Anda di halaman 1dari 19

MENAKSIR KERAPATAN POPULASI HEWAN DENGAN METODE CUPLIKAN KUADRAT

Oleh : Nama : Amanah Indah A. Siti Kurniati Novi Sri Wahyuni Adzani Ghani I. Fitia Fatikka R. Nur Khasanah Kelompok : 9 Asisten : Ratini B1J009070 B1J009071 B1J009074 B1J009077 B1J009079 B1J009084

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

EMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2012

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tanah merupakan habitat bagi jenis-jenis hewan. Hewan tanah diklasifikasikan menurut ukuran tubuhnya, yaitu dibagi dalam dua golongan besar hewan makro tanah dan hewan mikro tanah. Hewan makro tanah yang penting adalah preparat dan pemangsa serangga; Mirriapoda (kaki seribu); bubuk (Trachelipus); Tungau (Oribata sp); siput darat; Sentipoda (kaki seratus); labalabadan cacing tanah. Dari semua hewan tersebut cacing tanah merupakan hewan makrotanah yang penting. Jenis umum cacing tanah yang ditemukan adalah jenisjenis Lumbricus terrstris yang berwarna kemerahan dan jenis Allobophora ciliginosa yang berwarna merah muda pucat. Penyediaan unsur hara tanah banyak ditentukan oleh hasil penguraian bahan organik menjadi senyawa anorganik oleh dekomposer, cacing tahan memegang peranan penting. Cacing tanah selain berperan dalam peyediaan unsur hara tanah juga berperan dalam proses aerasi dan drainase dari tanah, hal ini penting dalam perkembangan tanah. Faktor lingkungan mempengaruhi populasi suatu organisme. Reptil, ampibia, ikan, serangga dan seluruh invertebrate lain mempunyai sedikit atau tidak mempunyai pusat pengatur suhu tubuh. Dasar dari proses kimia dalam metabolisme organisme tersebut, karenanya pertumbuhan dan aktivitasnya di pengaruhi oleh temperatur lingkungan secara langsung. Populasi cacing tanah pada keadaan yang berbeda akan berbeda pula. Ditanah yang berumput, cacing tanah muda paling sedikit jumlahnya pada musim semi dan mencapai puncaknya pada musin gugur, sedang cacing tanah dewasa adalah sebaliknya (Buckman, 1982), dengan demikian varian dari populasi sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana cacing hidup. Kehidupan hewan tanah sangat tergantung pada habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat ditentukan keadaan daerah itu. Dengan perkataan lain keberadaan dan kepadatan suatu populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat tergantung dari faktor lingkungan yaitu lingkungan abiotik dan lingkungan biotik.

Faktor lingkung anabiotik secara besarnya dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas dan tekstur tanah. Faktor kimia antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah dan unsur-unsur mineral tanah. Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yag terdapat di suatu habitat. Faktor lingkungan biotik bagi hewan tanah adalah organisme lain yang juga terdapat di habitatnya seperti mikroflora, tumbuh-tumbuhan dan golongan hewan lainnya. Pada komunitas itu jenis-jenis orgaisme itu saling berinteraksi satu dengan lainnya. Interaksi itu bisa berupa predasi, parasitisme, kompetisi dan penyakit. Dalam studi ekologi hewan tanah, pengukuran faktor lingkungan abiotik penting dilakukan karena besarnya pengaruh faktor abiotik itu terhadap keberadaan kepadatan populasi kelompok hewan ini. Dengan dilakukannya pengaruh faktor abiotik, maka akan dapat diketahui faktor yang besar pegaruhnya terhadap keberadaan dan kepadatan populasi hewan yang di teliti. Pada studi tentang cacing tanah, misalnya pengukuran pH tanah dapat memberikan gambaran penyebaran suatu jenis cacing tanah. Cacing tanah yang tidak toleran terhadap asam misalnya, tidak akan ditemui atau sangat rendah kepadatan populasinya pada tanah yang asam. Salah satu yang cukup sulit dalam mempelajari ekologi hewan tanah adalah masalah pengenalan jenis. Pada tanah hidup hampir semua golongan hewan mulaidari protozoa sampai mamalia. Seseorang yang mempelajari ekologi hewan tanahminimal dapat mengenal kelompok (genera atau famili, minimal ordo) dari hewan tanah yang dipelajari. Untuk studi tetentu haruslah dapat diidentifikasi sampai tingkat jenis (spesies) dari hewan tanah yang diteliti.

B. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kerapatan populasi dengan metode cuplikan kuadrat.

II. DESKRIPSI LOKASI

Lokasi praktikum ini dilakukan di kebun bagian belakang yang merupakan lokasi terrestrial Fakultas Biologi Unsoed. Saat praktikum, didapat pH tanah sebesar 6,4. Suhu tanah awal praktikum 26,50C dan saat akhir praktikum 29,90C. Kelembaban saat awal praktikum 65 dan saat akhir praktikum 59. Waktu pelaksanaan praktikum pada pagi hari pukul 07.00 WIB pada tanggal 31 Maret 2012.

III. TINJAUAN PUSTAKA

Humus seperti halnya dengan liat merupakan hasil proses penghancur dan pembangun, dan yang berperan dalam hal ini adalah jasad hidup yang menghunitanah. Sejumlah jasad hidup dalam dan dari tanah sebagian dari mereka termasuk dalam golongan tumbuhan. Walaupun demikian kita tidak boleh mengesampingkan peranan binatang, terutama pada saat permulaan pelapukan. Kebanyakan jasad-jasad tanah baik tumbuhan maupun binatang berukuran sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop jasad berukuran besar seperti Rodentia berjumlah sedikit. Semuanya mempunyai peranan sangat nyata dalam proses biologis yang berlangsung dalam tanah (Soepardi, 1983). Dalam tanah terdapat kehidupan organisme, sebagian besar terdiri dari kehidupan tumbuhan dan setelah itu jenis hewan. Hewan hewan tanah yang penting adalah pengurai, pelalap, serangg, miripoda (kaki seribu), bubuk, tungau, siput darat, setripoda (kaki seratus), laba laba dan cacing tanah (Brady, 1982). Menurut Wallwork (1976), hewan-hewan tanah membentuk suatu komunitas tanahyang saling berinteraksi antara satu dengan yang lain, kompetisi untuk membentuk suatu sistem yang berfungsi pada suatu cara yang mempengaruhi penghancuran bahan-bahan organik. Dengan cara inilah siklus nutrient dimulai hewan tanah benar benar luar biasa, setiap phylum hewan kecuali Coelenterata dan Echinodermata terdapat di berbagai macam tanah. Mayoritas hewan hewan tanah berukuran mikroskopiks, sedangkan kelompok kelompok penting hewan tanah adalah Protozoa, Nematoda, Anellida, Mollusca dan Arthropoda. Peranan utama organisme tanah adalah untuk mengubah bahan organik baik segar, setengah segar ataupun sedang melapuk sehingga terbentuk senyawa lain yang bermanfaat bagi kesuburan tanah. Mekanisme penghancuran serasah tanaman hingga terbentuknya hasil dekomposisi dilakukan oleh mikroba dan hewan-hewan tanah (Odum, 1971). Hewan tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaantanah maupun yang hidup di dalam tanah. Tanah itu sendiri adalah suatu bentangan alam yang tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil proses pelapukan batu-batuan dan bahan organik yang terdiri dari organisme

tanah dan hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan lainnya. Jelaslah bahwa hewan tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah. Dengan denikian, kehidupan hewan tanah sangat di tentukan oleh faktor fisika-kimia tanah, karena itu dalam mempelajari ekologi hewan tanah faktor fisika-kimia tanah selalu diukur. Pengukuran faktor fisika-kimia tanah dapat di lakukan langsung di lapangan dan ada pula yang hanya dapat diukur di laboraturium. Untuk pengukuran faktor fisika-kimia tanah di laboraturium maka di lakukan pengambilan contoh tanah dan dibawa ke laboraturium (Odum, 1971).. Hewan tanah dapat pula di kelompokkan atas dasar ukuran tubuhnya, kehadirannya di tanah habitatnya yang di pilih dah kegiatan makannya. Bedasarkan ukuran tubuh hewan-hewan tersebut dikelompokkan atas mikro fauna, meso fauna, dan makro fauna. Ukuran mikrofauna bekisar antara 20 mikron sampai dengan 200 mikron, mesofauna antara 200 mikron sampai dengan 1 cm, dan makrofauna > 1 cm ukurannya. Berdasarkan kehadirannya, hewan tanah dibagi atas kelompok transien,temporer, penodik, dan permanen. Berdasarkan habitatnya hewan tanah ada yang digolongkan sebagai epigon, hemiedafon, dan eudafon. Hewan hewan epigon hidup pada lapisan tumbuh tumbuhan di permukaan tanah, hemiedafon hidup pada lapisan organic tanah dan eudafon hidup pada tanah lapisan mineral. Bedasarkan kegiatan makannya hewan tanah itu ada yang bersifat herbivore, daprovora, fungivora, dan predator (Odum, 1971). Hewan tanah ini dapat dinilai kerapatannya dengan metode cuplikan kuadrat. Morfologi hewan tanah beragam, yaitu rayap mempunyai tiga bagian utama yang meliputi kepala, toraks, dan abdomen. Semut merah atau Cardiocondyla sp memiliki morfologi bentuk kepala oval, mata oval dan terletak sedikit ke samping dan kedepan dari bagian tengah kepala. Kepala, thorax dan pedicel kemerahan, abdomen hitam sedikit oval. Kumbang daun bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Sedangkan Larva kumbang macan memiliki morfologi, tubuh beruas-ruas dan lunak, serta memilki rambut-rambut halus di sepanjang tubuhnya. Tubuh lipan pipih. Bentuk tubuh nya memanjang. Pada kabala terdapat satu pasang antena, satu pasang rahang, dan dua pasang maxilla. Kemudian luwing tubuhnya panjang silindris. Sepasang antena yang pendek terdapat di

kepala. Tiap segmen dilengkapi dengan sepasang kaki. Dolichoderus sp atau semut hitam memiliki tubuh hitam dan kaki kemerahan. Kepala pendek, mata ke depan, dasar antena panjang. Abdomen cembung, besar dan oval. Morfologi jangkrik yaitu umumya tubuh serangga terbagi atas 3 ruas utama tubuh (caput, torak,dan abdomen). Morfologi Serangga pada bagian kepala, terdapat mulut,antena, mata majemuk (faset) dan mata tunggal (ocelli). Selain itu, tubuh cacing tanah dibedakan atas bagian anterior dan posterior. Pada bagian anteriornya terdapat mulut, prostomium dan beberapa segmen yang agak menebal membentuk klitelium. Morfologi pacet meliputi bagian tubuh yang lonjong dengan bagian kepala lebih membesar. Tubuhnya licin dan bergerak dengan perut atau seluruh tubuhnya.

IV. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi Alat-alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah silinder sampling dengan diameter 4 cm dari bahan plastic (pralon), kertas, kertas Ph, kantong plastik, dan patok. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah hewan tanah yang terdapat pada lokasi tanah tersebut.

B. Cara Kerja a. Praktikum ini melakukan pengamatan terhadap kerapatan populasi dari cacing tanah dan pengukuran terhadap factor lingkungan: suhu udara dan Ph tanah. b. Buatlah catatan singkat mengenai area studi anda (jenis habitat : lapangan rumput), lapangan rumput yang terkena dampak pijakan jenis rumput, jenis tanaman,dll). c. Letakkan kuadrat (30 x 30 cm) pada cuplikan/kuadran sebelum menggali tanah, buatlah taksiran kasar mengenai vegetasi penutupnya. Dari masingmasing cuplikan/kuadran diambil masing-masing 3 kali ulangan. d. Pengambilan sampel dengan cara memasukkan silinder sampling kedalam tanah sedalam 20 cm dari permukaan tanah. Cacing tanah terdapat dalam silinder di kumpulkan dalam kantong plastic lalu dihitung jumlahnya. Apabila dalam cuplikan terdapat telur-telur tanah (berwarna keputih-putihan, lunak dan bentuknya agak membulat dengan kedua ujungnnya agak lancip, kumpulkan dan hitung jumlahnya. e. Kumpulkan juga hewan-hewan yang berada dalam cuplikan dan hitung kepadatanya . f. Pengukuran Ph tanah dilakukan dengan cara melarutkan tanah yang diambil dengan silinder sampling dalam aquades kemudain diatur dengan

menggunakan kertas Ph dan juga dengan menggunakan alat soiltester. g. Kemudian dihitung kerapatan populasi dari cacing tanah dengan

menggunakan rumus

h. Pengukuran temperatur udara Pengukuran temperatur udara dilakukan dengan menggunakan thermometer celcius. Pengukuran dilakukan 2 kali yaitu sebelum dan sesudah praktikum. Pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan (menggantung thermometer selama 5 menit agar stabil, kemudian dibaca angka yang ditunjukkan dalam thermometer tersebut).

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Proses pembuatan Cuplikan Kuadrat

Gambar 5. Jangkrik

Gambar 2. Larva Kumbang Macan

Gambar 6. Kumbang daun

Gambar 3. Luwing

Gambar 7. Pacet

Gambar 4. Cacing tanah

Gambar 8. Rayap tanah

Gambar 9. Semut hitam

Gambar 11. Kelabang

Gambar 10. Semut merah

Kerapatan Populasi Kerapatan semut merah = = = 0,13


Kerapatan rayap tanah

= =

= 0,67

Kerapatan kumbang daun

= =

= 0,07

Kerapatan larva kumbang

= =

= 0,07

Kerapatan semut hitam

= =

= 0,07

Kerapatan jangkrik

= =

= 0,07

Kerapatan cacing

= =

= 0,07

Kerapatan pacet

= =

= 0,07

Kerapatan luwing

= =

= 0,07

Kerapatan kelabang kecil

= =

= 0,33

B. Pembahasan Kegiatan yang dilakukan selama praktikum khususnya pada pada acara menaksir kerapatan populasi hewan dengan metode cuplikan kuadrat yaitu pertama menentukan wilayah dari lahan yang akan diambil sampel tanahnya, yaitu sebanyak 3 ulangan. Setelah itu, diukur luas pengambilan sampel yaitu 30 cm x 30 cm dan ditandai. Pengambilan tanah dilakukan sebanyak 5 kali dalam luas tersebut, yaitu bagian 4 sudut dan satu di tengah. Setelah ditandai mulai untuk pengambilan tanah dengan menggunakan peralon dengan diameter kurang lebih 10 cm dan tekan ke dalam tanah hingga kedalaman kurang lebih 20 cm. Tanah yang masuk ke dalam peralon tersebut yang kemudian diidentifikasi hewan tanahnya. Pengambilan sampel dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Hasil yang didapat pada petak satu ulangan satu yaitu semut merah berukuran kecil ( 1mm) berjumlah 1 ekor, pada ulangan dua dan tiga ditemukan rayap tanah masing-masing berjumlah 1 dan 9 ekor. Ulangan empat ditemukan semut merah dan kumbang daun masing-masing 1 ekor. Sedangkan ulangan 5 ditemukan larva kumbang macan 1 ekor. Selanjutnya pada petak dua ditemukan pada ulangan satu, dua dan empat yaitu masing-masing kelabang kecil, luwing dan kelabang kecil dengan jumlah masing-masing 2, 1 dan 3 ekor. Kemudian terakhir adalah petak tiga, ditemukan empat jenis hewan tanah yang masingmasing berjumlah 1 ekor, yaitu semut hitam besar ditemukan di ulangan 1 dan jangkrik, cacing tanah, dan pacet pada ulangan 2. Hewan-hewan tanah berinteraksi dengan organisme meliputi hubungan dekomposisi, siklus nutrisi, penyerapan karbon dan pemeliharaan struktur tanah (Wu et al., 2009). Manfaat lain hewan tanah yaitu hewan tanah mampu meningkatkan kualitas vegetasi tanaman (Eisenhauer, 2010). Hewan-hewan tanah yang paling penting adalah pengurai, pelalap, serangga, miriapoda, tungau, siput darat, sentripoda (kaki seratus), laba-laba dan cacing tanah. Ciri khas dari hewan tanah yang didapat yaitu: 1. Rayap tanah Jenis rayap tanah di Indonesia adalah dari famili Termitidae. Rayap mempunyai tiga bagian utama yang meliputi kepala, toraks, dan abdomen. Banyak orang yang menyebut rayap sebagai semut putih (white ant) karena

secara selintas antar keduanya mempunyai penampilan yang hampir sama. Rayap berperan dalam pembentukan struktur tanah dan dekomposisi bahan organik (Anderson, 1988). Klasifikasi Rayap tanah (Brull, 1832)

Filum Artropoda Kelas Serangga Ordo


Gambar 12. Rayap tanah

Isoptera

2. Semut merah Semut merah atau Cardiocondyla sp memiliki morfologi bentuk kepala oval, mata oval dan terletak sedikit ke samping dan kedepan dari bagian tengah kepala. Kepala, thorax dan pedicel kemerahan, abdomen hitam sedikit oval. Dan abdomen bagian dasar sedikit rata (Suin, 1997). 3. Kumbang daun Kumbang daun bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun. Klasifikasi kumbang daun (Linnaeus, 1758) Kerajaan Animalia Filum Kelas Ordo Arthropoda Insecta Coleoptera
Gambar 13. Kumbang daun

4. Larva kumbang macan Larva kumbang macan memiliki morfologi, tubuh beruas-ruas dan lunak, serta memilki rambut-rambut halus di sepanjang tubuhnya. Panjang kurang lebih 3 cm dan terdiri dari kepala dan abdomen. Kepala berwarna merah dan bersungut kecil. Kaki sepasang di tiap ruas abdomen. 5. Kelabang Lipan (kelabang) adalah hewan yang tergolong dalam Chilopoda . Lipan adalah predator pemakan hewan-hewan kecil. Mangsanya dilumpuhkan dengan racun. Kelenjar racun terdapat pada alat mulut. Tubuh lipan pipih. Bentuk tubuh nya memanjang. Pada kabala terdapat satu pasang antena, satu pasang rahang, dan dua pasang maxilla. Klasifikasi kelabang (Latreille, 1817) kerajaan Animalia, filum Arthropoda, dan kelas Chilopoda.

6. Luwing Luwing termasuk kelas Myriapoda. Tubuhnya panjang silindris. Sepasang antena yang pendek terdapat di kepala. Tiap segmen dilengkapi dengan sepasang kaki. Karena segmen- segmen tersusun dua-dua secara rapat, maka kelihatannya tiap segmen mempunyai dua pasang kaki. Hewan ini memakan tumbuhan yang telah mati dan menyukai ternpat yang lembap dan gelap. 7. Semut hitam Dolichoderus sp atau semut hitam memiliki tubuh hitam dan kaki kemerahan. Kepala pendek, mata ke depan, dasar antena panjang. Abdomen cembung, besar dan oval. Mandibula seperti segitiga dengan gigi-gigi yang panjang dan kuat. Thorax dengan pronotum seperti plat, mesonotum pendek dan agak tinggi, metanotum dengan ujung yang cekung (Suin, 1997). Klasifikasi semut hitam (Latreille, 1809) Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili 8. Jangkrik Jangkrik termasuk dalam family Gryllidae. Morfologinya yaitu Umumya tubuh serangga terbagi atas 3 ruas utama tubuh (caput, torak,dan abdomen). Morfologi Serangga pada bagian kepala, terdapat mulut,antena, mata majemuk (faset) dan mata tunggal (ocelli). Pada bagian torak, ditemukan tungkai 3 pasang dan spirakel. Sedangkan di bagian abdomen dapat dilihat membran timpanum, spirakel, dan alat kelamin Pada bagian depan (frontal) apabila dilihat dari samping (lateral) dapat ditentukan letak frons, clypeus, vertex, gena, occiput, alat mulut, mata majemuk, mata tunggal Animalia Artropoda Insekta Hymenoptera Formicidae
Gambar 13. Semut hitam

(ocelli), postgena, dan antena. Klasifikasi Jangkrik (Bolvar, 1878) Kerajaan Animalia Filum Arthropoda

Kelas Ordo Famili

Insecta Orthoptera Gryllidae

9. Cacing tanah Cacing tanah digolongkan ke dalam filum Annelida, ordo Oligochaeta, dan kelas Chaetopoda yang hidup dalam tanah. Tubuh dibedakan atas bagian anterior dan posterior. Pada bagian anteriornya terdapat mulut, prostomium dan beberapa segmen yang agak menebal membentuk klitelium (Hanafiah, et al., 2005). Klasifikasi cacing tanah Kerajaan Animalia Filum Kelas Ordo 10. Pacet Pacet adalah hewan yang tergabung dalam filum Annelida subkelas Hirudea. Terdapat jenis lintah yang dapat hidup di daratan, air tawar, dan laut. Lintah dibedakan dari pacet bukan berdasarkan taksonomi, tetapi lebih pada habitatnya. Lintah sehari-hari hidup di air, sedangkan pacet sehari-harinya melekat pada daun atau batang pohon (di luar air). Semua spesies lintah adalah karnivora. Klasifikasi pacet (Lamarck, 1818) Kerajaan Animalia Filum Kelas Annelida Clitellata Annelida Clitellata Haplotaxida
Gambar 13. Cacing tanah

Kerapatan populasi adalah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang (area), yang umumnya diteliti dan dinyatakan sebagai jumlah (cacah) individu dan biomasa persatuan luas, persatuan isi (volume) atau persatuan berat medium lingkungan yang ditempati. Hasil kerapatan kumbnag daun, larva kumbang, semut hitam, jangkrik, cacing, pacet dan luwing adalh 0,07, sedangkan semut merah adalah 0,13, rayap tanah 0,67 dan kelabang kecil 0,33. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rayap tanah merupakan hewan tanah yang

paling banyak ditemui ditunjukkan dengan nilai kerapatan yang paling besar. Berdasarkan hasil yang didapat, metode cuplikan kuadrat cocok digunakan untuk hewan tanah. Hal ini terlihat dari cukup banyaknya hewan yang didapatkan, selain hal tersebut faktor lingkungan juga membantu banyaknya hewan yang didapatkan. Berdasarkan hasil pengukuran saat praktikum, didapat pH tanah sebesar 6,4. Suhu tanah awal praktikum 26,50C dan saat akhir praktikum 29,90C. Kelembaban saat awal praktikum 65 dan saat akhir praktikum 59. Pengukuran faktor-faktor lingkungan lokasi dilakukannya praktikum menggunakan beberapa alat yaitu altimeter yang berguna untuk mengukur ketinggian tempat, barometer untuk mengukur tekanan udara. Thermometer untuk mengukur suhu udara. Higrometer untuk mengukur kelembaban. Soil tester adalah alat untuk mengetahui pH tanah (Pandu, 2008). Jumlah individu yang paling dominan pada petak satu yaitu rayap tanah dengan jumlah 10 ekor dan jumlah individu yang paling kecil yaitu kumbang daun dan larva kumbang macan. Rayap tanah menjadi individu yang paling dominan karena mereka bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. Kondisi lingkungan tersebut sama seperti wilayah belakang kandang sapi dekat Fakultas Biologi Unsoed tempat praktikum dilaksanakan. Individu yang paling dominan pada petak dua yaitu kelabang kecil dan yang paling sedikit adalah luwing. Sedangkan pada petak tiga tidak ada individu yang paling dominan atau sedikit karena jumlah masing-masing hewan tanah adalah sama. Individu yang paling dominan pada total petak yaitu rayap tanah karena sarang yang selalu dalam tanah terutama di dekat bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. Sedangkan individu yang paling sedikit adalah kumbang daun. Kumbang daun ada dalam petak walaupun ia bukan termasuk hewan tanah. Hal ini bisa disebabkan adanya kumbang daun yang jatuh dari tumbuhan tertentu lalu masuk ke dalam petak.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil yang didapat pada petak satu adalah semut merah, rayap tanah, kumbang daun dan larva kumbang macan, petak dua didapat kelabang kecil, dan luwing sedangkan petak tiga didapat jangkrik, semut hitam besar, cacing tanah dan pacet. 2. Rayap tanah merupakan individu yang paling banyak ditemui dalam petak dan memiliki kerapatan yang paling besar karena tanah adalah habitat dari hewan tersebut. 3. Spesies yang dominan pada petak satu adalah rayap tanah, pada petak dua kelabang kecil dan pada petak tiga tidak ada spesies yang dominan sehingga keragamannya baik.

B. Saran Saran untuk praktikum selanjutnya adalah diberi referensi sumber web klasifikasi atau buku yang lengkap tentang klasifikasi.

DAFTAR REFERENSI

Eusenhauer, Nico, Alexander C.W. Sabais, Felix Schonert, Stefan Scheu. 2010. Soil arthropods beneficially rather than detrimentally impact plant performance in experimental grassland systems of different diversity. Soil Biology & Biochemistry 42 : 1418 -1424 Hanafiah, K. A., Iswandi A., A. Napoleon dan Nuni G. 2005. Biologi Tanah Ekologi dan Mikrobiologi Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Odum, E. P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pandu. 2008. Alat-alat Klimatologi. www.klimatologibanjarbaru.com/artikel/2008 Suin, N. M. 1997. Ekologi Fauna Tanah. Bumi Aksara. Jakarta. Wu, Tiehang, Edward Ayres, Grace Li, Richard D. Bardgett, Diana H. Wall, James R. Garey. 2009. Molecular profiling of soil animal diversity in natural ecosystems: Incongruence of molecular and morphological results. Soil Biology & Biochemistry 41 : 849857

Anda mungkin juga menyukai