I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pola tanam merupakan suatu susunan urutan periode tanam dari satu
beberapa jenis tanaman semusim dalam suatu periode waktu tertentu. Pola tanam ini umumnya dibuat untuk periode 2 tahun berurutan. Penentuan pola tanam yang tepat akan mempengaruhi keberhasilan panen, terlebih lagi pada usaha pertanian tanpa irigasi (tadah hujan), atau setidaknya akan meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi. Pada prinsipnya, penentuan pola tanam didasarkan atas ketersediaan lengas (moisture) dalam tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman selama periode tumbuhnya. Sebelumnya untuk menentukan jenis tanam yang akan ditanam, terlebih dahulu harus dilihat kesesuaian untuk daerah yang bersangkutan, yaiyu meliputi kesuaian iklim dan tanahnya. Konsep dasar dari ketersediaan lengas tanah adalah perimbangan antara lengas dari irigasi, prespitasi aktif, dan atau air tanah, dengan keluaran lengas yang terjadi melalui evapotranspirasi dan perkolasi. Analisis peluang curah hujan menjadi penting karena secara statistic curah hujan bervariasi menurut ruang dan waktu. Perlu diingat data pengamatan hanya mewakili populasi. Dengan analisisi probabilitas, data curah hujan menjadi lebih berguna karena di dalam analisis diberikan tingkat kepercayaan terhadap nilai yang diperoleh. Dari hasil analisis, ternyata nilai rerata bulanan memiliki nilai peluang <50% sehingga dapat diduga bahwa kemungkinan kegagalan yang didapatkan hanya berdasarkan pada nilai rerata dapat mencapai 50%.
B.
Tujuan Mengetahui manfaat data iklim dalam membuat pola tanam di suatu daerah.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Keadaan cuaca adalah salah satu syarat penting untuk pengelolaan pertanian. Tanaman tidak bertahan hidup dalam keadaan cuaca yang buruk. Dengan memperhatikan keadaan cuaca dan cara pemanfaatannya maka dapat dilaksanakan penanaman tanaman yang tepat untuk periode dan keadaan tanah yang sesuai. Cuaca dapat digunakan untuk sosialisasi pemberian pupuk, menghindarkan kerusakan-kerusakan akibat penyakit, serangga, dan pemberian bahan-bahan kimia. Faktor-faktor cuaca yang penting untuk pertanian adalah jumlah jam penyinaran matahari dan radiasi matahari. Jumlah jam penyinaran matahari menentukan tingkat pembuangan tanaman dan radiasi matahari
menentukan kenaikan suhu. Suhu mempengaruhi pembuangan, pembuahan,dan panen tanaman (Anonim, 2005). Sebagaimana telah diketahui bahwa pertanian di Indonesia, utamanya di Indonesia bagian timur yang mempunyai perbedaan iklim kering dan hujan yang tegas, tanaman palawija (dryland arops). Pada umumnya diusahakan setelah padi sawah. Dengan bentuk pola tanam yang demikian, maka kegiatan penyiapan lahan yang berupa pengolahan tanah akan berbeda untuk tanaman padi dan tanaman palawija. Di satu pihak menghendaki kondisi tanah lumpur berarti merusak struktur tanah, sedangkan di lain pihak menghendaki kondisi struktur yang baik (Djatmiko, 1992). Hasil suatu jenis tanaman bergantung pada interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim, teknologi dan faktor ekonomi. Dari faktor lingkungan, maka faktor tanah telah banyak dipelajari dan dipahami dibandingkan dengan faktor cuaca dan iklim, cuaca bahwa dalam dalam produksi pangan yang sukar dikendalikan. Oleh karena itu dalam usaha pertanian, pada umumnya cara-cara bertani disesuaikan dengan kondisi iklim setempat. Peningkatan produksi setempat pangan selain dengan pemakaian teknoloogi tinggi termasuk panca usaha, juga dilakukan melalui pemanfaatan klim terutama untuk meningkatkan intensitas tanaman dan penanaman ganda. Perencanaan pola tanam sebaiknya disesuaikan dengan kondisi iklim setempat. Jumlah air berlebihan didalam tanah akan mengubah berbagai proses kimia dan biologis yang
membatasi jumlah oksigen dan meningkatkan pembentukan senyawa yang beracun pada akar tanaman,. Curah hujan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan dalam produksi tanaman pangan. Hal ini disebabkan air sebagai pengangkut unsur hara dari tanah ke akar dan diteruskan kebagian yang lainnya (Tjasyono, 1995). Tiap tanaman membutuhkan keadaan cuaca dan iklim tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Syarat itu dapat dipenuhi dengan cara menyesuaikan diri terhadap cuaca dan iklim yang ada, mengatur lingkungan sehingga diketahui unsur-unsur cuaca dan iklim yang dibutuhkan. Dengan demikian dapat dihindarkan akibat dari keadaan cuaca yang membahayakan tanaman. Dengan diketahuinya keadaan iklim suatu daerah maka jangka waktu pengguanaan tanaman dalam setahun pergiliran dapat diatur dengan tepat (Hassan, 1981). Irigasi untuk mempertahankan tingkat produksi tinggi tanaman. Karakterisasi utama pertanian lahan Great Tengah yang menggunakan pola (rotasi tanaman, irigasi, bero, dan persiapan lahan) adalah penting untuk memahami lebih baik peran dan konsekuensi dari interaksi manusia-lingkungan tentang isu-isu perubahan iklim yang dihadapi wilayah ini. Seperti penggunaan lahan praktek dan perubahan yang terkait (misalnya,-ladang konversi padang rumput) memodifikasi kondisi permukaan dan mengubah lanskap pola, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi siklus biogeokimia (misalnya, bersepeda karbon), iklim (misalnya kondisi batas permukaan), siklus hidrologis (misalnya, ketersediaan air tanah), keanekaragaman hayati asli (misalnya, fragmentasi padang rumput), dan ekonomi (misalnya hasil panen). Pergeseran atau perubahan pola regional praktek tanam bisa memiliki dampak pada perubahan iklim (misalnya, peningkatan penyerapan karbon melalui adopsi) atau sinyal tanggapan untuk perubahan iklim (misalnya, ditinggalkan ladang atau areal tanaman meningkat lebih toleran kekeringan) (Wardlow and Stephen, 2002 ). Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan (prespitasi). Kaitannya dengan vegetasi (tanaman) amaka curah hujan sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan vegetasi tersebut. Penyebaran berbagai spesies tumbuhan atau dibatasi oleh kondisi iklim dan tanah serta daya adaptasi dari masing-masing spesies tumbuhan tersebut. Sesungguhnya hubungan antara vegetasi dan iklim saling berpengaruh. Selain iklim dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, keberadaan vegetasi juga dapat mempengaruhi iklim di sekitarnya. Peran vegetasi mirip dengan peran bentangan air. Hal ini disebabkan karena tumbuhan menyumbang banyak uap air ke atmosfer melalui proses transpirasi (Lakitan, 2002).
III.
METODOLOGI
Praktikum Penentuan Pola Tanam berdasarkan keadaan iklim dilaksanakan di laboratorium Agroklimatologi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada pada hari Kamis, 1 Desember 2011. Praktikum ini menggunakan bahan antara lain data curah hujan harian atau dasarian selama 10 tahun, data evaporasi potensial harian atau bulanan, nilai koefoisien tanaman (Kc) 9 bulanan untuk beberapa tanaman. Sedangkan alat yang digunakan yaitu kertas grafik atau kertas milimeter, plastik transparansi, spidol permanen, dan penggaris. Yang dilakukan pertama kali adalah menghitung curah hujan bedasarkan kriteria Mohr pada setiap sepuluh hari (per dasarian). Kemudian nomor ranking dihitung dengan menggunakan kriteria curah hujan 75% (PCH 75%) dengan rumus sebagai berikut: F = 100m n+1 (i)
dimana:
F = peluang curah hujan yang dikehendaki m = nomor ranking (yang dicari) n = jumlah tahun (biasanya 10 tahun)
Rankingisasi dibuat setelah kita membuat data curah hujan perdasarian selama sepuluh tahun. Dan data curah hujan perdasarian selama sepuluh tahun tersebut diurutkan dari nilai terbesar hingga nilai terkecil. Besarnya curah hujan dengan peluang 75% dihitung dengan menggunakan interpolasi kemudian dibuat tabel seperti berikut: JANUARI I X CH 75% II III s.d. I II III DESEMBER I II III
Dari tabel diatas kemudian dihitung tabel hitungannya sebanyak dua kali perhitungan. Histogram inidigunakan untuk membandingkan data curah hujan selama satu tahun dengan kebutuhan air suatu tanaman. Setelah histogram curah hujan dibuat, kemudian P dihitung dengan interpolasi dari tabel mean daily percentage (P) of annual day time hours for different latitudes. Sebagai contoh: P Januari = 10 - 5 = 0,26 0,27 75 P P 0,27 = 0,26
Setelah mencari data interpolasi, kemudian dilanjutkan dengan menghitung nilai F dengan menggunakan rumus : F = P (0,46T + 8) dimana: T = rerata suhu (ii)
Dengan menggunakan nilai F, maka Eto harian dapat ditentukan dengan melihat grafik prediction of Eto from Blaney Cridle atau dapat disebut dengan Eto BC. Kemudian Eto BC bulanan dan Eto dasarian dicari dengan menggunakan rumus: Eto BC bulanan = Eto Bc harian X jumlah hari bulan yang bersangkutan (iii)
Setelah didapat Eto bulanan kemudian dicari Eto P (Pennman), karena kita berada di wilayah Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta maka digunakan rumus: Eto P = -1,33 + 1,525 BC dimana: BC = Eto bulanan Blaney Cridle (v)
Eto P bulanan dan Eto P dasarian dihitung dan Eto umum dicari dengan rumus Eto umum = jumlah Eto P bulanan 36 Setelah didapatkan hasil kemudian dibuat tabel sebagai berikut: Bulan Tmax Tmi n Jan s.d. Des P F Eto BC Eto P (vi)
Kemudian dibuat grafik Kc tanaman per dasarian. Dan dibuat grafik pola umum kebutuhan air tanaman pada transparansi. Serta ditentukan pola tanam untuk waktu dua tahun bagi suatu daerah dengan jalan memilih jenis tanaman yang kebutuhan airnya dapat terpenuhi dengan ketersediaan air hujan., dengan cara meng-over-laykan histogram kebutuhan tanaman pada histogram curah hujan. Kemudian yang terakhir dibuat pembahasan mengenai pola tanam yang dihasilkan oleh suatu tanaman (tumpang sari atau tumpang gilir) beserta alasannya.
Jan Tahun I 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 II III I 258 149 101 216 251 99 10 197 79 254
Feb II 206 174 44 92 231 102 88 92 69 52 III 115 172 50 147 98 50 97 102 132 100 I 29 88 84 367 29 34 21 64 112 37
Mar II 107 179 105 160 113 60 3 95 217 29 III 69 97 205 128 105 68 16 67 56 121 I 74 179 244 90 36 7 15 106 21 125
Mei II 0 26 4 2 4 17 13 1 40 33 III 0 49 7 0 3 2 0 24 0 28 I 0 10 77 0 62 0 0 26 3 67
Jul I 3 48 0 0 54 0 0 19 49 II 0 0 1 0 2 0 0 42 0 III 0 0 0 0 0 0 0 85 7 I 0 16 0 0 0 8 0 23 0
138 112 17 42
18 56 0 0
47
31
99
29
100 133
20
179
32
Tabel 5.2 Rangkingisasi Jan Rangking I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 II III I II III I II III I II III I II III I II III 53 33 23 6 1 0 0 0 0 0 236 207 286 258 231 172 367 217 205 244 171 109 90 40 49 77 146 188 203 177 254 106 147 112 179 128 179 161 187 167 175 251 174 132 156 141 149 216 102 115 149 136 110 197 127 133 118 102 87 24 99 86 37 22 98 91 86 68 31 149 101 99 79 10 92 92 88 69 52 44 102 100 98 97 50 50 88 84 64 37 34 29 29 21 160 121 125 125 113 105 106 107 107 105 95 60 29 3 97 69 68 67 56 16 90 74 36 21 15 7 92 86 45 45 30 21 87 72 68 63 33 28 21 18 1 67 33 28 67 121 42 26 24 62 27 17 18 13 18 12 4 4 0 4 4 2 1 0 7 3 2 0 0 0 0 26 10 3 0 0 0 0 46 4 3 2 0 0 0 0 Feb Mar Apr Mei Jun
Jul I II III I
Agu II III I
Sep II III I
Okt II III I
Nov II III I
Des II III
54 42 85 23 4 159 139 18 56 133 153 120 136 270 305 160 179 243 49 48 19 3 2 1 0 0 7 2 0 0 16 2 8 0 0 1 0 0 47 3 0 0 2 0 0 0 4 4 3 1 7 5 1 0 82 52 8 7 65 60 41 31 99 82 67 60 113 234 133 140 130 171 106 138 129 133 116 116 73 29 131 112 132 114 106 95 120 110 84 69
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1 1 0 0 0
27 12 0 0 0
36 6 1 0 0
26 21 8 7 0
100 77 17 14 9
77 58 53 42 24
52 43 33 32 20
98 96 53 44 6
32 25 18 14 2
Tabel 5.3 CH 75% X CH 75% 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 1,75 3 0 1 0 2 0 3 0 Januari Februari Maret April Mei Juni
Juli 1 0 2 0 3 0 1 0
Agustus 2 0 3 0
September 1 0 2 0 3 0
Oktober 1 2 0 0 3 0,75 1
November 2 3 1
Desember 2 50,8 3 17
7,8 16 50,3
32,8
Histogram 5.1
120
100
X CH 75 %
80
60
I II
40
III
20
AGUSTUS
AGUSTUS
MEI
MEI
SEPTEMBER
JULI
DESEMBER
OKTOBER
JULI
NOVEMBER
OKTOBER
MARET
MARET
NOVEMBER
Tabel 5.4 Suhu dan Eto T Bulan min T max P F Eto BC Eto P
harian Dasarian Bulanan harian Dasarian bulanan Januari Februari Maret April 23,29 23,29 23,29 22,89 30,79 0.28 5.8 4.2 4.1 4.1 4.4 43,4 38,3 42,4 44 13,02 114,8 127,1 132 5.27 5.12 5.12 5.57 54,45 52,9 52,9 55,7 163,37 158,72 158,72 167,1
DESEMBER
31,39 0.26 5.45 31,19 0.26 5.42 31,09 0.27 5.38 31,49 0.27 5.48 31,99 0.27 5.53 32,19 0.28 5.78 32,19 0.28 5.78 30,99 0.28 5.82
Contoh perhitungan : pada Bulan Januari T max = 30.8 - (0.0062x1.37) = 30.79 ; Tmin = 23.2 (0.0054x1.37) = 23.29 ; Trerata = Perhitungan P interpolasi letak lintang Perhitungan F = P (0.46T+8) = 0.284 ((0.46x27.04) +8) = 5.804 Area of medium rainfall pada bulan Januari sunshine duration : low , wind speed : medium ; maka nilai Eto BC Harian : 3.9 Eto BC Bulanan = Eto BC Harian x jumlah hari = 3.9 x 31 = 120.9 Eto BC Dasarian = Eto BC Bulanan 3 = 120.9 3 = 40.3 Eto P harian = -1.133 + (1.525 x Eto BC Harian) = -1.133 + (1.525 x 3.9) = 4.8 Eto P Bulanan = Eto P harian x jumlah hari = 4.8 x 31 = 149.25 Eto P Dasarian = Eto P Bulanan 3 = 149.25 3 = 49.75
Jenis Tanaman
I Carrots Crucifers Egg plant Cucumber Lettuce Melon Oat
Onion green
KC/ Dasarian
II 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,38 0,35 0,35 0,35 III 0,37 0,46 0,35 0,37 0,35 0,37 0,64 0,37 0,37 0,38 IV 0,54 0,67 0,42 0,5 0,42 0,52 0,94 0,54 0,53 0,59 V 0,74 0,89 0,57 0,66 0,57 0,69 1,1 0,74 0,72 0,84 VI 0,94 1,0 0,71 0,82 0,72 0,86 1,1 0,93 0,91 1,06 VII 1,05 1,0 0,85 0,9 0,88 0,95 1,1 0,95 1,0 1,1 1,0 1,1 1,0 1,05 1,0 1,0 0,78 0,55 0,55 VIII 1,05 0,85 0,98 0,9 0,95 0,95 1,1 1,0 0,9 0,95 0,95 1,1 1,0 0,9 0,92 0,95 0,25 1,0 0,9 0,45 0,65 0,25 0,65 1,0 1,0 1,0 IX 1,05 X 1,05 XI 0,9 XII 0,75 XIII XIV
0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35
Peanuts Peas
Contoh perhitungan Etc Tanaman Peas dasarian I dan III Etc = Eto Umum x Kc tanaman tiap dasarian Etc dasarian I = 0.35 x 53.02 = 18.56 Etc dasarian III = 0.38 x 53.02= 20,15
Etc/ Dasarian Jenis Tanaman Carrots Crucifers Egg plant Cucumber Lettuce Melon Oat
Onion green
II
III
IV
VI
VII
VIII
IX
XI
XII
XIII
XIV
XV
18,56 18,56 19,62 28,63 39,23 49,84 55,67 55,67 55,67 55,67 47,72 39,77 18,56 18,56 24,39 35,52 47,19 53,02 53,02 45,07 18,56 18,56 18,56 22,27 30,22 37,64 45,07 51,96 53,02 53,02 53,02 53,02 53,02 53,02 18,56 18,56 19,62 26,51 34,99 43,48 47,72 47,72 47,72 47,72 47,72 18,56 18,56 18,56 22,27 30,22 38,17 46,66 50,37 50,37 48,78 23,86 18,56 18,56 19,62 27,57 36,58 45,60 50,37 50,37 50,37 50,37 34,46 34,46 18,56 20,15 33,93 49,84 58,32 58,32 58,32 58,32 58,32 13,26 13,26 18,56 18,56 19,62 28,63 39,23 49,31 50,37 18,56 18,56 19,62 28,10 38,17 48,25 53,02 53,02 53,02 53,02 41,36 29,16 29,16 18,56 18,56 20,15 31,28 44,54 56,20 58,32 58,32 55,67 53,02
Peanuts Peas
Contoh perhitungan Etc Tanaman Peas dasarian I dan III Etc = Eto Umum x Kc tanaman tiap dasarian
Etc dasarian I = 0.35 x 53.02 = 18.56 Etc dasarian III = 0.38 x 53.02= 20,15
Jenis Tanaman
Kc 1
Kc 2
Kc 3
Kc 4
Kc 5
Kc 6
Kc 7
Kc 8
Kc 9
0,35
0,35
0,45
0,65
0,85
0,95
0,95
0,95
0,85
Kc 1
Kc 2
Kc 3
Kc 4
Kc 5
Kc 6
Kc7
Kc 8
Kc 9
Kc10 Kc11
Kc 12
0,35
0,325
0,55
0,75
0,95
1,05
1,05
1,05
1,05
0,75
0,75
Kc 1
Kc 2
Kc 3
Kc 4
Kc 5
Kc 6
Kc 7
Kc 8
0,35
0,35
0,538
0,91
1,1
1,1
1,1
Grafik 5.3
Grafik Kc Tanaman Jagung Manis per Dasarian
1.2 1 0.8 Kc 0.6 0.4 0.2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Dasarian
Tabel 5.8 Kc Tanaman Jagung per Dasarian Jenis Tanaman Jagung 0,35 0,35 0,445 0,67 0,935 Kc1 Kc 2 Kc 3 Kc 4 Kc 5 Kc 6 1,1 Kc 7 1,1 Kc 8 1,1 Kc 9 1,1 Kc 10 0,56 Kc 11 0,56 Kc 12 0,56
Grafik 5.4
Kc 1
Kc 2
Kc 3
Kc 4
Kc 5
Kc 6
Kc 7
Kc 8
Kc 9
Kc 10
Kc 11 1
Kc 12 1
Kc1 3 1
Kc 14 1
0,85
0,981
Grafik 5.5
Grafik Kc Tanaman Terong per Dasarian
1 0.9 0.8 0.7 0.6 Kc 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Dasarian
Kc 1
Kc 2
Kc 3
Kc 4
Kc 5
Kc 6
Kc 7
Kc 8
Kc 9
Kc 10
Kc 11
0,35
0,35
0,365
0,465
0,587
0,715
0,835
0,9
0,9
0,9
0,9
Grafik 5.6
Dasarian
Tabel 5.11 Kc Tanaman Beets Jenis Tanaman Beets 0,35 0,387 0,65 0,95 1,1 1,1 0,95 Kc 1 Kc 2 Kc 3 Kc 4 Kc 5 Kc 6 Kc 7
Grafik 5.7
Grafik Kc Tanaman Beets per Dasarian
1.2 1 0.8 Kc 0.6 0.4 0.2 0 1 2 3 4 5 6 7 Dasarian
Kc 1
Kc 2
Kc 3
Kc 4
Kc 5
Kc 6
Kc7
Kc 8
Kc 9
Kc10 Kc11
Kc 12
0,35
0,39
0,65
0,95
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
0,25
0,25
0,25
Grafik 5.8
Grafik Kc Tanaman Barley per Dasarian
1.2 1 Kc 0.8 0.6 0.4 0.2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Dasarian
Kc 1
Kc 2
Kc 3
Kc 4
Kc 5
Kc 6
Kc 7
Kc 8
0,35
0,35
0,455
0,68
0,9
Grafik 5.9
Grafik Kc Tanaman Crucifers per Dasarian
1.2 1 0.8 Kc 0.6 0.4 0.2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Dasarian
Kc 2
Kc 3
Kc 4
Kc 5
Kc 6
Kc 7
Kc 8
Kc 9
Kc 10
Kc 11
Kc 12
Kc 13
Kc 14
Kc 15
Kc 16
Kc 17
Kc 18
Kc 19
Kc 20
0,3 5
0,3 5
0,4 35
0,6
0,7 65
0, 91 5
0,0 65
1,1 5
1,1 5
1,1 1,1 5 5
1,1 5
1,1 0,6 5 5
0,6 5
0,6 5
0,6 5
0,6 5
0,6 5
Grafik 5.10
Grafik Kc Tanaman Kapas per Dasarian
1.2 1 0.8 Kc 0.6 0.4 0.2 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 Dasarian
No.
Jenis Tanaman
10
52,81 61,14 61,14 61,14 61,14 61,14 13,89 36,13 47,25 52,81 52,81 52,81 47,25 52,81 61,14 61,14 16,67 30,57 41,69 52,81 58,36 58,36 58,36 58,36 50,58 61,14 61,14 61,48 55,59
19,45
19,45
25,01
37,80 50,03 55,59 55,59 55,59 23,62 31,96 39,46 47,25 54,47 55,59 55,59 25,57 32,24 39,46 46,13 50,03 50,03 50,03 24,18 33,35 42,52 50,86 3,61 63,92 63,92
No.
Jenis Tanaman
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1. Barley 2. Beans 3. Bit 4. Wortel 5. Jagung manis 6. Jagung 7. Crucifers 8. Terong 9. Timun 10. Kapas
13,89
13,89
41,69
41,69
31,13
31,13
55,59
55,59
55,59
63,92
63,92
B. Pembahasan Sektor pertanian di indonesia memang bisa dikatakan cukup luas, hal ini dapat dibuktikan dengan terdapatnya lahan-lahan pertanian yang terletak di berbagai tempat, oleh sebab itu rata-rata penduduk indonesia berprofesi sebagai petani. Dalam hal ini tentu tujuan utama mereka melakukan tanam adalah untuk memperoleh hasil yang maksimal supaya dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dengan menggunakan hasil mereka dari bekerja. Untuk menghasilkan hasil yang maksimal maka salah satu faktor yang harus di perhatikan adalah pola tanam. Pelaksanaan pola tanam juga harus mengkondisikan
tempat/lokasi dimana tanaman itu akan tumbuh nantinya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pengetahuan tentang pola tanam dapat bermanfaat untuk acuan atau pertimbangan bagi perumus kebijakan (policy makers) atau pembuat keputusan (decission makers) mengenai penggunaan lahan, tenaga kerja yang efisien dan optimal yang dapat diterapkan, sehingga dapat menghasilkan biaya minimal dan keuntungan maksimal selain itu, dapat juga sebagai acuan bagi para petani untuk mengaplikasikan pola tanam optimal di lahan mereka guna peningkatan pendapatan dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki para petani. Dalam menentukan rerata Curah Hujan selama kurun 2 tahun dipakai peluang CH 75%. Dengan begitu hasil yang didapatkan tidaklah mutlak sebagai probabilitas yang terbaik karena keadaan iklim merupakan sesuatu yang tidak selalu tepat untuk diramalkan. Dengan mengambil peluang 75% akan didapatkan kemungkinan yang terburuk dalam prakiraan terjadinya curah hujan karena nomor rangking yang dijadikan acuan adalah antara rangking 8 dengan 9 atau lebih tepatnya adalah 8,25. Dengan begini, petani dapat memberi perkiraan tanaman apa saja yang dapat ditanam dalam kurun 2 tahun karena jika nomor rangkingnya terlalu tinggi dapat membuat petani gegabah sehingga banyak panenannya tidak maksimal atau bahkan gagal karena perubahan iklim yang begitu besar. Pada intinya, peluang 75% adalah untuk mengantisipasi kalau terjadi perubahan iklim secara mendadak. Data Curah Hujan yang diambil adalah dalam kurun waktu 2 tahun dan dilakukan karena dalam kurun waktu tersebut dianggap iklim akan selalu tetap stabil dan tidak mengalami perubahan yang signifikan. Apabila terlalu lama akan membuat prakiraan menjadi terlalu sulit. Apalagi tanaman yang biasa ditanam petani tersebut memang biasanya ditanam dalam kurun waktu tersebut. Dan petani selalu enggan berpindah untuk menanam tanaman lainnya. Ada beberapa jenis pola tanam yang umum diterapkan dalam sistem budidaya, salah satunya adalah tumpang gilir (Multiple Cropping) dan tumpang sari. Tumpang gilir yaitu suatu sistem bercocok tanam selama satu tahuan atau lebih dan atau kurang pada sebidang tanah yang terdiri dari beberapa kali bertanam dari satu atau beberapa jenis tanaman secara bergiliran dan bersisipan atau secara bertumpangan dan bersisipan dengan maksud untuk meningkatkan produktivitas tanah atau pendapatan petani tiap satuan luas persatuan waktu. Tumpang gilir, dilakukan secara beruntun sepanjang
tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Keuntungan yang bisa dicapai dengan usaha tumpang gilir adalah: a.) pengerjaan tanah dan pemeliharaan per jenis tanaman lebih hemat, b.) menggemburkan tanah, c.) menjaga kelembaban tanah, d.) meningkatkan pendapatan petani, f.) menghemat biaya per jenis tanaman, g.) mengawetkan tanah, h.) menambah frekuensi panen, i.) mengurangi persaingan tanaman yang satu dengan yang lain, j.) mencegah erosi, k.) mendapatkan macam-macam hasil yang diperlukan bagi kebutuhan hidup sehari-hari, l.) mengurangi serangan hama dan penyakit, m.) mengurangi tumbuh-tumbuhan pengganggu, n.) mempertinggi keterampilan kerja petani, o.) mengurangi waktu menganggur petani, p.) adanya panen di waktu paceklik. Tumpangsari adalah teknik bercocok tanam dengan menanam minimal dua jenis tanaman dalam satu lahan. Biasanya dalam sistem tanaman tumpangsari terdapat tanaman inti dan tanaman sampingan, dimana yang menjadi prioritas produksi utama adalah tanaman inti. Sedangkan tanaman pendamping hanya digunakan sebagai pendukung saja untuk mengoptimalkan fungsi lahan. Keuntungan tumpangsari: a.) meningkatkan produksi tanaman, b.) lebih mengefisienkan penggunaan tanah, air, dan waktu, c.) mengoptimalkan fungsi lahan. Penanaman tumpangsari jenis tanaman satu ke tanaman lainnya merupakan usaha untuk lebih mengefisienkan pengguaan tanah, air dan waktu. Penanaman tumpangsari akan menguntungkan petani karena dia akan untung waktu beberapa hari dan akan membagi tenaga kerjanya yang lebih merata. Penanaman tumpangsari ini jelas akan terjadi suatu persaingan dalam perumbuhan dari kedua tanaman tersebut. Besarnya persaingan ini sangat tergantung kepada jenis-jenis tanaman yang disisipkan. Beberapa jenis tanaman mempunyai ketahanan terhadap naungan dan beberapa diantaranya tidak, sehingga daya untuk dapat disisipkannya hanya mampu untuk waktu yang sangat terbatas. Penanaman tumpangsari ini biasanya mengurangi hasil dari masing-masing jenis tanaman dibandingkan apabila tanaman tersebut ditanam secara tunggal, namun hasil dari keseluruhannya akan lebih tinggi. Beberapa tanaman akan bersifat komplementer terhadap tanaman lain apabila ditumpangsarikan.
Pada praktikum ini dipilih sepuluh jenis tanaman yaitu : 1. Barley ( Hordeum vulgare ) Daun barley seperti rumput dan mengelompok , memiliki bunga silinder. Kebanyakan daunnya seperti paku tebal dan besar dengan warna yang mencolok. Tanaman ini terdiri dari satu bunga. 2. Buncis ( beans ) Buncis dekat hubungannya dengan kacang panjang yaitu sama-sama merupakan tanaman merambat atau memanjat. Buncis biasanya ditanam di lahan tegalan. Tanaman akan tumbuh baik pada sisa-sisa pupuk dari pertanaman sebelumnya di kebun. 3. Bit ( beets ) Bit termasuk salah satu jenis tumbuhan yang mudah tumbuh. Mereka tumbuh dengan subur di setiap tipe tanah perkebunan kecuali yang berbatu dan banyak perkembangan akar. Bit tidak dapat tumbuh dengan baik di daerah yang hangat (panas) di suatu Negara. Tumbuhan ini khusus di tanam di daerah sub tropis sebelum musim panas. Bunganya seperti tumbuhan paku tanpa mahkota. 4. Wortel ( carrot ) Tumbuhan ini hidup normal di daerah tropika yang merupakan daerah di sekitar garis lintang yang dilewati matahari. Wortel di tanam di daerah dengan ketinggian tempat kurang lebih 500 m dpl. Tanaman ini paling cocok ditanam di daerah iklim sedang. Hal ini dikarenakan bila ditanam pada daerah dataran rendah tropika akan banyak mengalami serangan hama penyakit. 5. agung manis ( sweet corn ) Bila dilihat sekilas jagung manis nampak seperti jagus. Namun bila diamati dengan seksama kedua tumbuhan tersebut berbeda. Jagung manis dapat tumbuh di kebun yang memiliki lahan luas di setiap daerah baik yang beriklim tropis maupun yang beriklim non
tropis. Jagung manis tumbuh di daerah yang mempunyai masa tumbuh sekitar 70 80 hari pada saat musim panas.
6. Jagung ( Corn ) Jagung merupakan tanaman semusim berpenyerbuk silang yang memiliki variasi genetic yang luas. lahan yang kering, berpengairan cukup, lahan tadah hujan, lahan gambut yang telah diperbaiki atau lahan basah bekas menanam padi. Agar tumbuh dan berproduksi dengan baik Jagung harus ditanam di lahan terbuka yang terkena sinar matahari penuh selama 8 jam.
7. Crusifers Crucifers termasuk dalam keluarga mustard sepert kubis. Daunnya secara umum agak pahit tapi tidak beracun. Mempunyai bunga dengan 4 mahkota. Buahnya seperti kacang polong, ketika panjang disebut silique atau silicle. Crusifers tumbuh dikebun untuk melengkapi sayuran dan rempah-rempah (sistem tumpang sari). 8. Terong ( egg plant ) Terong adalah tanaman yang hangat-musim yang membutuhkan 65 sampai 85 hari untuk mencapai kematangan pasar dari transplantasi. Setelah penyerbukan, 25 sampai 40 hari yang diperlukan untuk buah untuk mencapai kematangan untuk panen. Terong bisa berhasil tumbuh di sebagian besar tanah. Tanah kering. Tanah Basah. berpasir lempung, lempung, atau lempung tanah liat tanah dengan pH 6,0-6,5 yang terbaik untuk terong tumbuh. 9. Mentimun (cucumbers) Pada dasarnya timun dapat ditanam pada semua jenis tanah, tetapi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, diperlukan tanah yang mengandung bahan organic yang tinggi khususnya di daerah tropika. Tingkat pertumbuhan mentimun tergantung pada
ketinggian tempatnya. Di daerah tropika dataran rendah di sekitar khatulistiwa, pertumbuhannya selama 10 minggu. Pada garis lintang yang lebih tinggi dan di lokasi pegunungan, pertumbuhannya selama 16 minggu. Tanaman ini mengkonsumsi air dalam jumlah yang besar bila di daerah tropika. Namun paling cocok ditanam pada musim kemarau. 10. Kapas ( cotton) Kapas terutama tumbuh di iklim tropis dan subtropis kering pada suhu antara 11 C dan 25 C. Ini adalah tanaman iklim hangat terancam oleh kesehatan atau suhu beku (di bawah 5 C atau di atas 25 C), meskipun resistensi bervariasi dari spesies ke spesies. Paparan berlebihan terhadap kekeringan atau kelembaban pada tahap tertentu dari perkembangan tanaman (berlangsung 5 sampai 7 bulan) dapat merusak kualitas kapas dan hasil, dan mungkin juga membunuh tanaman. Tanaman yang cocok untuk ditumpang sarikan yaitu: Tanaman jagung manis dan tanaman crucifers Tanaman jagung manis dan crucifers yang penanamannya dapat dilakukan secara tumpang sari. Hal ini dikarenakan dua tanaman tersebut memiliki jumlah dasarian yang sama dan memiliki masa tanam, yaitu pada bulan November dasarian III hingga bulan Februari dasarian I, serta memiliki masa panen yang sama pula Tanaman yang cocok untuk ditumpang gilirkan yaitu: Tanaman mentimun dan tanaman jagung manis Tanaman mentimun dan tanaman jagung manis dapat ditumpangsarikan. Karena kedua tanaman ini memiliki umur tanam yang relatif pendek dan kebutuhan curah hujan yang hampir sama. Dengan cara tanaman mentimun ditanam terlebih dahulu pada bulan November dasarian II hingga bulan Maret dasarian II. Pada bulan Januari hingga bulan Februari mentimun memiliki kelebihan curah hujan, sehingga tanaman jagung manis dapat ditanam pada bulan Januari dasarian III hingga bulan April dasarian I (hal ini dapat dilakukan karena tanaman mentimun memiliki kelebihan curah hujan) air dapat dimanfaatkan oleh tanaman jagung manis. Tetapi pada akhir pertumbuhan tanaman jagung manis akan mengalami defisit air. Tetapi hal ini tidak akan mengganggu pertumbuhan
tanaman jagung manis. Karena tanaman hanya memerlukan air yang paling maksimal pada fase awal pertumbuhan (fase dormansi).
V. KESIMPULAN Dari pengamatan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan: 1. Data curah hujan bermanfaat dalam menentukan pola tanam tumbuhan, dengan begitu dapat diketahui kapan saatnya kebutuhan air tanaman dipenuhi oleh curah hujan yang tersedia. 2. Dari data curah hujan diketahui curah hujan meningkat pada bulan November dan menurun pada bulan April, sehingga penanaman tanaman sebaiknya dilakukan pada bulan tersebut. 3. Dari sepuluh tanaman tersebut, pasangan yang paling cocok ditumpangsarikan adalah tanaman jagung manis dan crucifers karena keduanya memiliki masa tanam yang singkat dan dapat menggunakan air hujan yang tersedia untuk digunakan secara bersamaan, sehingga kebutuhan akan air dapat tercukupi. 4. Pada dasarnya seluruh tanaman baik ditanam dengan sistem tumpang gilir karena kebutuhan akan air tercukupi semaksimal mungkin. Namun yang terjadi adalah pembuangan air hujan yang sia-sia (evaporasi) dan tidak termanfaatkan.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2005. Pola Tanam. < http : // psdal. lp3es.or.id / >. Diakses tanggal 5 Desember 2011.
Djatmiko, H. 1992. Pengaruh pelumpuran ameliorasi dan pengelolaan tanah terhadap sifat fisik yang berkaitan dengan lengas tanah. Agrios 1: 33-39.
Hassan, UM. 1981. Dasar-dasar Meteorologi Pertanian Jilid 2. PT Soeroengan Jakarta, Jakarta. Lakitan. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Wardlow, B.D and Stephen L.E. 2002. Discriminating cropping patterns for the U.S. central great plains region using time series modis 250-meter NDVI datapreliminary results. International Journal of Remote sensing 15: 3567-3586.
LAMPIRAN
1.
CH 75%
X - X1 Y - Y1 X 2 - X1 Y2 - Y1
Maret
I.
8,25 - 8
Y - 29
Y 73,75 8,25 - 8 Y - 91 III. 9-8 68 - 91 Y - 91 0,25 1 - 23 Y 5,75 91 Y 85,25 Februari I. 8,25 - 8 9-8 99 - 101 Y - 101 0,25 1 -2 Y 0,5 101 Y 100,5 8,25 - 8 Y - 69 II . 9-8 52 - 69 Y - 69 0,25 1 - 17 Y 4,25 69 Y 64,75 III. 8,25 - 8 9-8 50 - 97 Y - 97 0,25 1 - 47 Y 11,75 97 Y - 97 Y - 101
9-8 29 - 60 Y - 60 0,25 1 - 31 Y 7,75 60 Y 52,25 8,25 - 8 Y - 67 III. 9-8 56 - 67 Y - 67 0,25 1 - 11 Y 2,75 67 Y 64,25 April 8,25 - 8 Y - 21 I. 9-8 15 - 21 Y - 21 0,25 1 -6 Y 1,5 21 Y 19,5 II . 8,25 - 8 9-8 30 - 45 Y - 45 0,25 1 - 15 Y 3,75 45 Y 41,25 8,25 - 8 9-8 18 - 28 Y - 28 0,25 1 - 10 Y 2,5 28 Y 25,5 Y - 28 Y - 45
III.
II .
8,25 - 8
November 8,25 - 8 Y -8 I. 9-8 7 -8 0,25 Y - 8 1 -1 Y 0,25 8 Y 7,75 II . 8,25 - 8 9-8 14 - 17 0,25 Y - 17 1 -3 Y 0,75 17 Y - 17
9 -8 0-0 Y-0 0,25 1 0 Y 0 Juni SeptemberI I , II , danIII III. 8,25 - 8 9 -8 0-0 0,25 Y - 0 1 0 Y 0 Y-0
Y 16,25 8,25 - 8 Y - 53 III. 9-8 43 - 53 0,25 Y - 53 1 - 10 Y 2,5 53 Y 50,5 Desember I. 8,25 - 8 9-8 32 - 33 Y - 33 0,25 1 -1 Y 0,25 33 Y - 33
Oktober 8,25 - 8 Y-0 I. 9 -8 0-0 0,25 Y - 0 1 0 Y 0 II . 8,25 - 8 9 -8 0-0 0,25 Y - 0 1 0 Y 0 8,25 - 8 9 -8 0 -1 0,25 Y - 1 1 -1 Y 0,25 1 Y 0,75 Y -1 Y-0
III.
Perhitungan T Januari T max : 30,8 0,0062 x 1,37 = 30,79 T min : 23,3 0,0054 x 1,37 = 23,29
Februari T max : 30,7 0,0061 x 1,37 = 30,69 T min : 23,3 0,0053 x 1,37 = 23,29
Maret T max : 31,1 0,0062 x 1,37 = 31,09 T min : 23,2 0,0054 x 1,37 = 23,29
April T max : 31,4 0,0061 x 1,37 = 31,39 T min : 22,29 0,0052 x 1,37 = 22,89
Mei T max ; 31,4 0,0061 x 1,37 = 31,39 T min : 22,9 0,0051 x 1,37 = 22,89
Juni T max : 31,2 0,0061 x 1,37 = 31,19 T min : 22,7 0,0051 x 1,37 = 22,69
Juli T max : 31,1 0,0061 x 1,37 = 31,092 T min : 21,6 0,0051 x 1,37 = 21,59
Agustus T max : 31,5 0,0061 x 1,37 = 31,49 T min : 22,0 0,0052 x 1,37 = 21,99
September T max : 32,0 0.0062 x 1,37 = 31,99 T min : 22,3 0,0054 x 1,37 = 22,29
Oktober T max : 32,2 0,0064 x 1,37 = 32,19 T min : 22,8 0,0052 x 1,37 = 22,79
November T max : 32,2 0,0064 x 1,37 = 32,19 T min : 22,8 0,0055 x 1,37 = 22,79
Desember T max : 31,0 0,0062 x 1,37 = 30,99 T min : 23,3 0,0054 x 1,37 = 23,29
2. Nilai P
X - X1 Y - Y1 X 2 - X1 Y2 - Y1
Januari 10 5 0, 29 0, 28 75 P 0, 28 5 0,01 2 P 0, 28 0,02 5 P 1, 4 P 0, 284 F ebruari 10 5 0, 28 0, 28 75 P 0, 28 5 0 2 P 0, 28 0 5 P 1, 4 P 0, 28 M aret
3.
Nilai F
F P(0,46T 8)
Januari F P ((0,46 x 27) 8) F 0, 284(12,42 8) F 0, 284( 20,42) F 5,8 Februari F P ((0,46 x 27) 8) F 0, 28(12, 42 8) F 0, 28( 20, 42) F 5,72 Maret F P ((0,46 x 27,2) 8) F 0, 28(12,51 8) F 0, 28( 20,51) F 5,74 April F P ((0,46 x 27,1) 8) F 0, 27(12,46 8) F 0, 27( 20,46) F 5,53 Mei F P ((0,46 x 27,1) 8) F 0, 266(12,46 8) F 0, 266( 20,46) F 5,45 Juni F P ((0,46 x 26,9) 8) F 0, 266(12,42 8) F 0, 266( 20,42) F 5,42 Juli F P ((0,46 x 26,5) 8) F 0, 266(12,19 8) F 0, 266( 20,19) F 5,38
Agustus F P ((0,46 x 26,7 ) 8) F 0,27(12,28 8) F 0,27( 20,28) F 5,48 September F P ((0,46 x 27,1) 8) F 0,27(12,46 8) F 0,27( 20,46) F 5,53 Ok tober F P ((0,46 x 27,5) 8) F 0,28(12,65 8) F 0,28( 20,65) F 5,78 Nov ember F P ((0,46 x 27,5) 8) F 0,28(12,65 8) F 0,28( 20,65) F 5,78 Desember F P ((0,46 x 27,1) 8) F 0,284(12,46 8) F 0,284( 20,46) F 5,82
4.
Eto BC Januari 130,2 Eto BC Februari 114,8 Eto BC Maret 127,1 Eto BC April Eto BC Mei 133,3
= 4,2 x 31 =
= 4,1 x 28 =
Eto BC Agustus
Eto BC November = 4,2 x 30 =126 = 4,4 x 30 = 132 = 4,3 x 31 = Eto BC Desember = 4,1 x 31 = 127,1
= =
117 39,0 3
=
114,8 38,3 3
Eto Dasarian Agustus Eto Dasarian September Eto Dasarian Oktober Eto Dasarian November
= = = =
=
127,1 42,4 3
= =
132 44 3
145,7 48,6 3
126 42 3
133,3 44,4 3
=
127,1 42,4 3
5.
Eto P (Penmann)
Eto P = -1,133+1,525 BC
Eto P Januari Eto P Februari Eto P Maret Eto P April Eto P Mei Eto P Juni Eto P Juli Eto P Agustus
= -1,133+1,525 (4,2) = 5,27 = -1,133+1,525 (4,1) = 5,12 = -1,133+1,525 (4,1) = 5,12 = -1,133+1,525 (4,4) = 5,57 = -1,133+1,525 (4,3) = 5,42 = -1,133+1,525 (3,9) = 4,81 = -1,133+1,525 (4,9) = 6,33 = -1,133+1,525 (5,0) = 6,49
Eto P September = -1,133+1,525 (3,8) = 4,66 Eto P Oktober = -1,133+1,525 (4,7) = 6,03
Eto P November = -1,133+1,525 (4,2) = 5,27 Eto P Desember = -1,133+1,525 (4,1) = 5,12 6. Eto P BULANAN DAN Eto P DASARIAN
Eto P bulanan = Eto P harian x jumlah hari bulan yang bersangkutan Eto P Januari Eto P Februari Eto P Maret Eto P April Eto P Mei Eto P Juni Eto P Juli Eto P Agustus = 5,27 x 31 = 163,37 = 5,12 x 28 = 158,72 = 5,12 x 31 = 158,72 = 5,57 x 30 = 167,1 = 5,42 x 31 = 168,02 = 4,81 x 30 = 144,3 = 6,33 x 31 = 196,23 = 6,49 x 31 = 201,19
Eto P dasarian = Eto P bulanan 3 Eto Dasarian Januari Eto Dasarian Februari Eto Dasarian Maret Eto Dasarian April Eto Dasarian Mei Eto Dasarian Juni Eto Dasarian Juli Eto Dasarian Agustus Eto Dasarian September Eto Dasarian Oktober Eto Dasarian November Eto Dasarian Desember = = =
163,37 54,45 3
158,72 52,9 3
= = = = = = = = =
168,02 56,0 3
144,3 48,1 3 196,23 65,41 3 201,19 67,06 3
139,8 46,6 3
186,93 62,31 3 158,1 52,7 3
158,72 52,9 3
Nilai KC Perdasarian
Sweet Corn I. 1 x 0,35 = 0,35 II. 1 x 0,35 = 0,35 III. 0,72 (0,5 x 0,37 ) = 0,53 IV. 1,10 ( 0,5 x 0,38 ) = 0,91 V. 1x 1,10 = 1,1 VI. 1 x 1,10 = 1,1 VII. 1x 1,10 = 1,1
Corn I. 1 x 0,35 = 0,35 II. 1 x 0,35 = 0,35 III. 0,56 ( 0,5 x 0,21 ) = 0,45 IV. 0,78 ( 0,5 x 0,22 ) = 0,67 VI. 1 x 1,10 = 1,1 VII. 1x 1,10 = 1,1 VIII. 1 x 1,0 = 1,1 IX. 1 x 1,10 = 1,1 X. 1 x 0,56 = 0,56 XI. 1 x 0,56 = 0,56 XII. 1 x 0,56 = 0,56
Crucifers I. 1 x 0,35 = 0,35 II. 1 x 0,35 = 0,35 III. 0,56 ( 0,5 x 0,21 ) = 0,45 IV. 0,80 ( 0,5 x 0,24 ) = 0,68 V. 1,00 ( 0,5 x 0,2 ) = 0,9 VI. 1 x 1,00 = 1 VII. 1 x 1,00 = 1 VIII. 1 x 1,00 = 1
III. 1 x 0,35 = 0,35 IV.0,52 ( 0,5 x 0,17 ) = 0,435 V. 0,68 ( 0,5 x 0,1) = 0,6 VI. 0,85 (0,5 x 0,17 ) = 0,765 VII. 0,98 ( 0,5 x 0,13 ) = 0,915 IX. 1x 1,15 = 1,15 X. 1 x 1,15 = 1,15 XI. 1 x 1,15 = 1,15 XII. 1 x 1,15 = 1,15 XIV. 1 x 1,15= 1,15 XV. 1 x O,65 = 0,65 XVI. 1 x 0,65 = 0,65 XVII. 1 x 0,65 = 0,65 XIX. 1 x 0,65 = 0,65 XX. 1 x 0,65 = 0,65
III. 1x 0,65 = 0,65 IV. 1 x 0,95 = 0,95 V. 1 x 1,1 = 1,1 VI. 1 x 1,1 = 1,1 VII. 1 x 1,1 = 1,1 VIII. 1 x 1,1 = 1,1 IX. 1 x 1,1 = 1,1 X. 1 x 0,25 = 0,25 XI. 1 x 0,25 = 0,25 XII. 1 x 0,25 = 0,25
V. 1 x 1,1 = 1,1 Beans I. 1x 0,35 = 0,35 II. 1 x 0,35 = 0,35 III.1x 0,45= 0,45 IV. 1 x 0,65 = 0,65 V. 1 x 0,85= 0,65 VI. 1 x 0,95 = 0,95 VII. 1 x 0,95 = 0,95 VIII. 1 x 0,95 = 0,95 IX. 1 x 0,85 = 0,85 Wortel I. 1 x 0,35 = 0,35 II. 1 x 0,35 = 0,35 III IV 0,325 0,55 VI VII 1,1 0,3
VII. 1 x 1,05 = 1.05 Barley I. 1 x 0,35 = 0,35 II. 1 x 0,39= 0,35 VIII. 1 x 1,05 = 1,05 IX. 1 x 1,05 = 1,05 X. 1 x 1,05 = 1,05
Terong I. 1 x 0,35 = 0,35 II. 1 x 0,35 = 0,35 III. 1 x 0,35 = 0,35 IV. V. VI. VII. VIII. 0,425 0,575 0,7125 0,85 0,98125 Timun I. 1 x 0,35 = 0,35 II. 1 x` 0,35 = 0,35 III. IV. V. VI. VII. 0,365 0,465 0,5875 0,715 0,835
IX. 1 x 1,00 = 1,00 X. 1 x 1,00 = 1,00 XI. 1 x 1,00 = 1,00 XII. 1 x 1,00 = 1,00
VIII. 1 x 0,9 = 0,9 IX. 1 x 0,9 = 0,9 X. 1 x 0,9 = 0,9 XI. 1 x 0,9 = 0,9