Anda di halaman 1dari 3

Biodiesel dari minyak sawit, berpeluang sebagai sumber energi alternatif.

Daftar Isi
Biodiesel Berbahan Baku Minyak Kelapa Sawit Membudidayakan Anthurium secara Tradisional Sampah untuk Pakan Ternak Perontok Padi Pedal Model Lipat, Mengurangi Susut Panen Padi Inovasi untuk Ketahanan Pangan Gula Singkong dapat Diproduksi di Pedesaan Pelestarian Plasma Nutfah Ayam Lokal Diversifikasi Konsumsi Pangan Masih Wacana Kedelai Unggul di Tanah Masam Varietas Baru Anggrek Spathoglottis yang Menawan Inderaja untuk Identifikasi Kerusakan Lahan Akibat Tsunami dan Rehabilitasinya 1 4 5 7 8 9 11 13 15 16 18

Biodiesel Berbahan Baku Minyak Kelapa Sawit


Bahan bakar minyak yang makin langka dan harganya yang terus membubung mendorong berbagai pihak untuk melakukan penghematan dan mencari bahan bakar alternatif. Pusat Penelitian Kelapa Sawit telah menghasilkan biodiesel berbahan baku minyak sawit (CPO), yang berpeluang menjadi salah satu sumber energi alternatif.

usat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), salah satu pusat penelitian di bawah koordinasi Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI), menurut sejarahnya merupakan institusi penelitian dan pengembangan perkebunan hasil ambil alih (nasionalisasi) dari Belanda pada tahun

1957. PPKS memiliki mandat melakukan penelitian komoditas kelapa sawit dan berkedudukan di Medan. Sejak awal abad 20, PPKS telah menghasilkan berbagai teknologi hulu, seperti klon-klon unggul dan bahan tanaman yang saat ini dinikmati oleh pengguna secara luas.

Dalam rangka memacu industri kelapa sawit nasional, PPKS secara khusus sejak tahun 1992 mengembangkan biodiesel berbahan baku minyak kelapa sawit mentah (CPO). Saat ini, teknologi proses pengembangan biodiesel dari CPO telah dikuasai oleh PPKS, dan pilot plant dengan kapasitas 1 ton/hari sebagai sarana penelitian pun telah dibangun. Pembangunan pilot plant dengan kapasitas yang lebih besar, yaitu 1 ton/jam atau 20 ton/hari kini tengah dilakukan sebelum teknologi tersebut dikembangkan secara komersial. Penelitian biodiesel dilakukan pada berbagai kondisi proses, jenis proses, bahan baku, dan bahan pendukung. Bahan baku biodiesel yang diteliti semuanya berasal dari produk sawit, seperti CPO (crude palm oil), RBDPO (refined bleached deodorized palm oil), olein, stearin, dan PFAD (palm fatty acid destilated) dalam berbagai kondisi dan kualitas. Bahan baku utama lainnya adalah alkohol yaitu metanol dan etanol. Bahan pendukung yang digunakan meliputi katalis asam, katalis basa atau tanpa katalis. Kondisi proses yang diteliti meliputi variasi suhu, waktu, dan tekanan. Jenis proses yang dilakukan meliputi proses batch dan kontinu. Pilot plant untuk proses batch memiliki kapasitas 1 ton/hari, sedangkan untuk proses kontinu 30 liter/jam. Penelitian biodiesel yang kini tengah dilakukan antara lain adalah penggunaan bahan baku PFAD, injeksi langsung penggunaan olein, biodiesel tanpa katalis dengan tekanan tinggi dan pilot plant pembuatan biodiesel etil ester. Pada masa yang akan datang akan dilakukan konversi pilot plant pabrik kelapa

Uji coba pemanfaatan biodiesel dari minyak sawit pada mesin pertanian pada acara Pencanangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Jatiluhur, Jawa Barat.

sawit dengan proses batch kapasitas 1 ton/hari menjadi proses kontinu dengan kapasitas 500 liter/ jam. PPKS juga akan melakukan penelitian peningkatan teknologi kontrol proses, seperti otomatisasi peralatan khususnya untuk pemisahan biodiesel dan gliserol. Biodiesel produksi PPKS telah diuji coba sejak tahun 2001 untuk mesin-mesin pertanian dan kendaraan transportasi. PPKS juga telah melaksanakan Seminar Internasional Biodiesel di Medan pada tahun 2001. Pada akhir tahun 2004 telah dilakukan road test MedanJakarta dengan menggunakan B-10 pada kendaraan truk dan mobil. Proses Pembuatan Biodiesel Minyak Sawit Bahan bakar diesel, selain berasal dari petrokimia juga dapat disintesis dari ester asam lemak yang berasal dari minyak nabati. Bahan bakar

dari minyak nabati (biodiesel) dikenal sebagai produk yang ramah lingkungan, tidak mencemari udara, mudah terbiodegradasi, dan berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui. Pada umumnya biodiesel disintesis dari ester asam lemak dengan rantai karbon antara C6-C22. Minyak sawit merupakan salah satu jenis minyak nabati yang mengandung asam lemak dengan rantai karbon C14-C20, sehingga mempunyai peluang untuk dikembangkan sebagai bahan baku biodiesel. Di PPKS, biodiesel dibuat melalui proses transesterifikasi dua tahap, dilanjutkan dengan pencucian, pengeringan dan terakhir filtrasi, tetapi jika bahan baku dari CPO maka sebelumnya perlu dilakukan esterifikasi. Transesterifikasi Proses transesterifikasi meliputi dua tahap. Transesterifikasi I yaitu

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian diterbitkan enam kali dalam setahun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pengarah: Banun Harpini; Tim Penyunting: Erru Getarawan, Sulusi Prabawati, Sofyan Iskandar, Bambang Drajat, Prasetyo Nugroho, Ashari, Hermanto, Dyah Pitaloka, Wiwik Hartatik, Suhardi, M. Djazuli, Sudi Mardianto, Karden Mulia; Penyunting Pelaksana: Endang Setyorini, Usep Pahing Sumantri; Tanda Terbit: No. 635/SK/DITJEN PPG/STT/1979; Alamat Penyunting: Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122, Telepon: (0251) 321746, Faksimile: 62-251-326561, E-mail:pustaka@pustaka-deptan.go.id. Selain dalam bentuk tercetak, Warta tersedia dalam bentuk elektronis yang dapat diakses secara on-line pada http://www.pustaka-deptan.go.id Redaksi menerima artikel tentang hasil penelitian serta tinjauan, opini, ataupun gagasan berdasarkan hasil penelitian terdahulu dalam bidang teknik, rekayasa, sosial ekonomi, dan jasa serta berita-berita aktual tentang kegiatan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Artikel disajikan dalam bentuk ilmiah populer. Jumlah halaman naskah maksimum 6 halaman ketik 2 spasi.

Kendala Pengembangan dan Usulan Kebijakan Kendala dan hambatan dalam pengembangan biodiesel adalah biaya penelitian yang cukup mahal, terutama biaya analisis biodiesel untuk mengetahui apakah biodiesel yang dihasilkan sudah memenuhi standar yang ditetapkan. Proses kontrol juga masih menjadi kendala karena kesulitan untuk mendapatkan instrumen kontrol proses. Kebijakan pemerintah dalam hal bahan bakar nabati (BBN) dituangkan dalam Perpres No. 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional dan Inpres No. 1 tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuels) sebagai bahan bakar lain. Kebijakan ini merupakan payung hukum dalam pengembangan BBN. Namun demikian masih diperlukan peraturan yang lebih detail tentang jenis biodiesel untuk transportasi dan untuk industri serta standar mutu baku setiap jenis produk biodiesel. Jaminan pasokan bahan baku dan insentif bagi produsen dan pengguna biodiesel, seperti pembebasan pajak pertambahan nilai biodiesel untuk jangka waktu tertentu juga dapat mendorong pengembangan biodiesel (Luqman Erningpraja dan Bambang Dradjat). Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Pusat Penelitian Kelapa Sawit Jalan Brigjen Katamso No. 51 Kampung Baru Medan T elepon : (061) 7862477 7862466 Faksimile : (061) 7862488 E-mail : iopri@idola.net.id

Pilot plant biodiesel di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

pencampuran antara kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH30H) dengan minyak sawit. Reaksi transesterifikasi I berlangsung sekitar 2 jam pada suhu 58-65C. Bahan yang pertama kali dimasukkan ke dalam reaktor adalah asam lemak yang selanjutnya dipanaskan hingga suhu yang telah ditentukan. Reaktor transesterifikasi dilengkapi dengan pemanas dan pengaduk. Selama proses pemanasan, pengaduk dijalankan. Tepat pada suhu reaktor 63C, campuran metanol dan KOH dimasukkan ke dalam reaktor dan waktu reaksi mulai dihitung pada saat itu. Pada akhir reaksi akan terbentuk metil ester dengan konversi sekitar 94%. Selanjutnya produk ini diendapkan selama waktu tertentu untuk memisahkan gliserol dan metil ester. Gliserol yang terbentuk berada di lapisan bawah karena berat jenisnya lebih besar daripada metil ester. Gliserol kemudian dikeluarkan dari reaktor agar tidak mengganggu proses transesterifikasi II. Selanjutnya dilakukan transesterifikasi II pada metil ester. Setelah proses transesterifikasi II selesai, dilakukan pengendapan selama waktu tertentu agar gliserol terpisah dari metil ester. Pengendapan II memerlukan waktu lebih pendek daripada pengendapan I karena gliserol yang terbentuk relatif sedikit dan akan larut melalui proses pencucian.

Pencucian Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi II bertujuan untuk menghilangkan senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol. Pencucian dilakukan pada suhu sekitar 55C. Pencucian dilakukan tiga kali sampai pH campuran menjadi normal (pH 6,8-7,2). Pengeringan Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam metil ester. Pengeringan dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130C. Pengeringan dilakukan dengan cara memberikan panas pada produk dengan suhu sekitar 95C secara sirkulasi. Ujung pipa sirkulasi ditempatkan di tengah permukaan cairan pada alat pengering. Filtrasi Tahap akhir dari proses pembuatan biodiesel adalah filtrasi. Filtrasi bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel pengotor biodiesel yang terbentuk selama proses berlangsung, seperti karat (kerak besi) yang berasal dari dinding reaktor atau dinding pipa atau kotoran dari bahan baku. Filter yang dianjurkan berukuran sama atau lebih kecil dari 10 mikron.

Anda mungkin juga menyukai