421 10,548 10,844 282,004 14,980 7,455,655

61

Volume 12 Nomor 1 Januari - Juni 2009 Tabel 2. Prosentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Di Wilayah Jawa Timur Tahun 2001 - 2006
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 71 72 73 74 75 76 77 78 79 Kabupaten/Kota Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Kota Batu Jawa Timur 2001 31.16 31.57 24.93 18.95 19.53 18.13 19.35 21.80 22.44 17.24 39.65 27.05 27.00 20.86 6.47 15.97 24.73 26.35 23.20 23.03 20.32 28.45 23.88 21.74 14.54 19.02 45.39 19.89 21.09 17.33 15.64 9.44 15.14 10.61 15.05 10.73 11.30 20.73 2002 30.65 31.18 24.39 18.65 19.26 17.83 18.97 21.45 22.04 17.00 39.00 26.59 26.43 20.31 6.20 15.55 24.26 25.96 22.91 22.64 20.05 27.96 23.42 21.41 14.13 18.66 44.56 19.47 20.73 17.04 15.45 9.25 14.84 10.38 14.73 10.55 11.11 20.34 2003 28.69 33.13 22.50 17.72 17.32 16.44 13.99 22.77 21.97 18.09 50.69 28.34 27.08 17.15 6.17 17.51 20.18 19.41 19.02 19.86 16.23 29.30 23.32 15.72 8.95 20.50 51.34 19.58 17.22 14.34 14.94 7.22 13.50 8.42 12.22 7.96 13.48 19.52 2004 32.55 27.09 28.66 17.34 17.47 17.47 13.86 21.98 19.19 17.08 51.03 25.44 30.03 14.75 4.33 20.26 19.54 20.12 20.03 24.11 17.17 27.28 22.98 19.65 8.81 21.73 39.33 24.51 18.41 11.32 11.36 6.57 6.27 8.56 13.07 8.70 12.00 9.51 19.10 2005 27.01 26.19 27.55 15.38 14.64 15.95 17.19 17.98 27.76 22.79 55.58 38.27 32.73 20.86 4.84 13.02 14.12 18.79 21.27 11.04 28.75 39.63 25.74 26.92 13.20 35.09 70.58 41.10 30.29 9.92 10.95 4.73 8.87 9.82 11.57 8.06 11.70 9.36 22.51 2006 26.94 16.54 22.11 12.55 12.54 18.98 20.17 17.69 13.85 16.06 19.62 19.68 24.03 18.12 8.82 14.44 18.88 23.02 21.34 15.49 25.43 31.83 28.38 30.72 18.73 35.56 56.84 38.73 27.78 7.30 7.51 3.99 12.36 9.98 8.90 6.32 10.38 7.91 19.89 Ratarata 29.50 27.62 25.02 16.77 16.79 17.47 17.26 20.61 21.21 18.04 42.60 27.56 27.88 18.68 6.14 16.13 20.29 22.28 21.30 19.36 21.33 30.74 24.62 22.69 13.06 25.09 51.34 27.21 22.59 12.88 12.64 6.87 11.83 9.63 12.59 8.72 11.66 8.93 20.35 Kategori Tinggi Sedang Tinggi Rrendah Rrendah Sedang Sedang Sedang Rrendah Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Rrendah Rrendah Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sedang Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Rrendah Rrendah Rrendah Rrendah Rrendah Rrendah Rrendah Rrendah Rrendah Sedang

62

Analisis Karakteristik Kemiskinan Petani di Jawa Timur

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa daerah yang paling tinggi prosentas penduduk miskinnya selama lima tahun terakhir adalah Kabupaten Sampang, yaitu sebanyak 56.84% atau lebih separuh penduduk sampang tergolong miskin. Selain Kabupaten Sampang, daerah lain yang tergolong mempunyai prosentase penduduk miskin cukup tinggi adalah Kabupaten Pamekasan dengan prosentase penduduk miskin sebesar 38.73%, semudian disusul oleh Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Bojonegoro, dan Kabupaten Lamongan.
Gambar 2. Peringkat Kabupaten/Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk Miskin

Berdasarkan data prosentase penduduk miskin, maka masing-masing daerah kabupaten/ kota dapat dibagi menjadi empat kriteria. Kreteria tersebut didasarkan atas empat interval yaitu 1) prosentase penduduk miskin lebih dari 30% tergolong sangat tinggi ; 2) prosentase penduduk miskin 21% sampai dengan 29% tergolong tinggi ; 3) prosentase penduduk miskin 15% sampai dengan 20% tergolong sedang ; dan 4) prosentase penduduk miskin kurang dari 15% tergolong rendah . Berikut ini gambaran daerah kabupaten/ kota berdasarkan prosentase penduduk miskin.

63

Volume 12 Nomor 1 Januari - Juni 2009 Gambar 3. Peta Kabupaten/kota Berdasarkan Prosentase Penduduk Miskin

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah

Gambar peta di atas menunjukkan bahwa, daerah yang mempunyai prosentase penduduk miskin yang tergolong sangat tinggi ada lima daerah, yaitu Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Bojonegoro. Daerah yang tergolong tinggi berdasarkan prosentase penduduk miskinnya ada 8 kabupaten yaitu Madiun, Trenggalek, Nganjuk, Probolinggo, Ngawi, Pacitan, Sumenep, dan Tuban. Sedangkan daerah yang prosentase penduduk miskinnya tergolong sedang ada 11 kabupaten yaitu: Magetan, Banyuwangi, Ponorogo, Lumajang, Pasuruan, Gresik, Jombang, Kediri, Bondowoso, Situbondo, dan Malang.
Penyebab Kemiskinan

Penyebab rumah tangga miskin paling besar di Jawa Timur adalah pendapatan yang rendah . Pada tahun 2006 jumlah rumha tangga miskin yang disebabkan karena pendapatan yang rendah sebesar 3.738.758 rumah tangga. Daerah paling banyak rumah tangga miskinnya yang disebabkan karena pendapatan yang rendah adalah Kabupaten Jember. Kabupaten tersebut mempunyai rumah tangga mikin yang disebabkan karena pendapatan yangrendah sebanyak 252.978 rumah tangga. Daerah yang mempunyai rumah tangga miskin disebabkan karena pendapatan yang rendah paling sedikit adalah

64

Analisis Karakteristik Kemiskinan Petani di Jawa Timur

daerah Kota Batu. Kota tersebut hanya mempunyai mempunyai rumah tangga mikin yang disebabkan karena pendapatan yang rendah sebanyak 7.415 rumah tangga.
Tabel 5. Jumlah Rumah Tangga Miskin Menurut Penyebab Kemiskinan Masing-masing Kabupaten/Kota di Wilayah Jawa Timur Tahun 2006
Leluhur/ Orang tua miskin 46,576 87,681 58,094 46,934 87,766 126,992 134,119 54,488 170,636 79,153 106,776 86,958 105,973 62,585 36,383 30,991 78,426 73,877 50,687 20,425 49,084 107,712 92,330 101,134 35,955 63,678 119,915 108,119 72,914 5,707 2,705 9,923 8,713 3,312 3,741 5,678 115,166 3,287 2,454,593 Pendidika n KRT rendah 61,182 116,152 62,157 66,033 112,428 147,781 187,578 63,206 197,654 103,384 128,748 97,010 122,020 89,382 64,583 60,472 96,443 111,669 73,060 25,176 73,616 154,326 116,018 104,212 60,293 100,679 139,308 108,573 88,045 8,655 5,791 18,282 12,164 7,864 5,563 9,156 145,543 5,278 3,149,484 Jumlah Tanggunga n banyak 13,296 47,641 25,174 23,589 33,930 42,869 66,757 17,648 73,463 21,602 28,784 26,429 33,398 42,400 31,724 24,561 42,080 44,035 16,658 9,107 21,238 44,834 42,304 44,723 30,235 52,693 66,387 47,856 37,813 3,738 1,929 7,626 6,909 2,898 3,042 5,228 48,092 1,899 1,134,589 Utang cukup banyak 4,017 29,615 17,564 8,968 7,758 25,821 22,425 4,660 49,601 12,218 22,701 35,025 29,982 16,858 21,360 16,541 36,456 13,747 9,184 4,899 30,548 17,345 25,382 28,682 10,690 33,609 46,139 32,462 37,749 4,332 868 6,338 2,403 2,070 3,388 4,652 46,826 948 723,831

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 71 72 73 74 75 76 77 78 79

Kabupaten/Kota Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Kota Batu Jumlah

Pendapata n rendah 63,888 123,561 83,891 79,121 126,288 173,086 229,121 77,298 252,978 128,550 138,023 105,400 130,380 102,281 77,547 76,540 122,905 138,789 77,434 34,434 106,843 175,779 135,851 141,482 65,469 115,550 152,304 116,840 104,675 12,189 8,104 27,663 13,668 8,415 7,648 15,106 182,242 7,415 3,738,758

Musibah 13,218 23,959 21,373 21,895 24,700 49,483 37,573 14,012 59,404 15,932 31,308 25,174 17,524 19,777 16,611 21,113 37,225 16,179 10,156 9,500 15,546 26,868 24,661 10,995 11,651 38,251 31,331 28,895 25,051 2,751 2,312 5,424 2,252 2,070 1,914 3,194 37,971 1,607 758,860

Usaha rugi 2,706 22,305 3,686 4,005 8,481 12,964 15,429 7,504 23,507 3,712 15,630 14,700 15,383 13,348 2,599 6,664 14,928 9,996 12,871 7,566 22,758 13,577 11,600 15,436 1,420 26,682 60,199 37,164 34,894 1,376 289 1,655 2,702 1,518 1,218 2,323 16,451 428 469,674

Sumber: Survei Sosial Daerah Jawa Timur Tahun 2006 65

Volume 12 Nomor 1 Januari - Juni 2009

Selain disebabkan karena pendapatan yang rendah , faktor lain yang menjadi penyebab rumah tangga miskin di Jawa Timur adalah pendidikan kepala rumah tangga rendah . Pada tahun 2006 jumlah rumha tangga miskin yang disebabkan karena pendidikan kepala rumah tangga rendah sebanyak 3.149.484 rumah tangga.
Tabel 6. Prosentase Tangga Miskin Menurut Penyebab Kemiskinan Masingmasing Kabupaten/Kota di Wilayah Jawa Timur Tahun 2006
Leluhur/ Ortu juga misin 22.73 19.45 21.36 18.73 21.87 21.93 19.35 22.82 20.63 21.71 22.62 22.26 23.31 18.06 14.51 13.08 18.30 18.09 20.27 18.38 15.36 19.93 20.60 22.64 16.67 14.77 19.48 22.53 18.18 14.73 12.30 12.90 17.85 11.77 14.11 12.52 19.44 15.76 19.75 Pendidik an KRT rendah 29.86 25.76 22.86 26.36 28.01 25.52 27.07 26.47 23.89 28.36 27.28 24.83 26.84 25.79 25.75 25.53 22.51 27.35 29.22 22.66 23.03 28.56 25.89 23.33 27.95 23.35 22.63 22.62 21.95 22.34 26.33 23.77 24.92 27.94 20.98 20.20 24.57 25.30 25.34 Pendapat an rendah 31.18 27.40 30.85 31.58 31.47 29.89 33.06 32.37 30.58 35.26 29.24 26.98 28.68 29.51 30.92 32.31 28.69 33.99 30.97 30.99 33.43 32.53 30.31 31.68 30.35 26.80 24.74 24.35 26.09 31.46 36.84 35.97 28.00 29.90 28.85 33.32 30.77 35.54 30.08 Jumlah Tanggun gan banyak 6.49 10.57 9.26 9.42 8.45 7.40 9.63 7.39 8.88 5.93 6.10 6.76 7.35 12.23 12.65 10.37 9.82 10.79 6.66 8.20 6.64 8.30 9.44 10.01 14.02 12.22 10.78 9.97 9.43 9.65 8.77 9.92 14.15 10.30 11.47 11.53 8.12 9.10 9.13 Musib ah 6.45 5.31 7.86 8.74 6.15 8.55 5.42 5.87 7.18 4.37 6.63 6.44 3.85 5.71 6.62 8.91 8.69 3.96 4.06 8.55 4.86 4.97 5.50 2.46 5.40 8.87 5.09 6.02 6.24 7.10 10.51 7.05 4.61 7.35 7.22 7.05 6.41 7.70 6.11 Usaha rugi 1.32 4.95 1.36 1.60 2.11 2.24 2.23 3.14 2.84 1.02 3.31 3.76 3.38 3.85 1.04 2.81 3.48 2.45 5.15 6.81 7.12 2.51 2.59 3.46 0.66 6.19 9.78 7.74 8.70 3.55 1.31 2.15 5.54 5.39 4.59 5.12 2.78 2.05 3.78 Utang cukup banyak 1.96 6.57 6.46 3.58 1.93 4.46 3.24 1.95 6.00 3.35 4.81 8.96 6.59 4.86 8.52 6.98 8.51 3.37 3.67 4.41 9.56 3.21 5.66 6.42 4.96 7.80 7.50 6.76 9.41 11.18 3.95 8.24 4.92 7.35 12.78 10.26 7.91 4.54 5.82 Jum lah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

No

Kabupaten/Kota

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Kota Batu Jumlah

66

Analisis Karakteristik Kemiskinan Petani di Jawa Timur

Setelah mengetahui fakator-faktor penyebab kemiskinan di Jawa Timur, maka bagian selanjutnya akan dibahas penyebab kemiskinan berdasarkan karakteristik kemiskinan struktural dan kemiskinan absolut. Untuk itu maka terlebih dahulu harus dilihat prosentase dari masing-masing faktor penyebab kemiskinan tersebut. Berikut ini gambaran rumah tangga miskin masing-masing kabupaten/ kota berdasarkan prosentase penyebabnya. Penyebab rumah tangga miskinan di wilayah Jawa Timur lebih banyak disebabkan karena faktor absolut atau kemsikinan absolut. Kondisi tersebut terlihat pada gambar di atas, dimana kemiskinan abolut, yang disebabkan karena faktor keturunan, jumlah tanggungan keluarga, dan pendapatan rendah pada tahun 2006 mencapai sebesar 59%. Sedangkan rumah tangga miskin yang disebabkan karena faktor struktural pada tahun yang sama mencapai 35%. Sementara rumah tangga miskin yang disebabkan karena faktor musibah hanya sebesar 6%.
Kondisi Kesejahteraan Petani Nilai Tukar Petani

Rata-rata NTP Jawa Timur bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 6,07 persen dari 105,29 menjadi 111,68, dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani (21,37 persen) lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani (14,40 persen). Hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan petani periode bulan Januari sampai dengan Desember 2006, secara umum masih lebih baik dibanding tahun 2005. Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa pola NTP bulan Januari sampai dengan Desember 2006 secara umum tidak berbeda dengan tahun 2005. NTP Jawa Timur 2006 terendah yaitu pada bulan Mei sebesar 108,52 yang disebabkan turunnya indeks harga tanaman bahan makanan sebesar -3,63 persen dan indeks harga peternakan -0,07 persen. Sedangkan NTP tertinggi terjadi pada bulan Oktober sebesar 114,68 yang disebabkan naiknya indeks harga semua sub sektor pertanian. Jika dilihat besarnya perubahan, kenaikan tertinggi terjadi pada bulan Juli sebesar 2,96 persen kenaikan indeks harga yang diterima petani (3,53 persen) lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani (0,55 persen)

67

Volume 12 Nomor 1 Januari - Juni 2009 Gambar 6. Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Periode Tahun 2005 2006 (2002 = 100)

Indeks Diterima Petani

Indeks harga yang diterima petani pada tahun 2006 cenderung meningkat dan secara rata-rata selama periode Januari sampai dengan Desember mengalami kenaikan 21,37 persen dari 127,86 menjadi 155,19 dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya indeks pada semua kelompok komoditi, tertinggi tejadi pada sub sektor tanaman bahan makanan sedangkan terendah sub sector peternakan.
Tabel 8. Rata-rata Indeks Harga Diterima Petani Jawa Timur Menurut Sub Sektor Pertanian Tahun 2005 2006 (2002 = 100)

No.

Kelompok/Jenis Komoditi Indeks Diterima Petani

Rata-rata 2005 127,86 133,25 129,58 122,23 118,38 2006 155,19 178,86 143,54 132,17 130,33

Perubahan 2005-2006 % 21,37 34,23 10,77 8,13 10,09

1 2 3 4

Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Rakyat Peternakan Perikanan

68

Analisis Karakteristik Kemiskinan Petani di Jawa Timur

Gambar di bawah menunjukkan bahwa selama bulan Januari sampai dengan Desember 2006 indeks harga sub sektor tanaman bahan makanan mengalami fluktuasi yang lebih tajam dibanding sub sektor alainnya. Hal ini disebabkan fluktuasi harga sayur-sayuran yang sangat tajam terutama cabai, tomat, kacang panjang dan bawang merah.
Gambar 7. Indeks Harga Diterima Petani Jawa Timur Periode Tahun 2006 (2002 = 100)

Indeks Dibayar Petani

Rata-rata indeks harga yang dibayar petani periode bulan Januari sampai dengan September 2006 mengalami kenaikan sebesar 14,40 persen dibanding tahun sebelumnya, yaitu dari 121,43 menjadi 138,92. Kenaikan tersebut disebabkan oleh naiknya indeks kelompok konsumsi rumah tangga dan indeks biaya produksi.

69

Volume 12 Nomor 1 Januari - Juni 2009 Tabel 9. Rata-rata Indeks Dibayar Petani Jawa Timur Menurut Kelompok/Jenis Komoditi Tahun 2005 2006 (2002 = 100)
No. Kelompok/Jenis Komoditi Indeks Dibayar Petani 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 2 2.1 2.2 2.3 2.4 Konsumsi Rumah Tangga Makanan Perumahan Pakaian Kesehatan Pendidikan Transportasi Biaya Produksi Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Rakyat Peternakan Perikanan Rata-rata 2005 121,43 122,38 125,32 121,77 113,76 109,43 115,49 116,34 118,39 120,97 109,82 125,84 117,73 2006 138,92 141,25 146,48 143,66 119,51 113,74 119,59 134,30 131,04 132,98 128,06 137,92 148,59 Perubahan 2005-2006 % 14,40 15,42 16,88 17,98 5,05 3,94 3,55 15,44 10,69 9,93 16,61 9,60 26,21

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Beberapa temuan yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini adalah : Daerah yang paling banyak jumlah penduduk miskinnya pada tahun 2006 adalah Kabupaten Sampang, yaitu sebanyak 508.140 jiwa. Penyebab rumah tangga miskin di wilayah Jawa Timur lebih banyak disebabkan karena faktor absolut atau kemiskinan absolut. Kemiskinan abolut disebabkan oleh faktor keturunan, jumlah tanggungan keluarga, dan pendapatan rendah pada tahun 2006 mencapai sebesar 59%. Sedangkan rumah tangga miskin yang disebabkan karena faktor struktural pada tahun yang sama mencapai 35%.

Kondisi kesejahteraan petani dapat disimpulkan sebagai berikut :


Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur cenderung fluktuatif, terendah biasanya terjadi pada bulan Mei, hal ini disebabkan karena turunnya indeks harga tanaman bahan makanan dan indeks harga peternakan. Sedangkan NTP tertinggi terjadi pada bulan Oktober, yang disebabkan naiknya indeks harga semua sub sektor pertanian.

70

Analisis Karakteristik Kemiskinan Petani di Jawa Timur

Nilai Tukar Petani NTP tertinggi terjadi di Kabupaten Probolinggo sebesar 120,43, diikuti Malang 117,15 dan Ngawi 117,01. Sedangkan 3 kabupaten yang mempunyai NTP terendah adalah Kabupaten Pamekasan sebesar 102,48, Jember 105,18 dan Gresik 107,04.
Saran

Berdasarkan temuan-temuan di atas, maka dalam upaya penanganan dan pengentasan kemiskinan penelitian ini menyarankan secara spesifik kebijakan yang berkaitan dengan kemiskinan diarahkan pada: 1. Penyempurnaan berbagai kebijakan yang merintangi aksesibitas dan lebih berpihak kepada petani miskin serta konsisten dalam pelaksanaannya; 2. Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha melalui kebijakan yang mampu mengentaskan petani miskin; 3. Penajaman program pembangunan pertanian yang diarahkan pada desadesa dan kantong-kantong petani miskin; 4. Peningkatan pemenuhan dan aksesibilitas petani miskin terhadap ketersediaan pangan yang memadai dan bermutu; 5. Peningkatan aksesibilitas dan layanan kesehatan bagi petani miskin secara gratis melalui program jaminan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin, dan program-program lainnya yang berkelanjutan; 6. Peningkatan aksesibilitas dan layanan pendidikan dasar secara gratis dan bermutu melalui peningkatan angka partisipasi murni (APM), pengurangan beban operasional sekolah, mempersempit kesenjangan pendidikan antara kawasan perdesaan dan perkotaan. 7. Peningkatan ketersediaan dan askes petani miskin terhadap rumah murah, sanitasi dan lingkungan yang sehat. 8. Peningkatan akses dan layanan permodalan dan pengembangan usaha bagi petani miskin dengan memberikan skim khusus (bunga rendah). 9. Pengembangan potensi wilayah dan cluster ekonomi perdesaan baik pada sekitar hutan, persawahan, dan daerah-daerah sekitar kawasan industri dengan mengembangkan produk unggulan yang spesifik dan kompetitif serta mempunyai dampak langsung terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja; 10. Pemenuhan kebutuhan infra struktur dasar dan sarana pertanian sesuai dengan karakteristik kebutuhan, sehingga mampu membuka akses dan

71

Volume 12 Nomor 1 Januari - Juni 2009

meningkatkan peluang bagi kelompok petani miskin untuk meningkatkan produktivitas sesuai dengan basis mata pencahariannya; 11. Peningkatan keterlibatan petani miskin dalam pengambilan keputusan pembangunan pertanian terutama yang secara langsung menyangkut kepentingan dan eksistensinya melaui forum dialog yang konstruktif.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2005. Pedoman Umum Program Aksi Desa Mandiri Pangan. Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian. Jakarta. Anonimous. 2007. Laporan Kinerja Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Timur. Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur. Surabaya. Anderson, Sue 1990, Core Indicators of Nutritional State for Difficult to sample Population, Journal of Nutrition 120. Braun Von,J.H. Bouls. S.Kumar and R.Panja-Lorch, 1992, Improving Food Security of The Poor: Concept, Policy and Programs. IFRI, Washington.,D.C. Chung,K,L, Haddad, J.Ramakhrisma and F.Riely,1997, Identifying the food Insecure : The Application of Mixed Method Approach in India IFPRI, Washington D.C. De Janvry,Alain and Elisabeth Sadoulet,1991, Food Self Sufficiency and Food Security in India: Achievements and Contradictions, In National and Regional Self Sufficiency goal: Implications for International Agriculture, edited by Ruppel and Kellogg. Boulder, Colo: Lynne Rienner. Dethier,Jean Jacques1989, Note on the Analysis of The Impact of Agricultural Policy Reform in Algeria, , Agricultura and Rural Development Departement, World Bank FAO,1996, Food Security Assesment (Document WFS 96/ Tech/ 7). Rome. Hayami and Ruttan, 1985, Agriculture Development: An International Perspective . Baltimore: John Hopkins University Press. Hanani, Nuhfil; Jabal Tarik Ibrahim. 2003. Evaluasi Akhir Program Pembelian Gabah di Propinsi Jawa Timur. Badan Ketahanan Pangan Jawa Timur. Surabaya.
72

Analisis Karakteristik Kemiskinan Petani di Jawa Timur

Hanani, Nuhfil; Jabal Tarik Ibrahim. 2003. Evaluasi Kinerja Proyek Pemberdayaan Kelembagaan Pangan di Pedesaan di Pulau Jawa. Jurnal Ilmu Pertanian Agrivita Volume 25 Nomor 2 Juni 2003. Fakultas Pertanian Unibraw. Malang. Intriligator,1996,Econometric Models, Technique, and Applications, PrenticeHall International,Inc, New Jersey Lave, Lester,1962, Emperical Estimates of technological Change in United States Agriculture, 1850-1958 Journal of Farm Economics 44,94152 Maxwell, Simon and Timothy R. Frankerberger,1996, Household Food Security: Concept, Indicators, Mesurements. A Technical Review. Unicef and IFAD, New York and Rome Maxwell,D.C.1996, Measuring Food Security: The Frequency and Severity of Coping Strategis. Food Policy Reutlinger,Shiomo 1986, Poverty and Hunger: Issues and Options for Food Security in Developing Countries , Washington,D.C;World Bank Valdes, Alberto and Konandreas,1981, Assessing Food Security Based on National Aggregates in Developing Countries, In food Security for Developing Countries, Edited by Valdes, Boulder, Colo: Westview Press World Bank, 1994. Indonesia : Stability, Growth and Equity in Repelita VI, Country Departement II, East Asia World Bank. 2008. Agriculture for Development : World Development Report. The World Bank. Washington DC.

73

This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.

Anda mungkin juga menyukai