Anda di halaman 1dari 11

I.

Pengkajian

1. Identitas Penyakit Addison bisa terjadi pada laki laki maupun perempuan yang mengalami krisis adrenal.

2. Keluhan Utama Pada umumnya pasien mengeluh kelemahan, fatique, nausea dan muntah.

3. Riwayat Penyakit Dahulu Perlu dikaji apakah klien pernah menderita tuberkulosis, hipoglikemia maupun ca paru, payudara dan limpa.

4. Riwayat Penyakit Sekarang Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah pada gejala awal : kelemahan, fatiquw, anoreksia, nausea, muntah, BB turun, hipotensi dan hipoglikemi, astenia (gejala cardinal). Pasien lemah yang berlebih, hiperpigmentasi, rambut pubis dan axila berkurang pada perempuan, hipotensi arterial (TD : 80/50 mm).

5. Riwayat Penyakit Keluarga Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang sama / penyakit autoimun yang lain.

6. Pemeriksaan Fisik ( Body Of System) a) Sistem Pernapasan Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya kontraksi otot bantu pernapasan (dispneu), terdapat pergerakan cuping hidung. Terdapat pergesekan dada tinggi. Resonan. Terdapat suara ronkhi, krekels pada keadaan infeksi

b) Sistem Cardiovaskuler Ictus Cordis tidak tampak. Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula line sinistra. Redup. Suara jantung melemah

c) Sistem Pencernaan Mulut dan tenggorokan : anoreksia, bibir kering. Abdomen : Bentuk simetris. Bising usus meningkat. Nyeri tekan karena ada kram abdomen. Timpani. d) Sistem muskuluskeletal dan integumen Ekstremitas atas : terdapat nyeri. Ekstremitas bawah : terdapat nyeri. Penurunan tonus otot

e) Sistem Endokrin Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto abdomen, Lab. Diagnostik ACTH meningkat. Integumen : Turgor kulit jelek, membran mukosa kering, ekstremitas dingin,cyanosis, pucat, terjadi hiperpigmentasi di bagian distal ekstremitas dan kuku kuku pada jari, siku dan mebran mukosa f) Sistem Eliminasi Uri Diuresis yang diikuti oliguria, perubahan frekuensi dan krakteristik urin g) Eliminasi Alvi Diare sampai terjadi konstipasi, kram abdomen h) Sistem Neurosensori

Pusing, sinkope, gemetar, kelemahan otot, kesemutan terjadi disorientasi waktu, tempat, ruang (karena kadar natrium rendah), letargi, kelelahan mental, peka rangsangan, cemas, koma ( dalam keadaan krisis). i) Nyeri / kenyamanan Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, nyeri tulang belakang, abdomen, ekstremitas j) Keamanan Tidak toleran terhadap panas, cuaca udaha panas, penngkatan suhu, demam yang diikuti hipotermi (keadaan krisis) k) Aktivitas / Istirahat Lelah, nyeri / kelemahan pada otot terjadi perburukan setiap hari), tidak mampu beraktivitas / bekerja. Peningkatan denyut jantung / denyut nadi pada aktivitas yang minimal, penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi. l) Seksualitas Adanya riwayat menopouse dini, aminore, hilangnya tanda tanda seks sekunder (berkurang rambut rambut pada tubuh terutama pada wanita) hilangnya libido. m) Integritas Ego Adanya riwayat riwayat fasctros stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik atau pembedahan, ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil.

II. 1)

DIAGNOSA KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b/d kekurangan natrium dan kehilangan cairan melalui ginjal,

kelenjar keringat, saluran GIT ( karena kekurangan aldosteron). 2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual, muntah, anoreksia) defisiensi glukontikord. 3) Intoleransi aktivitas b/d penurunan produksi metabolisme, ketidakseimbangan cairan elektrolit dan glukosa. 4) Gangguan harga diri b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan karakteristik tubuh.

III.

RENCANA KEPERAWATAN

1) Kekurangan volume cairan b/d kekurangan natrium dan kehilangan cairan melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran GIT ( karena kekurangan aldosteron). Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 jam. klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 jam.

Kriteria hasil : Pengeluaran urin adekuat (1 cc/kg BB/jam). TTV dbn N : 80 100 x/menit S : 36 37 oC TD : 120/80 mmHg. Tekanan nadi perifer jelas kurang dari 3 detik. Turgor kulit elastic. Pengisian kapiler naik kurang dari 3 detik. Membran mukosa lembab. Warna kulit tidak pucat. Rasa haus tidak ada. BB ideal (TB 100) 10% (TB 100) Hasil lab : Ht : W = 37 47 % L = 42 52 % Ureum = 15 40 mg/dl. Natrium = 135 145 mEq/L. Calium = 3,3 5,0 mEq/L. Kretanium = 0,6 1,2 mg/dl.

Intervensi 1. Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi perifer. 2. Ukur dan timbang BB klien 3. Berikan perawatan mulut secara teratur. 4. Kolaborasi: Cairan NaCl 0,9 % 5. Kolaborasi: Berikan obat sesuai dosis. a) Kartison (ortone) / hidrokartison (cortef) 100 mg intravena setiap 6 jam untuk 24 jam, Mineral kartikoid, flu dokortisan, deoksikortis 25 30 mg/hr peroral. 6. Kolaborasi: beri dextros.

Rasional 1. Hipotensi postural merupakan bagian dari hipovolemia akibat kekurangan hormone aldosteron dan penurunan curah jantung sebagai akibat dari penurunan kolesterol. 2. Memberikan pengganti volume cairan dan keefektifan pengobatan, peningkatan BB yang cepat disebabkan oleh adanya retensi cairan dan natrium yang berhubungan dengan pengobatan steroid. 3. Membantu menurunkan rasa tidak nyaman akibat dari dehidrasi dan mempertahankan kerusakan membrane mukosa 4. mungkin kebutuhan cairan pengganti 4 6 liter, dengan pemberian cairan NaCl 0,9 % melalui IV 500 1000 ml/jam, dapat mengatasi kekurangan natrium yang sudah terjadi. 5. Dosis hidrokortisol yang tinggi mengakibatkan retensi garam berlebihan yang mengakibatkan gangguan tekanan darah dan gangguan elektrolit. 6. Dapat menghilangkan hipovolemia

2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual, muntah, anoreksia) defisiensi glukortikoid Tujuan : klien dapat mempertahankan asupan nutrisi dan mengidentifikasi tanda tanda perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam. kebutuhan nutrisi klien kembali adekuat setelah dilakukan tindakan intervensi japen selama 1 x 24 jam.

Kriteria hasil : Tidak ada mual mutah. BB ideal (TB-100)-10%(TB-100). Hb : W : 12 14 gr/dl. L : 13 16 gr/dl. Ht : W : 37 47 %. L : 42 52 Albumin : 3,5 4,7 g/dl. Glebulin : 2,4 3,7 g/dl. Bising Usus : 5 12 x/menit . Tidak Kesadaran kompos mentis. TTV dalam
o

ada

nyeri kepala.

batas normal S : 36 37 C. RR : 16 20 x/menit.

Intervensi 1. Kaji riwayat nutrisi 2. Timbang BB setiap hari 3. Diskusikan makanan yang disukai oleh pasien dan masukan dalam diet murni. 4. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering. 5. Berikan lingkungan yang nyaman untuk makan, misalnya bebas dari bau tidak sedap, 6. Kolaborasi: Rujuk ke ahli gizi.

Rasional 1. Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi. 2. Anorexia, mual, muntah, kehilangan pengaturan metabolisme oleh kortisol terhadap makanan dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan terjadinya malnutrisi. 3. Dapat maningkatkan masukan, meningkatkan rasa partisipasi. 4. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster. 5. Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi. 6. Dapat maningkatkan masukan, meningkatkan rasa partisipasi.

3. Intoleransi aktivitas b/d penurunan O2 kejaringan otot kedalam metabolisme, ketidak seimbangan cairan elektrolit dan glukosa Tujuan : aktivitas klien kembali adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria hasil : menunjukan peningkatan klien dan partisipasi dalam aktivitas setelah dilakukan tindakan. TTV : N : 80 - 100 x/menit RR : 16 - 20 x/menit TD : 120/80 mmHg S : 36 37,5 o C.

Intervensi 1. Kaji tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktifitas yang dapat dilakukan oleh klien. 2. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir. 3. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah. 4. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress. 5. Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktifitas 6. Diskusikan dengan klien cara penghematan tenaga, misalnya duduk lebih baik dari pada berdiri.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Rasional Pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga kelemahan otot, terus memburuk setiap hari karena proses penyakit dan munculnya ketidakseimbangan natrium kalium. Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat. Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri. Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien. Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang. Klien akan dapat melakukan aktivitas lebih banyak dengan mengurangi pengeluaran

tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukan.

4.

Gangguan harga diri b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan karakteristik tubuh Tujuan : Individu dapat mengontrol dan mengidentifikasi tanda tanda Gx harga diri. Harga diri klien kembali positif setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria hasil : Menunjukan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Dapat beradaptasi dengan orang lain. Dapat mengungkapkan perasaannya tentang dirinya.

1.

2. 3.

4.

5.

Intervensi Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan. Diskusikan arti perubahan pada pasien. Anjurkan orang terdekat memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang cacat. Sarankan klien untuk mengunjungi seseorang yang penyakitnya telah terkontrol dan gejalanya telah berkurang. Kolaborasi: Rujuk ke perawatan kesehatan. Contoh: kelompok pendukung.

1. 2.

3.

4.

5.

Rasional Mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi. Beberapa pasien memandang situasi sebagai tantangan, beberapa sulit menerima perubahan hidup/penampilan peran dan kehilangan kemampuan control tubuh sendiri. Menyampaikan harapan bahwa pasien mampu untuk mangatur situasi dan membantu untuk mempertahankan perasaan harga diri dan tujuan hidup. Klien lebih terdorong untuk tetap optimis dalam menjalani perawatan dan pengobatannya. Memberikan bantuan tambahan untuk manajemen jangka panjang dari perubahan pola hidup.

DAFTAR PUSTAKA
http://saktyairlangga.wordpress.com/2011/11/10/asuhan-keperawatan-addison/ Kowalak, P. Jennifer, dkk ; alih bahasa, Andry Hartono ; editor edisi Bahasa Indonesia, Renata Komalasari, Anastasa Onny Tampuolon, Monica Ester. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC. Brunner & Sudarth ; alih bahasa dr. H. Y. Kuncara, dr. Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

TUGAS ENDOKRIN PATHWAY NURSING & TINDAKAN KEPERAWATAN TERHADAP ADDISON DISEASE

KELOMPOK IV : IV A Keperawatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. ANGGIE NURMALA SARI RHAMA SEPTIAN PRADANA FEBRIYANI KHOMALA DEWI AIDA SUFIATUN NOVA YULIANTI IRNA YULIANTI DANI EFRI EDI

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM 2012

Anda mungkin juga menyukai