Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Abad ke-21 merupakan abad kemajuan dalam bidang sains. Sains dan pedidikan sains tersebar di seluruh dunia. Peran penting sains adalah sebagai salah satu pilar perkembangan yang telah diketahui hampir seluruh negara. Banyak negara baik itu negara kaya atau miskin, besar atau kecil, bekerja keras mengembangkan program sains dan teknologi mereka. Seperti yang kita ketahui bahwa sains dan teknologi dapat memberikan kehidupan yang lebih baik bagi warga negara mereka, stabilitas ekonomi dan satus negara dalam dunia internasional. Jadi tidak diherankan lagi kalau kurikulum sains menjadi objek kajian yang banyak dikaji oleh suatu negara. Tiap negara mempunyai sistem pendidikan yang berbeda-beda dengan penekanan pada variabel tertentu di dalam pendidikan. Pada variabel tersebut terkandung tujuan yang akan dicapai baik jangka panjang maupun jangka pendek. Sehingga akan memberikan arah bagi negara tersebut untuk menciptakan manusia dan bentuk negara yang mereka inginkan berdasarkan sumber daya manusia yang mereka rencanakan berdasarkan sistem pendidikan. Negara Jepang seperti yang kita ketahui sebagai negara yang memiliki perekonomian yang besar dan juga sebagai pemimpin dalam bidang sains dan teknologi. Garner dalam Greg (2005) menyatakan juga bahwa Jepang sebagai salah satu negara yang paling bagus pendidikannya, begitu juga negara California dan Malaysia yang mutu pendidikan sains mereka berada pada level atas dari pendidikan Indonesia. Pada makalah ini Penulis mencoba untuk membandingkan konten pembelajaran sains pada beberapa negara yaitu Indonesia, Malaysia, Jepang dan California. Studi perbandingan ini diharapkan dapat memberikan koreksi, masukan ataupun inspirasi yang menjadi prinsip dalam mengembangan kurikulum sains kedepan, baik di Indonesia maupun di negara lainnya. Hal ini

sejalan dengan pendapat Kendall dan Nicholas Hanc yang dikutip dari Nur (2002:4) yang menjelaskan bahwa tujuan perbandingan pendidikan adalah untuk mengetahui prinsip-prinsip apa yang sesungguhnya mendasari pengaturan perkembangan sistem pendidikan nasional.

B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah yang diajukan pada makalah ini adalah: 1. Apa-apa saja perbedaan konten pembelajaran sains pada kurikulum Indonesia dengan California? 2. Bagaimana perbandingan konten pembelajaran sains pada kurikulum Indonesia dengan kurikulum Jepang, Malaisya, dan California serta dampaknya terhadap mutu pembelajaran sains pada masing-masing negara? kurikulum Jepang, Malaysia, Minnesota dan

C. TUJUAN Tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui perbedaan konten pembelajaran sains pada kurikulum Indonesia dengan kurikulum Jepang, Malaisya, Minnesota dan California. 2. Untuk mengetahui tujuan apa yang ditekankan kurikulum sains pada masing-masing negara. 3. Untuk mengetahui perbandingan konten pembelajaran sains pada kurikulum Indonesia dengan kurikulum Jepang, Malaysia, Minnesota dan California serta dampaknya terhadap mutu pembelajaran sains pada masing-masing negara.

BAB II PEMBAHASAN

A. Deskripsi Singkat tentang sistem pendidikan di negara Indonesia, Jepang, California, dan Malaysia. 1. Indonesia a. Standar Nasional Pendidikan di Indonesia 1) Tujuan dan sistem pendidikan sains di Indonesia Sains berkaitan erat dengan belajar tentang alam. Peserta didik tidak hanya belajar di kelas dan menghafal konsep tetapi juga merupakan proses menemukan sesuatu. Tujuan pendidikan sains di Indonesia yang tercantum pada Badan Nasional Standar Indonesia yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan: a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsepkonsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam

memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Pendidikan Indonesia terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: TK, Sekolah Dasar (SD)/MI, Sekolah Menengah Pertama (SMP)/MTs, Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/MAN, dan Perguruan Tinggi. Wajib belajar di Indonesia adalah sembilan tahun yaitu setingkat SMP. Bahasa pengantar dalam pendidikan adalah bahasa Indonesia. Tabel 1. Sistem Pendidikan Indonesia Progam TK SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jenis sekolah Negeri/swasta Negeri/swasta Negeri/swasta Negeri/swasta Negeri/swasta Rentang umur siswa 4 6 tahun 6 12 tahun Massa study 1 tahun 6 tahun 29 32 JP 34 JP 38 39 JP Jumlah mata pelajaran

12 15 tahun 3 tahun 15 18 tahun 3 tahun 18 21 tahun 4 tahun

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) menerima masukan siswa pada rentang usia 4 6 tahun dengan masa studi 1 tahun. Pada pendidikan ini siswa mulai di ajari membaca, menulis dan menghitung. Pendidikan Sekolah Dasar/MI di Indonesia berlangsung selama 6 tahun. Rentang usia siswa dari 6 12 tahun. Bahasa pengantar pelajaran menggunakan bahasa Indonesia. Jumlah mata pelajaran yang wajib ditempuh adalah 29 32 jam pelajaran untuk siswa kelas I, II dan III dan 34 jam pelajaran untuk siswa kelas IV, V dan VI. Standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) adalah standar minimum yang harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pada akhir tahun ke-VI, peserta didik wajib menempuh

Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional dengan perhitungan nilai yang sudah di tetapkan. Ruang lingkup bahan kajian sains di SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya. Pendidikan di SMP/MTs di Indonesia berlangsung selama 3 tahun. Ada dua jenis sekolah yaitu sekolah negeri dan sekolah swasta. Kurikulum pada dua jenis sekolah ini sama. Rentang usia berkisar antara 12 15 tahun. Beban jam pelajaran yang wajib ditempuh adalah 34 JP dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran 40 menit. Bahan kajian sains untuk SMP/ MTs meliputi aspek-aspek: 1) Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan 2) Materi dan Sifatnya 3) Energi dan Perubahannya 4) Bumi dan Alam Semesta

2.

Jepang a. Sistem Kurikulum Pendidikan Jepang Sistem pendidikan di Jepang adalah sentralis seperti pada beberapa negara lainnya. Kementrian pendidikan, olah raga dan kebudayaan Jepang adalah yang telah merumuskan standar kurikulum dan kebijakan. Pendidikan sains di Jepang telah mengalami banyak perubahan. Setelah perang dunia ke II pada tahun 1947, kementrian pendidikan, olah raga dan kebudayaan jepang mengeluarkan bahan pengajaran resmi sebagai

dasar atau landasan kurikulum. Sejak tahun 1947, kurikulum telah berubah setiap 10 tahun. Berdasarkan tabel 2, sistem pendidikan dasar di Jepang terdiri dari Pendidikan wajib yaitu 6 tahun sekolah dasar dan 3 tahun sekolah

menengah. Hampir semua anak-anak di antara umur dari 6 dan 15 didaftarkan di sekolah. Pada tahun 2005, rata-rata 98% peserta didik memasuki sekolah menengah atas, 89% lulus dari sekolah menengah atas, dan 44% memasuki universitas (TIMSS, 2007) Pada sekolah menengah atas terdapat beberapa pembagian waktu pembelajaran yaitu, full-time, paruh waktu, atau dengan penyesuaian. Peserta didik yang mengikuti sekolah full-time dapat menyelesaikan sekolahnya selama 3 tahun, sementara yang paruh waktu dan penyesuaian peserta didik paling tidak menyelesaikan sekolah selama 4 tahun. Rata-rata 97% peserta didik di sekolah menengah atas didaftarkan full-time pada tahun 2005. Ada dua jenis sekolah menengah atas yaitu: umum dan khusus. Rata-rata 73% peserta didik di sekolah menengah atas didaftarkan di sekolah umum pada tahun 2005. Adapun sekolah khusus menyediakan pendidikan kejuruan dan lainnya, yang dilakukan untuk mempersiapkan karir masa depan peserta didik. Sekolah ini meliputi bidang pertanian, industri, perawatan, perdagangan, penerangan, perikanan, kesejahteraan, ilmu dan

kerumahtanggaan,

matematika, pendidikan jasmani, musik, seni, serta bahasa inggris. Perubahan kurikulum pendidikan Jepang telah mengalami

perbaikan sebanyak tujuh kali sejak implementasinya pada 1947 agar sesuai dengan perubahan masyarakat dan kebutuhan dari masing-masing kelompok umur peserta didik. Revisi keenam, diterapkan pada bulan April 2002 pada jenjang sekolah dasar dan taman kanak-kanak, serta sedikit revisi pada bulan April 2003 pada sekolah menengah pertama, revisi ini dilakukan untuk memastikan bahwa pendidikan disesuaikan dengan umur, kemampuan, konten yang berkualitas sehingga

pengetahuan peserta didik itu akan bermanfaat untuk masa depan. Di

dalam memilih konten bidang pendidikan yang spesifik, penekanan telah ditempatkan pada upaya agar peserta didik mampu mengadakan dan tidak hanya transmisi

percobaan dan pemecahan masalah

penghafalan semata-mata dari pengetahuan. Pada Desember 2003, dilakukan sedikit revisi yang difokuskan pada kebutuhan individu peserta didik. Pada tahun 2011, revisi yang ketujuh akan diterapkan, pembahasan difokuskan pada matematika dan sains, seperti yang akan dijelaskan pada paragrap berikut. b. Penekanan Kurikulum Sains Sejak tahun ajaran 2002, kementerian telah merancang beberapa sekolah menengah atas yang menekankan pada sains, teknologi, dan matematika seperti sekolah menengah atas super sains (super science high school). Kementerian telah meneliti dan mengembangkan kurikulum inovatif yang menekankan sains, teknologi, dan matematika, dengan tujuan membantu mengembangkan ahli sains dan insinyur yang akan memainkan peran penting di masyarakat. Pada tahun ajaran 2007/2008, 31 sekolah menengah atas dirancang sebagai sekolah menengah atas super sains. c. Kurikulum Sains di Sekolah dasar dan Sekolah menengah Obyektif dan konten dari kurikulum sains adalah berlandaskan bahan pengajaran yang diatur kementerian pendidikan. Buku teks juga dipersiapkan sesuai dengan bahan pengajaran, dan kelas sains menggunakan buku teks ini. tugas sains dimulai pada tingkat ketiga dan merupakan satu subyek yang disyaratkan pada pendidikan wajib. Adapun penekanan pada kurikulum sains adalah sebagai berikut: di sekolah dasar, dengan pengajaran melalui observasi, experiment, cocok tanam, dan pemeliharaan hewan, menggunakan alat seperti komputer atau alat-alat perlengkapan audio visual yang dipilih, sehingga murid menjadi terlatih dalam memanipulasi dan belajar bagaimana cara menggunakannya. Di sekolah menengah pertama, ditekankan pada

observasi, experiment, dan observasi di luar, dikhususkan lingkungan lokal. Konten di sekolah dasar disusun atas tiga area: makhluk hidup dan lingkungan, materi dan energy, dan Bumi dan ruang angkasa. Tujuan kurikulum pendidikan sains pada tingkat sekolah dasar di Jepang adalah: To enable students to become familiar with the nature and to carry out observations with identifying clear purpose, also to develop their problem-solving abilities and nurture hearts and minds that are filled with a love of the natural world, and at the same time to develop their understanding of natural phenomena, and scientific views and thinking. Tabel 2. Sistem Pendidikan Jepang Program Taman Kanak-kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertaman Sekolah Menengah Atas Prefectural privat/ Municipal Umur 15 atau lebih Municipal privat Umur 12 3 Tahun 9 Badan Pengelola Kualifikasi Umur Dari umur 3-5 Masa Studi 1-3 Tahun Jumlah Mata Pelajaran 6 untuk Tk. I & II Municipal privat Umur 6 6 Tahun 7 untuk Tk. III & IV 8 untuk Tk. V & VI

Privat/minicipal

3 Tahun

3.

Malaysia a. Standar Nasional Pendidikan di Malaysia 1. Tujuan dan sistem Pendidikan sains di Malaysia Pendidikan di Malaysia seperti yang tercantum dalam Falsafah Pendidikan Kebangsaan adalah suatu usaha yang terus menerus mengembangkan potensi individu secara menyeluruh

dan berepadu supaya dapat melahirkan insan yang seimbang, dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani. Standard Kurikulum Sains sekolah rendah dan menengah didirikan untuk

menghasilkan insan yang diinginkan.

Sains adalah salah satu bidang yang mencakup pengetahuan, kemahiran, sikap saintifik dan nilai luhur . Intergrasi antara tiga elemen ini sangat penting untuk menjamin mutu pendidikan sains. Sebagai satu bidang ilmu pengetahuan, sains memberi bekal konsep yang memungkinkan peserta didik memahami alam sekitar mereka. Sains juga merupakan satu proses yang mengutamakan kaedah inkuiri dan pemecahan masalah. Sains mengembangkan kemahiran untuk menyiasati alam sekitar yang melibatkan kemahiran berfikir dan strategi berfikir serta kemahiran saintifik. Ilmu pengetahuan diperoleh sebagai hasil metode inkuiri secara saintifik memerlukan dan memperbolehkan murid mengembangkan sikap saintifik dan nilai luhur. Pendidikan di Malaysia terdiri dari beberapa peringkat yaitu prasekolah, pendidikan rendah dan pengajian tinggi. Hanya pendidikan di sekolah rendah yang diwajibkan dalam undang-undang. Seseorang yang menyelesaikan sekolah hanya sampai sekolah rendah tidak melanggar undang-undang. Sekolah rendah dan sekolah menengah dikelola Kementrian Pelajaran Malaysia, tetapi dasar yang berkenaan dengan pengajian tinggi diatur oleh Kementerian Pengajian Tinggi Malaysia yang didirikan pada tahun 2004. Sejak tahun 2003, kerajaan memperkenalkan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam mata pelajaran yang berkenaan dengan sains dan matematik. Tabel 3. Sistem Pendidikan Malaysia Progam Pendidikan prasekolah Sekolah Jenis Sekolah Kebangsaan dan swasta Kebangsaan Rentang umur siswa 4 6 tahun 7 12 tahun Massa study 1 tahun 6 tahun

10

rendah Sekolah menengah Pendidikan pra university Pengajian tinggi

dan swasta 13 18 tahun 19 21 tahun 5 tahun 2 tahun

Sekolah prasekolah menerima pendaftaran peserta didik pada umur 46 tahun. Pendidikan tadika bukan merupakan pendidikan wajib dalam Pendidikan Malaysia. Namun pembangunan tadika oleh pihak swasta sangat pesat. Karena itu, sebagian besar Sekolah Kebangsaan mempunyai kelas prasekolah. Namun kelas ini dibuka untuk anak-anak dari keluarga berpendapatan rendah. Pendidikan rendah bermula dari tahun 1 hingga tahun 6, dan menerima peserta didik yang berumur 7 tahun hingga 12 tahun. Bahasa Melayu dan bahasa Inggeris merupakan mata pelajaran wajib dalam Sistem Pendidikan Malaysia. Sekolah rendah awam di Malaysia terbagi menjadi dua jenis, yaitu Sekolah Kebangsaan dan Sekolah Jenis Kebangsaan. Kurikulum pada kedua jenis sekolah rendah sama. Perbedaan antara dua jenis sekolah ini ialah bahasa pengantar yang digunakan. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa pengantar di Sekolah Kebangsaan. Bahasa Tamil atau bahasa Mandarin digunakan sebagai bahasa pengantar di Sekolah Jenis Kebangsaan. Pada akhir tahun persekolahan sekolah rendah, ujian awam diadakan bagi menilai prestasi murid-murid. Ujian awam pada peringkat sekolah rendah dinamakan Ujian Penilaian Sekolah Rendah (UPSR). Pelajar yang telah menduduki UPSR, dibenarkan melanjutkan pelajaran ke peringkat menengah. Sekolah menengah awam dilihat sebagai lanjutan sekolah rendah. Bahasa Malaysia digunakan sebagai bahasa pengantar bagi semua mata pelajaran selain Sains (Biologi, Fisik dan Kimia) dan Matematik (termasuk Matematik Tambahan), Para pelajar perlu belajar dari Tingkatan 1 hingga

11

Tingkatan 5. Seperti di sekolah rendah, setiap tingkatan membutuhkan waktu selama satu tahun. Pada akhir tingkatan ketiga (dilaksanakan peringkat menengah rendah), para peserta didik akan menduduki Penilaian Menengah Rendah (PMR). Berdasarkan pencapaian PMR, mereka akan dikategorikan kepada Jurusan Sains atau Jurusan Sastra. Aliran Sains menjadi pilihan utama. Pada akhir Tingkatan Lima (digelar peringkat menengah atas), para pelajar perlu mengikuti Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) sebelum menamatkan pelajaran di peringkat menengah. SPM adalah berdasarkan peperiksaan School Certificate United Kingdom lama sebelum menjadi peperiksaan Tahap 'O' General Certificate of Education (Kelulusan Umum Pelajaran) yang menjadi GCSE (General Certificate of Secondary School / Kelulusan Umum Sekolah Menengah). Sejak tahun 2006, para pelajar turut menduduki kertas GCE Tahap 'O' bagi bahasa Inggeris selain kertas SPM Bahasa Inggeris biasa. Keputusan lain ini adalah berdasarkan markah penulisan karangan dalam kertas Bahasa Inggeris SPM. Penilaian karangan kertas Bahasa Inggeris SPM diadakan di bawah pengawasan pegawai dari peperiksaan Tahap 'O' British. Walaupun keputusan ini bukan sebahagian daripada SPM, keputusan ini akan dinyatakan pada kertas keputusan.

2. Kurikulum sains di Malaysia Kurikulum sains di Malaysia menggunakan Struktur Kurikulum Standard Prasekolah Kebangsaan (KSPK) dan Kurikulum Standard Sekolah Rendah (KSSR) digubal berlandaskan prinsip-prinsip Kurikulum Bersepadu Sekolah Rendah (KBSR) yang selaras dengan Falsafah Pendidikan Kebangsaan. Sekolah menengah menggunakan Kurikulum Bersepadu

Sekolah Menengah (KBSM). Kurikulum Sains untuk sekolah menengah disusun atur dengan tema. Setiap tema mengandungi beberapa bidang pembelajaran. Setiap bidang pembelajaran mempunyai satu atau lebih hasil pembelajaran yang dikonsepsikan berdasarkan tema dan bidang pembelajaran yang berkenaan.

12

Hasil pembelajaran diperincikan kepada aras yang merangkumi objektif pembelajaran yang mengintegrasikan pemerolehan pengetahuan,

penguasaan kemahiran berfikir dan strategi berfikir, kemahiran saintifik, serta penerapan sikap saintifik dan nilai murni. Aktivitas pembelajaran direncanakan untuk mencapai setiap pembelajaran yang dipelajari. Dokumen SK Sains mengandungi tema berikut: Pengenalan kepada Sains Sains Hayat Sains Fizikal Sains Bahan Bumi dan Sains Angkasa Teknologi dan kehidupan Lestari Standard Kurikulum RBT berada di dalam tema ini. Aktivitas pembelajaran mengutamakan pembelajaran yang mampu mendorong murid berfikir dan mengembangkan pola pikir mereka dalam proses pembelajaran konsep sains serta mengaplikasikan sains dan teknologi. Pembelajaran ini boleh berlaku melalui berbagai pendekatan seperti inkuiri, sains teknologi dan masyarakat, pembelajaran kontekstual, konstruktivisme, pembelajaran masteri dan pembelajaran yang bermakna. Pendekatan ini merangkumi kaedah seperti eksperimen, diskusi, simulasi, proyek, lawatan dan kajian masa depan. Penggunaan sumber luar dalam pengajaran dan pembelajaran sains juga diutamakan. Kemahiran memilih, menganalisis dan menilai data dari berbagai sumber turut diperkembangkan melalui kurikulum ini. Sumber maklumat terdiri daripada sumber cetak atau sumber elektronik. Dalam aspek ini teknologi khususnya teknologi maklumat digunakan sebagai satu wahana untuk mengoptimumkan hasil pembelajaran yang diinginkan. a. Kemahiran Saintifik Penguasaan kemahiran saintifik amat di perlukan untuk mengkaji dan memahami alam, mencari jawaban sesuatu masalah serta membuat keputusan secara bersistem. Kemahiran saintifik terdiri dari kemahiran

13

proses sains dan kemahiran manipulatif. Kemahiran proses sains merupakan satu proses mental yang mengutamakan pemikiran secara kritis, kreatif, analitis dan sistematik. Penguasaan kemahiran proses sains beserta sikap dan pengetahuan yang sesuai menjamin supaya peserta didik untuk berfikir secara mendalam. b. Kemahiran Proses Sains Kemahiran Proses Sains yang perlu diperkembangkan dalam kurikulum sains adalah berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Memerhati. Mengukur. Membuat inferens. Meramalkan. Berkomunikasi. Menggunakan hubungan ruang dan masa. Mentafsirkan data. Mendefinisikan secara operasi. Mengawal pemboleh ubah.

10) Membuat hipotesis. 11) Mengeksperimen. c. Kemahiran Manipulatif Kemahiran manipulatif merupakan kemahiran psikomotor dalam penyiasatan sains yang membolehkan murid melakukan aktiviti berikut: 1) Menggunakan dan mengendalikan peralatan dan bahan sains dengan betul. 2) 3) 4) 5) d. Menyimpan peralatan dan bahan sains dengan betul dan selamat. Membersihkan peralatan sains dengan cara yang betul. Mengendalikan spesimen dengan betul dan cermat. Melakar spesimen, peralatan dan bahan sains dengan tepat.

Kemahiran Berfikir Pengajaran dan pembelajaran sains memberi satu peluang yang baik untuk mengembangkan kemahiran berfikir murid. Pada masa yang

14

sama, strategi pengajaran dan pembelajaran dalam sains memerlukan penggunaaan kemahiran berfikir kritis dan kemahiran berfikir kreatif . e. Sikap Saintifik dan Nilai Luhur Pengalaman pembelajaran sains boleh memupuk sikap dan nilai positif dalam diri murid. Penerapan sikap saintifik dan nilai murni semasa pengajaran dan pembelajaran dilakukan sama ada secara bersahaja atau secara terancang. Dalam kurikulum ini, objektif pembelajaran untuk domain afektif ini di jadikan Hasil Pembelajaran yang khusus. Aktiviti yang spesifik untuk mencapai objektif pembelajaran ini di cadangkan.

B. Analisis Perbandingan Konten Sains Kurikulum Tingkat Dasar dan Menengah Dari perbandingan tema-tema sains masing-masing negara pada sekolah dasar tingkat 1 diperoleh empat tema pada masing-masing negara, seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 4. Tema pembelajaran sains tingkat Sekolah Dasar Negara Indonesia Tema Energi & perubahannya, bumi & alam semesta, benda & sifatnya, makhluk hidup & proses kehidupan. Malaysia Kalifornia Diri sendiri, hewan, tumbuhan, dan indera. Fisika(materi), ilmu hidup (hewan &

tumbuhan), ilmu bumi (cuaca), investigasi & eksperimen. Minnesota Sejarah sains alam, sains fisika (materi), bumi & alam semesta, sains kehidupan (tumbuhan & hewan). Jepang Makhluk hidup & lingkungan, materi & energi, bumi & alam semesta.

15

Dari tabel 5, perbandingan konten sains terdapat beberapa perbedaan pada masing-masing negara. Untuk sekolah dasar tingkat pertama diketahui bahwa konten sains Malaysia lebih sederhana dibanding negara lainnya, malaysia tidak memasukkan tema bumi dan alam semesta pada tingkat ini. Pada negara Minnesota dan Kalifornia penekanan aspek metode ilmiah terlihat jelas pada konten investigasi dan eksperimen pada kalifornia dan metode ilmiah pada Minnesota, sedangkan di Indonesia tidak menjadi konten standar sains begitu juga dengan malaysia, di Indonesia standar kompetensi berupa konsep dan bukan metode ilmiah seperti pada negara Minnesota dan Kalifornia. Pada tingkat kedua, Indonesia, Minnesota dan Kalifornia masih pada tema yang sama pada tingkat satu dengan topik yang berbeda, sedangkan malaysia menjadi delapan tema dan masih belum mempelajari tema bumi dan alam semesta. Pada tingkatan seterusnya masing-masing negara dengan tema awal dan dengan topik-topik yang lebih dalam pada tiap tema, disini konten negara jepang lebih tinggi pada negara lainnya, seperti terlihat pada tingkat 4 dan 6 di jepang pada tingkat 4 sudah mempelajari tentang sel dan pada tingkat 6 mempelajari topik reaksi kimia, sedangkan pada negara lain topik tersebut baru dipelajari pada sekolah menengah pertama. Konten sains pada negara Minnesota dan Kalifornia telah disusun pada jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak, sedangkan di Indonesia baru disusun pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, dan di Jepang baru dipelajari pada kelas 3. Untuk sekolah dasar tingkat Sekolah menengah terdapat beberapa perbedaan yaitu: Tabel 6. Perbandingan Konten Kelas VII Negara Tema

16

Indonesia Malaysia Minnesota

Kalifornia Jepang

Metode ilmiah, zat, perubahan fisika dan kimia, gejala alam, keanekaragaman makhluk hidup, saling ketergantungan Pengantar sains, sel dan unit dalam kehidupan, materi, keanekaragaman sumber daya alam, udara, sumber energi, panas. Sains dan alam, Biologi sel, genetika, evolusi, bumi dan sejarah kehidupan, struktur dan fungsi sistem kehidupan, prinsip fisika dalam sistem kehidupan, investigasi dan eksperimen, scientific enterprise, sejarah perspektif, sel, keanekaragaman makhluk hidup, ketergantungan makhluk hidup dan lingkungan, hereditas, perubahan populasi, aliran materi dan energi, manusia sebagai makhluk hidup. Biologi sel, genetika, evolusi, bumi dan sejarah kehidupan, struktur dan fungsi sitem kehidupan, prinsip fisika dalam sistem kehidupan, investigasi dan eksperimen Subtansi dan perubahannya, fenomena fisika, kehidupan tananam, bintang dan tata surya.

Tabel 7. Perbandingan Konten Kelas VIII Negara Indonesia Malaysia Jepang Tema
sistem dalam kehidupan, partikel dan materi, bahan kimia dalam kehidupan, gaya, usaha dan energi, getaran dan gelombang Fungsi indera, nutrisi, biodiversitas, ketergantungan mahkluk hidup dan lingkungannya, air dan larutan, tekanan udara, dinamika, dorongan dan perpindahan, kestabilan, pesawat sederhana. Sains dan alam, metode ilmiah, scientific enterprise, sejarah perspektif, keanekaragaman makhluk hidup, ketergantungan makhluk hidup dan lingkungan, hereditas, perubahan populasi, aliran materi dan energi, manusia sebagai makhluk hidup Gerak, gaya, struktur materi, bumi dalam tatasurya, reaksi kimia, kimia dalam sistem kehidupan, tabel periodik, densitas dan masa jenis, investigasi dan eksperimen. Kimia, atom dan molekul, kelistrikan, kehidupan hewan dan semacamnya, cuaca dan perubahannya.

Kalifornia Jepang

Tabel 8. Perbandingan Konten IX Negara Indonesia Malaysia Tema


sistem dalam kehidupan, kelangsungan makhluk hidup, kelistrikan, kemagnetan, tatasurya. Respirasi, sistem transport dan sirkulasi, ekskresi, reproduksi, pertumbuhan, tanah dan unsur-unsurnya, kelistrikan, energi listrik, bintang dan galaksi, astronomi

17

Minnesota

Kalifornia Jepang

Sains dan alam, metode ilmiah, scientific enterprise, sejarah perspektif, keanekaragaman makhluk hidup, ketergantungan makhluk hidup dan lingkungan, hereditas, perubahan populasi, aliran materi dan energi, manusia sebagai makhluk hidup Gerak, gaya, struktur materi, bumi dalam tatasurya, reaksi kimia, kimia dalam sistem kehidupan, tabel periodik, densitas dan masa jenis, investigasi dan eksperimen. Perubahan kimia dan ion, gerak dan energy, hubungan makhluk hidup, perubahan bumi

Dari tabel di atas terdapat perbedaan konten yang sangat mencolok dari keempat negara. Jepang memiliki konten yang lebih sulit dan padat di antara negara lain. Pendidikan sains di Jepang dimulai taman kanak sehingga perkembangan di jenjang selanjutnya berlangsung cepat. Keunggulan Jepang pada pembelajaran sains adalah pada proses pembelajaran inquiry dan scientific enterprise. Penekanan pada kurikulum sains di sekolah dasar adalah dengan pengajaran melalui observasi, experiment, cocok tanam, dan

pemeliharaan hewan, menggunakan alat seperti komputer atau alat-alat perlengkapan audio visual yang dipilih, sehingga murid menjadi terlatih dalam memanipulasi dan belajar bagaimana cara menggunakannya. Di

sekolah menengah pertama, ditekankan pada observasi, experiment, dan observasi di luar, dikhususkan lingkungan lokal. Pendidikan di Malaysia dan Indonesia menekankan inquiry pada pembelajaran sains. Konten dari kedua Negara ini juga hampir sama. Perbedaan mendasar hanya di Malaysia menggunakan cadangan aktiviti. Cadangan aktiviti pembelajaran mengutamakan pembelajaran yang mampu mendorong murid berfikir dan memperkembangkan minat mereka dalam proses pembelajaran konsep sains serta mengaplikasikan sains dan teknologi . Pembelajaran berfikir ini inkuiri, sains teknologi berlaku melalui berbagai pendekatan seperti dan masyarakat, pembelajaran kontekstual,

konstruktivisme, pembelajaran masteri dan pembelajaran yang bermakna. Pendekatan ini merangkumi kaedah seperti eksperimen, perbincangan, simulasi, projek, lawatan dan kajian masa depan

18

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dari pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan 1. Tema umum sains pada kurikulum Indonesia, Jepang, Minnesota, dan Kalifornia hampir sama hanya berbeda pada penekanan topiknya. 2. Pada negara Minnesota dan Kalifornia konten metode ilmiah sangat ditekankan pada tiap tingkatan. 3. Konten sains di Indonesia masih terfokus pada penguasaan konsep.

19

DAFTAR PUSTAKA

Anonim PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA DAN MALAYSIA


(2011) dari

Greg

A STUDY COMPARATIVE OF the elementary SCIENCE CURRICULUM OF philipina AND japan(2005) dari http://www.ed.ehimeu.ac.jp/~kiyou/2005/pdf/19.pdf
Academic Standards Committee (2003)

Minnesota

http://education.state.mn.us/mdeprod/groups/Standards/documents/LawStatut e/000282.pdf

Science Content Standards for California Public Schools (1998) dari: Integrated Curriculum for Primary Schools (2002) dari Badan standar nasional pendidikan (2006) TIMSS (2007) Encyclopedia A Guide to Mathematics and Science Education Around the World Volume 1 dari :

Anda mungkin juga menyukai