Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh : Selia Arbiter A Andan Peristika Nourca Anggun Febiy Wulandari Innaka Selmy Anik Solikhah 010710200B 010710201B 010710203B 010710205B 010710206B 010 710208B
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Koriokarsinoma merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional ( PTG ) dimana sejumlah 15-28% wanita dengan molahidatidosa mengalami degenerasi keganasan menjadi PTG. Salah satu penyebab perdarahan saat kehamilan adalah mola hidatidosa. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita pada masa reproduksi (usia 15-45 tahun) dan pada multipara. Mola hidatidosa adalah bentuk jinak dari penyakit trofoblas gestasional dan dapat mengalami transformasi menjadi bentuk ganasnya yaitu koriokarsinoma. Koriokarsinoma tidak selalu berasal dari molahidatidosa namun tidak jarang berasal dari kehamilan normal, prematur, abortus maupun kehamilan ektopik yang jaringan trofoblasnya mengalami konversi menjadi tumor trofoblas ganas. Koriokarsinoma ini sering terjadi pada usia 14-49 tahun dengan rata-rata 31,2 tahun. Resiko terjadinya PTG yang non metastase 75% didahului oleh mola hidatidosa dan sisanya oleh abortus, kehamilan ektopik atau kehamilan aterm. Resiko terjadinya PTG yang metastase 50% didahului oleh mola hidatidosa, 25% oleh abortus, 22% oleh kehamilan aterm dan 3% oleh kehamilan ektopik. Angka kejadian tertinggi koriokarsinoma di dunia ditemukan terbanyak pada daerah Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Juga disebutkan bahwa angka kejadian rata-rata terendah secara signifikan terlihat di daerah Amerika Utara, Eropa dan Australia. Di Amerika angka kejadian koriokarsinoma berkisar 1 dari 20-40 ribu kehamilan, dimana diperkirakan angka kejadiannya 1 dari 40 kehamilan mola hidatidosa, 1 dari 5.000 kehamilan ektopik, 1 dari 15.000 kasus abortus, dan 1 dari 150.000 kehamilan normal. Sedangkan di Indonesia sendiri disebutkan bahwa angka kejadian penyakit trofoblas secara umum bervariasi, di antara 1/120 hingga 1/200 kehamilan. 1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan korikarsinoma? 1.3 Tujuan Tujuan Umum Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan koriokarsinoma. Tujuan Khusus 1. 2. 3. 4. 5. 1.4 Manfaat 1. 2. Mahasiswa mengetahui konsep dan teori dari korikarsinoma. Mahasiswa mengetahui dan mempraktekkan asuhan keperawatan Mengetahui definisi dari koriokarsinoma Mengetahui etiologi koriokarsinoma Mengetahui manifestasi klinis koriokarsinoma Mengetahui WOC koriokarsinoma Mengetahui asuhan keperawatan pada koriokarsinoma
untuk korikarsinoma.
Gambar 2. Letak koriokarsinoma dalam uterus. Korio karsinoma adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan yang mengandung trofoblas, seperti: lapisan trofoblas ovum yang sedang tumbuh, vili dari plasenta, gelembung mola, dan emboli sel-sel trofoblas dimanapun di dalam tubuh (Dito,2008). Korio adalah istilah yang diambil dari vili korionik yaitu salah satu jenis selaput pada rahim manusia. Istilah Karsinoma merupakan kanker yang berasal dari sel-sel epithelial. Karena kanker ini merupakan kanker yang berasal dari salah satu plasenta yaitu korion maka salah satu ciri khusus dari kanker ini adalah menghasilkan hormon hCG (Human Chorionic Gonadothropin) yang sangat tinggi bahkan melebihi kadar hCG pada wanita hamil. Koriokarsinoma bisa menyerang semua wanita yang pernah hamil termasuk wanita yang pernah mengalami mola hidatidosa. Tidak seperti mola hidatidosa, korikarsinoma bisa menyerang banyak organ dalam tubuh, seperti hati, limpa, paru-paru, tulang belakang, otak juga dinding rahim. 2.2 Etiologi Koriokarsinoma
Etiologi terjadinya koriokarsinoma belum jelas diketahui. Trofoblas normal cenderung menjadi invasive dan erosi pembuluh darah berlebih-lebihan. Metastase sering terjadi lebih dini dan biasanya sering melalui pembuluh darah jarang melalui getah bening. Tempat metastase yang paling sering adalah paruparu 75% dan kemudian vagina 50%. Pada beberapa kasus metastase dapat terjadi pada vulva, ovarium, hepar, ginjal, dan otak Cunningham, 1990. Wikipedia, 2009 menyebutkan bahwa koriokarsinoma selama kehamilan bisa didahului oleh: Mola hidatidosa ( 50% kasus ) Aborsi spontan ( 20% kasus ) Kehamilan ektopik ( 2% kasus ) Kehamilan normal ( 20-30% kasus )
Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain: 1. Faktor ovum Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan. 2. Immunoselektif dari trofoblast Yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia selsel trofoblast. 3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah Keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada terbentuknya mola hidatidosa. 4. Paritas tinggi Ibu dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya abnormalitas pada kehamilan berikutnya, sehingga ada kemungkinan kehamilan berkembang menjadi mola hidatidosa dan berikutnya menjadi koriokarsinoma. 5. Kekurangan protein
Sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan atau fetus sehingga apabila terjadi kekurangan protein saat hamil menyebabkan gangguan pembentukan fetus secara sempurna yang menimbulkan jonjot-jonjot korion 6. Infeksi virus dan faktor kromosom
2.3 Klasifikasi Koriokarsinoma Klasifikasi klinik penyakit trofoblas ganas ( PTG ) 1. 2. PTG non metastasis PTG bermetastasis
a. Prognosis baik
serum
Siptom <4 bulan Tidak ada metastasis di otak, liver Belum pernah dapat kemoterapi Bukan berasal dari kehamilna aterm
b. Prognosis buruk
hCG > 100.000 IU/ urin 24 jam atau > 40.000 simptom > 4 bulan metastasis di otak, liver gagal dengan khemoterapi sebelumnya didahului kehamilan aterm
Koriokarsinoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam bentuk, yaitu: a. Koriokarsinoma Villosum Penyakit ini termasuk ganas tetapi derajat keganasannya lebih rendah. Sifatnya seperti mola, tetapi dengan daya penetrasi yang lebih besar. Selsel trofoblas dengan villi korialis akan menyusup ke dalam miometrium kemudian tidak jarang mengadakan perforasi pada dinding uterus dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Walaupun secara lokal mempunyai daya invasi yang berlebihan, tetapi penyakit ini jarang disertai metastasis. Invasive mola berasal dari mola hidatidosa. b. Koriokarsinoma Non Villosum Penyakit ini merupakan yang terganas dari penyakit trofoblas. Sebagian besar didahului oleh mola hidatidosa (83,3%) tetapi dapat pula didahului abortus atau persalinan biasa masing-masing 7,6%. Tumbuhnya sangat cepat dan sering menyebabkan metastasis ke organ-organ lain, seperti paru-paru, vulva, vagina, hepar dan otak. Apabila tidak diobati biasanya pasien meninggal dalam 1 tahun. Apabila dibandingkan dengan jenis kanker ginekologik lainnya, koriokarsinoma mempunyai sifat yang berbeda, misalnya: Koriokarsinoma mempunyai periode laten yang dapat diukur, yaitu jarak waktu antara akhir kehamilan dan terjadinya keganasan. Sering menyerang wanita muda Dapat sembuh secara tuntas tanpa kehilangan fungsi reproduksi, dengan pengobatan sitostatika Dapat sembuh tanpa pengobatan melalui proses regresi spontan.
c. Koriokarsinoma Klinis Apabila setelah pengeluaran jaringan mola hidatidosa kadar hCG turun lambat apalagi menetap atau meningkat, maka kasus ini dianggap sebagai penyakit trofoblas ganas. Artinya ada sel-sel trofoblas yang aktif tumbuh
lagi di uterus atau di tempat lain (metastasis) dan mengahasilkan hCG. Diagnosis keganasan tidak ditentukan oleh pemeriksaan histopatologik tetapi oleh tingginya kadar hCG dan adanya metastasis.
2.3.1 Stadium Koriokarsinoma Berdasarkan jauhnya penyebaran koriokarsinoma dibagi menjadi 4, yaitu: Stadium I yang terbatas pada uterus Stadium II, sudah mengalami metastasis ke parametrium, serviks dan vagina Satadium III, mengalami metastasis ke paru-paru Stadium IV, metastasis ke oragan lain, seperti usus, hepar atau otak.
Ada beberapa sistem yang digunakan untuk mengkategorikan penyakit trofoblas ganas. Semua sistem mengkorelasikan antar gejala klinik pasien dan risiko kegagalan pada kemoterapi. Sistem Skoring FIGO tahun 2000 merupakan modifikasi sistem skoring WHO. Tabel II : Skoring faktor risiko menurut FIGO (WHO) dengan staging FIGO Skor faktor risiko 0 1 2 4
menurut FIGO (WHO) dengan staging FIGO Usia Kehamilan sebelumnya Interval kehamilan (bulan) Kadar hCG sebelum < 10 terapi (mIU/mL) 1000-10000 > 10000 > 100000 10000 < 40 mola 40 Abortus 4-6 aterm 7-12 >12
0 Ukuran tumor terbesar, termasuk uterus Lokasi metastasis, Paru-paru Limpa, ginjal Traktus gastrointesti nal Jumlah metastasis yang diidentifikasi Kegagalan kemoterapi sebelumnya Agen tunggal Agen multip el 1-4 5-8 >8 Otak, hepar 3-4 5 cm -
termasuk uterus
2.5 Tanda dan Gejala Koriokarsinoma Karena koriokarsinoma merupakan penyakit yang bisa menyerang banyak bagian tubuh manusia, maka klienpun akan merasakan banyak tanda dan gejala, antara lain: a. Peningkatan jumlah kadar -hCG Kadar -hCG normal pada tiap umur kehamilan berbeda, dari 5-25 Kadar -hCG yang dianggap mola < 100.000 IU/urine 24jam Kadar -hCG yang dianggap kanker adalah > 100.000 IU/urine IU/ml.
24jam >40.000 u/ml dalam interval lebih dari 4 bulan. b. Perdarahan per vaginam c. Batuk berdarah dan sesak nafas d. X-ray dada menunjukkan adanya perembesan cairan di ujung kedua paruparu e. Sakit kepala dan hemiplegi f. Sakit tulang belakang g. Perut bengkak dan sklera menjadi kuning h. Hilang selera makan dan berat badan turun
gambar 3. X-ray dada menunjukkan adanya perembesan cairan di ujung kedua paru-paru. 2.6 Manifestasi klinis Gejala Klinis : 1. Rahim membesar 2. Perdarahan dan syok 3. Ekspulsi gelembung mola 4. Anemis dan gejala sekunder. Anamnesa/ keluhan kehamilan biasa, seperti:
2. Kadang ada tanda toksemia gravidarum 3. Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, bewarna
(lebih besar)
5. Keluarnya jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu
ada) yang merupakan diagnosa pasti Pemeriksaan dalam Terdapat pembesaran rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan cavum vagina, serta evaluasi keadaan serviks a. Inspeksi
1.
2.
b. Palpasi 1.
janin.
3.
keluar dan fundus uteri turun, lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru c. Auskultasi
1. Tidak terdengar bunyi DJJ 2. Terdengan bising dan bunyi khas
Reaksi kehamilan
Karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologic dan uji imunologik ( galli mainini dan planotest) akan positif setelah pengenceran (titrasi) a. galli mainini 1/3000 (+) maka suspect mola hidatidosa atau koriokarsinoma b. galli mainini 1/2000 (+) maka kemungkinan mola atau hamil kembar 2.7 Patofisiologis Bentuk tumor trofoblas yang sangat ganas ini dapat dianggap sebagai suatu karsinoma dari epitel korion, walaupun perilaku pertumbuhan dan metastasisnya mirip dengan sarkoma. Faktor-faktor yang berperan dalam transformasi keganasan korion tidak diketahui. Pada koriokarsinoma, kecenderungan trofoblas normal untuk tumbuh secara invasif dan menyebabkan erosi pembuluh darah sangatlah besar. Apabila mengenai endometrium, akan terjadi perdarahan, kerontokan dan infeksi permukaan. Masa jaringan yang terbenam di miometrium dapat meluas keluar , muncul di uterus sebagai nodul-nodul gelap irreguler yang akhirnya menembus peritoneum.
Gambaran diagnostik yang penting pada koriokarsinoma, berbeda dengan mola hidatidosa atau mola invasif adalah tidak adanya pola vilus. Baik unsur sitotrofoblas maupun sinsitium terlibat, walaupun salah satunya mungkin predominan. Dijumpai anplasia sel, sering mencolok, tetapi kurang bermanfaat sebagai kriteria diagnostik pada keganasan trofoblas dibandingkan dengan pada tumor lain. Pada pemeriksaan hasil kuretase uterus, kesulitan evaluasi sitologis adalah salah satu faktor penyebab kesalahan diagnosis koriokarsinoma. Sel-sel trofoblas normal di tempat plasenta secara salah di diagnosis sebagai koriokarsinoma. Metastasis sering berlangsung dini dan umumnya hematogen karena afinitas trofoblas terhadap pembuluh darah. Koriokarsinoma dapat terjadi setelah mola hidatidosa, abortus, kehamilan ektopik atau kehamilan normal . tanda tersering, walaupun tidak selalu ada, adalah perdarahan irreguler setelah masa nifas dini disertai subinvolusi uterus. Perdarahan dapat kontinyu atau intermitten, dengan perdarahan mendadak dan kadang-kadang masif. Perforasi uterus akibat pertumbuhan tumor dapat menyebabkan perdarahan intraperitonium. Pada banyak kasus, tanda pertama mungkin adalah lesi metatatik. Mungkin ditemukan tumor vagina atau vulva. Wanita yang bersangkutan mungkin mengeluh batuk dan sputum berdarah akibat metastasis di paru. Pada beberapa kasus, di uterus atau pelvis tidak mungkin dijumpai koriokarsinoma karena lesi aslinya telah lenyap, dan yang tersisa hanya metastasis jauh yang tumbuh aktif. Apabila tidak di terapi, koriokarsinoma akan berkembang cepat dan pada mayoritas kasus pasien biasanya akan meninggal dalam beberapa bulan. Kausa kematian tersering adalah perdarahan di berbagai lokasi. Pasien di golongkan beresiko tinggi jiika penyakit lebih dari 4 bulan, kadar gonadotropin serum lebih dari 40.000 mIU/ml, metastasis ke otak atau hati, tumor timbul setelah kehamilan aterm, atau riwayat kegagalan kemoterapi, namun menghasilkan anagka kesembuhan tertinggi dengan kemoterapi kombinasi yanitu menggunakan etoposid, metotreksat, aktinomisin, siklofosfamid, dan vinkristin (Schorage et al, 2000). 2.9 Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium
Menurut The International Federation of Gynecology and Oncology (FIGO) menetapkan beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mendiagnosis PTG termasuk koriokarsinoma adalah: 1. Menetapnya kadar hCG pada empat kali penilaian dalam 3 minggu atau lebih (misalnya hari 1,7, 14 dan 21) 2. Kadar hGC meningkat pada selama tiga minggu berturut-turut atau lebih (misalnya hari 1,7 dan 14) 3. Tetap terdeteksinya hCG sampai 6 bulan pasca evakuasi mola. 4. Gambaran patologi anatomi adalah koriokarsinoma b. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Sonde Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola atau koriokarsinoma. 2. Foto rontgen abdomen Tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3-4 bulan) 3. Ultrasonografi Khusus pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak terlihat janin (merupakan diagnosa pasti), waspadai juga koriokarsinoma. Data Klinik Pemeriksaan Diagnostik 1.
2.
Perdarahan dalam separo pertama kehamilan Nyeri perut bagian bawah Toksemia sebelum 24 minggu kehamilan Hiperemesis gravidarum Rahim terlalu besar untuk tanggalnya Tanda tonus jantung janin dan bagian janin
3. 4. 5. 6.
7.
8.
WOC Faktor ovum patologik Imunoselektif dari trofoblas Sosial ekonomi rendah Paritas tinggi Defisiensi protein Infeksi virus dan faktor kromosom
Produksi hCG>normal
Uterus membesar
Pengosongan lambung
MK: Ansietas
Regurgitasi
Hysterektomi
Mual, muntah
MK: Kelemahan
Penatalaksanaan Untuk penatalaksanaan terapi korikarsinoma bisa dilakukan dengan: a. Kemoterapi Koriokarsinoma merupakan tumor yang sensitif terhadap obat-obatan kemoterapi, dari hasil survey menunjukkan bahwa dengan kemoterapi pasien dengan koriokarsinoma mengalami kesembuhan 90-95%. Terapi dengan agen single methotrexate or actinomycin D Terapi ini digunakan untuk koriokarsinoma yang belum bermetastase meluas ke seluruh tubuh atau dengan skala ringan. Terapi kombinasi EMACO (etoposide, methotrexate, actinomycin D, cyclosphosphamide and oncovin) Terapi komplek ini digunakan untuk koriokarsinoma dengan skala sedang atau berat. b. Hysterektomi Biasa dilakukan pada wanita dengan usia 40 tahun atau pada wanita yang memang menginginkan untuk dilakukan hysterektomi. Hysterektomi juga disarankan pada infeksi berat dan perdarahan yang tidak terkendali.
Klien pernah mengalami mola hidatidosa pada tahun pertama setelah kelahiran anak kedua. 7. Riwayat Alergi : Klien menyatakan tidak mempunyai alergi. 8. Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada keluarga yang pernah sakit seperti ini. 9. Keadaan Umum : TD : 100/70 mmHg N : 105x/menit B1 ( Breathing ) Sesak : tidak ada Suara nafas : vesikuler Retraksi dada : tidak ada Batuk : tidak ada Suara nafas tambahan : tidak ada Klien bernafas spontan RR : 20x/menit T : 36,5 C
MK : tidak terdapat masalah keperawatan B2 ( Blood ) S1,S2 : tunggal Gallop : tidak ada CRT : < 3 detik MK : tidak terdapat masalah keperawatan B3 ( Brain ) GCS : Eye : 4, Mual : + Verbal : 5, Pupil : Isokor Motorik : 6 Reflek Patologis : tidak ada MK : tidak terdapat masalah keperawatan B4 ( Blader ) BAK : normal, tidak terdapt oliguri, poliguria Warna Urine : Kuning Jernih Bau : khas MK : tidak terdapat masalah keperawtan B5 ( Bowel ) Frekuensi Makan : 2x/hari porsi 1/2 piring Nyeri dada : tidak ada Mumur : tidak ada Suara jantung : normal
Lain-lain : Pasien mengaku nyeri di daerah perianal - Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh B6 ( Bone ) Tidak terdapat patah tulang MK : tidak terdapat masalah keperawatan Psikososial : Pasien mengaku takut dengan apa yang dialami sekarang membahayakan jiwanya dan malu apabila bertemu dengan orang lain karena dianggap penyakit yang aneh. Psikoseksual : pasien mengalami ketakutan apabila dia tidak bisa lagi melayani suaminya dengan semaksimal mungkin karena takut terjadi hal-hal yang lebih parah, misalnya perdarahan per vaginam yang meningkat apabila melakukan hubungan suami istri. Analisis Data No. 1. DS: Data nyeri Stroma villus dan edematus terjadi Villus membesar dengan isi air bukan janin massa di Sel-sel trofoblas berprolifersi tidak tentu Kadar hCG > normal Pembesaran uterus dan tampak perdarahan vagina Etiologi Defisiensi protein Masalah Nyeri akut
perdarahan di vagina
merasakan nyeri 2. DS: - Klien nafsu menurun - Klien merasa lemas DO: - Porsi makan klien Asupan nutrisi menurun habis setengah porsi - Klien tampak lemah - Kadar Hb, leukosit, trombosit menurun 3. DS: - Klien merasa gelisah - Klien terus bertanya tentang penyakitnya DO: - Klien tampak pucat - Klien tampak gelisah Kecemasan terhadap 4. DS: - Pasien menanyakan kapan saja dia bisa melakukan hubungan seksual - Pasien saat - Pasien merasakan melakukan Gangguan pola seksualitas menyatakan Cemas dalam hal berhubungan seksual nyeri daerah perianal hubungan seksual ketakutan keharmonisan rumah Ketidaktahuan tentang penyakit penyakitnya Perdarahan per vaginam Ketidakefek tifan pola seksualitas Ketidaktahuan klien tentang proses terapi Terapi yang terus menerus Proses penyakit Ansietas Nafsu makan menurun menyatakan makan Mual berlebihan Nyeri di daerah perianal peningkatan kadar -hCG Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
saja bisa melakukan hubungan seksualitas - suami pasien terus menanyakan tentang penyakit istrinya
II. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, antara lain : 1. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut b.d perdarahan, proses penjalaran penyakit. 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, mual sekunder akibat peningkatan kadar -hCG. 3. Ansietas b.d ancaman intregritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat penyakit. 4. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d ketakutan terkaitan perdarahan per vaginam penyakitnya. III. Intervensi Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d perdarahan, proses penjalaran penyakit Tujuan : Nyeri berkurang dalam waktu 1 x 24 jam Kriteria Hasil : Klien mengekspresikan penurunan nyeri/ ketidaknyamanan Klien tampak rileks, dapat tidur dan istirahat dengan tepat. Intervensi: 1 2 3 Beri informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut Bicarakan alasan individu mengalami peningkatan atau penurunan nyeri (misalnya: keletihan/meningkat atau adanya distraksi/menurun) Beri individu kesempatan untuk istirahat siang dan dengan waktu tidur
yang tidak terganggu pada malam hari (Harus istirahat bila nyeri mereda) 4 5 Bicarakan dengan individu dan keluarga penggunaan terapi distraksi serta metode pereda nyeri lain. Ajarkan tindakan pereda nyeri non invasif a. Relaksasi b. 6 7 8 Beri tahu teknik untuk menurunkan ketegangan otot Tingkatkan relaksasi pijat punggung, masase, atau Ajarkan strategi relaksasi khusus (misal : bernapas rangka yang dapat menurunkan intensitas nyeri. mandi air hangat. perlahan, teratur, atau nafas dalam, kepalkan tinju, menguap) Stimulasi kutan Jelaskan manfaat terapeutik dari preparat mentol/pijat punggung Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik. Pantau tanda-tanda vital klien Pantau intensitas nyeri klien
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, mual akibat peningkatan kadar hCG Tujuan Kriteria Hasil : Nutrisi klien terpenuhi dalam waktu 2x24 jam :
- Klien menyatakan nafsu makannya meningkat - Klien terlihat tidak lemah - Porsi makan klien habis Intervensi : 1. Jelaskan alasan mengapa nafsu makan klien menurun akkibat kemoterapi 2. Jelaskan pentingnya nutrisi adekuat bagi proses penyembuhan penyakit 3. Beri dorongan klien agar meningkatkan selera makannya 4. Beri suasana makan yang rileks
5. Tawarkan makanan porsi kecil tapi sering untuk mengurangi perasaan tegang pada lambung 6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penetapan asupan nutrisi klien 7. Pantau kadar -hCG pasien secara berkala 8. Pantau porsi makan yang dihabiskan klien 3. Ansietas b.d ancaman intregritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat penyakit Tujuan : Klien menyatakan dapat menerima penyakitnya dengan baik Klien terlihat tidak cemas akibat penyakitnya Klien mampu menggunakan mekanisme koping yang efektif. 1. Beri kenyamanan dan ketentraman hati. 2. Singkirkan stimulasi yang berlebihan. 3. Bila ansietas telah berkurang dan cukup untuk terjadi pemahaman, bantu klien mengenali ansietas untuk mulai memahami atau memecahkan masalah. 4. Gali intervensi yang menurunkan ansietas 5. Beri aktivitas yang dapat menurunkan tegangan. 6. Pantau keadaan umum klien Kriteria Hasil:
Intervensi:
4. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d ketakutan terkaitan perdarahan per vaginam penyakitnya. Tujuan : Klien mengetahui kapan saja dia bisa melakukan hubungan seksual Kriteria Hasil: Pola seksualitas klien normal Klien terlihat tidak cemas terhadap aktifitas seksualnya Klien mampu menggunakan mekanisme koping yang efektif.
2. Kaji tingkat kecemasan klien 3. Jelaskan pada klien waktu untuk melakukan hubungan seksual sesuai kondisinya 4. Beri edukasi tentang keadaan klien apabila berhubungan seksual 5. Tekankan bahwa penyakitnya tidak mempunyai dampak yang serius pada fungsi seksualitasnya 6. Pantau keadaan umum klien
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 1. Koriokarsinoma adalah salah satu jenis dari Penyakit Trofoblastik Gestasional (PTG) dimana merupakan suatu tumor ganas yang berasal dari sel-sel sitotrofoblas serta sinsitiotrofloblas ( pembentuk plasenta ) yang menginvasi miometrium, merusak jaringan di sekitarnya termasuk pembuluh darah sehingga menyebabkan perdarahan. 2. Pasien dengan koriokarsinoma mengalami kesembuhan 90-95%. Terapi dapat dilakukan dengan agen single methotrexate or actinomycin D maupun dengan terapi kombinasi EMACO (etoposide, methotrexate, actinomycin D, cyclosphosphamide and oncovin), jika sudah menginvasi miometrium maka dilakukan hysterektomi. 3. Perawat dapat memberikan terapi relaksasi, stimulasi kutan uintuk memberikan kenyamanan dan ketentraman hati agar dapat mengurangi ansietas pada pasien koriokarsinoma, serta selalu memantau tanda-tanda vital klien dan kadar hCG pasien secara berkala. 4.2 Saran Sebagai perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara humanistik, altruistik, dan holistik. Dan hendaknya selalu meningkatkan keilmiahan di bidang asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Broocker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan edisi 31.Jakarta: EGC.
Cunningham, MacDonald,Gant. Gestationnal Trofoblastic Tumors, Willm Obstetric 9th. 1990:746-50. Coadjane, et al. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta: EGC. Manjoer , Arif, et al .2002. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius. Soekimin. 2005. Penyakit Trofoblas Ganas. Sumatera: Fakultas Kedokteran USU. Wiknjosastro, Hanifa, et al,. 2005.Ilmu Kandungan edisi kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.