Bimbingan IPD Bagian Hematologi 08052012 FIX
Bimbingan IPD Bagian Hematologi 08052012 FIX
Anemia
Anemia merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin, yaitu
< 13,5 untuk laki-laki dan < 12,0 untuk perempuan. Anemia secara garis besar dapat disebabkan oleh salah satu atau gabungan dari penyebab berikut, yaitu: 1. Pendarahan
menstruasi (tanyakan mengenai lama tiap siklus menstruasi serta banyaknya darah yang keluar) BAB berdarah akibat hemorrhoid, hematuria akibat masalah prostat. Terdapat dua jenis pendarahan, yaitu pendarahan makroskopis dan mikroskopis. Pada pendarahan makroskopis darah dapat dilihat secara kasat mata, sedangkan pada pendarahan mikroskopis darah hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop atau yang disebut occult bleeding. Pendarahan mikroskopis dapat terjadi pada penderita cacingan, tumor kolon, peptic ulcer, atau gastritis uremicum.
2. Gangguan pada proses produksi eritrosit Proses produksi eritrosit ditentukan oleh tiga hal, yaitu bahan baku produksi, alat produksi dan cetakan yang ada. Bahan baku produksi eritrosit antara lain: besi, heme, globin, vit. B12 dan folic acid. folic acid anemia pernisiosa vit. B12 anemia megaloblastik
Alat atau tempat produksi eritrosit ialah sumsum tulang belakang. Adanya gangguan fungsi sumsum tulang belakang, seperti pada penyakit myelofibrosis dan dysplasia, dapat menyebabkan gejala anemia.
Cetakan eritrosit ditentukan oleh faktor genetik yang mempengaruhi susunan rantai protein. Gangguan pada rantai protein ini dapat menyebabkan penyakit seperti thalassemia dan sickle cell anemia. Selain itu, proses produksi eritrosit juga dapat terganggu apabila terjadi gangguan sistemik, seperti rendahnya kadar hormon eritropoietin akibat kerusakan ginjal, yang akan menyebabkan penurunan produksi eritrosit.
3. Destruksi eritrosit Destruksi eritrosit dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik ialah faktor yang murni berasal dari sel darah merah itu sendiri. Contohnya seperti destruksi akibat kelainan bentuk eritrosit pada pendertita thalassemia. Faktor ekstrinsik ialah sesuatu yang berasal dari luar. Contohnya yaitu hemolysis akibat infeksi virus malaria, toksin bisa ular, atau akibat substansi tertentu pada penderita defisiensi G6PD.
Penyakit anemia yang disebabkan oleh penyakit kronis, karena aktivasi mediator-mediator inflamasi dapat mengaktifkan makrofag yang dapat menangkap Fe.
o Anemia aplastik Penyakit anemia yang disebabkan murni akibat gangguan sumsum tulang belakang. Ciri khas dari anemia aplastik ialah tidak ditemukannya organomegali.
Indikasi transfusi darah antara lain apabila pasien mengalami shock, adanya peningkatan
waktu capillary refill, atau adanya tanda hypoxia. Jenis darah yang ditransfusi diberikan sesuai dengan kebutuhan, seperti transfusi thrombosit untuk penderita hemophilia.
Sedangkan pada penderita thalassemia, transfusi darah hanya akan memperburuk keadaan karena meninggikan kadar Fe yang sudah berlebih.
Keadaan yang berlawanan dengan anemia ialah polycytemia, yaitu suatu kondisi tingginya
kadar hemoglobin di darah. Polycytemia dibagi menjadi dua jenis, polycytemia vera dan polycytemia sekunder. Polycytemia vera (true polycytemia ) disebabkan oleh kelainan sumsum tulang belakang, sedangkan polycytemia sekunder dapat disebabkan oleh penyakit atau keadaan lain seperti pada penderita PPOK atau pada orang yang tinggal di pegunungan.
ecchymosis seperti pada penderita Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) 2. Masalah faktor pembekuan, yang ditandai dengan adanya pendarahan sendi, pendarahan otot, seperti pada penderita hemophilia. 3. Masalah vaskuler, yang memiliki tanda mirip dengan masalah vaskuler, seperti pada penderita lupus dan demam berdarah.
parameter. Ketiganya dilakukan secara otomatis oleh alat automatic analyzer. Dari pemeriksaan CBC, kita dapat mengetahui antara lain kadar eritrosit, hemoglobin, leukosit, thrombosit, sampai ke ukuran eritrosit yang dinyatan dalan MCV, MCH, dan MCHC. Hasil CBC dapat dijadikan sebagai gambaran keadaan pasien dan dapat membantu kita dalam penegakan diagnosis. Sebagai contoh, penderita anemia dengan nilai MCV yang tinggi memberi makna adanya eritrosit yang makro, mengarahkan kita pada diagnosis anemia megaloblastik atau anemia pernisiosa.
Hasil CBC juga dapat membantu kita dalam mengambil keputusan perlu atau tidaknya
dilakukan pemeriksaan penunjang tambahan. Sebagai contoh, adanya jumlah hemoglobin yang rendah tanpa disertai kelainan bentuk eritrosit dapat mendorong kita untuk
mengusulkan pemeriksaan lab tambahan seperti pemeriksaan kadar ferritin dan TIBC, untuk kecurigaan kea rah anemia defisiensi besi. Walaupun begitu, hasil CBC aja tidak dapat menandingi keakuratan mata. Pada pasien dengan jumlah leukosit yang tinggi dan ada kecurigaan kea rah leukimia, perlu dilakukan apus darah tepi untuk mengetahui jenis leukosit yang mendominasi. Untuk membedakan antata AML dan CML, dapat kita ketahui dari jumlah thrombosit. Pada penderita AML, jumlah thrombosit cenderung rendah, sedangkan pada penderita CML, jumlah thrombosit normal.