Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Semakin bertambahnya jumlah populasi di dunia dan meningkatnya jenis kebutuhan manusia seiring dengan berkembangnya zaman, mengakibatkan kebutuhan akan energi semakin meningkat sehingga persediaan energi khususnya energi yang tidak dapat diperbarui (Unrenewable Energy) semakin berkurang kuantitasnya, bahkan lama-kelamaan akan habis. Dapat dilihat dari jumlah konsumsi BBM Indonesia terus meningkat. Pada tahun 1999 sebanyak 51,8 juta kiloliter (KL), tahun 2000 menjadi 55,9 juta KL, pada tahun 2001 naik menjadi hampir 57,7 KL, tahun 2002 hampir 58,9 juta KL, tahun 2003 naik menjadi 59,8 juta KL dan tahun 2004 mencapai 64,7 juta KL (Mulyani, 2007). Untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya energi konvensional bahan bakar fosil (minyak/gas bumi dan batu bara) sebagai sumber energi yang tidak terbarukan dengan segala permasalahannya, terutama kenaikan harganya (price escalation) secara global setiap terjadinya krisis energi sebagai akibat dari faktor-faktor seperti cadangan yang berkurang sesuai dengan umur eksploitasinya, permintaan yang meningkat, jaminan pasokan (supply security) yang terbatas dan pembatasan produksi serta penilaian dampak lingkungan yang ketat terhadap pemanasan global (global warming), yang semuanya dikaitkan dengan kepentingan politik maka negara-negara pengguna bahan bakar fosil manapun termasuk Indonesia, tentu akan melihat kepada sumber-sumber energi lainnya sebagai bahan bakar alternatif atau pengganti asalkan potensi sumber dayanya mudah diperoleh secara lokal supaya harganya lebih murah dan terjangkau ( Soerawidjaja, Tatang.H, 2005). Indonesia sendiri merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi di dunia namun sejak tahun 2003 sampai saat ini masih mengimpor bahan bakar minyak (BBM) untuk mencukupi

2
kebutuhan bahan bakar minyak di sektor transportasi dan energi. Produksi minyak solar dan diesel tahun 2003 sekitar 17 juta KL, sedangkan total konsumsi mencapai 26,4 juta KL (165 juta barrel), sehingga harus diimpor sebesar 9,4 juta KL (35,7% dari total konsumsi) (Joelianingsih,2006). Kenaikan harga minyak mentah dunia akhir-akhir ini memberi dampak yang besar pada perekonomian nasional, terutama dengan adanya kenaikan harga BBM. Kenaikan harga BBM secara langsung berakibat pada naiknya biaya transportasi, biaya produksi industri dan pembangkit tenaga listrik. Sedangkan kebutuhan BBM di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, pada tahun 2010 mendatang jumlah konsumsi BBM Indonesia diprediksi mencapai 2 juta barel per hari, jauh lebih tinggi dari kapasitas produksi nasional tahun 2004 yang tercatat 1 juta barel per hari. Dalam jangka panjang impor BBM akan makin mendominasi penyediaan energi nasional apabila tidak ada kebijakan pemerintah untuk melaksanakan penganekaragaman energi dengan memanfaatkan energi terbarukan. Dalam proses pencarian energi alternatif, dituntut dipenuhinya persyaratan untuk tidak merusak lingkungan, berasal dari sumber energi terbarukan (renewable), efisien digunakan, dan harganya terjangkau (Santosa, 2004). Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan karena biodiesel dapat mengurangi emisi gas karbon monoksida (CO) sekitar 50% dan gas karbon dioksida (CO2) sekitar 78,45 % dan bebas kandungan sulfur. Biodiesel dapat diperoleh dari minyak tumbuhan yang berasal dari sumber daya yang dapat diperbarui, minyak nabati atau lemak binatang atau minyak goreng bekas/jelantah, melalui esterifikasi dan/atau transesterifikasi dengan alkohol serta bantuan katalis. Salah satu sumber bahan baku biodiesel adalah biji alpukat. Bahan ini (biji alpukat) merupakan limbah yang begitu banyak orang membuangnya setelah memanfaatkan daging buah tersebut. Dari hal tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik untuk berusaha mencoba pengadaan sumber energi alternatif yang ramah terhadap

3
lingkungan dari bahan biomassa yang tidak terpakai sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penulisan ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah proses pembuatan biodiesel dari minyak biji alpukat (Persea gratissima) sebagai sumber bahan bakar alternatif 2. Bagaimanakah cara atau upaya apa yang harus dilakukan untuk memperoleh biodiesel kualitas tinggi yang terbuat dari minyak biji alpukat (Persea gratissima) 3. Bagaimanakah pengaruh rasio mol minyak biji alpukat terhadap alkohol, suhu reaksi dan pengaruh metode pencucian terhadap kadar metil ester yang dihasilkan 4. Bagaimana karakteristik biodiesel dari minyak biji alpukat dan perbandingannya terhadap spesifikasi bahan bakar diesel I.3 Batasan Masalah Pada penelitian ini masalah dibatasi pada hal-hal berikut : 1. Bahan baku pembuatan biodiesel yang digunakan adalah minyak biji alpukat (Persea gratissima) 2. Penambahan H3PO4 85% dalam proses de-gumming sebesar 0,1% berat minyak biji alpukat 3. Reaktan yang digunakan pada proses transesterifikasi adalah metanol 99,9% 4. Katalis untuk pembentukan biodiesel dari minyak biji alpukat (Persea gratissima) adalah larutan natrium metoksida

4
5. Mendapatkan biodiesel dengan kondisi operasi yaitu waktu reaksi 60 menit, dan rasio berat NaOH terhadap minyak biji alpukat 1% 6. Pencucian biodiesel menggunakan dry washing dan metode konvensional (menggunakan air) 7. Analisa gas chromatography (GC) digunakan untuk menghitung kadar biodiesel didasarkan pada kandungan metil oleat dan metil palmitat. 8. Pengujian kelayakan mutu biodiesel yang dihasilkan dengan membandingkan hasil dengan standar bahan bakar diesel. Parameter pengujian tersebut terdiri dari uji titik nyala (flash point), densitas, viskositas, dan indeks setana, heating value, dan pour point 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Membuat biodiesel dari minyak biji alpukat (Persea gratissima) sehingga dapat dijadikan alternatif bahan bakar diesel yang sesuai dengan standar bahan bakar diesel 2. Mempelajari pengaruh rasio mol minyak terhadap alkohol dan suhu reaksi untuk memperoleh kadar metil ester yang tertinggi 3. Mempelajari pengaruh metode pencucian dan membandingkan antara kedua metode yaitu dry washing dengan metode konvensional (dengan air) untuk memperoleh kadar metil ester yang tertinggi I.5 Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi biji alpukat (Persea gratissima) sebagai penghasil minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.

5
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan masyarakat agar mengembangkan pemanfaatan biji alpukat (Persea gratissima) sebagai salah satu sumber energi alternatif untuk mengantisipasi kelangkaan minyak diesel di pasaran dan penghematan energi. 3. Sebagai bahan referensi dan informasi pada penulis lainnya yang tertarik untuk mengkaji dan meneliti proses pembuatan biodiesel terutama yang berasal dari bahan baku minyak nabati.

Halaman ini sengaja dikosongkan

Anda mungkin juga menyukai