Perdarahan Post Partum Goldy
Perdarahan Post Partum Goldy
IDENTITAS PASIEN Nama lengkap : Ny. M Usia : 38 tahun Status Perkawinan : sudah menikah Pekerjaan : buruh pabrik Djarum Alamat : Jepang RT 03 RW 08 Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam G3 P3 A0 Masuk Rumah Sakit : 24 April 2012 Jam : 16.15 WIB HPHT : Os lupa HPL : -
A. ANAMNESIS (History) Diambil dari : Auto / Alloanamnesis (ibu Os) Tanggal : 24 April 2012 Jam: 19:00 WIB
Keluhan utama: Ari-ari masih tertinggal setelah melahirkan 1 jam SMRS dengan disertai perdarahan yang hebat. Riwayat Penyakit Sekarang : 1 SMRS os mengeluh kenceng-kenceng dan mengeluarkan lendir darah sehabis magrib. Esok paginya, 12 jam SMRS, os memeriksakan kehamilannya ke bidan setempat. 6 jam SMRS Os mengeluh keluar air jernih. 5 jam SMRS Os dipimpin mengejan melahirkan bayi secara normal di bidan setempat. Selama 3 jam setelah melahirkan ari-ari belum lahir dan mengeluarkan
perdarahan. Os dirujuk bidan setempat ke RS. Selama proses mengeluarkan ari-ari sampai diantar menuju UGD RS dengan mobil Os mengaku Os dalam keadaan setengah sadar, Os mengaku Os seperti mengapung di kolam. Ibu Os mengaku selama perjalanan Os mengeluarkan darah dari jalan lahir banyak tetapi tidak mengetahui jelas berapa jumlah darah yang keluar. Saat masuk ke UGD pasien mengaku sudah tidak sadarkan diri
Penyakit Dahulu (Tahun, diisi bila ya (+), bila tidak (-)) ( - ) Cacar ( + ) Cacar air ( - ) Difteri ( - ) Tifus Abdominalis ( - ) Diabetes ( - ) Tonsilitis ( - ) Hipertensi ( - ) Ulkus Ventrikuli ( - ) Ulkus Duodeni ( - ) Neurosis Lain-lain : (-) Operasi (- ) Malaria ( - ) Disentri ( - ) Hepatitis ( - ) Wasir ( - ) Sifilis ( - ) Gonore ( - ) Penyakit Pembuluh ( - ) Perdarahan Otak ( - ) Psikosis ( - ) Tuberkulosis (- ) Kecelakaan ( - ) Batu Ginjal / Saluran Kemih ( - ) Burut (Hernia) ( - ) Batuk Rejan ( - ) Campak ( - ) Alergi ( - ) Tumor ( - ) Demam Rematik Akut ( - ) Pneumonia ( - ) Gastritis ( - ) Batu Empedu
Penyakit Alergi Asma Tuberkulosis Hepatitis B Hepatitis C Hipertensi Cacat bawaan Lain-lain (Jantung)
Ya -
Tidak
Hubungan -
ANAMNESIS SISTEM
Kulit ( - ) Bisul ( - ) Kuku ( - ) Lain-lain Haid Haid terakhir : Os lupa. Menarche : 13 tahun Siklus: 28 hari Lama Haid: 5 hari, setiap kali haid harus mengganti pembalut hingga 2-3 kali Teratur / tidak Nyeri / tidak nyeri ( - ) Rambut ( - ) Keringat Malam ( - ) Lembab setempat (pada telapak tangan)
Taksiran Partus : (Os lupa HPHT dan sudah melahirkan sebelum sampai di rumah sakit) Kehamilan No Tahun persalinan 1 2 3 1991 1993 2012 Umur kehamilan 9 bulan 9 bulan 9 bulan Jenis persalinan Normal Normal spontan Dukun Dukun bidan Hidup Hidup Hidup 2 tahun 2 tahun Penolong Hidup/mati ASI Riwayat nifas Baik Baik Perdarahan
Kontrasepsi ( -) Pil KB (+) Suntikan : setiap tiga bulan sekali sejak 1 bulan setelah anak kedua lahir sampai mengetahui dirinya hamil 4bulan
( - ) IUD ( -) Lain-lain
Saluran Kemih / Alat Kelamin (- ) Disuria ( -) Kolik ( - ) Polakisuria ( - ) Retensi Urin ( - ) Kencing nanah ( - ) Polliuria ( - ) Anuria ( - ) Kencing batu (- ) Stranguri ( -) Oliguria ( - ) Hematuria ( - ) Kencing menetes
( - ) Bengkak
( - ) Deformitas
( - ) Nyeri
BERAT BADAN Berat badan rata-rata (Kg) : 53 kg Berat tertinggi kapan (Kg) : 62 Kg Berat badan sekarang {Kg) : 60 Kg (Bila pasien tidak tahu dengan pasti) Tetap Turun Naik () ( ) ()
Pendidikan. ( ) SD ( - ) Sekolah Kejuruan ( - ) Kursus Kesulitan Keuangan Pekerjaan Keluarga Lain-lain : ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada ( - ) SLTP ( - ) Akademi ( - ) Tidak sekolah ( - ) SLTA ( - ) Universitas
A. PEMERIKSAAN JASMANI (Physical Examinations) Pada tanggal 24 Juni 2011 pukul 19.30 WIB
Pemeriksaan umum Tinggi badan Berat badan Tekanan darah Nadi Suhu Pernapasan Keadaan gizi IMT Kesadaran Sianosis Edema umum Habitus : 155 cm : : 100/60 mmHg : 107 x/menit, teratur, kuat : 37,4o C : 28x/menit, thoraco-abdominal : normal : 24,97 : somnolen : tidak ada : tidak ada : Astenikus
Aspek Kejiwaan Tingkah laku : wajar / gelisah / tenang / hipoaktif / hiperaktif biasa / sedih / gembira / cemas / takut / marah wajar / cepat / gangguan waham / fobia / obsesi
Kulit Warna Jaringan parut : sawo matang : tidak ada Effloresensi Pigmentasi Pembuluh darah : tidak ada : striae gravidarum (+) : tidak tampak
Keringat
: setempat
Turgor Ikterus
Edema
Kelenjar getah bening Submandibula : tidak teraba Supraklavikula : tidak teraba Lipat paha : tidak teraba Leher : tidak teraba Ketiak : tidak teraba
Dada Bentuk : simetris baik statis maupun dinamis, tidak tampak scar, kulit sawo matang, sela iga tidak tampak Pembuluh darah : tidak tampak Buah dada : membesar, puting susu menonjol keluar, areola mammae hiperpigmentasi,
Paru-paru Depan Inpeksi Kiri simetris Belakang simetris simetris sela iga tidak melebar sela iga tidak melebar sonor sonor vesikuler
Kanan sela iga tidak melebar Perkusi Kiri Kanan Auskultasi Kiri sonor sonor vesikuler
vesikuler
vesikuler
Ictus cordis tidak teraba Batas Atas jantung : ICS 2 parasternalis kiri
Katup Mitral : ICS 5 mid clavikula kiri Katup Aorta : ICS 2 linea sternalis kanan
Katup Pulmonal : ICS 2 linea sternalis kiri Katup Trikuspid : ICS 4 linea sternalis kanan Perut Inspeksi Palpasi : bentuk membuncit, striae nigra (+) :
Tinggi Fundus uteri : 2 jari di atas umbilikus Kontraksi Tungkai dan Kaki Luka : tidak ada Varises : tidak ada Edema : tidak ada
Lain-lain : PPV : (+) ( kotek)
: (+)
LABORATORIUM RUTIN Selasa, 24 April 2012 jam 17.18 Tes darah lengkap Hb : 10,9 g/dL
: 14460 /uL : 31,4% : 300000/ uL : 3690000/ uL : 2 menit : 6 menit : 85 fl : 29,5 pq : 34,7 gr/dL : 14,3%
SaO2 : 95% RINGKASAN (Summary) Anamnesis : Ny. M berumur 38 tahun G3 P3 A0 datang dengan plasenta masih tertinggal di dalam uterus 1 jam setelah melahirkan.
Pemeriksaan Fisik : Os mengalami perdarahan banyak sampai kesadaran Os somnolen. Keadaan umum tampak sakit sedang. Os sempat tidak sadarkan diri saat sampai di UGD. TD : 100/60mmHg, N : 107x/menit, RR : 28x / menit
Pemeriksaan Penunjang : Selasa, 24 April 2012 jam 17.18 Tes darah lengkap
: 10,9 g/dL : 14460 /uL : 31,4% : 300000/ uL : 3690000/ uL : 2 menit : 6 menit : 85 fl : 29,5 pq : 34,7 gr/dL : 14,3%
Diagnosis kerja dan dasar diagnosis 1. Diagnosis kerja 2. Dasar diagnosis : G3 P3 A0 dengan retensio plasenta dengan komplikasi syok hipovolemik :
1. Datang dengan plasenta masih belum lahir setelah 1 jam melahirkan di bidan. 2. Datang dengan keadaan somnolen (Os mengaku merasa setengah sadar) disertai dengan perdarahan hebat. Sempat tak sadarkan diri di UGD. 3. TD :100/60mmHg N : 107x/menit RR : 28x/ menit
Diagnosis diferensial dan dasar diagnosis diferensial 1. Diagnosis diferensial : 2. Dasar diagnosis diferensial : Pemeriksaan yang dianjurkan : -
Rencana pengelolaan : Tindakan : Manuver aktif (Perasat crede/manuver brandt-Andrews/manual plasenta) Kuret (jika plasenta belum lengkap) Medikamentosa : Kristaloid (RL) guyur Uterotonika (oksitosin) 20 unit dalam 1L NaCl 60 tetes/menit Sangobion 2x1 Amoxan 3x1gram IV
Nonmedikamentosa : Usahakan agar pasien tidak tertidur Cek tanda vital setiap 30 menit Observasi kesadaran Observasi tanda-tanda vital (TD, RR, Suhu, Nadi)
Prognosis Power : ad bonam Passage : ad bonam Passanger : ad bonam Follow Up: 25/04/2012 Pkl 20.30
O : TD 110/80mmHg, Nadi 80 x/mnt, RR 21 x/menit, S 36,2o C. TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus 15menit-30menit sekali, perdarahan pervaginam (+) 1 kotek. ASI -/-, flatus (+) A : post kuret hari pertama atas indikasi retensio plasenta dengan komplikasi plasenta restan dengan syok hipovolemik
26/04/2012
Pkl 07.00
S : tidak ada keluhan O : TD 110/70mmHg, nadi 92x/menit, RR 20x/menit, S : 36,8 oC. TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus (+) jarang, PPV (+) 1 kotek. ASI +/+, flatus (+) A : post kuret hari pertama atas indikasi retensio plasenta dengan komplikasi plasenta restan dengan syok hipovolemik
RETENSIO PLASENTA
Pendahuluan
Perdarahan postpartum yang mengalami banyak perdarahan (>500mL keluar dari jalan lahir pervaginam).perdarahan dapat terjadi sebelum, sedang, atau sesudah kelahiran plasenta. Sebenarnya perhitungan kehilangan darah melalui pervaginam rata-rata 700mL dan kehilangan darah sering disepelekan. Meskipun demikian, kriteria perdarahan 500mL dapat diterima. Kehilangan darah pada 24 jam pertama setelah partus disebut early postpartum hemorrhage. Kehilangan darah antara 24 jam sampai 6 minggu setelah partus disebut postpartum hemorrhage.1-3 Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum : 1. Menghentikan perdarahan. 2. Mencegah timbulnya syok. 3. Mengganti darah yang hilang.
EPIDEMIOLOGI Frekuensi perdarahan post partum 5%-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan penyebabnya : 1. Atoni uteri (50-60%). 2. Retensio plasenta (16-17%). 3. Sisa plasenta (23-24%). 4. Laserasi jalan lahir (4-5%). 5. Kelainan darah (0,5-0,8%).2
DEFINISI : Suatu keadaan dimana plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir.1-5
ETIOLOGI
1. Plasenta terpisah tapi tidak bisa dilahirkan Dalam kasus tersebut biasanya ada tanda-tanda dari pemisahan plasenta, yaitu : perdarahan, perubahan bentuk rahim, perpanjangan plasenta. Jika tanda-tanda tersebut tidak terjadi, perdarahan akan muncul ke cavum uterus karena uterus tidak dapat mengeluarkan sepenuhnya sampai kosong. Fundus terlihat lebih lebar yang menyebabkan false negatif terhadap pemisahan plasenta. Dalam situasi ini, fundus sebaiknya diusap untuk membuat fundus berkontraksi dan plasenta dikeluarkan dengan metode Brandt-Andrews. Tali plasenta akan terdorong secara pasti. Tangan yang lainnya menekan uterus ke dorsocranial untuk mecegah terjadinya inversi. Gerakan tersebut dilakukan dengan kedua tangan dan mencetuskan perlepasan plasenta sampai plasenta tersebut lahir.3,5,6
Gambar 1. Manuver Brandt-Andrews 2. Plasenta menempel parsial atau total Jika plasenta terlepas total hal itu tidak akan menyebabkan perdarahan. Perlepasan parsial dapat menyebabkan perdarahan tetapi fundus akan mengembang karena plasenta masih berada di segment atas.2,4
Penyebab yang jarang dari retensio plasenta. Ada perlengketan abnormal plasenta ke otot rahim karena kerusakan pembentukan desidua. Hal ini biasanya parsial, perlengketan parsial disertai pendarahan. Apabila itu perlengketan komplit, tidak disertai dengan perdarahan, manuver manual plasenta menyebabkan membukanya sinus yang menyebabkan perdarahan hebat, dan hysterectomy mungkin dibutuhkan. Plasenta akreta harus dicurigai saat operator memiliki kesulitan dalam menemukan belahan ketika melakukan manuver manual. Plasenta mungkin tertinggal di uterus jika tidak tidak ada perdarahan, tetapi infeksi tidak dapat dihindari. Kemungkinan, ini merupakan kasus yang jarang histerektomi merupakan cara terbaik.2 Faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta : Kelainan dari uterus sendiri, yaitu : Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhessiva), Kelainan dari plasenta, misalnya : Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi khorialis menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta) Kesalahan manajemen kala III persalinan, seperti : manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta dapat menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik, pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya juga dapat menyebabkan serviks kontraksi (pembentukan constriction ring) dan menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).4
DIAGNOSIS dan MANAGEMEN4 Perdarahan Sebelum lahirnya plasenta Perdarahan dalam kala III persalinan biasanya disebabkan karena retensio plasenta. Meskipun demikian pasien juga dapat berdarah karena adanya robekan jaan lahir. Ketika terjadi perdarahan dan plasenta masih didalam uterus hal pertama yang dilakukan adalah berusaha untuk mengeluarkan plasenta dengan tarikan ringan dengan penekanan pada uterus dengan menekan abdomen. Bila berhasil, uterus harus tetap ditekan dan diberikan oksitosin intravena. Kompresi bimanual harus tetap dilakukan hingga uterus berkontraksi dengan baik.4,6,7
Gambar 3. Kompresi Bimanual Retensio Plasenta karena kontraksi serviks Retensio plasenta karena kontraksi serviks hampir selalu terjadi pada persalinan preterm. Serviks akan menutup hingga hanya terbuka 2 jari. Pada situasi ini tidak dianjurkan untuk melakukan pengeluaran plasenta dengan tarikan pada tali plasenta, tekanan pada abdomen maupun pemberian oksitosin. Hal yang lebih baik dilakukan adalah dengan memberikan nitrogliserin untuk merelaksasi serviks sehingga dapat dilakukan manual plasenta. Nitrogliserin merupakan vasodilator kuat, hipotensor dan relaksan otot miometrium. Pemberian dosis rendah intra vena membuat relaksasi uterus tanpa mempengaruhi tekanan darah. Meskipun demikian, obat ini sebaiknya tidak digunakan pada pasien syok dan tekanan darah rendah. Sebelum memasukkan nitrogliserin sebaikknya diberikan cairan intravena berupa kristaloid sebanyak 500-1000 cc, Kemudian 500 micro gram intravena. Kurang lebih 60-120 detik setelah nitrogliserin dimasukkan, serviks akan relaksasi sehingga tangan operator dapat masuk kedalam kavum uteri.8
Terdapat beberapa derajat kuatnya perlekatan plasenta ke dinding uterus. Pada kebanyakan kasus plasenta dapat lepas dari dinding uterus tanpa kesulitan. Pada beberapa kasus plasenta melekat erat pada dinding uterus sehingga plasenta sulit lepas dari dinding uterus sehingga memerlukan tindakan berupa manual plasenta dan perdarahan menjadi sangat banyak. Kondisi ini disebut plasenta akreta dan kebanyakan berakhir dengan histerektomi. Plasenta akreta menunjukkan angka kematian 4 kali lebih tinggi dari plasenta yang dapat lahir normal yang merupakan indikasi histerektomi.5 Pada plasenta akreta, perlekatan villi plasenta langsung pada miometrium, yang mengakibatkan pelepasan yang tidak sempurna pada saat persalinan. Komplikasi yang signifikan dari plasenta akreta adalah perdarahan post partum. Berdasarkan penelitian oleh Resnik, angka kejadian plasenta akreta meningkat dan dokter diharapkan waspada akan kondisi ini, terutama pada wanita yang memiliki riwayat seksio sesaria sebelumnya atau berbagai penyebab parut pada uterus.5,7
Perdarahan setelah Plasenta lahir Perdarahan setelah plasenta lahir biasanya disebabkan atonia uteri. Tidak jarang juga disebabkan karena adanya sisa plasenta, robekan jalan lahir, inversi uteri, ruptur uteri dan juga gangguan sitem koagulasi. Hal pertama yang dilakukan pada perdarahan setelah plasenta lahir adalah penekanan bimanual vaginal dan abdominal, hal ini dapat mengurangi perdarahan. Kemudian dipasang satu atau dua infus dan diberikan infus oksitosin (30 IU dalam 1000 cc RL) Bila penekanan uterus dan infus oksitosin tidak berhasil, pasien diperiksa dengan USG untuk memeriksa sisa jaringan yang masih tertinggal atau dengan tangan memeriksa adanya robekan uterus.5
PENATALAKSANAAN2,4,8 Inspeksi plasenta segera setelah bayi lahir. jika ada plasenta yang hilang, uterus harus dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan khususnya jika kita menghadapi perdarahan post partum lanjut.
Jika plasenta belum lahir, harus diusahakan mengeluarkannya. Dapat dicoba dulu parasat Crede, tetapi saat ini tidak digunakan lagi karena memungkinkan terjadinya inversio uteri. Tekanan yang keras akan menyebabkan perlukaan pada otot uterus dan rasa nyeri keras dengan kemungkinan syok. Cara lain untuk membantu pengeluaran plasenta adalah cara Brandt, yaitu salah satu tangan penolong memegang tali pusat dekat vulva. Tangan yang lain diletakkan pada dinding perut diatas simfisis sehingga permukaan palmar jari-jari tangan terletak dipermukaan depan rahim, kira-kira pada perbatasan segmen bawah dan badan rahim. Dengan melakukan penekanan kearah atas belakang, maka badan rahim terangkat. Apabila plasenta telah lepas maka tali pusat tidak tertarik keatas. Kemudian tekanan diatas simfisis diarahkan kebawah belakang, ke arah vulva. Pada saat ini dilakukan tarikan ringan pada tali pusat untuk membantu megeluarkan plasenta. Tetapi kita tidak dapat mencegah plasenta tidak dapat dilahirkan seluruhnya melainkan sebagian masih harus dikeluarkan dengan tangan. Pengeluaran plasenta dengan tangan kini dianggap cara yang paling baik. Tehnik ini kita kenal sebagai plasenta manual.
Indikasi Plasenta manual Perdarahan pada kala III persalinan kurang lebih 500 cc Retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir Setelah persalinan yang sulit seperti forceps, vakum, perforasi dilakukan eksplorasi jalan lahir. Tali pusat putus Tehnik Plasenta Manual3,7.9 Sebelum dikerjakan penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus Ringer Laktat. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva, lakukan desinfeksi pada genitalia eksterna begitu pula tangan dan lengan bawah si penolong (setelah menggunakan sarung tangan). Kemudian labia dibeberkan dan tangan kanan masuk secara obstetris ke dalam vagina. Tangan luar menahan fundus uteri. Tangan dalam sekarang menyusun tali pusat yang sedapat-dapatnya diregangkan oleh asisten. Setelah tangan dalam sampai ke plasenta, maka tangan pergi ke pinggir plasenta dan sedapat-dapatnya mencari pinggir yang sudah terlepas. Kemudian dengan sisi tangan sebelah kelingking, plasenta dilepaskan ialah antara bagian plasenta yang sudah terlepas dengan dinding rahim dengan gerakan yang sejajar dengan dinding rahim.
Setelah plasenta terlepas seluruhnya, plasenta dipegang dan dengan perlahan-lahan ditarik keluar.
PROGNOSA Jika segera dilakukan dengan tindakan yang cepat dan tepat prognosa akan baik. Jika tidak segera ditolong sang ibu akan meninggal akibat kehabisan darah.10-11
DAFTAR PUSTAKA 1. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current diagnosis and treatment in obstetrics and gynecology. 10th ed. Philadephia : McGraw-Hill;2007. 2. Cunningham, F.Gary, Norman F. Gant, et all. Williams Obstetrics international edition. 21 st edition. Page 619-663. 3. Wainscott, Michael P. Pregnancy, Postpartum Hemorrhage. http://www.eMedicine.com. May 30, 2006 4. Smith, John R , Barbara G. Brennan. Postpartum Hemorrhage. http://www.eMedicine.com. June 13, 2006 5. ALARM International. Hemorrhage in Pregnancy. 2nd edition. Page 49-53. 6. Wiknjosastro, Hanifa, Abdul Bari Saifudin, Triatmojo Rachimhadhi. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo.Jakarta. 2002 7. www. General Java Online. Maternal & Neonatal Health. OBSTETRIC & EMERGENCY. 2003 8. http://www.pregnancyinfo.net. PostPartum Hemorrhage. 9. Arias, Fernando. Practical Guide to High Risk Pregnancy and Delivery. 2nd edition. Mosby Year Book.1993 10. htpp://www.WHO.int. Managing Complication in Pregnancy and Childbirth. 11. Walling, D. Anne. American Academy Family of Physician. Risk of Hemorrhage and scarring in placenta accreta. August 1999 NEONATAL
Retensio plasenta
KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI RS. MARDI RAHAYU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA PERIODE 16 APRIL 23 JUNI 2012