Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS PENCEMARAN PERAIRAN PESISIR DAN LAUTAN

TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT

Dosen Pengampu: Dr. Ir. Yusli Widiatmo M.Sc

Oleh :

MARJAN BATO
C252110121

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 SEKOLAH PASCA SARJANA

A.

Pendahuluan Pencemaran laut diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil buangan aktivitas

makhluk hidup yang masuk ke daerah laut. Sumber dari pencemaran laut ini antara lain adalah tumpahan minyak, sisa damparan amunisi perang, buangan dan proses di kapal, buangan industri ke laut, proses pengeboran minyak di laut, buangan sampah dari transportasi darat melalui sungai, emisi transportasi laut dan buangan pestisida dari pertanian. Namun sumber utama pencemaran laut adalah berasal dari tumpahan minyak baik dari proses di kapal, pengeboran lepas pantai maupun akibat kecelakaan kapal. Polusi dari tumpahan minyak di laut merupakan sumber pencemaran laut yang selalu menjadi fokus perhatian dari masyarakat luas, karena akibatnya akan sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan merusak makhluk hidup di sekitar pantai tersebut. Sumber lain dari pencemaran laut ini antara lain adalah sisa damparan amunisi perang, buangan dan proses di kapal, buangan industri ke laut, proses pengeboran minyak di laut, buangan sampah dari transportasi darat melalui sungai, emisi transportasi laut dan buangan pestisida dari pertanian. Minyak yang tumpah ke atas permukaan air cenderung untuk menyebar ke arah luar sehingga membentuk suatu lapisan yang tipis. Kecenderungan untuk menyebar ini merupakan pengaruh dua gaya fisis yaitu gaya gravitasi dan tegangan permukaan. Dalam gerakannya yang menyebar itu tumpahan minyak diperlambat oleh gaya inersia dan gaya viskos. Oleh karena itu penyebaran tumpahan minyak dihitung dalam tiga regime yang berubah dalam waktu yaitu regime gravitasi-inersia, regime gravitasi-viskos, dan regime tegangan permukaan. Minyak adalah istilah umum yang digunakan untuk menyatakan produk petroleum yang penyusun utamanya terdiri dari hidrokarbon. Minyak mentah dibuat dari hidrokarbon berspektrum lebar yang berkisar dari sangat mudah menguap, material ringan seperti propana dan benzena sampai pada komposisi berat seperti bitumen, aspalten, resin dan wax. Produk pengilangan seperti petrol atau bahan bakar terdiri dari komposisi hidrokarbon yang lebih kecil dan kisarannya lebih spesifik.

MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT

B.

Sifat Fisik dan Kimia Minyak Struktur kimia petroleum terdiri atas rantai hidrokarbon dalam ukuran panjang

yang berbeda. Perbedaan kimia hidrokarbon ini dipisahkan oleh distilasi pada penyulingan minyak untuk menghasilkan gasoline, bahan bakat jet, kerosin, dan hidrokarbon lainnya. Formula umum untuk hidrokarbon ini adalah CnH2n+2. Contohnya 2,2,4-

Trimethylpentane, banyak digunakan pada gasoline, memiliki formula kimia C8H18 yang bereaksi dengan oksigen.

C8H18(aq) + 12.5O2(g) 8CO2(g) + 9H2O(g) + panas Pembakaran tidak sempurna pada petroleum atau gasoline menghasilkan emisi gas beracun seperti karbon monooksida dan/atau nitrit oksida. Contohnya: C8H18(aq) + 12.5O2(g) + N2(g) 6CO2(g) + 2CO(g) + 2NO(g) + 9H2O(g) + panas Formasi petroleum kebanyakan terjadi dalam bermacam reaksi endotermik pada tekanan dan/atau suhu tinggi. Contohnya, kerosin dapat pecah menjadi hidrokarbon dalam panjang yang berbeda. CH1.45(s) + heat .663CH1.6(aq) + .076CH2(aq) + .04CH2.6(g) + .006CH4(g) + .012CH2.6(s) + .018CH4.0(s) + .185CH.25(s) Ada dua macam emulsi yang terbentuk antara minyak dan air, yaitu emulsi minyak

dalam air dan emulsi air dalam minyak. Emulsi minyak dalam air terjadi jika dropletdroplet minyak terdispersi di dalam air dan distabilkan dengan interaksi kimia dimana air menutupi permukaan droplet-droplet tersebut. Hal ini terjadi terutama di dalam air yang berombak, dan droplet minyak tersebut tidak terdispersi pada permukaan air, melainkan menyebar di dalam air. Beberapa droplet minyak, terutama yang berikatan dengan partikel mineral, menjadi lebih berat dan akan mengendap ke bawah.

MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT

Emulsi air dalam minyak terbentuk jika droplet-droplet air ditutupi oleh lapisan minyak, dan emulsi ini distabilkan oleh interaksi di antara droplet-droplet air yang tertutup. Emulsi semacam ini terlihat sebagai lapisan yang mengapung pada permukaan air dan lekat, dan terkadang karena kandungan air di dalam droplet-droplet minyak tersebut cukup tinggi maka total volumenya menjadi lebih besar dibandingkan dengan minyak aslinya. Sebagian besar emulsi minyak tersebut kemudian akan mengalami degradasi melalui foto oksidasi spontan dan oksidasi oleh mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan organisme yang paling berperan dalam dekomposisi minyak di laut. Setelah kira-kira tiga bulan, hanya tinggal 15% dari volume minyak yang mencemari air masih tetap terdapat di dalam air. Lapisan minyak yang berada di permukaan air akan mengganggu kehidupan organisme di dalam air hal ini dikarenakan : 1. Lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air sehingga jumlah oksigen terlarut di dalam air akan menjadi berkurang. Berkurangnya kandungan oksigen dalam air akan mengganggu kehidupan organisme yang berada di perairan. 2. Dengan adanya lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air sehingga proses fotosintesis oleh tanaman air tidak dapat berlangsung. 3. Air yang telah tercemar oleh minyak tidak dapat dikonsumsi oleh manusia dikarenakan pada air yang mengandung minyak tersebut dapat mengandung zat-zat yang beracun seperti senyawa benzen dan toluen. Minyak berasal dari kandungan lemak, dimana lemak sendiri adalah fungsi atau sifat Prostaglandin yang dapat terbentuk dengan proses pelingkaran dan peroksigenan dari asam lemak tak jenuh dengan banyak ikatan C = C yang menyebabkan mudah terbakar dan menimbulkan nilai kalor tertentu. Minyak terdiri dari 3 macam, yaitu : a) Minyak mineral, dalam minyak ini terkandung senyawa-senyawa Hidrokarbon. b) Minyak essensial (minyak asiri). c) Minyak fixed, yaitu tidak mudah menguap (Trigilliserida).
MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT 4

Adapun sifat-sifat minyak secara umum yaitu : 1. Tidak berbau, tidak berwarna dan tidak punya rasa, mempunyai berat jenis lebih kecil dari pada berat jenis air. 2. Tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol. 3. Mudah larut dalam karbon disulfida, terpentin, karbon tetra khlorida, eter, petroleum eter. 4. Dapat dihidrolisa oleh asam, basa, enzim lipase atau oleh pemanasan yang tinggi. 5. Racidity (sifat tengik). Ini terjadi apabila dibiarkan berhubungan dengan udara. Hal ini karena hidrolisis terbentuk asam lemak yang rantai atom C-nya pendek sehingga berbau keras atau teroksidasi ikatan rangkap, sehingga akan pecah membentuk keton, aldehida atau asam karboksilat rantai pendek yang berbau (Mackay, et. Al.,1973). Pada penelitian ini minyak yang akan diteliti berasal dari bengkel atau tempat service kendaraan bermotor dan mobil. Adapun Sifat Fisio-Kimia Minyak yaitu : Minyak termasuk salah satu anggota dari golongan lipid yaitu lipid netral. Lipid itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi empat kelas, yaitu: a. b. c. d. Lipid Netral Fosfatida Spingolipid Glikolipid

MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT

Semua jenis lipid ini banyak terdapat di alam. Minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester dari gliserida dan asam lemak rantai panjang. Trigliserida dapat berwujud cair atau padat, dan hal ini tergantung dari komposisi asam lemak yang menyusunnya. Minyak yang diperoleh dari berbagai sumber mempunyai sifat fisiko-kimia yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan jumlah dan jenis ester yang terdapat didalamnya. Sifat fisik minyak antara lain : (Payne, 1985). 1. Warna Zat warna yang termasuk golongan ini terdapat secara alamiah di dalam bahan yang mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses ekstraksi. Zat warna tersebut antara lain terdiri dari alpa dan beta karoten, xanthofil, klorofil, dan anthosyanin. Zat warna ini menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan. Pigmen berwarna merah jingga atau kuning disebabkan oleh karotenoid yang bersifat larut dalam minyak. Karotenoid merupakan persenyawaan hidrokarbon tidak jenuh dan jika minyak dihidrigenasi, maka karoten tersebut juga ikut terhidrogenasi, sehingga intensitas berwarna kuning berkurang. Karotenoid bersifat tidak stabil pada suhu tinggi, dan jika minyak dialiri uap panas, maka warna kuning akan hilang. 2. Odor dan Flavor Odor dan flavor pada minyak selain terdapat secara alami, juga terjadi karena pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian pada kerusakan minyak. Akan tetapi pada umumnya odor dan flavor ini disebabkan oleh komponen bukan minyak. Sebagai contoh, bau khas dari minyak kelapa sawit dikarenakan

terdapatnya beta ionone, sedangkan bau yang khas dari minyak kelapa ditimbulkan oleh nonyl methylketon.
3. Kelarutan Suatu zat dapat larut dalam pelarut jika mempunyai nilai polaritas yang sama, yaitu zat polar larut dalam pelarut bersifat polar dan tidak larut dalam pelarut non polar. Minyak tidak larut dalam air, kecuali minyak jarak (castor oil). Minyak hanya sedikit larut dalam alkohol, tetapi akan melarut sempurna dalam etil eter, karbon disulfida, dan pelarutpelarut halogen.

MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT

4.

Titik Cair dan Polymorphism Polymorphism pada minyak adalah suatu keadaan dimana terdapat lebih dari satu

bentuk kristal. Polymorphism sering dijumpai pada beberapa komponen yang mempunyai rantai karbon panjang, dan pemisahan kristal tersebut sangat sukar. Namun demikian untuk beberapa komponen, bentuk dari kristal-kristalnya sudah dapat diketahui. 5. Titik Kekeruhan (Turbidity Point) Titik kekeruhan ini diterapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak dengan pelarut lemak. Seperti diketahui, minyak kelarutannya terbatas. Campuran tersebut kemudian dipanaskan sampai membentuk larutan yang sempurna. Kemudian didinginkan perlahan-lahan sampai minyak dengan pelarutnya mulai terpisah dan mulai menjadi keruh. Temperatur pada waktu mulai terjadi kekeruhan, dikenal sebagai titik kekeruhan. Sedangkan sifat Kimia dari minyak adalah : 1. Hidrolisa Dalam reaksi hidrolisa, minyak akan dirubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak tersebut. 2. Oksidasi Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Tingkat selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak disertai dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas (Rancidity) terbentuk oleh aldehida bukan oleh peroksida. Jadi kenaikan peroxida value hanya indikator dan peringatan bahwa minyak sebentar lagi akan berbau tengik. 3. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak. Reaksi ini dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan cara penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat keras, tergantung pada derajat kejenuhannya.

MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT

C.

Sumber Pencemar Limbah minyak yang berasal dari minyak mentah (crude oil) terdiri dari ribuan

konstituen pembentuk yang secara struktur kimia dapat dibagi menjadi lima family : 1) yang dicirikan dengan adanya rantai atom karbon (bercabang atau tidak Hidrokarbon jenuh (saturated hydrocarbons), merupakan kelompok minyak

bercabang atau membentuk siklik) berikatan dengan atom hidrogen, dan

merupakan rantai atom jenuh (tidak memiliki ikatan ganda). Termasuk dalam kelompok ini adalah golongan alkana (paraffin), yang mewakili 10-40 % komposisi minyak mentah. Senyawa alkana bercabang (branched alkanes) biasanya terdiri dari alkana bercabang satu ataupun bercabang banyak (isoprenoid), contoh dari senyawa ini adalah pristana, phytana yang terbentuk dari sisa-sisa pigment chlorofil dari tumbuhan. Kelompok terakhir dari famili ini adalah napthana (Napthenes) atau disebut juga cycloalkanes atau cycloparaffin. Kelompok ini secara umum disusun oleh siklopentana dan 2) Aromatik (Aromatics). Famili minyak ini adalah kelas hidrokarbon dengan karakteritik cincin yang tersusun dari enam atom karbon. Kelompok ini terdiri (2 ring aromatik), phenanthren (3 ring), pyren, benzanthracen, chrysen (4 ring) serta senyawa lain dengan 5-6 ring aromatic. Aromatik ini merupakan komponen minyak mentah yang paling beracun, dan bisa memberi dampak kronik (menahun, berjangka lama) dan karsinogenik (menyebabkan kanker). Hampir kebanyakan aromatik bermassa rendah (low-weight aromatics), dapat larut dalam air sehingga meningkatkan bioavaibilitas yang dapat menyebabkan relative hidrokarbon aromatic didalam mnyak mentah bervariasi dari 10-30 %. terpaparnya organisma didalam matrik tanah ataupun pada badan air. Jumlah 3) Asphalten dan Resin. Selain empat komponen utama penyusun minyak tersebut dari benzene beserta turunannya (monoaromatik dan polyalkil), naphtalena siklohexana yang masanya mewakili 30-50% dari massa total minyak mentah.

di atas, minyak juga dikarakterisasikan oleh adanya komponen-komponen lain seperti aspal (asphalt) dan resin (5-20 %) yang merupakan komponen berat dengan struktur kimia yang kompleks berupa siklik aromatic terkondensasi dengan lebih dari lima ring aromatic dan napthenoaromatik dengan gugustinggi. gugus fungsional sehingga senyawa-senyawa tersebut memiliki polaritas yang

MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT

4)

Komponen non-hidrokarbon. Kelompok senyawa non-hidrokarbon terdapat dalam jumlah yang relative kecil, kecuali untuk jenis petrol berat (heavy crude). Komponen non-hidrokarbon adalah nitrogen, sulfur, dan oksigen, yang biasanya disingkat sebagai NSO. Biasanya sulphur lebih dominant disbanding nitrogen dan oxygen, sebaga contoh, minyak mentah dari Erika tanker et. Al., 2010). mengandung kadar S, N dn O berturut-turut sebesar 2.5, 1.7, dan 0.4 % (Bennet

5)

Porphyrine. Senyawa ini berasal dari degradasi klorofil yang berbentuk

komplek Vanadium (V) dan Nikel (Ni). Selain secara struktur kimianya sumber pencemaran minyak dilaut juga disebabkan oleh beberapa faktor seperti : operasi kapal tanker, docking (Perbaikan atau Perawatan Kapal), terminal bongkar muat, bilga dan tangki bahan bakar, scrapping kapal, pengeboran dijelaskan sebagai berikut : (Sofyan, 2001) 1. Operasi Kapal Tanker Produksi minyak dunia diperkirakan minyak lepas pantai, pengilangan minyak dan kecelakaan tanker. Secara rinci dapat

sebanyak 3 milyar ton per tahun dan setengahnya dikirimkan melalui laut. Setelah kapal tanker ballast (sistem kestabilan kapal menggunakan ditempatkan dalam tangki slop. Sampai memuat minyak kargo, kapal pun membawa air mekanisme bongkar-muat air) yang biasanya di pelabuhan bongkar, setelah proses bongkar selesai

sisa muatan minyak dalam tangki dan juga air ballast yang kotor disalurkan ke dalam tangki slop.

Gbr. 1. Aktivitas Kapal Tanker di Laut

Tangki muatan yang telah kosong tadi dibersihkan dengan water jet, proses pembersihan kebutuhan pada pelayaran selanjutnya.

tangki ini ditujukan untuk menjaga agar tangki diganti dengan air ballast baru untuk Hasil buangan dimana bercampur antara air dan minyak ini pun dialir kan ke

dalam tangki slop. Sehingga di dalam tangki slop terdapat campuran minyak dan air. Sebelum kapal berlayar, bagian air dalam tangki slop harus dikosongkan dengan memompakannya ke tangki penampungan limbah di terminal atau dipompakan ke laut dan diganti dengan air ballast yang baru. Tidak dapat disangkal buangan air yang dipompakan ke laut masih mengandung minyak dan ini akan berakibat pada pencemaran laut tempat terjadi bongkar muat kapal tanker.

MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT

2.

Docking (Perbaikan atau Perawatan Kapal) Semua kapal secara periodik harus dilakukan

reparasi termasuk pembersihan tangki dan lambung.

Dalam proses docking semua sisa bahan bakar yang ada dalam tangki harus dikosongkan untuk mencegah terjadinya ledakan dan kebakaran. Dalam aturannya penampung limbah, namun pada kenyataannya banyak semua galangan kapal harus dilengkapi dengan tangki galangan kapal tidak memiliki fasilitas ini, sehingga 30.000 ton minyak terbuang ke laut akibat proses docking ini. 3. Terminal Bongkar Muat Proses bongkar muat tanker bukan hanya di pelabuhan, ini namun banyak juga
Gbr. 2 Docking Kapal

buangan minyak langsung dipompakan ke laut. Tercatat pada tahun 1981 kurang lebih

dilakukan terminal

dilakukan di tengah laut. Proses bongkar muat di kecelakaan seperti pipa yang pecah, bocor maupun kecelakaan karena kesalahan manusia. 4. Bilga dan Tangki Bahan Bakar Umumnya semua kapal memerlukan proses balas saat berlayar normal maupun saat laut banyak menimbulkan resiko
Gbr. 3 Aktifitas Bongkar Muat Kapal

cuaca buruk. Karena umumnya tangki ballast kapal digunakan untuk memuat kargo maka biasanya pihak kapal menggunakan juga tangki bahan bakar yang kosong untuk membawa air ballast tambahan. Saat cuaca buruk maka air balas tersebut dipompakan ke laut sementara air tersebut sudah bercampur dengan minyak. Selain air balas, juga dipompakan keluar adalah air bilga yang juga bercampur dengan minyak. Bilga adalah saluran buangan air, minyak, dan pelumas hasil proses mesin yang merupakan limbah. Aturan Internasional mengatur bahwa buangan air bilga sebelum dipompakan ke laut harus masuk terlebih buangan bilga illegal yang tidak memenuhi aturan Internasional dibuang ke laut. 5. Scrapping Kapal Proses scrapping kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua) ini dahulu ke dalam separator, pemisah minyak dan air, namun pada kenyataannya banyak

banyak dilakukan di industri kapal di India dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Akibat proses ini banyak kandungan metal dan lainnya termasuk kandungan minyak yang terbuang ke laut. Diperkirakan sekitar 1.500 ton per tahun minyak yang terbuang ke laut akibat proses ini yang menyebabkan kerusakan lingkungan setempat.

MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT

10

6.

Pengeboran Minyak Lepas Pantai Tumpahan Minyak dari pengeboran minyak

lepas pantai biasanya disebabkan oleh kebocoran peralatan pengeboran yang kurang sempurna, sehingga

ceceran minyak akan langsung masuk ke laut. Bila menerus, jumlah minyak yang mencemari lingkungan

ceceran minyak ini berlangsung lama dan teruslaut tidak boleh diabaikan, apalagi jika terjadi kecelakaan di tempat-tempat pengeboran maka jumlah minyak yang masuk mencemari laut menjadi lebih besar. 7. Pengilangan Minyak Kegiatan di kilang minyak merupakan sumber yang dapat menimbulkan
Gbr. 4 Pengeboran Minyak Lepas Pantai

pencemaran minyak di perairan, karena air limbah proses pengilangan bercampur minyak, digunakan di kilang, sebagian besar di buang kembali ke linkungan sebagai limbah, dimana akhirnya menuju ke laut. 8.

misalnya air drain yang berasal dari stripping, desalter, dan treating process. Setelah limbah ini banyak mengandung minyak yang dapat mencemari badan air dan pada Kecelakaan Tanker Beberapa penyebab kecelakaan tanker adalah kebocoran lambung, kandas, ledakan, kebakaran dan tabrakan. Beberapa kasus di perairan Selat Malaka adalah karena dangkalnya perairan, dimana kapal berada pada muatan penuh. Tercatat beberapa kasus kecelakaan besar di dunia antara lain pada 19 juli 1979 bocornya kapal tanker Atlantic Empress di perairan Tobacco yang menumpahkan minyak sebesar 287.000 ton ke laut. Tidak Italia, yang menumpahkan minyak sebesar 144.000 ton. D. Faktor Pencemaran Terjadinya kontak atau terpaparnya (exposure) sumberdaya pesisir dan laut terhadap minyak dapat terjadi secara langsung dan tak langsung. Kemudian dalam menentukan apakah suatu sumberdaya pesisir dan laut telah mengalami kerusakan (injury) atau tidak, satu langkah penting yang perlu dilakukan adalah mendemonstrasikan adanya keterpaparan minyak dengan sumberdaya. Dengan demikian, penjelasan keterpaparan
MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT 11
Gbr. 5 Tenggelamnya Kapal Tanker

kalah besarnya adalah kasus terbakarnya kapal Haven pada tahun 1991 di perairan Genoa

dalam keseluruhan pendugaan kerusakan (injury assessment) sumberdaya pesisir dan laut adalah menentukan. Dalam hal ini akan dapat diketahui adanya kontak sumberdaya dengan minyak, baik langsung maupun tidak langsung, memperkirakan jumlah atau konsentrasi minyak yang tumpah, dan memperkirakan luasan tumpahan minyak. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menggambarkan keterpaparan minyak dengan sumberdaya pesisir dan laut yaitu: tipe minyak, volume tumpahan, dampak pembersihan, tipe pantai, ukuran butir sedimen, tinggi pasang surut, kondisi cuaca, perilaku serta kehidupan biota, jangka waktu kontak, dan pendekatan untuk kajian kontak. Minyak (petroleum) merupakan senyawa kimia yang terdiri dari campuran senyawa hidrokarbon dan unsur-unsur mikro (trace elements). Biasanya minyak digambarkan berdasarkan keadaan fisiknya, seperti berat jenis (densitas), titik lebur (pour point), dan komposisi kimiawi (perbandingan hidrokarbon, aspal, dan belerang). Walaupun sangat kompleks sifatnya, minyak dapat dibagi ke dalam empat kelompok utama, yaitu: alkana (alkanes), naphtana(napthenes ), aromatik (aromatics), dan alkene (alkenes) dan terdapat juka kelompok lainnya. Alkana (disebut juga normal paraffins): dicirikan dengan adanya rantai atom karbon (bercabang atau tidak bercabang) berikatan dengan atom hidrogen, dan merupakan rantai atom jenuh (tidak memiliki ikatan ganda). Termasuk dalam kelompok ini adalah methane, propane, dan isobutene. Naphtana (napthenes, disebut jugacycloalkanes ataucycloparaffins): 50% dari minyak mentah biasanya merupakan naphtana. Kelompok ini mirip dengan alkana, akan tetapi dibedakan dari keberadaan cincin atom karbon tertutup yang masih sederhana. Naphthana biasanya bersifat stabil dan relative tidak larut dalam air. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain cyclopropane dan cyclopentane. Aromatik (Aromatics): adalah kelas hidrokarbon dengan karakteristik cincin yang tersusun dari enam atom karbon. Aromatik ini merupakan komponen minyak mentah yang paling beracun, dan bisa memberi dampak kronik (menahun, berjangka lama) dan karsinogenik (menyebabkan kanker). Hampir kebanyakan aromatik bermassa rendah (low-weight aromatics), dapat larut dalam air sehingga meningkatkan kemungkinan kontak dengan sumberdaya hayati perairan. Contoh dalam kelompok ini adalah benzene, naphthalene, and benzo(a)pyrene. Alkene (Alkenes, disebut jugaolefins atauisoparaffins): memiliki karakteristik yang mirip dengan alkana, namun mempunyai ikatan ganda atom karbon. Alkene biasanya tidak ditemukan pada minyak mentah, namun lebih banyak terdapat pada produk-produk olahan (refinery), seperti minyak tanah (gasoline). Alkene yang umum ditemukan adalah ethene dan propene. Komponen lain:
MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT 12

selain empat komponen utama penyusuan minyak tersebut di atas, minyak juga dikarakterisasikan oleh adanya komponen- komponen lain seperti aspal (asphalt) dan resin. Komponen lain tersebut kadangkala terdapat dalam jumlah besar, sehingga membuat minyak menjadi sangat padat dan kental. Beberapa sifat minyak yang harus dipertimbangkan dalam penentuan tingkat kerusakan sumberdaya pesisir dan laut antara lain: berat jenis (density),kekentalan (viscosity), titik lebur (pour point), kelarutan (solubility), komposisi kimiawi (percent aromatics); dan potensi untuk menjadi emulsi. Setiap jenis minyak tentu saja memiliki sifatsifat yang berlainan, sehingga karakteristik masing-masing jenis minyak dapat dibedakan dari satu jenis ke jenis lainnya, atau biasa disebut memiliki finger print yang berbeda. E. Keberadaan Minyak di Laut Saat minyak terekspose ke lingkungan laut, sifat-sifat minyak akan segera berubah yakni sifat fisik, kimia, dan biologis. Perubahan sifat ini akan mengubah dan menentukan strategi remediasi. Proses perubahan sifat fisik meliputi : (Clark, R.B, 2003) 1. Menyebar Setelah minyak tumpah minyak akan tersebar ke seluruh permukaan lau dalam satu lapisan. Kecepatan penyebarannya tergantung pada tingkat viskositas minyak. Minyak yang viskositasnya rendah dan berbentuk cair menyebar lebih cepat di bandingkan minyak yang viskositasnya tinggi. Naming demikian lapisan minyak menyebar dengan cepat dan menutupi wilayah permukaan laut. Penyebaran minyak tidak merata. Setelah beberapa jam lapisan tersebut akan pecah dank arena pengaruh angin aksi gelombang dan turbulensi air laut akan memebtuk segerombol tipis. Tingkat penyebaran minyak juga di tentukan oleh kondisis umum seperti temperature, arus laut, pengaruh pasang dan kecepatan angin. Makin berat kondisinya makin cepat penyebaran dan pecahnya minyak. 2. Evaporasi Dalam banyak kasus pencemran minyak, penguapan merupakan proses yang terpenting dalam hal keseimbangan massa. Dalam beberapa hari semenjak pencemaran minyak mentah ringan dapat melepaskan 75% dari massa awalnya dan medium menjadi 40 % lebih encer sebaliknya minyak mentah berat atau residu akan melepaskan tidak lebih dari 10% dari volume awalnya pada beberapa hari setelah tumpahan.

MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT

13

3.

Dispersi Gelombang dan turbulensi di permukaan laut dapat mengakibatkan seluruhnya

atau sebagian dari lapisan minyak pecah menjadi beberapa bagian dan tetesan yang ukurannya bervariasi. Ini akan tercampur ke dalam lapisan atas pada kolom air. Beberapa dari tetesan yang lebih kecil akan tertinggal dan tersuspensi pada air laut sementara tetesan yang lebih besar akan cenderung naik ke permukaan di mana tetesan-tetesan ini mungkin tidak bergabung dengan tetesan lain dan membentuk lapisan atau tersebar membentuk lapisan tipis. Minyak yang tersuspensi dan tersisa di air tersebar lebih luas dari pada sebelum disperse terjadi. Hal ini mendorong terjadinya prose salami lain seperti disolusi,biodegradsai, dan sedimentasi. 4. Emulsifikasi Emulsifikasi merupakan proses pembentukan berbagai fase air di dalam minyak umum disebut sebagai mousse oleh pekerja di pertambangan minyak. Emulsi ini mengubah karakteristik dari tumpahan minyak secara signifikan. Emulsi stabil mengandung antara 60-85% air yang membuat volume awalnya membesar 3-5 kali. Berat jenis dari emulsi yang di hasilkan sebesar 1,3 g/ml di bandingkan berat jenis awalnya yang berkisar antara 0,80-0,95 g/ml. 5. Disolusi Senyawa air yang larut dalam minyak dapat tersebar ke seluruh perairan. Hal ini tergantung pada komposisi dan keadaan minyak, dan terjadi lebih cepat ketika minyak terdispersi dengan baik di kolom perairan. Komponen yang mudah larut dalam air laut adalah komponen hidrokarbon ringan seperti benzene atau toluene. Komponen ini juga merupakan komponen yang pertama kali hilang akibat evaporasi sebuah proses yang 10100 kali lebih cepat dari pada disolusi. Minyak yang hanya mengandung sedikit saja komponen ini akan mengakibatkan disolusi menjadi salah satu proses yang kurang penting. 6. Oksidasi Minyak mentah merupakan campuran kompleks dari bahan-bahan organic umumnya hidrokarbon. Oksidasi mengubah campuran ini menjadi senyawa- senyawa baru dan mengatur distribusi dari residu berdasarkan kemampuan oksidasinya.hasil oksidasi dari semua bahan organic bila di berikan oksigen tidak terbatas adalah konversi dari karbondioksida dan air. Pad proses ini hidrokarbon teroksidasi menjadi alcohol, keton, dan asam-asam organic. Hasil oksidasi merupakan senyawa yang lebih dapat larut di air dari pada senyawa hidrokarbon awal sebelum di turunkan. Oksidasi pada minyak mentah
MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT 14

dimediasi oleh dua proses yaitu foto oksidasi dan microbial oksidasi yang menyediakan energy untuk menjalankan reaksi oksidasi. Saat minyak terekspos sinar matahari dari oksigen di lingkungan maka fotooksidasi dan oksidasi microbial aerob terjadi pula saat tidak terdapat oksigen dan sinar matahari pada lingkungan anaerobic terjadi. Hal yang mempengaruh fotooksidasi adalah spekktrum dan intensitas cahaya, karaktersitik optis dari permukaan air yang telah di modifikasi oleh hidrokarbon dan bahan-bahan serta partikel lain karakteristi optis dari hidrokabon dan keberadaan baha activator dan katalisator. 7. Sedimentasi atau Sinking Sinking merupakan mekanisme di mana minyak yang berat jenisnya lebih besar dari air akan di pindahkan ke lapisan bawah. Minyak itu sendiri dapat memiliki berat jenis lebih besar dari air atau dapat mengikat lebih banyak sedimen sehingga menjadi lebih padat dari air. Sedimentasi merupakan proses perubahan minyak menjadi sedimen tersuspensi yang akhirnya akan diam di kolom air dan terakumulasi pada dasar perairan. Terdapat perbedaan signifikan pada jumlah relative dari minyak yaitu proses sunking ninyak dapat mengandung beberap persen sedimen di mana sedimen yang terkontaminasi terakumulasi yang di dasar perairan akan mengandung hanya beberapa persen minyak sedimentasi memerlukan mekanisme untuk minyak agar menjadi sedimen salah satu mekanisme antara lain adalah pemberian butiran minyak yang disebarkan di kolom perairan oleh zooplankton dan ekskresi minyak dalam pellet yang tenggelam ke dalam dasar perairan. 8. Biodegradasi Air laut mengandung sejumlah mikroorganisme atau mikroba yang mendegradasi minyak ke senyawa air bahkan ke karbondioksida dan air secara bertahap atau langsung. Banyak jenis mikroba yang tertinggal dan masing- masing cenderung mendegradasi sejumlah bagian khusus pada minyak mentah. Bagaimanapun beberapa komponen pada minyak sangat tahan terhadap pemecahan dan mungkin tidak dapat terdegradasi. Faktor utama yang mempengaruhi efisisensi biodegradasi adalah tingkat nutrient ( N dan P ) di air, suhu dan tingkat oksigen yang tersedia. Seperti biodegradasi memerlukan oksigen proses ini dapat terjadi pada antara permukaan air-minyak walauoun fotooksidasi adalah spekktrum dan intensitas cahaya, karaktersitik optis dari permukaan air yang telah di modifikasi oleh hidrokarbon dan bahan-bahan serta partikel lain karakteristi optis dari hidrokabon dan keberadaan baha activator dan katalisator.
MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT

15

F.

Dampak Tumpahan Minyak Terhadap Ekosistem di Laut Tumpahan minyak yang tejadi di laut terbagi kedalam dua tipe, minyak yang larut

dalam air dan akan mengapung pada permukaan air dan minyak yang tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai. Minyak yang mengapung pada permukaan air tentu dapat menyebabkan air berwarna hitam dan akan menggangu organisme yang berada pada permukaan perairan, dan tentu akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang akan digunakan oleh fitoplankton untuk berfotosintesis dan dapat memutus rantai makanan pada daerah tersebut, jika hal demikian terjadi, maka secara langsung akan mengurangi laju produktivitas primer pada daerah tersebut karena terhambatnya fitoplankton untuk berfotosintesis. Sementara pada minyak yang tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai, akan mengganggu organisme interstitial maupun organime intertidal, organisme intertidal merupakan organisme yang hidupnya berada pada daerah pasang surut, efeknya adalah ketika minyak tersebut sampai ke pada bibir pantai, maka organisme yang rentan terhadap minyak seperti kepiting, amenon, moluska dan lainnya akan mengalami hambatan pertumbuhan, bahkan dapat mengalami kematian. Namun pada daerah intertidal ini, walaupun dampak awalnya sangat hebat seperti kematian dan berkurangnya spesies, tumpahan minyak akan cepat mengalami pembersihan secara alami karena pada daerah pasang surut umumnya dapat pulih dengan cepat ketika gelombang membersihkan area yang terkontaminasi minyak dengan sangat cepat. Sementara pada organisme interstitial yaitu, organisme yang mendiami ruang yang sangat sempit di antara butir-butir pasir tentu akan terkena dampaknya juga, karena minyak-minyak tersebut akan terakumulasi dan terendap pada dasar perairan seperti pasir dan batu-batuan, dan hal ini akan mempengaruhi tingkah laku, reproduksi, dan pertumbuhan dan perkembangan hewan yang mendiami daerah ini seperti cacing policaeta, rotifer, Crustacea dan organisme lain.

MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT

16

Table 1. Efek Minyak pada Komunitas dan Populasi Laut ( Hyland dan Sceneider, 1976 dalam Bishop, 1983) NO Tipe Komunitas/Populasi Perkiraan dampak awal Perkiraan tingkat pemulihan 1 Plankton Ringan-sedang Cepat-sedang 2 Komunitas bentik : - Pasut berbatuan - Pasut Berlumpur/berpasir - Daerah subtidal/offfshore Ikan Burung Mamalia laut Ringan Sedang Berat Ringan-sedang Berat Ringan Cepat Sedang Lambat Cepat-sedang Lambat Lambat

3 4 5

Keberadaan minyak di perairan pesisir dan laut akan sangat berdampak negatif pada berbagai organisme laut, sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem di laut, yang pada akhirnya akan merugikan kehidupan manusia. Beberapa dampak ekologis akibat dari tumpahan minyak adalah sebagai berikut (Laode M. Kamaluddin, 2002) : 1) Lapisan tumpahan minyak mempengaruhi tingkat intensitas fotosintesis fitoplankton yang dapat menurunkan atau memusnahkan populasi fitoplankton. Kondisi ini merupakan bencana besar bagi kehidupan di perairan karena fitoplankton 2) merupakan dasar bagi semua kehidupan perairan.

Pencemaran air laut dari tumpahan minyak berdampak pada beberapa jenis burung laut, karena tumpahan minyak tersebut menyebabkan degradasi lemak dalam hati, kerusakan saraf, pembesaran limpa, radang paru dan ginjal pada burung-burung tersebut.

3)

Tumpahan minyak dapat mengganggu keseimbangan berbagai organisme aquatik pantai, seperti berbagai jenis ikan, terumbu karang, hutan mangrove dan rusaknya pantai wisata. Hutan mangrove yang hidup disepanjang pantai beradaptasi di dalam tumbuh didalam lumpur, berfungsi untuk menyerap oksigen melalui suatu jaringan tercemar minyak, lumpur akan tertutup oleh deposit minyak yang dapat merusak terhambat. air laut dengan cara desalinasi melalui proses ultra-filtrasi. Akar mangrove, yang aerasi yang kontak dengan udara, yang disebut dengan breathing roots. Jika pantai sistem akar mangrove, sehingga difusi oksigen dari udara ke dalam jaringan aerasi

4)

Tumpahan minyak menghambat atau mengurangi transmisi cahaya matahari ke

dalam air laut, yang disebabkan karena absorpsi minyak bumi (cahaya matahari diserap oleh tumpahan minyak) atau cahaya dipantulkan kembali oleh minyak ke udara. Semakin tebal lapisan minyak maka pelarut oksigen dari udara semakin terganggu dan akan merugikan biota-biota laut.

MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT

17

5)

Jika tumpahan minyak tersebut tidak mematikan sumberdaya laut, maka pencemaran tersebut menurunkan kualitasnya. Hal ini berhubungan dengan kemampuan hewanmenyebabkan daging ikan berbau minyak, sehingga merugikan bagi para nelayan hewan laut untuk mengakumulasi minyak di dalam tubuhnya. Akumulasi ini sering karena tidak dapat menjual hasil tangkapan mereka.

6)

Untuk bidang pariwisata, polutan minyak di perairan mengurangi minat wisatawan, karena keindahan laut tertutup oleh lapisan minyak.

G.

Pencegahan dan Penanggulangan Minyak yang Tertumpah di Laut Pencegahan pencemaran minyak di perairan ditujukan untuk berbagai sumber

penyebab pencemaran. Untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan polusi laut akibat tumpahan minyak, ada 3(tiga) faktor yang dapat dijadikan landasan, yaitu : 1) Aspek Legalitas Suatu peraturan yang baik adalah peraturan yang tidak saja memenuhi persyaratan formal sebagai suatu peraturan, tapi juga dapat menimbulkan rasa keadilan dan kepatuhan, serta dilaksanakan atau ditegakkan dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi tugas pemerintah dan seluruh komponen masyarakat untuk menegakkan peraturan-peraturan yang ada. Dilain pihak, tugas pemerintah ini juga harus diimbangi oleh dua faktor yaitu : a) adanya fasilitas untuk bergerak dinamis, dalam hal ini mencari dan mengumpulkan data lapangan tentang penyebab terjadinya suatu kasus pencemaran lingkungan akibat tumpahan minyak di laut, b) ketersediaan sumberdaya manusia yang memadai. Perlu ada aturan yang jelas untuk diberikan sanksi kepada pemerintah yang memberikan ijin tidak sesuai dengan aturan sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan, khususnya lingkungan perairan pesisir dan laut. 2) Aspek Perlengkapan Beberapa tekhnik yang dapat direkomendasikan untuk penanggulangan minyak diantaranya adalah penggunaan Spraying chemical dispersants, pengoperasian slick-

lickers, dan floating boom. Berkaitan dengan perlengkapan kapal, UU No. 21 tahun 1992
juga menyebutkan tentang perlengkapankapal baik dalam operasi maupun dalam penanggulangan kecelakaan (termasuk tumpahan minyak). Para produsen minyak dan gas bumi pun sudah memiliki prosedur kerja dan fasilitas penanggulangan tumpahan minyak yang cukup memadai untuk digunakan dalam penerapan Tier 1 (penanggulangan bencana tumpahan minyak yang terjadi dalam lingkup pelabuhan) dan Tier 2 (penanggulangan
MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT 18

bencana tumpahan minyak yang terjadi di luar lingkungan pelabuhan) yang diakukan secara iner-connection dibawah koordinasi Administrasi Pelabuhan (Adpel). Hal ini yang penting untuk diperhatikan pada aspek ini adalah pentingnya penguasaan prosedur dan tekhnik-tekhnik penanggulangan tumpahan minyak oleh pelaksana lapangan (JICADephub.2002). 3) Aspek Koordinasi Seluruh departemen, instansi terkait serta masyarakat harus dapat berkoordinasi untuk menanggulangi pencemaran ini yaitu tumpahan minyak yang ada di laut. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penangannan tumpahan minyak (oil spill) di laut adalah dengan cara melokalisasi tumpahan minyak menggunakan pelampung pembatas (oil booms), yang kemudian akan ditransfer dengan perangkat pemompa (oil skimmers) ke sebuah fasilitas penerima "reservoar" baik dalam bentuk tangki ataupun balon. Langkah penanggulangan ini akan sangat efektif apabila dilakukan di perairan yang memiliki hidrodinamika air yang rendah (arus, pasang-surut, ombak, dll) dan cuaca yang tidak ekstrem. Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent dan penggunaan bahan kimia dispersan. Setiap teknik ini memiliki laju penyisihan minyak berbeda dan hanya efektif pada kondisi tertentu. a. permukaan air sehingga mampu mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi, ini membutuhkan ketersediaan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api. Beberapa kendala dari cara ini adalah pada peristiwa tumpahan besar yang memunculkan kesulitan untuk mengumpulkan minyak dan mempertahankan pada ketebalan yang cukup untuk dibakar serta evaporasi pada komponen minyak yang mudah
MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT 19

In-situ burning adalah pembakaran minyak pada

yang dijumpai dalam teknik penyisihan secara fisik. Cara

terbakar. Sisi lain, residu pembakara yang tenggelam di dasar laut akan memberikan efek buruk bagi ekologi. Juga, kemungkinan penyebaran api yang tidak terkontrol. b. Cara kedua yaitu penyisihan minyak secara mekanis melalui dua tahap yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer. Upaya ini terhitung sulit dan mahal meskipun disebut sebagai pemecahan ideal terutama untuk mereduksi minyak pada area sensitif, seperti pantai dan daerah yang sulit dibersihkan dan pada jam-jam awal tumpahan. Sayangnya, keberadaan angin, arus dan gelombang mengakibatkan cara ini menemui banyak kendala. c. Cara ketiga adalah bioremediasi yaitu

mempercepat proses yang terjadi secara alami, misalkan dengan menambahkan nutrien, sehingga terjadi konversi sejumlah komponen menjadi produk yang kurang berbahaya seperti CO2 , air dan

biomass. Selain memiliki dampak lingkunga kecil, cara ini bisa mengurangi dampak tumpahan secara signifikan. Sayangnya, cara ini hanya bisa diterapkan pada pantai jenis tertentu, seperti pantai berpasir dan berkerikil, dan tidak efektif untuk diterapkan di lautan. d. Cara keempat dengan menggunakan sorbent yang bisa menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa minyak dari cair menjadi padat sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik,oleofobik kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon).

(penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan

dan mudah disebarkan di permukaan minyak, diambil

MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT

20

e.

Cara kelima dengan menggunakan dispersan

kimiawi yaitu dengan memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil (droplet) sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya tumpahan. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia hewan ke dalam

dengan zat aktif yang disebut surfaktan (berasal dari kata : surfactants = surface-active agents atau zat aktif permukaan).

MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT

21

DAFTAR PUSTAKA

Atlas, R.M. .1995. Petroleum biodegradation and oil spill bioremediation. Marine Pollution Bulletin, 31, 178-182. Bennet, G.F. and N.K . Shammars, 2010. Separation of Oil From Waste Water by Air

Flotation. In Flotation Technology (Handbook of Environtmental Engineering, Vol. 12) DOI : 10.1007/978-1-60327-133-2-3.

Clark, R.B,. 2003. Marine Pollution. Oxpord University Press, New York. Coleman, James. 2002. Oil in the sea III : inputs, fates, and effects. The National Academy of Sciences. United States of America. Edwards, R,. White, I .1999. The Sea Empress oil spill: environmental impact and recovery Institute, Washington DC.

Proceedings of 1999 International Oil Spill Conference. American Petroleum

JICA-Dephub.2002. The Study for The Maritime Safety Development Plan in Republic of Kamaluddin, Laode. M. 2002. Pembangunan Ekonomi Maritim di Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Leahy, J.G,. Colwell, R.R. 1990. Microbial Degradation of hydrocarbons in the environment. Microbial Reviews, 53(3), 305-315. Mackay, G.D.M., A.Y., Betancourt, O. J. And B.D. Johnson., 1973. The Formation of Water

Indonesia.

in oil Emulsion Subsequent to An Oil Spill. J. Ins. Petrol., 59, Hal, 167-172.

Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta : PT Pradnya Paramita National Academy of Sciences. 1985. Oil in the Sea: Inputs, Fates and Effects. National Academy Press, Washington DC. Nicodem, D.E., Fernandes, M.C., Guedes, C.L.B., Correa, R.J. .1997. Photochemical processes

and the environmental impact of petroleum spills. Biogeochemistry, 39, 121-138.

Payne, James.R., 1985. Petroleum Spills In The Marine Environment : The Chemistry and

Formation Of Water in Oil Emulsion and Tars Ball, Lewiss Publishers, 148 Pages
(U. Alberta call number GC. 1085 P34 1985). Microbiol. 19, 217-242.

Prince, R.C. 1993. Petroleum spill bioremediation in marine environments. Critical Rev.

MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT

22

Sindermann, Carl J. 2006. Coastal Pollution : Effects on Living Resources and Humans. Sofyan.2001.Desentralisai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Suatu Peluang dan Xueqing, Zhu,. Albert, D. Venosa,. Makram T. Suidan,. and Kenneth, Lee. 2001. Guidelines Environmental Protection Agency. Cincinnati, OH 45268. Taylor and Groups. Boca raton. London. New York.

Tantangan. Makalah Falsafah Sain. PPS.

for the Bioremediation of Marine Shorelines and Freshwater Wetlands. U.S.

MARJAN BATO (C 252110121) | TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT

23

Anda mungkin juga menyukai