Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum M.

K Gizi Olahraga

Hari/Tanggal : Senin, 22 November 2010 Tempat : Ruang Kenanga A

KONDISI DENYUT NADI DAN PERNAFASAN SEBELUM DAN SETELAH BEROLAHRAGA


Oleh : Ayu Ashari Ika Meilaty I14080xxx I14080120

Asisten : Faiz Nur Hanum Mutia Fermanda

Koordinator : Dr.Ir.Hadi Riyadi, MS

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

PENDAHULUAN
Latar Belakang Olahraga rutin dapat memberikan banyak manfaat bagi tubuh baik langsung maupun tak langsung. Olahraga yang dilakukan dengan baik dan benar dalam porsi dan prosedur latihan yang pas, baik yang secara langsung maupun tidak langsung, akan membawa hasil postif bagi kesehatan fisik juga psikis bagi pelakunya. Individu dengan aktivitas olahraga rutin memiliki resiko yang rendah untuk mengalami penyakit kardiovaskular dan penyakit degeneratif lainnya. Individu yang sehat dapat dilihat dari kesehatan kerja dari jantung dan paru-parunya. Kerja jantung dan paru-paru dapat diukur dari denyut jantung dan hembusan nafas. Umumnya individu sehat normal memiliki denyut jantung dan frekuensi nafas yang normal, atau bahkan kurang pada individu terlatih atau yang rutin melakukan olahraga. Sementara itu individu dengan kelainan atau mempunyaii penyakit, biasanya memiliki denyut jantung dan frekuensi pernafasan yang lebih tinggi dari normal untuk metabolisme tubuhnya. Frekuensi denyut jantung (nadi) dan pernafasan dipengaruhi banyak faktor. Jumlah dalam semenit berbeda pada kondisi sebelum dan sesudah berolahraga. Pada kondisi normal baik terlatih maupun tidak, frekuensi denyut nadi dan pernafasan akan tetap pada range normal. Sementara pada individu dengan kondisi tertentu, frekuensinya akan lebih tinggi. Seperti pada penderita penyakit yang akan lebih mudah terengah-engah dan lemas. Pengukuran denyut nadi dan frekuensi nafas ini dapat memperlihatkan kondisi fisik individu yang sehat atau tidak, terlatih atau tidak. Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan sehingga dapat mengetahui perbedaan frekuensi denyut jantung dan pernafasan sebelum dan sesudah olahraga serta kondisi fisik probandus yang umumnya mahasiwa. Tujuan Tujuan dari praktikum ini ialah mengetahui frekuensi denyut nadi dan pernafasan sebelum dan setelah berolahraga.

TINJAUAN PUSTAKA
Denyut Nadi / Jantung Jantung adalah organ vital dan merupakan pertahanan terakhir untuk hidup selain otak. Denyut yang ada di jantung ini tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Denyut jantung biasanya mengacu pada jumlah waktu yang dibutuhkan oleh detak jantung per satuan waktu, secara umum direpresentasikan sebagai bpm (beats per minute). Denyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat- tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Pada umumnya ada 9 tempat untuk merasakan denyut nadi yaitu temporalis, karotid, apikal, brankialis, femoralis, radialis, poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang istirahat maka denyut jantung yang normal adalah sekitar 60-100 denyut per menit (bpm). Jika didapatkan denyut jantung yang lebih rendah saat sedang istirahat, pada umumnya menunjukkan fungsi jantung yang lebih efisien dan lebih baik kebugaran kardiovaskularnya (Hakim 2010). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi jumlah denyut jantung seseorang, yaitu aktivitas fisik atau tingkat kebugaran seseorang, suhu udara disekitar, posisi tubuh (berbaring atau berdiri), tingkat emosi, ukuran tubuh serta obat yang sedang dikonsumsi. Faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut jantung: 1. jenis kelamin 2. jenis aktifitas 3. usia 4. berat badan 5. keadaan emosi atau psikis Denyut jantung seseorang juga dipengaruhi oleh usia dan aktivitasnya. Olahraga atau aktivitas fisik dapat meningkatkan jumlah denyut jantung, namun

jika jumlahnya terlalu berlebihan atau di luar batas sehat dapat menimbulkan bahaya. - Denyut nadi normal: 60 100/menit - Denyut nadi maksimal: 220 umur - Zone latihan (training zone; yaitu tingkat intensitas dimana Anda bisa berolahraga): 70% 85% dari denyut nadi maksimal (Hakim 2010) Olahraga untuk meningkatkan stamina adalah olahraga untuk

mengaktifkan otot sebanyak mungkin. Misalnya aerobik seperti jalan kaki, renang, lari kecil, dan naik sepeda. Denyut jantung setelah melakukan latihan ini hendaknya dipacu hingga 120-150 kali per menit (Anonim, 2010). Frekuensi Nafas Pernapasan termasuk ventilasi ( pergerakan udara masuk dan keluar paru), difusi (pergerakan O2 dan CO2 antara alveoli dan SDM), dan perfusi (distribusi SDM ke dan dari kapiler paru). Kerja pernafasan adalah kerja yang dilakukan otot-otot respirstorik yang menghasilkan kekuatan elastik, aliran resisif paru dan dinding dada. Pada permulaan latihan fisik, terdapat kenaikan ventilasi yang tibatiba, selanjutnya diikuti ole kenaikan yang perlahan. Pada latihan fisik yang sedang, peningkatan ventilasi terutama disebabkan dalamnya pernapasan, kemudian diikuti oleh peningkatan kecepatan pernapasan pada latihan fisik berat (Armi 2010). Manusia membutuhkan 250-300 liter oksigen setiap menit. Sedangkan frekuensi bernapas manusia itu berbeda-beda. Hal itu dipengaruhi oleh : - Aktivitas - Umur - Jenis kelamin (laki-laki frekuensi bernapasnya > wanita) - Berat tubuh - Suhu tubuh Normal frekuensi pernapasan, dalam satu menit manusia bernapas 12-16 kali. Batas frekuensi nafas maksimal sebanyak 50 kali per menit setelah melakukan aktivitas. Frekuensi pernapasan rata-rata normal menurut usia :

40 50 32 -anak : 20 30 -19 20 (Armi 2010).

METODOLOGI
Waktu dan Tempat Praktikum Gizi Olahraga dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 November 2010 pukul 10.00-12.00 WIB di pelataran Gedung Graha Widya Wisuda (GWW) IPB. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan yaitu stopwatch dan sepeda. Identitas Probandus Nama probandus Umur Tinggi Badan Berat Badan IMT : Ika Meilaty : 20 tahun : 161 cm : 50 kg : 19, 2 Prosedur Kerja dihitung frekuensi pernapasan dan denyut nadi probandus sebelum bersepeda selama 1 menit

probandus bersepeda selama 15 menit mengelilingi IPB dengan jarak 1,5 km

setelah bersepeda, dihitung frekuensi pernapasan dan denyut nadi probandus selama 1 menit

HASIL DAN PEMBAHASAN


Denyut nadi dan frekuensi pernafasan seseorang berbeda pada kondisi sebelum dan setelah olahraga. Hal ini dipengaruhi banyak faktor, termasuk

perbedaan konsistensi latihan yang mengelompokkan seseorang menjadi terlatih dan tidak terlatih. Jenis kelamin dan usia merupakan faktor lain yang juga dapat berpengaruh pada frekuensi denyut nadi dan pernafasan individu. Praktikum ini menunjukkan perbedaan frekuensi denyut nadi dan pernafasan sebelum dan setelah berolahraga. Olahraga yang dilakukan ialah bersepeda selama 15 menit dengan jarak tempuh 2 km. Probandus yang diuji memiliki tinggi badan 161 cm, berat badan 50 kg dengan IMT normal (19,2). Probandus berusia 20 tahun ssehingga dikategorikan pada usia dewasa (>19 tahun). Denyut nadi dan frekuensi bernafas dihitung sebelum dan sesudah latihan. Denyut nadi dan frekuensi bernafas sebelum latihan dihitung pada saat keadaan probandus sedang beristirahat. Sementara itu denyut nadi dan frekuensi bernafas setelah latihan dihitung segera setelah probandus

menyelesaikan 15 menit bersepeda. Tabel 1. Data Kondisi Probandus Sebelum Olahraga Frekuensi (kali/menit) Denyut Nadi Pernafasan 89 19

Denyut nadi awal sebelum berolahraga ialah 89 kali/menit. Menurut Hakim (2010), denyut nadi normal pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ialah 60-100 kali/menit. Probandus dapat dinyatakan normal karena denyut nadi probandus berada pada batas normal, namun probandus kurang terlatih sehingga denyut nadi saat istirahat cukup cepat. Frekuensi bernafas probandus setelah berolahraga ialah 19 kali/menit. Menurut Armi (2010), frekuensi pernafasan yang normal bagi orang dewasa yang sehat adalah 12-20 kali/menit. Berdasarkan pernyataan tersebut, probandus dapat dikategorikan normal namun kurang terlatih.

Tabel 2. Data Kondisi Probandus Setelah Olahraga Frekuensi (kali/menit) Denyut Nadi Pernafasan 121 41

Setelah olahraga, denyut nadi dan frekuensi nafas dihitung kembali segera agar yang dihitung benar-benar frekuensi setelah latihan tanpa adanya jeda waktu istirahat pada probandus, sehingga pengukuran akurat. Menurut Hakim (2010), denyut nadi maksimal dapat dihitung dengan rumus (220 umur). Sementara denyut nadi setelah olahraga ialah 70% sampai 85% dari denyut nadi maksimal. Berdasarkan perhitungan tersebut, denyut nadi maksimal probandus ialah 200 kali, dan denyut nadi setelah olahraga ialah 140 sampai 170 kali/menit. Sementara denyut nadi probandus ialah 121 kali/menit yang tidak terdapat pada range yang seharusnya. Namun pada sumber lain, Anonim (2010), denyut nadi setelah melakukan olahraga stamina, yaitu olahraga yang mengaktifkan otot sebanyak mungkin seperti jalan kaki, renang, lari kecil, dan naik sepeda, adalah 120 150 kali per menit. Mengikuti sumber tersebut, frekuensi denyut nadi probandus sesuai dengan literatur. Hasil pengukuran frekuensi pernafasan probandus setelah olahraga ialah 41 kali/menit. Menurut Armi (2010), frekuensi pernafasan pada individu normal setelah melakukan aktivitas adalah maksimal 50 kali/menit. Berdasarkan pernyataan tersebut probandus dapat dinyatakan normal, tidak menderita penyakit yang mengganggu pernafasan. Berdasarkan hasil keseluruhan yang didapat yang kemudian

dibandingkan dengan literatur dari berbagai sumber yang tersedia, probandus yang diuji memiliki kondisi fisiologis yang normal baik sebelum maupun sesudah berolahraga. Hal ini dapat disimpulkan dari data denyut nadi dan frekuensi pernafasan probandus yang terdapat pada range normal. Menurut Hakim (2010), orang dengan aktivitas fisik yang ruitn atau dapat dikatakan terlatih, memiliki denyut nadi dan pernafasan yang lebih rendah

daripada orang biasa yang tidak terlatih. Oleh karena itu, probandus dapat dikategorikan sebagai individu tidak terlatih normal. Terdapat beberapa kesalahan yang dapat menyebabkan bias pada hasil praktikum yang dilakukan probandus dan pengamat. Sebelum perhitungan denyut nadi istirahat, probandus telah melakukan beberapa aktivitas, seperti jalan kaki dan mencoba bersepeda. Keadaan sekitar yang bising dan adanya gangguan dari praktikan lain juga menyebabkan probandus tidak dapat istirahat dengan benar. Hal-hal tersebut dapat membuat bias pada hasil yang didapat tentang denyut nadi dan frekuensi pernafasan yang dihitung benar-benar fase istirahat atau tidak. Sehingga memungkinkan hasil yang didapat lebih tinggi dari yang sebenarnya.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan Hubungan dari peningkatan frekuensi nafas dan frekuensi denyut nadi bahwa semakin banyak aktivitas tubuh maka semakin meningkat frekuensi denyut nadi dan frekuensi bernafas. Selain itu, juga terjadi perbedaan antara frekuensi denyut nadi dan nafas antara olahragawan dengan bukan

olahragawan. Probandus yang diuji memiliki denyut nadi dan frekuensi pernafasan yang normal namun cukup tinggi, sehingga dikategorikan normal tidak terlatih. Saran Saran untuk praktikum ini, pengukuran saat istirahat akan lebih baik dan akurat jika kondisi pengukuran benar-benar tenang dan tidak terdapat gangguan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Olahraga. http://ceriwis.us. [20 November 2010] Armi Z. 2010. Pernafasan. http://zianarmie.wordpress.com. [20 November 2010] Hakim L.2010. Cara mengukur denyut jantung. http://coachhakim.blogspot.com. [20 November 2010]

Anda mungkin juga menyukai