Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN SOLIDIFIKASI/STABILISASI PADA LIMBAH LUMPUR INDUSTRI LAPIS LISTRIK

Bambang Ismuyanto (Jurusan Kimia-FMIPA Universitas BrawijayaI Jalan Veteran, Malang Email: bambang_ismuyanto@yahoo.com Abstrak: Dalam bahasa Indonesia 200 kata Kata kunci: deposisi, sulfat, chlor, xxxxy, dan xxxxxx-. Abstract: Abstrak dalam bahasa Inggris Keywords: Deposition, Sulphates, chlorides, xxxy, and xxxxx-.

ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang penanganan limbah padat industry pelapisan logam yang mengandung kromium (III) melalui solidifikasi dengan pembentukan monolith. Monolith dibuat dengan perbandingan massa limbah lumpur dan bahan aditif 0,78, perbandingan massa air dan padatan 0,62, perbandingan bahan pencampur dan semen 0 s/d 0,8, selama 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan massa bahan pencampur dan semen berpengaruh terhadap kuat tekan maupun hasil uji TCLP Cr(III). Makin tinggi kandungan bahan pencampur makin rendah kuat tekan dan makin rendah kadar Cr(III) dalam ekstraks TCLP. Berdasarkan hasil uji TCLP dan kuat tekan, disimpulkan bahwa zeolit dapat digunakan sebagai pencampur semen hingga perbandingan 0,8. Kata kunci : semen, limbah padat, zeolit, TCLP

Aplication solidification/stabilization on galvanic sludge industry


An investigation about handling solid waste of industrial metal coating containing chromium (III) through the solidification with the formation of monoliths, has been conducted. The monolith was made with ratio of sewage sludge dry mass ratio and additives at 0.78 , water and solids mass at 0.62, the ratio of cement mixers and cement at 0 to 0.8, and the long process of solidification for 28 days.The results showed that the mass ratio of the cement mixing material effected on the compressive strength and TCLP test - Cr (III). The higher the content of the material the lower the compressive strength of the monolith and the lower the levels of Cr (III) in the TCLP extracts. Based on TCLP test and value of compressive strength, it can be concluded that the zeolite can be used as mixer of cement to 0.8. Keywords: cement, sludge, zeolite, TCLP

PENDAHULUAN
yy

Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia, Agustus 2008: xxx-xxx

Industri khas kota Malang adalah industri pelapisan. Industri ini berdiri sejak tahun 1970 dan menyebar di kota Malang. Pengerjaan diawali dengan pickling ( pembersihan permukaan logam dari oksidanya menggunakan asam klorida); oleh karena itu efluen yang dihasilkan dominan berisi besi dengan kadar 10.000 20.000 mg/L dan derajat keasaman mencapai 0,9-3,3. Limbah cair ini termasuk golongan B3 (bahan berbahaya dan beracun). Hingga kini limbah langsung dibuang ke badan air tanpa perlakuan terlebih dahulu, akibatnya pencemaran tak terhindari [Ismuyanto,2004,2005]. Selain itu dihasilkan pula limbah padat berupa lumpur yang dibuang langsung ke badan air sungai. Lumpur mengandung kromium, dan nikel. Solidifikasi/ stabilisasi merupakan metode yang cukup menjanjikan untuk penanganan limbah padat, bahkan produk yang dihasilkan berguna untuk dimanfaatkan bagi keperluan bidang bangunan. Solidifikasi/stabilisasi adalah salah satu alternatif teknologi yang tepat untuk penanganan limbah lumpur. Solidifikasi bertujuan untuk menjebak logam ke dalam suatu matriks yang berikatan dengan bahan lain yang dinamakan aditif (biasanya digunakan semen portland); sedangkan stabilisasi bertujuan untuk memantapkan kondisi logam berat di dalam matriks agar tidak terlarut/leaching ke luar matriks. Proses ini meliputi solidifikasi semen, solidifikasi kapur, pengkapsulan, dan vitrifikasi. Vitrifikasi lebih unggul dibanding metode lainnya karena mampu mereduksi volume limbah yang lebih besar, menurunkan toksisitas, dan perlu sedikit lahan untuk landfill (Guangren,2006). Roger spence (2006) menjelaskan bahwa solidifikasi/stabilisasi adalah proses yang mencakup pencampuran limbah dengan bahan aditif untuk mereduksi leachabilitas kontaminan dengan cara fisik dan kimia sehingga limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) bisa dikonversi dan bisa diterima oleh lingkungan. Produk solidifikasi yang sudah aman selanjutnya bisa langsung dibuang ke lingkungan atau dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi. Metode ini berhasil dengan sukses untuk diaplikasikan pada limbah radioaktif, limbah B3, dan limbah campuran. Produk solidifikasi biasanya berupa blok monolitik, material berbasis lempung, granular, dan bentuk fisik padatan lain. Lindi/leachet adalah cairan yang keluar dari cairan yang terkontaminasi oleh zat pencemar yang ditimbulkan dari limbah yang mengalami proses pembusukan. EPA menjelaskan bahwa leachet adalah cairan yang mencakup semua komponen di dalamnya yang terkurung di dalam cairan tersebut sehingga cairan tertapis dari limbah berbahaya.Uji kimia fisika dengan perlindian atau ekstraksi umumnya digunakan untuk menilai kinerja proses solidifikasi/stabilisasi limbah yang akan di landfill. Uji dikenal pula dengan nama uji pelindian atau leaching test. Faktor yang mempengaruhi pelindian antara lain : karakteristik matriks (mineral matriks, permeabilitas, kemampuan netralisasi asam), kondisi lingkungan (infiltrasi, komposisi leachant), reaksi antara bentuk limbah dan lingkungan sekitar (keasaman, karbon dioksida, sulfat) (Garrabrant,2005). Penelitian ini bertujuan untuk : a)mengembangkan teknologi perlakuan limbah padat, b)mewujudkan teknologi bersih pada industri pelapisan, c) menerapkan produksi bersih dan d) memperoleh monolit yang terbuat dari bahan campuran semen, limbah lumpur dan zeolitt alam Turen

METODE
Lumpur yang kaya logam berat dikoleksi dari bak penampungan industri kecil di kota Malang. Lumpur tanpa perlakuan dimasukkan oven dan dikeringkan 105 C semalam untuk menyisihkan kadar air dan menekan aktivitas mikroorganisme. Uji kadar logam berat menggunakan Fluoresensi sinar X (XRF) bagi semen dan zeolit. Selain itu dilangsungkan pula uji difraksi sinar X bagi bahan dasar monolit tersebut. Semen yang dipakai adalah semen Portland jenis I. Zeolit berasal dari Turen selatan kota Malang.
xx

Aditif (semen dan pencampur yaitu zeolit) dicampurkan ke lumpur dengan rasio lumpur/aditif adalah 0,78. Pencampuran bahan-bahan itu dilangsungkan secara manual di cetakan yang terbuat dari baja bentuk silinder. Campuran dihomogenisasi dan ditambahkan air dengan perbandingan air terhadap campuran adalah 0,62 . Rasio ini dipilih dengan mempertimbangkan pengaruh hidrasi sampel agar diperoleh campuran dengan homogenitas tinggi. Rasio yang tinggi antara air dan bahan tidak digunakan pada penelitian ini karena makin besarnya kadar air akan menyebabkan menurunnya laju pengerasan dan mengakibatkan menurunnya kuat tekan bahan. Campuran selanjutnya dicetak di cetakan bentuk silinder dengan diameter 5 cm dan tinggi 15 cm. Produk dikeringkan selama 28 hari di udara terbuka dan dilangsungkan uji difraksi sinar X, adsorpsi nitrogen-BET dan uji ekstraksi. Uji leaching dilakukan berdasar metode USEPA 1311 (USEPA,1998) yaitu uji toxicity character leaching procedure (TCLP). Larutan yang dipakai pada uji ini adalah asam asetat dengan pH awal 2,88. Proses leaching dilakukan di bejana berpengaduk dengan kecepatan 120 rpm. Ekstraksi selama 18 jam dan leachate disaring. Konsentrasi logam diuji menggunakan spektrofotometer serapan atom.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada penelitian ini telah dilakukan kajian terkait penanganan limbah lumpur industri pelapisan kromium melalui solidifikasi menjadi material bangunan antara, yaitu monolith. Prinsip kerja stabilisasi/solidifikasi tersebut adalah pengubahan watak fisik dan kimiawi limbah B3 dengan cara penambahan senyawa pengikat (aditif) sehingga pergerakan senyawa-senyawa B3 dapat dihambat atau terbatasi dan membentuk ikatan massa monolit dengan struktur yang kekar (massive). Bahan aditif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan perekat (semen) dan bahan pencampur (zeolit alam Turen). Diharapkan bahan pencampur ini dapat mengurangi jumlah semen dengan tetap mempertahankan standar kuat tekan yang ditetapkan oleh BAPEDAL sekaligus meningkatkan daya amobilisasi terhadap logam logam berbahaya di dalam monolith, sehingga tidak terlepas ke lingkungan.

Karakterisasi bahan baku


Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen Portland produksi semen Gresik. Dari hasil karakterisasi dengan difraksi sinar X (Gambar 1) diketahui bahwa semen tersebut mengandung alite, belite, kalsium aluminat, ferrite, gypsum, dan kalsit.

Gambar 1. Pola difraktogram semen Portland ( A = Allite, B = Bellite, F = Ferrite, G = Gypsum, CA = Calcium aluminate, C = calcite)
yy

Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia, Agustus 2008: xxx-xxx

Hal ini didukung oleh hasil karakterisasi dengan XRF pada Tabel 1. bahwa semen tersebut terutama mengandung Ca, Si, Al, dan Fe dalam jumlah terbesar. Tabel 1. Komposisi unsur pada semen, zeolit dan lumpur UNSUR ZEOLIT LUMPUR SEMEN Al 14 0 3.9 Si 48 0 12 Na 0 72 0 Ca 2.76 27.09 70.33 Cr 0.054 0.013 0.047 Mn 1.93 0.0009 0.15 Fe 25.1 0.024 7.64 Ni 0 0.0215 0 Sr 0 0.0719 0.19 Zr 0 0.01 0 Ag 0 0.38 0 Yb 0 0 0.27 P 0 0 0 S 0.74 0 1.43 K 4.93 0 0.68 Ti 1.28 0 0.53 V 0.04 0 0.02 Cu 0.12 0 0.069 Zn 0.795 0 0.05 Sedangkan limbah lumpur mengandung mineral porlandite, anhydrite, nikel kromium oksida, kalsium kromium oksida, dan kalsit (Gambar 2). Hasil uji XRF (Tabel 1) menunjukkan limbah lumpur terutama mengandung kalsium dan natrium dengan Cr dan Ni dalam jumlah yang sangat kecil.

xx

Gambar 2. Pola difraktogram limbah lumpur industry pelapisan logam Zeolit alam Turen memengandung struktur mordenit, klinoptilolit, kuarsa, dan albit (Gambar 3). Komponen kimia utama (berdasarkan analisa XRF) meliputi Si, Al, Fe, K, Ca (lihat Tabel 1).

Gambar 3. Pola difraktogram zeolit alam Turen

yy

Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia, Agustus 2008: xxx-xxx

Penanganan limbah lumpur perlapisan logam dengan solidifikasi melalui pembentukan monolith
Kajian solidifikasi limbah B3 lumpur industry pelapisan logam telah dilakukan dengan mengatur komposisi perbandingan massa lumpur kering dan aditif adalah 0,78 dan perbandingan massa air dan padatan sebesar 0,62. Perbandingan massa air dan padatan disebut factor air padatan (FAS), dan penetapan angka perbandingan tersebhut karena untuk semen portland, menurut Taylor (1990), kuat tekan optimum diperoleh pada nilai FAS sebesar 0,45 0,65. Penetapan perbandingan massa lumpur kering dan aditif dilakukan dengan pertimbangan untuk upaya penghematan aditif, terutama semen. Proses solidifikasi dilakukan selama 28 hari dengan pertimbangan bahwa menurut Tailor (1990), pengerasan semen telah mencapai konstan pada pengeraman selama 28 hari. Pemadatan/ solidifikasi merupakan efek dari reaksi kimia (reaksi hidrasi) antara air dan komponen mineral di dalam semen. Dengan mengacu pada model hidrasi semen menurut Strfanovic dkk (2007), maka diperkirakan pembentukan monolith ini melalui 7 tahapan, antara lain : Tahap pra induksi (hitungan menit): Pada tahap ini terjadi reaksi hidrasi allite (C3S) dan bellite (C2S) dalam semen menghasilkan produk Ca(OH)2 atau disebut CH dan gel kaslium silikat hidrat (CSH), yaitu C3S2H , di mana C = CaO , S = SiO2, H = H2O 2(3CaOSiO2) + 6H2O 3CaO2SiO23H2O + 3Ca(OH)2 - H1 (C3S2H3) (1) (allite) 2(2CaOSiO2) + 4H2O 3CaO2SiO23H2O + Ca(OH)2 - H2 (C3S2H3) (2) (bellite) Pada tahap ini al gypsum dalam semen dan anhidrit dalam limbah lumpur mengalami pelarutan dalam air dan bereaksi dengan kalsium aluminat (C3A) membentuk ettringite (E) sebagai berikut: 3CaO.Al2O3 + 3 CaSO4.2H2O 6CaO.Al2O3.3SO4.32H2O 3CaO.Al2O3 + 3 CaSO4 + 2H2O 6CaO.Al2O3.3SO4.32H2O Kaslsium ferrite (C4F2) dari semen dan abu bagas dari mengalami reaksi hidrasi mirip dengan C3A sebagai berikut: 4CaO.2Fe2O3 + 9H2O 4CaO.Fe2O3.6H2O + Fe2O3.3H2O Tahap induksi/ stagnansi (beberapa jam) Pada tahap ini laju reaksi hidrasi mengalami penurunan secara signifikan. Perubahan fisik yang tampak selama periode ini adalah pasta semen mulai mengeras. Tahap akselerasi (3 12 jam) Pada tahap ini reaksi hidrasi mengalami percepatan lagi dan dikontrol oleh nukleasi dan pertumbuhan produk hidrasi yang mulai terjadi. Laju hidrasi C3S meningkat lagi secara signifikan membentuk C-S-H dan C-H. Lapisanlapisan CSH tumbuh dengan ketebalan sekitar 1 m di sekitar partikel semen dan berkontak dengan lapisan lapisan CSH pada butiran semen lain yang berdekatan menghasilkan ikatan dan kekuatan. CH dibentuk sebagai kristal yang massive dalam air dan mengisi ruang antar butiran semen. Pada tahap ini, pembentukan Ettringite terus berlangsung juga.
xx

Tahap akselerasi akhir (12 jam dan lebih) Pada tahap ini, proses reaksi hidrasi menurun perlahan-lahan karena jumlah penurunan jumlah reaktan. Fasa C-S-H terus terbentyuk akibat hidrasi C3S dan C2S yang juga terus berlangsung. Kontribusi C2S meningkat dengan waktu, akibatnya laju CH tambahan menurun. Konsentrasi sulfat dalam fasa cairan menurun, akibatnya ettringite yang telah terbentuk pada tahap awal muilai bereaksi dengan C3A menghasilkan monosulfate : 2 C3A + C6AS3H32 + 4H 3C4ASH12 S = sulfat Tahap nukleasi dan pertumbuhan Kristal (sampai 7 hari) Pada tahap ini terjadi pembentukan struktur akhir dari pasta semen Tahap pelarutan silica amorf dan reaksi pozzolonik /aggregasi silikat (> 7 hari) Pada tahap ini, semen telah mengeras, tetapi pH meningkat di dalam pori pori pasta semen. yang berpengaruh terhadap pelarutan silica amorf. Ca(OH)2 juga bersifat sebagai aktivator zeolit alam. Senyawa basa ini akan menyerang baik bagian silika maupun aluminat dari zeolit (SiO2.Al2O3) dengan reaksi reaksi sebagai berikut : Al2O3 + 4Ca(OH)2 + 9H2O 4CaOAl2O3 13H2O (C4AH13) Gambaran letak zeolit di antara butiran pasta semen dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Gambaran zeolit sebelum dan setelah reaksi dengan Ca(OH)2 . (a = tanpa zeolit, b = dengan zeolit sebelum reaksi dengan CH, c = dengan zeolit setelah reaksi dengan CH Pengaruh bahan pencampur semen (zeolit) terhadap kualitas monolith telah dikaji terutama terkait dengan kuat tekan dan daya hambat leaching logam berat Cr(III) . Hasil karakterisasi kuat tekan terdapat pada Gambar 3.7 berdasarkan data pada Tabel 2. Tabel 2. Kuat tekan monolit pada berbagai perbandingan pencampur dan semen Perbandingan pencampur dan semen 0,80 0,66 Kuat tekan (kN/m2) 0,07 0,06 0,09 0,09
yy

Rata-rata 0,07 0,09

SD 0,01 0,01

Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia, Agustus 2008: xxx-xxx

0,33 0,20 0,00

0,29 0,27 0,42 0,40 0,51 0,51

0,28 0,41 0,51

0,01 0,01 0,01

Dari Tabel 2 diperoleh bahwa makin banyak bahan pencampur semen yang ditambahkan, nilai kuat tekan monolith semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh makin menurunnya jumlah semen yang berakibat makin menurun jumlah C2S , C3S , CA dalam reaktan, , sehingga produk C-S-H dan C-A-H juga mengalami penurunan. Kalaupun zeolit dan silica dalam abu bagas dapat bereaksi dengan Ca(OH)2 membentuk C-S-H dan C-A-H juga, namun reaksinya baru terjadi dalam tahap akhir pembentukan monolith. Penyebab pengerasan pasta semen adalah C-S-H dan C-A-H. Didaptkan pula bahwa zeolit sebagai aditif pencampur semen cenderung memberikan kuat tekan monolith lebih besar dibandingkan bahan lain. Hal ini diperkirakan karena zeolit mampu menghasilkan C-S-H dan C-A-H, sedangkan bahan lain hanya menghasilkan C-S-H saja. Dengan demikian, maka proses pengerasan akan berlangsung lebih optimal pada penggunaan zeolit. Pengerasan dicapai akibat pertumbuhan Kristal C-S-H dan C-A-H dalam pasta semen. Penambahan C-S-H dan C-A-H dari reaksi zeolit dan Ca(OH) 2 menyebabkan ikatan antar C-S-H atau C-A-H satu dengan yang lain lebih kuat. Dari karakterisasi kuat tekan maka dapat diketahui bahwa penggunaan zeolit sampai perbandingan zeolit dan semen 0,8, masih memenuhi kuat tekan standar USEPA sebesar 0345 kN/cm2. Selain kuat tekan karakterisasi yang dilakukan adalah uji TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) dengan menerapkan metode uji US-EPA SW-846METHOD 1310 , sebagaimana ditetapkan oleh BAPEDAL dalam Kep 03 / Bapedal /09 / 1995. Prinsip dasar dari uji TCLP yang diterapkan dalam penelitian ini adalah perendaman serbuk monlith dalam larutan buffer asetat pH 2,88 0,05 selama 18 jam dengan perbandingan monolith dan larutan buffer 1 : 20. Selama proses perendaman berlangsung Cr (III) terekstrak ke dalam larutan buffer. Proses ekstraksi diperkirakan melalui reaksi asam basa antara mineral CCO (kalsium kromium oksida) dan NCO (nikel kromium oksida) dalam monolith dengan komponen asam dalam larutan buffer asetat pH 2,88. Reaksi yang terjadi didukung oleh perubahan pH larutan setelah 18 jam menjadi pH 11. Reaksi yang terjadi : NiO.Cr2O3. 3H2O + 8 H+ Ni2+ (aq) + Cr3+ (aq) + 12 H2O(l) CaO.C2O3.3H2O + 8 H+ Ca2+ (aq) + Cr3+ (aq) + 12 H2O(l) Kondisi pH akhir 11 yang terjadi diperkirakan karena terlarutnya mineral porlandit atau Ca(OH)2 dari dalam monolith ke dalam pelarut air dalam larutan ekstraktan. Selama proses proses perendaman dan kenaikan pH tersebut, mula-mula Cr(III) mengalami pengendapan sebagai hidroksidanya ketika tercapai Ksp dengan reaksi sebagai berikut : Cr3+ (aq) + 3OH- (aq) Cr(OH)3 (s) Namun demikian dengan terus peningkatan pH larutan, maka terjadi pelarutan kembali Cr(III) akibat pengompleksan dengan OH- berlebih di dalam larutan : Cr(OH)3 (s) + 3OH-(aq) Cr(OH)6 3- (aq) Ketika Cr(II) larut di dalam asam, kation tersebut membentuk kation kompleks dengan ligan air, yaitu [Cr(H2O)]3+. Pembentukan kompleks kation dan endapan hidroksida Cr(III) diilustrasikan pada Gambar 4.

xx

+ 3 OH- (aq)

+ 3 OH- (aq)

Gambar 4. Perubahan ikatan kimia pada Cr(III) dalam system larutan akibat peningkatan jumlah OH- di dalam larutan Konsentrasi Cr(III) dala/m ekstraktan ditentukan dengan metode spektrofotometri serapan atom. Hasil uji TCLP terhadap Cr(III) terdapat dalam Tabel 3. Tabel 3. Hasil uji TCLP terhadap kromium (III). Zeolit : semen 0.8 [Cr ] (ppm) 0.646 0.625 0.604 0.438 0.479 0.708 0.583 0.771 1.125 1.188 1.156 0.044 0.677 0.133 0.594 0.162 0.521 0.118 Rerata (ppm) 0.635

abs 0.0031 0.0030

slope 0.0048 0.0048 0.0048 0.0048 0.0048 0.0048 0.0048 0.0048 0.0048 0.0048

SD 0.015

0.66

0.0029 0.0021

0.33

0.0023 0.0034

0.2

0.0028 0.0037

0.0054 0.0057

Tabel 3 menginformasikan bahwa makin banyak bahan pencampur semen, makin menurun kadar Cr(III) dalam ekstraktan, artinya makin sedikit C(III) yang terlepas dari monolith. Hal ini diperkirakan karena bahan pencampur menyebabkan monolith lebih berpori sehingga Cr(III) hasil reaksi yang seharusnya terlepas justru teradsorpsi ke dalam pori bahan pencampur semen tersebut. Pori tersebut terutama berasal dari pori kuarsa dan zeolit atau silica amorf yang belum semuanya bereaksi dengan Ca(OH)2 dalam reaksi hidrasi semen.Untuk mengetahui sejauhmana hubungan dengan pori monolith, maka dilakukan karakterisasi luas permukaan spesifik baik daerah mikropori maupun mesopori monolithyang membuktikan bahwa daerah mesopori cenderung lebih berpengaruh terhadap penghambatan ekstraksi Cr(III) dari monolith. Hal ini diperkirakan karena Cr(III) senderung membentuk kompleks octahedral yang ukurannya cukup besar pada kondisi asam, yaitu sebagai [Cr(H2O)6]3+ atau pada kondisi basa sebagai [Cr(OH)6]3-

yy

Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia, Agustus 2008: xxx-xxx

Menurut kepKaBAPEDAL(1995), Cr(III) maksimum yang diperbolehkan dalam uji TCLP adalah sebesar 5 ppm. Jika dibandingkan dengan nilai kadar Cr(III) dalam ekstraktan setiap sampel, maka diketahui bahwa semua monolith yang dihasilkan memberikan nilai uji TCLP terhadap Cr(III) di bawah ambang batasnya, artinya semua kompoisi bahan pencampur dan semen layak diterapkan untuk pembuatan monolith. Dari karakterisasi kuat tekan dan uji TCLP terhadap Cr(III) maka kondisi optimum pembuatan pembuatan monolith ini terjadi pada perbandingan bahan pencampur 0,66, dengan pertimbangan penggunaan semen paling sedikit dengan tetap memberikan kuat tekan dan TCLP terhadap Cr(III) yang sesuai dengan standar USEPA

KESIMPULAN
Perbandingan massa bahan pencampur semen dan semen pada aditif monolith emberikan pengaruh terhadap nilai kuat tekan dan kadar Cr(III) dalam ekstraktan uji TCLP. Zeolit cenderung memberikan nilai kuat tekan lebih besar dan kadar Cr(III) lebih kecil dalam ekstraktan uji TCLP. Perbandingan massa bahan pencampur dan semen yang dapat diterapkan pada pembuatan monolith dengan bahan dasar limbah pelapisan logam adalah maksimal 0,66 untuk bagas dan 0,8 untuk zeolit Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan untuk mengkaji pembuatan bahan bangunan dengan bahan dasar monolith dari limbah industry pelapisan logam dan bahan pencampur semen meliputi abu bagas dan zeolit alam Turen dengan perbandingan yang sesuai.

Ucapan terima kasih Terima kasih disampaikan kepada DP2M Dikti yang telah mendanai Penelitian Hibah Bersaing ini pada tahun 2010 dan juga kepada Ibu Yusi, Bapak Angga dan bapak Husni.

Daftar Pustaka Garrabrants,AC., Kosson, DS.,2005.,Leaching process and evaluation test for inorganic Constituent release from cement-based matrices, stabilization and solidification of Hazardous, radioactive, and mixed waste, CRC press, USA Guangren, Q., Yu S.,(2006).,Diopside-bades glass-ceramic from MSW fly ash and bottom ash, Waste manag. V.26,1462 Ismuyanto,B., Tutik S.,Nawawi. 2004., Inovasi teknologi bersih dengan memanfaatkan Limbah cair industri elektroplating menjadi adsorben multifungsi yang dapat Diregenerasi dan dipakai ulang.Penelitian Hibah Bersaing
xx

Ismuyanto.B., Tutik S.,Nawawi, 2005., Pembuatan adsorben dari limbah cair industri Elektroplating untuk menyisihkan pencemar logam berat.,Penelitian Hibah Bersaing Liew,AG., Idris,A., 2004.,Incorporation of sewage sludge in clay brick and its Characterization, Waste manage.Res., v.22,226 Lundtrop, K., Jensen, DL.,2002.,Treatment of wsate incinerator air-pollution-control residue with fro sulphate : concep& product characterisation,Waste Manage.Res, v.20,69 Phenrant,2005.,SEM and X ray study investigation of solidified/stabilized arsenic-iron Hydroxide sludge.,J.Haz.Mat,v.131,29 Poon, CS., Lio, WK., Tang,CI.,2001.,A systematic study of cement/PFA chemical Stabilisation/solidification process for the treatment of heavy metal waste.,Waste Manage.Res, v,19,276 Qiant, G.,2006.,Utilization of MSWI fly ash for stabilization/solidiufication of industrial Waste sludge,J.Hazrd.Mat., v.129,274 Spence, R (2006),Introduction stabilization and solidifiaction of hazardous, radioactive, and mixed waste, CRC Press, USA Yin,CY.,2006.,Stabilization/solidification of lead-contaminated soil using cement and riceHusk as., J.Hazard.mat., v.137,1758

yy

Anda mungkin juga menyukai