Anda di halaman 1dari 11

BAB II

ISI

SEJARAH HUKUM INDONESIA

Tata Hukum Indonesia sebagaimana dimuka telah


dikemukakan adalah Tata hukum yang ditetapkan oleh
Bangsa Indonesia sendiri atau oleh Negara Indonesia.
Oleh karena itu adanya Tata Hukum Indonesia juga
sejak, saat adanya Negara Indonesia yaitu pada tanggal
17 Agustus 1945, di mana Kemerdekaan Republik
Indonesia diproklamasikan.
dengan adanya Proklamasi tersebut berarti pula bahwa
sejak saat itu bangsa Indonesia telah mengambil
keputusan untuk menentukan dan melaksanakan
hukumnya sendiri,yaitu hukum bangsa Indonesia dengan
Tata Hukumnya yang baru yakni Tata Hukum Indonesia.
Hal itu dinyatakan dalam:
A.Proklamasi Kemerdekaan: "Kami bangsa
Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan
Indonesia".
B. Pembukaan UUD - 1945: "Atas berkat Rahmat
Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ,ini kemerdekaannya".

2
"Kemudian daripada itu…………disusunlah Kemerdekaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar
Negara Indonesia……….”

Pernyataan tersebut mengandung arti:


1. menjadikan Indonesia suatu Negara yang merdeka
dan berdaulat.
2. pada saat itu juga' menetapkan tata hukum
Indonesia, sekedar mengenai bagian yang tertulis. Di
dalam UUD Negara itulah tertulis tata hukum
Indonesia (yang tertulis).
Lahirnya tata hukum Indonesia dipertegas pula dalam
Memorandum DPRGR tanggal 9 Juni 1966 antara lain
menyatakan bahwa.
"Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dinyatakan
pada tanggal 17 Agustus 1945, adalah detik penjebolan
tertib hukum kolonial dan sekaligus detik pembangunan
tertib hukum nasional, tertib
hukum Indonesia dan seterusnya” .Dengan demikian
jelaslah kiranya bahwa dengan Proklamasi itu berarti
pertama,, menegarakan Indonesia, menjadi suatu
negara, kedua, pada saat itu juga menetapkan Tata
Hukum Indonesia.
Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa Tata Hukum
Indonesia berpokok pangkal kepada Proklamasi itu.

3
Guna kesempurnaan negara dan Tata Hukumnya itu,
maka pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI
ditetapkan, disahkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia yaitu: Undang-Undang Dasar 1945.
UUD 1945 hanyalah memuat ketentuan-ketentuan dasar
dan merupakan rangkadari Tata Hukum Indonesia.
Masih banyak ketentuan ketentuan yang perlu
diselehggarakan lebih lanjut dalam berbagai Undang-
Undang Organik.
Karena sampai sekarang ini belum banyak Undang-
Undang Organik seperti dimaksud di atas, maka melalui
ketentuan pasal II Aturan Peralihan UUD 1945
diperlakukan banyak peraturan-peraturan yang berasal
dari jaman Hindia-Belanda dahulu.
Meskipun demikian tidak dapat dikatakan bahwa Tata
Hukum Indonesia itu merupakan kelanjutan dari Tata
Hukum Hindia Belanda, sebab peraturan-peraturan yang
diperlakukan itu bersifat sementara saja, selama belum
diganti dengan yang baru, dan sekedar tidak bertentangan
dengan jiwa UUD.1945.
Di dalam perkembangan sejarah selanjutnya, UUD 1945
mengalami pasang surut dan pasang naik. Pernah sejak
tanggal 17 Agustus 1950, Undang-Undang Dasar itu tidak
berlaku. Tetapi dengan adanya dekrit Presiden tanggal 5
Juli 1959 berlaku lagi UUD 1945 tersebut.

4
Sejalan dengan perkembangan Ketatanegaraan Negara
kita, perkembangan per-undang-undangan sejak
berdirinya Negara Republik Indonesia dapat diberikan
periodisasi sebagai berikut:

1.Masa UUD-45, ke-I (18 Agustus 1954 - 27 Desember 1949)


2.Masa Konstitusi RIS (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950).
3.Masa UUDS 1950 (15,Agustus 1950 - 5 Juli 1959).
4.Masa UUD-45, ke-I I (5 Juli 1959 sampai sekarang).

Dalam setiap Undang-Undang Dasar selalu terdapat


Aturan Peralihan (hukum peralihan, hukum transitoir) yang
menyatakan tetap berlakunya hukum. sebelumnya selama
tidak diganti atas kuasa Undang-Undang Dasar yang baru.
Marilah kita tinjau faktor historis mengenai perundang-
undangan Negara Republik Indonesia:

1 Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


kita mengenal peralihan Undang-Undang No.
1 tanggal 7 Maret 1942, dan pasal 3 dari
Undang-undang tersebut menentukan:

"Semua badan-badan Pemerintahan dan


kekuasaannnya hukum dan Undang-undang dari
Pemerintahan yang dahulu (Pemerintah Hindia
Belanda) tetap di akui- sah buat sementara waktu

5
asal saja tidak bertentangan dengan aturan
Pemerintah Militer Jepang."

2 Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,


kita manakah kaidah pertama yang akan
mengantar untuk dapat menunjukkan kaidah--
kaidah lainnya dari tata Hukum Indonesia?
Tanggal 18 Agustus 1945, Undang-Undang
Dasar 1945 telah disahkan, sedang hukum--
hukum warisan penjajah tidak mungkin
dihapuskan seketika dan diganti dengan hukum
yang baru.
membuat hukum baru memerlukan waktu yang
lama dan memerlukan proses yang berbelit-
belit, di samping itu sebagian lama-pun
masih dapat dipergunakan. Maka untuk
mengisi kekosongan di bidang hukum, di
dalam UUD 1945 terdapat hukum transitoir
atau Aturan Peralihan pasal II yang-berbunyi:

"Segala Badan Negara dan Peraturan yang ada


masih langsung berlaku, selama belum diadakan
yang baru menurut UndangUndang Dasar ini."

3 Masa berlakunya UUD ke-II, Konstitusi


Republik Indonesia Serikat 1949 (tanggal 27
Desember 1949). Konstitusi RIS. adalah sebuah

6
Konstitusi Sementara, karena menurut pasal 186
Konstitusi RIS., Konstituante (sidang Pembuat
Konstitusi) bersama-sama dengan Pemerintah
selekas-lekasnya menetapkan Konstitusi RIS.
yang akan menggantikan Konstitue Sementara ini.

Aturan Peralihannya dinyatakan dalam pasal


192 (1) Konstitusi sebagai berikut:

"
(1) Peraturan-peraturan Undang-undang dan
ketentuan-ketentuan tata usaha yang sudah ada
pada saat Konstitusi ini mulai berlaku tetap berlaku
dengan tidak berubah sebagai peraturan-peraturan
dan ketentuan-ketenuan Republik Indonesia
Serikat sendiri, selama dan sekedar paraturan-
peraturán dan ketentuan-ketentuan itu tidak
dicabut, ditambah atau diubah oleh Undang-
undang atau ketentuan-ketentuan tata usaha atas
Kuasa Konstitusi ini."

4. masa berlakunya UUD ke III UUD Sementara republic Indonesia


1950 ( tanggal 15 AAgustus 1950 ) merupakn saat terbentukya
Negara kesatuan Republik Indonesia Pada tanggal 17 agustus
1950. dengan mulai berlakunya UUDS RI 1950 aturan Peralihanya
dinyatakan dalam pasal 142 UUDS 1950 yang berbunyi:

“ Peraturan-Peraturan UU Dan ketentuan-ketentuan Tata

7
Usaha pada tanggal 17 Agustus 1945 tetap berlaku dengan tidak
berubah sebagai perturan – peraturan dan ketentuan-ketentuan
Republik Indonesia sendiri, selama dan sekedar peratuaran-
peraturan dan ketentuan-ketentuan itu tidak di cabut, ditambah atau
di ubah oleh UU dan ketentuan-ketentuan Tata Usaha atas kuasa
UUD ini.

5. Masa setelah dekrit Presiden 5 Juli 1959 untuk kembali kepada


UUD 1945. pada hari minggu tanggal 5 Juli 1959, jam 17:00
soekarno selaku presiden Republik Indonesia atau Panglima
Tertinggi Angkatan perang mengeluarkan dekrit, yang menyatakan
bahwa terhitung mulai hari tanggal penetapan dekrit itu, UUD 1945
berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan Tidak berlakunya lagi UUD sementara hal itu
dilakukan atas nama Rakyat Indonesia.

Dekrit itu tidak menegaskan kepastian kedudukan UUD 1945 dalam


arti apakah UUD 1945 itu telah menjadi UUD tetap bagi Negara
Republik Indonesia ataukah, Masih bersifat sementara. Pertanyaan
menggenai apakah masih bersifat sementara ini dapat kiranya di
hubungkan antara lain dengan pasal 3 UUD 1945 dimana dikatakan,
bahwa MPR-lah yang akan menetapkan undang-undang dasar.

Ketentuan peralihan pasal 142 UUDS -- 1950


menunjukkan dua jenis rangkaian kaidah-kaidah hukum.

Pertama: kaidah-kaidah yang lahir atas kuasa Undang


-Undang Dasar Sementara sejak tanggal 18 Agustus
1950, baik yang di bentuk oleh Badan-badan Legislatif

8
maupun yang lahir karena Putusan-putusan Pengadilan
(judge made law), ataupun yang hidup di dalam
masyarakat sendiri.
Kedua :Kaidah kaidah yang sudah berlaku sebelum
tanggal 18 Agustus 1950, yaitu:

— kaidah-kaidah yaang berlaku pada Pemerintahan


Negara Federal Republik Indonesia Serikat, dan
— yang terdahulu dari itu berdasarkan masing-masing
ketentuan-ketentuan peralihan yang bersangkutan,
berlaku pula masa Pemerintahan Negara Republik
Indonesia (1945).
memperhatikan kedua jenis himpunan kaidah-
kaidah itu, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa yang
lahir sejak tanggal 17 Agustus 1950 itu ada yang
bersifat MEMUTUSKAN berlakunya kaidah-kaidah yang
terdahulu dan ada pula yang bersifat MENERUSKAN
berlakunya kaidah-kaidah tadi dengan tanpa
p
erubahan/tambahan baru. Yang bersifat MEMUTUSKAN
berlakunya kaidah-kaidah lama itu terdapat dalam
lapangan:
- Hukum Tata Negara.
- Hukum Tata Usaha Negara.
- Hukum Antar Negara.

Sedang yang bersifat MENERUSKAN berlakunya

9
kaidah-kaidah lama itu terdapat dalam lapangan:
—Hukum perdata,
—Hukum dagang,
—Hukum Pidana dan
—Hukum Acara,,

Tidak terkecuali, apakah kaidah-kaidah itu


tergolong kaidah setelah 17 Agustus 1945 atau
sebelumnya, karena itu adalah kaidah hukum positif,
maka tetap harus ditaati.
Lihat pasal 32 Undang-Undang Dasar Sementara 1950,
yang menyatakan
bahwa:
"Setiap orang yang ada di daerah Negara harus patuh
kepada undang-undang termasuk aturan-aturan
hukum yang tak tertulis, dan kepada penguasa-
penguasa."
Apa yang dimaksudkan dalam pasal 102 UUDS-
1950 tentang kodifikasi NASIONAL, sampai sekarang
masih belum dapat dilaksanakan. Jadi apabila nanti kita
membicarakan masalah kodifikasi, maka yang
dimaksudkan adalah kodifikasi yang pernah dikerjakan
sebelumnya, yaitu pada waktu Pemerintahan Hindia
Belanda.
Dengan berpedoman pada pasal 25 ayat 2 UUDS -

10
1950 ("perbedaan dalam kebutuhan masyarakat dan
kebutuhan hukum golongan rakyat akan diperhatikan"),
maka Tata-Hukum Indonesia khusus hukum perdata dan
dagang belum merupakan Hukum Kesatuan. Artinya
masih terdapat kaidah-kaidah hukum yang berlakunya
terbatas pada sesuatu golongan penduduk ,atau tempat
tertentu.
Dalam hal tersebut kita perhatikan pada pasal 131
ayat (2), (3) dan (6) IS., yang mengadakan perbedaan
tiga golongan penduduk, yaitu golongan Eropa Timur
Asing, dan Indonesia Asli. Pada prinsipnya masing-
masing golongan itu mempunyai stelsel-hukumnya
sendiri-sendiri. Dengan demikian terdapatlah beberapa
stelsel hukum yang sama-sama berlaku pada waktu dan
tempat yang sama inilah yang dinamakan DUALISME
atau PLURALISME hukum Indonesia.
Bagaimanakah masalah selanjutnya? Hal tersebut
dapat ditinjau dari aspek sejarah dan aspek politik-
hukum di Indonesia. Pada dasarnya ada dua faktor:

— Faktor intern: bahwa masyarakat Indonesia sendiri


yang sejak adanya memang telah mempunyai
hukumnya.
— Faktor ekstern : yaitu pemerintati dan masyarakat
Asing yang ke Indonesia sambil membawa dan

11
mempertahankan hukumnya sendiri juga.
Dari aspek sejarah, dapat dipastikan, bahwa masyarakat
Indonesia di berbagai daerah dan di bawah
pemerintahan Kerajaan Pajajaran, Majapahit dan lain-
lain, bahkan sebelumnya itu, di dalam bentuk masyarakat
yang masih sederhana sekalipun, telah hidup di bawah
pengaturan hukum. Hukum yang mengatur lembaga-
lembaga keluarga, harta kekayaan, hukuman dan
pemerintahan. Inilah hukum asli masyarakat Indonesia
sejak nenek moyang dan secara turun-temurun dam
dengan pertumbuhannya yang evolusioner berlaku
sampai sekarang, dan dinamakan Hukum Adat
Indonesia. Hukum itulah yang telah beruratberakar
di dalam masyarakat Indonesia. la tidak dapat
dipisahkan dan diganti begitu saja dengan hukum-
asing yang manapun juga, sekalipun mungkin dengan
paksaan. Dan karena itulah pula ia tetap merupakan
hukum positif kita, dengan aneka warna variasinya di
berbagai daerah.

12

Anda mungkin juga menyukai