Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN Kata plastik pertama kali digunakan sebagai kata benda sekitar tahun 1909 dan umumnya

digunakan sebagai persamaan kata untuk polimer. Plastik adalah salah satu bahan polimer dan memiliki molekul sangat besar (makromolekul atau molekul yang sangat besar). Konsumen dan produk industri yang terbuat dari polimer meliputi makanan dan minuman kemasan, kemasan, tanda, peralatan rumah tangga, kerangka untuk komputer dan monitor, tekstil, peralatan medis, busa, cat, perisai keselamatan, mainan, peralatan, lensa, gigi, produk elektronik dan listrik, dan bodi mobil dan komponen. Karena banyak sifat mereka yang unik dan beragam, polimer semakin berkembang dan telah diganti komponen logam dalam penggunaannya seperti mobil, pesawat sipil dan militer, peralatan olahraga, mainan, peralatan, dan peralatan kantor. Penggantian ini mencerminkan manfaat polimer dalam hal

karakteristik berikut: Korosi resistensi dan perlawanan terhadap bahan kimia elektrik Rendah dan konduktivitas termal Kepadatan rendah Kekuatan tinggi-Untuk-perbandingan rasio (terutama ketika diperkuat) Pengurangan kebisingan Pilihan warna yang luas dan transparansi Kata plastik berasal dari Yunani yaitu kata plastikos, yang berarti mampu dicetak dan dibentuk. Plastik dapat dibentuk, mesin, tuang, dan bergabung ke dalam berbagai bentuk dengan relatif mudah. Minimal operasi-finishing permukaan tambahan, jika ada

sama sekali, diperlukan, karakteristik ini memberikan keuntungan yang penting dari logam. Plastik yang tersedia secara komersial seperti film, lembaran, pelat, batang, dan tabung dari berbagai penampang-lintang. Kata polimer pertama kali digunakan pada tahun 1866. Earlkst polimer terbuat dari bahan organik alami dari hewan dan produk nabati, selulosa adalah contoh yang paling umum. Melalui berbagai reaksi kimia, selulosa asetat diubah menjadi selulosa, digunakan dalam pembuatan film fotografi (seluloid), lembaran untuk kemasan, dan serat tekstil; nitrat selulosa untuk plastik dan bahan peledak; rayon (serat tekstil selulosadasar); dan pernis. awal sintetik (buatan) polimer adalah

phenolformaldehyde, sebuah termoset dikembangkan pada tahun 1906 dan disebut bakelite (nama dagang, setelah LH Baekeland, 1863-1944). Perkembangan teknologi plastik modern dimulai pada tahun 1920 ketika bahan baku yang diperlukan untuk membuat polimer telah dipisahkan dari batubara dan produk minyak bumi. Etilen adalah contoh pertama seperti bahan baku, melainkan menjadi blok bangunan untuk polietilen. Etilen adalah produk dari reaksi antara asetilena dan hidrogen, dan asetilena adalah produk dari reaksi antara kokain dan metana. polimer komersial, seperti polypropylene, polivinil klorida, polymethylmethacrylate, polikarbonat, dan lainlain, semua dilakukan dalam cara yang sama; bahan ini dikenal sebagai polimer organik sintetis. Plastik adalah polimer rantai-panjang dari atom yang mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer". Sehingga diperlukan altrenatif untuk membuat plastik dari bahan baku yang mudah terdegradasi.

BAB II PEMBAHASAN Sampah plastik menyumbang sekitar 10% limbah padat perkotaan; menurut beratnya, secara volume mereka berkontribusi antara dua dan tiga kali berat badan mereka. Hanya sekitar sepertiga dari produksi plastik masuk ke dalam produk-produk sekali pakai, seperti botol, kemasan, dan kantong sampah. Dengan meningkatnya penggunaan plastik dan kepedulian besar terhadap isu lingkungan mengenai pembuangan produk plastik dan

kekurangan dari tempat pembuangan sampah, upaya besar yang dilakukan untuk mengembangkan plastik biodegradable

sepenuhnya upaya pertama dilakukan pada 1980- an sebagai solusi mungkin untuk jalan sampah. Secara tradisional, kebanyakan produk plastik yang telah dibuat dari polimer sintetis yang berasal dari sumber daya alam yang tidak terbarukan, tidak biodegradasi dan sulit untuk mendaur ulang. Kemampuan iklan Biodegradasi berarti bahwa spesies mikroba di lingkungan (misalnya, mikroorganisme di dalam tanah dan air) akan menurunkan sebagian (atau bahkan bahan) seluruh polimer, di bawah kondisi lingkungan yang tepat, dan tanpa menghasilkan produk beracun oleh. produk akhir dari beberapa degradasi bagian biodegradasi porsi materialnya adalah karbon dioksida dan air. Karena berbagai konstituen dalam plastik biodegradasi, plastik ini dapat dianggap sebagai material komposit. Akibatnya, hanya sebagian dari plastik ini dapat benar-benar ramah lingkungan. Tiga plastik biodegradable yang berbeda sejauh ini telah dikembangkan. Mereka memiliki karakteristik

yangberbeda,dan mereka menurunkan lebih dari periode waktu

yang berbeda (mana saja dari beberapa bulan sampai beberapa tahun). Berikut ini adalah contoh bahan untuk plastik biodegradable: 1. Sistem berbasis pati adalah terjauh sepanjang dalam hal kapasitas produksi Pati dapat diekstraksi dari kentang, gandum, beras, dan jagung. pati yang butiran diproses menjadi bubuk, yang dipanaskan dan menjadi cairan lengket. cair tersebut kemudian didinginkan, dibentuk menjadi pelet, dan diproses dalam konvensi peralatan pengolahan plastik. Berbagai aditif dan binder dicampur dengan pati untuk memberikan karakteristik khusus untuk bahan bioplastik. Sebagai contoh, Sebuah komposit Polietilena dan pati diproduksi secara komersial sebagai kantong sampah degradable. 2. Dalam sistem berbasis laktat, saham pakan fermentasi menghasilkan asam laktat, yang kemudian polimerisasi membentuk resin poliester. Menggunakan umum termasuk kesehatan dan farmasi aplikasi. 3. Dalam fermentasi gula (sistem ketiga), asam organik yang ditambahkan ke cadangan makanan gula. Dengan menggunakan proses khusus dikembangkan, reaksi yang dihasilkan menghasilkan sangat keristal dan sangat kaku polimer, (setelah proses lebih lanjut) berperilaku dengan cara yang mirip dengan polimer yang dikembangkan dari minyak bumi. Berbagai upaya terus dilakukan untuk menghasilkan Plastik dengan cara penggunaan berbagai limbah pertanian (agrowastes), karbohidrat, protein tanaman, dan minyak sayur. Aplikasi yang umum termasuk sebagai berikut: Peralatan makan sekali pakai yang terbuat dari pengganti sereal, seperti beras atau tepung terigu.

Plastik dibuat hampir seluruhnya dari pati yang diekstrak dari kentang, gandum, beras, dan jagung. Artikel Plastik terbuat dari biji kopi dan sekam padi yang mengalami dehidrasi dan dibentuk di bawah tekanan tinggi dan suhu. Air-larut dan compostable polimer untuk aplikasi medis dan bedah. Makanan dan minuman kemasan (dibuat dari pati kentang, kapur, selulosa, dan air) yang dapat larut dalam saluran pembuangan badai dan samudra tanpa mempengaruhi maklhluk hidup atau satwa liar. Kinerja jangka panjang biodegradasi plastik (baik selama berguna siklus kehidupan mereka sebagai produk dan di landfill) belum sepenuhnya dinilai. Ada juga kekhawatiran bahwa

penekanan pada biodegradabilitas akan mengalihkan perhatian dari plastik dan upaya untuk konservasi bahan dan energi.

Pertimbangan utama adalah kenyataan bahwa biaya polimer biodegradable hari ini lebih tinggi dibandingkan dengan polimer sintetik. Akibatnya, campuran limbah-pertanian seperti sekam dari jagung, gandum, beras, dan kedelai (sebagai komponen utama) polimer biodegradasi (sebagai komponen minor) merupakan alternatif yang menarik. Daur ulang plastik Banyak upaya terus menjadi pengeluaran secara global pada pengumpulan dan daur ulang produk plastik yang digunakan. Termoplastik remelting daur ulang oleh mereka dan kemudian reformasi menjadi produk lainnya. Mereka membawa simbol daur ulang, dalam bentuk segitiga yang digariskan oleh tiga panah searah jarum jam dan memiliki nomor di tengah. Jumlah ini sesuai dengan plastik berikut:

1-PETE (polyethylene) 2-HDPE (high density polyethylene) 3-V (vinil) 4-LDPE (low density polyethylene) 5-PP (polypropylene) 6-PS (polystyrene) 7-Lain-lain Plastik daur ulang semakin lama semakin banyak digunakan untuk berbagai produk. Sebagai contoh, sebuah poliester daur ulang (diisi dengan serat gelas dan mineral) digunakan untuk penutup mesin untuk sebuah truk pickup Ford F-seri, karena memiliki kekakuan yang sesuai, ketahanan kimia, dan bentuk retensi sampai dengan 180 C. Elastomer terdiri dari keluarga besar polimer amorf memiliki temperatur transisi kaca rendah. Mereka memiliki kemampuan untuk menjalani besar karakteristik elastis deformasi tanpa pecah, juga, mereka lebih lembut dan memiliki modulus elastisitas rendah. Istilah ini elastomer berasal dari kata elastis dan mer. Struktur elastomer sangat tertekuk (erat memutar atau melingkar). Mereka meregang, tapi kemudian kembali ke bentuk semula setelah beban dihilangkan .Mereka juga dapat cross-linked, contoh terbaik dari ini menjadi ditinggikan suhu vulkanisasi karet dengan belerang, ditemukan oleh Charles Goodyear pada 1839 dan dinamai Vulcan, dewa Romawi api. Setelah elastomer adalah cross-linked, itu tidak dapat dibentuk kembali (misalnya, sebuah ban mobil, yang merupakan salah satu molekul raksasa, tidak dapat melunak dan dibentuk kembali). Istilah elastomer dan karet sering digunakan secara

bergantian. Umumnya, sebuah elastomer didefinisikan sebagai

mampu pulih secara substansial dalam bentuk dan ukuran setelah beban telah dihapus. karet didefinisikan sebagai mampu pulih dari deformasi yang besar secara cepat. Kekerasan elastomer, yang diukur dengan durometer meningkat dengan-silang rantai molekul. Seperti dengan plastik, berbagai aditif dapat dicampurkan ke dalam elastomer untuk memberikan sifat khusus. Elastomer memiliki berbagai aplikasi dalam tinggi-gesekan dan permukaan nonskid, perlindungan terhadap korosi dan abrasi, listrik isolasi, dan goncangan dan getaraninsulasi. Contohnya termasuk ban, selang, weatherstripping, alas kaki, pelapis, gasket, segel, gulungan pencetakan, dan lantai. Satu milik elastomer adalah hysteresis kerugian mereka dalam peregangan atau kompresi. Loop searah jarum jam menunjukkan kehilangan energi, dimana energi mekanik diubah menjadi panas. Sifat ini diinginkan untuk menyerap energi getaran (redaman) dan mematikan suara. Karet alami Dasar untuk karet alam adalah lateks, susu-seperti getah yang diperoleh dari kulit bagian dalam pohon tropis. Karet alam memiliki ketahanan yang baik terhadap abrasi dan kelelahan, sifat gesekan tinggi, tetapi resistansi rendah untuk minyak, panas, ozon, dan sinar matahari. Aplikasi yang umum adalah ban, segel, tumit sepatu, kopling, dan mesin kendaraan. Karet sintetis Contoh dari karet sintetis butyl, stirena butadiena,

polybutadiene, dan propylene ethylene. Dibandingkan dengan karet alam, mereka havebet-ter tahan terhadap panas, bahan bakar, dan bahan kimia, dan mereka memiliki rentang yang lebih tinggi menggunakan suhu, karet sintetis yang tahan terhadap minyak

neoprene, Nitrile, urethane, dan silikon. Penerapan yang biasa dari karet sintetis ban, peredam kejut, segel, dan ikat pinggang. Silikon Silikon memiliki rentang suhu tertinggi berguna elastomer (sampai dengan 315 C), tetapi sifat lainnya (seperti kekuatan dan perlawanan untuk memakai dan minyak) umumnya rendah dibanding di elastomer lainnya. Penerapan yang biasa dari silikon adalah segel, gasket, isolasi termal, saklar listrik temperatur tinggi, aparat dan elektronik. Poliuretana Elastomer ini memiliki sifat keseluruhan yang bagus kekuatan tinggi, kekakuan, dan kekerasan, dan memiliki ketahanan yang luar biasa untuk abrasi, memotong, dan merobek. Aplikasi yang umum adalah segel, gasket, bantalan, diafragma untuk pembentukan logam lembaran dan bagian autobody karet. Polistirena dan produk turunan polistirena lainnya merupakan komoditas plastik yang secara ekstensif digunakan untuk pengemasan dan banyak aplikasi lainnya. Palstik hasil sintesis bersifat non-biodegradable di

lingkungan alaminya disebabkan oleh kompleksitas strukturnya, bobot molekular tinggi dan hidrofobik (Encyclopedia, CRC Press, 1999). Polistirena merupakan plastik yang bersifat kaku (rigid) dimana biasanya secara umum digunakan sebagai bahan

pengemas. Plastik Konvensional (non-biodegradabel) Ratusan juta ton plastik yang digunakan di bumi ini, maka ratusan juta ton juga sampah plastik yang dihasilkan dan menjadi polutan utama dunia. Karena bahan dasar plastik adalah phthalate ester, di(ethylhexyl) phthalate (DEHP) yang bersifat stabil, sukar

diuraikan

oleh

mikroorganisme

sehingga

kita

terus-menerus

memerlukan area untuk pembuangan sampah. Pada makanan yang dikemas dalam bungkus plastik, adanya migrasi zat-zat monomer dari bahan plastik ke dalam makanan, terutama jika makanan tersebut tak cocok dengan kemasan atau wadah penyimpannya yang tidak mungkin dapat dicegah 100% (terutama jika plastik yang digunakan tak cocok dengan jenis makanannya). Migrasi monomer terjadi karena dipengaruhi oleh suhu makanan atau penyimpanan dan (Encyclopedia, CRC Press, 1999). Plastik mudah terbakar, ancaman terjadinya kebakaran pun semakin meningkat. Asap hasil pembakaran bahan plastik sangat berbahaya karena mengandung gas-gas beracun seperti hidrogen sianida (HCN) dan karbon monoksida (CO). Hidrogen sianida berasal dari polimer berbahan dasar akrilonitril, sedangkan karbon monoksida sebagai hasil pembakaran tidak sempurna. Hal inilah yang menyebabkan sampah plastik sebagai salah satu penyebab pencemaran udara dan mengakibatkan efek jangka panjang berupa pemanasan secara global pada atmosfer bumi. Sampah plastik yang berada dalam tanah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme menyebabkan mineral-mineral dalam tanah baik organik maupun anorganik semakin berkurang, hal ini menyebabkan jarangnya fauna tanah, seperti cacing dan

mikorganisme tanah, yang hidup pada area tanah tersebut, dikarenakan sulitnya untuk memperoleh makanan dan berlindung. Selain itu kadar O2 dalam tanah semakin sedikit, sehingga fauna tanah seperti cacing, semut, dan lain-lain akan sulit untuk bernafas dan akhirnya mati. Ini berdampak langsung pada tumbuhan yang hidup pada area tersebut. Tumbuhan membutuhkan

mikroorganisme tanah sebagai perantara dalam kelangsungan hidupnya (Encyclopedia, CRC Press, 1999). Bioplastik (Biodegradabel) Seiring dengan meningkatnya kesadaran untuk pelestarian lingkungan, kebutuhan bahan plastik biodegradabel mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010, diproyeksikan produksi plastik biodegradabel akan mencapai 1.200.000 ton atau menjadi 1/ 10 dari total produksi bahan plastik. Industri plastik biodegradabel akan berkembang menjadi industri besar di masa yang akan datang (Encyclopedia, CRC Press, 1999). Bioplastik adalah plastik yang dapat digunakan layaknya seperti plastik konvensional, namun akan hancur terurai oleh aktivitas mikroorganisme menjadi hasil akhir berupa air dan gas karbondioksida setelah habis terpakai dan dibuang ke lingkungan tanpa meninggalkan sisa yang beracun. Karena sifatnya yang dapat kembali ke alam, plastik biodegradabel merupakan bahan plastik yang ramah terhadap lingkungan (Encyclopedia, CRC Press, 1999). Berdasarkan bahan baku yang dipakai, plastik biodegradabel dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok dengan bahan baku petrokimia (non-renewable resources) dengan bahan aditif dari senyawa bio-aktif yang bersifat biodegradabel, dan kelompok kedua adalah dengan keseluruhan bahan baku dari sumber daya alam terbarukan (renewable resources) seperti dari bahan tanaman pati dan selulosa serta hewan seperti cangkang atau dari

mikroorganisme yang dimanfaatkan untuk mengakumulasi plastik yang berasal dari sumber tertentu seperti lumpur aktif atau limbah cair yang kaya akan bahan-bahan organik sebagai sumbermakanan bagi mikroorganisme tersebut (Encyclopedia, CRC Press, 1999).

Menurut laporan Pranamuda H (2009) dalam penelitiannya, menyatakan bahwa saat ini polimer plastik biodegradabel yang telah diproduksi adalah kebanyakan dari polimer jenis poliester alifatik. Plastik biodegradabel yang sudah diproduksi skala industri. Mikroorganisme memainkan peran kunci dalam proses biodegradasi dilingkungan (Gu, 2003). Enam isolat bakteri telah diisolasi dari tanah yang tertimbun sejumlah besar lapisan (film) dari polistirena menunjukan kaitan erat dan pertumbuhan pada

polistirena sebagai sumber karbon tunggalnya. Enzim ekstraselular mikroorganisme ini memainkan peran kunci dalam proses

biodegradasi suatu polimer. Enzim ini mengubah polimer rantai panjang menjadi bentuk yang lebih sederhana dan selanjutnya menjadi molekul yang lebih kecil sehingga mudah untuk diabsorbsi dan dimetabolisme didalam mikroorganisme dengan bantuan enzimenzim intraselular. Tumpukan polimer ditanah digunakan sebagai bidang uji untuk studi biodegradasi dikarenakan mirip dengan kondisi lingkungan alaminya (Encyclopedia, CRC Press, 1999). Scanning electron microscopy (SEM) pada lapisan permukaan film polistirena yang digunakan pada proses isolasi menunjukan adanya pertumbuhan mikroba yang ekstensif. Konsorsium

pertumbuhan mikroba dapat dilihat dengan mata telanjang pada film polistirena dengan ketidak hadiran sumber karbon lainnya. Bakteri hasil isolasi diidentifikasi berdasarkan urutan 16S RNA ribosomal. Strain bakteri yang diisolasi adalah Microbacterium sp. NA23, Paenibacillus urinalis NA26, Bacillus sp. NB6 dan Pseudomonas aeruginosa NB26. Squen ini kemudian dirujuk ke NCBI gen bank dan diperoleh nomer aksesinya. Bakteri ini tumbuh dan berikatan kuat pada film polistirena untuk periode waktu yang lama tanpa

sumber karbon lainnya mengindikasikan bahwa bakteri tanah yang terisolasi mampu membentuk koloni dan menggunakan polistirena sebagai sumber karbon tunggal. (Rayner A.D.M., Boddy L. 1988) Kemampuan mikroba untuk membentuk koloni pada permukaan polimer merupakan tahap pertama untuk proses biodegradasi (Yabannavar dan Bartha, 1993). a. Poli (-kaprolakton) (PCL) : PCL adalah polimer hasil sintesa kimia menggunakan bahan baku minyak bumi. PCL mempunyai sifat biodegradabilitas yang tinggi, dapat dihidrolisa oleh enzim lipase dan esterase yang tersebar luas pada tanaman, hewan dan mikroorganisme. Namun titik lelehnya yang rendah, Tm =60oC, menyebabkan bidang aplikasi PCL menjadi terbatas (Wood D.A., S.E Matcham and T.R. Fermor. 1988). b. Poli (-hidroksi butirat) (PHB) : PHB adalah poliester yang diproduksi sebagai cadangan makanan oleh mikroorganisme seperti Alcaligenes (Ralstonia) eutrophus, Bacillus megaterium dsb. PHB mempunyai titik leleh yang tinggi (Tm = 180o C), tetapi karena kristalinitasnya yang tinggi menyebabkan sifat mekanik dari PHB kurang baik (Wirjosentono , B. 1998). c. Poli (butilena suksinat) (PBS): PBS mempunyai titik leleh yang setara dengan plastik konvensional polietilen, yaitu Tm =113oC (Rayner A.D.M., Boddy L. 1988) d. Poli asam laktat (PLA) : PLA merupakan poliester yang dapat diproduksi menggunakan bahan baku sumberdaya alam terbarui seperti pati dan selulosa melaui fermentasi asam laktat. PLA mempunyai titik leleh yang tinggi sekitar 175 oC, dan dapat dibuat menjadi lembaran film yang transparan (Kurniawan RA, 2010; Pranamuda H, 2009).

Gambar 1. Plastik biodegradabel dari golongan poliester alifatik Bioplastik PHA PHA telah diteliti oleh Beijerinck pada tahun 1888 di bawah mikroskop sebagai granula-granula yang berada di dalam sel-sel (Wood D.A., S.E Matcham and T.R. Fermor. 1988) Dan komposisi PHA ditemukan oleh Lemoigne pada tahun 1927 diidentifikasi sebagai asam 3-hidroksibutirat yang diakumulasikan oleh Bacillus megaterium. Dan pengembangan penelitian saat ini ditujukan pada aspek yang berbeda dari mikroorganisme untuk beberapa sifat polimer yang diproduksi (Purwadi R, 2006). Berbagai mikroorganisme seperti Alcaligenes, Azotobacter, Bacillus, Nocardia, Pseudomonas, dan Rhizobium mengakumulasi polihidroksialkanoat sebagai material cadangan energi. Masing-

masing mikroorganisme menghasilkan komposisi polimer

PHA

yang berbeda. Jenis sumber karbon yang dikonsumsi oleh mikroorganisme juga menentukan jenis PHA yang dihasilkan. PHA sendiri adalah material cadangan mikroba, sehingga diharapkan mudah termetabolisasi oleh mikroorganisme denitrifikasi (Rayner A.D.M., Boddy L. 1988) Salah satu faktor yang mempengaruhi proses denitrifikasi jenis ini adalah kristalinitas polimer. PHA yang bersifat amorf lebih mudah terdegradasi daripada PHA yang bersifat kristalin (Wood D.A., S.E Matcham and T.R. Fermor. 1988) PHA bentuk amorf berada dalam tubuh bakteri (intraseluler), sedangkan produk PHA yang telah diekstraksi (ekstraseluler) berbentuk kristalin (Encyclopedia, CRC Press, 1999). Penggolongan PHA PHA merupakan poliester yang tersusun atas monomer-monomer hidroksikarboksilat.( Wood D.A., S.E Matcham and T.R. Fermor. 1988). Monomer-monomernya terdiri atas rantai karbon, 3-18 atom karbon. Struktur dari PHA termasuk homo dan heteropolimer. Lebih dari 91 kemungkinan konstituen biosintesis PHA (Ojumu dkk, 2004; Purwadi R, 2006). Lebih dari 250 bakteri yang berbeda, termasuk spesies gram negatif dan gram positif mampu mengakumulasikan PHA (Wood D.A., S.E Matcham and T.R. Fermor. 1988) PHA dapat dibagi atas dua gugus besar berdasarkan jumlah rantai atom karbon pada unit monomernya: 1. Panjang rantai pendek (short chain length/SCL): PHA yang mengandung atom C3- C5. 2. Panjang rantai sedang (medium chain length/MCL): PHA yang mengandung atom C6-C14 3. Panjang rantai panjang (long chain length/LCL) ): PHA yang

mengandung atom lebih banyak dari C14(Kadouri dkk, 2005; Ojumu dkk, 2004). Biosintesis PHA PHA dapat diperoleh dengan tiga cara yaitu : biosintesis dengan mikroorganisme, transgenik tumbuhan,

biosintesis in vitro menggunakan enzim (Wood D.A., S.E Matcham and T.R. Fermor. 1988). Pada kebanyakan bakteri, sel-sel mensintesis PHA di bawah kondisi substrat yang terbatas selain karbon, seperti nitrogen, posfor atau oksigen (Rayner A.D.M., Boddy L. 1988). Pengakumulasian PHA terjadi pada saat karbon dan sumber energi lainnya dalam kondisi kekurangan seperti kekurangan N, C, P, K dan lain-lain (Kadouri dkk, 2005; Purwadi R, 2006). Jalur biosintesa PHA dalam merombak karbon sebagai sumber makanan melibatkan 3 enzim sekaligus, yaitu -ketothiolase (PhbA), suatu NADPH-bersinergi dengan acetoacetyl coenzyme A (acetoacetylCoA) reduktase (PhbB) dan PHB sintase (PhbC). PHA diproduksi bermacam-macam (Rayner A.D.M., Boddy L. 1988). Jika PHA yang diproduksi dalam bentuk kopolimer seperti PHBV, maka langkah pertama yang diproduksi adalah PHB yang dikatalisasi oleh -ketothiolase yang mengkondensassi dua molekul acetyl-CoA untuk membentuk acetoacetyl-CoA untuk itu diperlukan substrat dan suhu yang sesuai (Wood D.A., S.E Matcham and T.R. Fermor. 1988). Pembentukan kopolimer PHBV melibatkan reaksi kondensasi acetyl-CoA dengan propionyl-CoA untuk membentuk ketovaleryl-CoA.Selanjutnya,acetoacetyl-CoA dan -ketovaleryl-CoA menjadi polimer PHBV dengan aktivitas reduktase dan sintase. (Steffen, K.T. 2003).

Gambar 2. Jalur Biosintesa produksi PHA Degradasi PHA adalah 100% polimer biodegradabel, merupakan

poliester dari berbagai hidroksialkanoat (HA) yang disintesis oleh sejumlah mikroorganisme sebagai penyimpan energi bahan-bahan organik di bawah kondisi substrat yang tidak seimbang. PHA memiliki kesamaan sifat dan kegunaan dengan termoplastik hasil sintetis seperti polipropilen. PHA didegradasi secara total menjadi air dan karbon dioksida di bawah kondisi aerobik dan menjadi metana di bawah kondisi anaerobik oleh mikroorganisme di dalam tanah, danau, air selokan, dan air laut (Chapman & Hall, 1995). Mikroorganisme Bakteri yang digunakan dalam memproduksi PHA dapat digolongkan menjadi dua berdasarkan kondisi biakan yang dibutuhkan dalam mensintesa PHA. Yang tergolong dalam bakteri ini adalah bakteri yang membutuhkan nutrisi penting terbatas seperti nitrogen, posfor, magnesium atau sulfur untuk mensintesa PHA dari sumber karbon yang tersedia. Bakteri yang termasuk dalam

golongan ini adalah R. eutropha, Protomonas extorquens, dan Protomonas oleovorans. Golongan kedua adalah bakteri-bakteri yang tidak membutuhkan nutrisi terbatas dalam mensintesa PHA dan polimernya diakumulasikan selama masa pertumbuhan. Antara lain Alcaligenes latus, strain mutasi dari Azotobacter vinelandii dan rekombinan E. coli. Karakteristik ini akan membantu dalam pensintesaan PHA.Ada sekitar 300 bakteri yang berbeda yang telah diidentifikasi mampu mensintesa PHA, antara lain: cyanobacteria, P. aeruginosa, rekombinan Bacillus subtilis, dan Comamonas sp (Kadouri dkk, 2005; Purwadi R, 2006).

Gambar 3. Alcaligenes latus bakteri pendegradasi plastik Biakan Sebagai suatu bentuk alternatif untuk biakan tunggal, biakan campuran juga lazim digunakan dalam mensintesa PHA. Biakan campuran biasa digunakan dalam pengolahan limbah cair, lumpur aktif yang memiliki kemampuan dalam mengakumulasikan PHA

sebagai karbon dan bahan energi yang tersimpan di bawah kondisi yang tidak stabil. Mikroorganisme akan menggali kemampuannya dan mengubah kondisinya demi menyesuaikan diri dengan ketersediaan nutrisi dan mampu beradaptasi secara kontinu untuk mengubah substrat yang tersedia menjadi PHA (Chapman & Hall, 1995). Substrat Meskipun PHA mampu menggantikan plastik kovensional karena biodegradabilitasnya, namun dalam segi biaya produksi 5-10 kali lebih tinggi dari plastik konvensional. Hal tersebut terjadi dikarenakan Perhitungan mahalnya biaya sumber PHA karbon sebagai pada substrat. sumber

produksi

didasarkan

karbonnya. Dan riset yang berkembang saat ini dikonsentrasikan pada bagaimana strategi dalam menekan biaya produksi PHA (Vares T. 1996). Kegunaan dari alternatif karbon berhubungan dengan pengembangan strain termasuk gliserol sebagai co-produk, limbah cair menggunakan lumpur aktif, asam glutamat alam limbah cair, limbah cair pabrik minyak zaitun, limbah cair pabrik kelapa sawit, minyak kacang kedelai, dan limbah perkebunan (Purwadi R, 2006). Kandungan PHA dan komposisinya dipengaruhi oleh strain mikroorganisme, tipe substrat dan konsentrasi yang digunakan, kondisi lingkungan tumbuhnya (Punrattanasin W, 2001). Teknik Fermentasi Biasanya, kondisi fermentasi harus didisain agar sel mampu mengakumulasi sumber karbon di dalam tubuh mereka membentuk polimer PHA dibanding untuk bereproduksi. Produksi PHA dengan fermentasi sangat bergantung pada sifat dari mikroorganisme yang akan digunakan untuk tujuan ini. Ketidakseimbangan nutrisi harus

disediakan

untuk

mencegah

melakukan

reproduksi.

Jumlah

konsentrasi sel harus cukup tinggi agar mencapai produktifitas sel yang tinggi dalam mengakumulasi PHA. Lagipula, strategi

fermentasi dilakukan untuk menambah densitas sel dengan menyediakan nutrisi yang cukup dalam media diikuti dengan bagaimana kondisi tumbuh dengan sumber karbon yang terbatas (Chapman & Hall, 1995). Kultivasi PHA Sebagai tambahan biaya dalam memperoleh biakan yang murni dan substrat organik, proses pemanenan polimer merupakan faktor yang mempengaruhi keseluruhan total biaya dari produksi PHA. Beberapa metode digunakan dalam kultivasi PHA, baik cara mengisolasi dan memurnikannya. Metode tersebut antara lain: Ekstraksi pelarut Metode ini digunakan dalam skala kecil laboratorium dengan hasil yang sama baiknya dengan produksi komersial. Dan digunakan hampir keseluruhan besar produksi pelarut PHA yang dengan digunakan

mikroorganisme.

Sejumlah

merupakan pelarut-pelarut yang bisa melarutkan PHA yang viskositasnya sangat tinggi antara lain chloroform, metilena klorida atau 1,2-dicholoroetana, ethilena carbonat, 1,2- propylene carbonat, campuran 1,1,2-trichloroethane dengan air, dan campuran dari chloroform dengan methanol, ethanol, acetone atau hexane. Digesti natrium hipoklorit Natrium hipoklorit bahan selular non-PHA dan meninggalkan PHA murni yang tidak rusak. Kemudia PHA dapat dipisahkan dengan cara sentrifugasi, natrium hipoklorit merupakan oksidator

kuat sesuai dengan dengan berat molekul yang tinggi dari polimer PHA. Digesti enzimatis Dalam alternatif penanggulangan biaya yang tinggi dari ekstraksi pelarut, maka metode ini dikembangkan. Treatmen yang dilakukan termasuk pemanasan (100- 150C) memecah sel dan mendenaturasi asam-asam nukleat, digesti enzimatis dan mencucinya dengan surfaktan anionik untuk melarutkan material sel non-PHA. Contoh enzim yang digunakan antara lain trypsin, pepsin, dan papain atau campuran dari ketiganya. Populasi mikroba dipengaruhi oleh bahan-bahan di lingkungan sekitarnya. Mikroba tanah ini yang mampu menggunakan senyawa karbon yang terkandung didalam polimer akan melimpah jumlahnya sementara yang tidak bisa menggunakanya tidak akan mampu bertahan. Mikroba-mikroba ini memiliki beragam jalur degradasi polimer sejalan dengan keanekaragaman mikroorganisme yang

memetabolisme hidrokarbon aromatik. Sifat fisik dan kimia alami pada proses pembusukan pada beragam material merupakan karakteristik utama biodegradasi. Oraganisme seperti ini disebut biodeteriogen yang memiliki kemampuan saprotrofik dengan menggunakan substrat untuk keberlanjutan pertumbuhan dan reproduksinya (Campbell, P. 1997). Skrening awal untuk kemampuan biodegradasi ini

menggunakan spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR) pada perubahan kimia permukaannya dan analisis produk biodegradasi dengan menggunakan High Pressure Liquid Chromatography (HPLC). Spektroskopi FTIR digunakan untuk analisis teknik pada banyak studi biodegradasi.

Polimer sintesis terutama poliolefin terbuat dari hanya atom karbon dan hidrogen yang pada umumnya kurang dapat di degrdasi mikroba. Sifat inert ini mungkin disebabkan sedikitnya total ikatan karbonoksigen (C=O, C-OR, C-OH), yang merupakan tempat degradasi enzim mikroba (Campbell, P. 1997). Polistirena secara struktural terdiri dari rantai alifatik dengan cincin aromatik melekat pada setiap atom karbon lainya. Stirena adalah monomer dari polistirena dan dibiodegradasi oleh bakteri dan fungi (Mooney et al., 2006). Biodegradasi intermediet stirena digunakan sebgai standar untuk analisis HPLC (Rayner A.D.M., Boddy L. 1988). Rantai panjang polimer dipecah menjadi molekul yang lebih kecil oleh enzim ekstraselular yang kemudian diabsorbsi untuk metabolisme selanjutnya didalam sel. Biodegradasi adalah penguraian senyawa yang menggunakan organisme, dan biodegradasi polimer biasanya dimulai dengan proses oksidasi. Oksidase dan peroksidase mengoksidasi substrat yang cocok untuk karbonil, alkohol atau kelompok aldehid. Peroksidase mereduksi oksigen terlarut menjadi peroksida. Lakkase mereduksi oksigen menjadi air dan mengoksidasi fenol dan substrat non-fenol dengan pembentukan quinon atau radikal fenoksi dan radikal kation (Chapman & Hall, 1995). Deteksi senyawa metabolit pada lingkungan ekstraselular mengindekasikan bahwa bakteri NA26, NB6, NB26 mampu untuk mengekstrak karbon dari molekul komplek polistirena tetapi proses ini sangat lambat dan

menyebabkan perubahan kimia yang tidak signifikan (Rayner A.D.M., Boddy L. 1988). Strain yang dikembangkan secara teknik molekular munkin dapat digunakan untuk meningkatkan potensi biodegradasi pada bakteri isolat.

Daftar Pustaka Chapman & Hall, 1995. Bhowmkk, A.K., and Stephens, H.L., Rubber Products Manufacturing Technology Encyclopedia, CRC Press, 1999. Sperling, L.H., Polymeric Multicomponent Materials: An Campbell, P. 1997. Plastics Components Design, Industrial Press Hanser. 1994. Young, R.J., and Lovell, P., Introduction to Polymers Marcel Dekker, 1994. Elements of Polymer Science and

Engineering, 2nd ed., Academic Press, Prentice Hall, 199y. Ulrich, H., Introduction to Industrial Polymers Rayner A.D.M., Boddy L. 1988. Fungal decomposition of wood. Great Britain: John Wiley & Sons. Steffen, K.T. 2003. Degradation of recalcitrant biopolymers and polycyclic aromatic hydrocarbons [disertasi]. of by litter-decomposing Division of and

basidiomycetous Microbiology Microbiology

fungi.

Helsinki:

Department

Applied

Chemistry

Vares T. 1996. Ligninolytic enzymes and lignin-degrading activity of taxonomically different white-rot fungi. [PhD Thesis]. Helsinki: Dep. Appl. Chem. and Microbiol. University of Helsinki. Wirjosentono , B. 1998. Struktur dan sifat Mekanis Polimer, IntanDirja: Medan Wood D.A., S.E Matcham and T.R. Fermor. 1988. Production and function on enzymes during lignocellulose degradation. In: Zadrazil F and P Reninger [Eds]. Treatment of Lignocellulosics with White Rot Fungi. London: Elsevier Applied Science. pp.43-49.

PENGGUNAAN POLIHIDROKSIALKANOAT (PHA) SEBAGAI BIOPLASTIK YANG DAPAT DIDEGRADASI OLEH MIKROBA

Tugas ini disusun Untuk Melengkapi Nilai UKD 4 Mikrobiologi Lingkungan

Disusun Oleh: Asfarina Aulia M040901

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Anda mungkin juga menyukai