Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya tugas ini dapat terselesaikan. Tugas ini disusun dalam rangka untuk memenuhi nilai tugas. Adapun pembuatan tugas ini bertujuan untuk menambah wawasan kita sebagai muslim terutama pada masyarakat yang mata pencahariannya dibidang memperjualbelikan pakaian. Dalam penyusunan tugas ini, saya banyak mendapat bantuan baik moril maupun materil serta saran dan petunjuk dari berbagai pihak yang secara langsung maupun tak langsung telah memberi sumbangannya dalam penyususan tugas ini. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya terutama kepada dosen pembimbing Al-Islam Kemuhammadiyahan VI, Bapak Zulkifli Djemain, S. Ag, serta rekan-rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini. Saya menyadari bahwa tugas ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis berharap datangnya saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca guna penyempurnaan tugas ini dimasa yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat yang sebesar besarnya, baik bagi saya maupun bagi orang lain yang membacanya.

Palembang,

April 2012

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... 1 DAFTAR ISI......................................................................................................... 2 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................................................ 3 1.2 Tujuan............................................................................................................. 5 1.3 Rumusan Masalah........................................................................................... 5 BAB II. PEMBAHASAN 2.1 Menurut Para Ulama....................................................................................... 6 2.2 Hukum Merancang dan Menjual Belikan Pakaian Mini.............................. BAB III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 3.2 Kritik dan Saran........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 11 11 12 9

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman banyak di antara beberapa hal yang melenceng dari kaidah aslinya. Setelah barat dapat dunia timur mengikuti perkembangan yang di bawa barat, jadi bisa di katakan bahwa hal ini membuat rusaknya akhlaq, norma dan nilai-nilai dalam kehidupan. Sebagai generasi mendapat sudah sepatutnya kita mengetahui dan dapat memilahmilah apa yang tidak baik dan yang bisa merusak tata nilai dalam kehidupan bermasyarakat dan berketuhanan. Untuk bisa menjaga dan

mempertahankannya kita harus tahu apa dasar hukum asli yang mendasari hal itu. Maka dalam makalah ini kami akan membahas beberapa hukum dasar tentang tata nilai dan dampak darinya. Masyarakat kita saat ini sedang menghadapi problem yang tidak ringan yaitu tersebarnya hal-hal keji dan berbagai bentuk kemungkaran. Di antara kemungkaran terang-terangan yang ada di tengah masyarakat adalah tersebarnya pakaian-pakaian wanita yang melanggar aturan syariat baik karena pakaian tersebut ketat dan press body atau kecil dan mini sehingga menampakkan bagian badan wanita yang mengundang syahwat laki-laki normal yang melihatnya atau pun karena tipis dan transparan sehingga dapat dilihat apa yang ada dibalik pakaian tersebut. Pakaian-pakaian wanita yang haram dipakai ini dosanya tidak hanya menimpa wanita yang memakainya namun juga menimpa pihak yang menjual pakaian tersebut Demikian pula yang turut menanggung dosanya adalah pedagang grosir yang menjual pakaian tersebut kepada pengecer, demikian pula orangorang yang membuat dan memproduksi pakaian semacam ini. Tak ketinggalan pihak yang memberi izin berdirinya pabrik, yang menyetujui, dan rela dengan adanya pakaian seperti itu walaupun tidak memakainya, demikian pula semua orang yang punya peran serta demi eksisnya pakaian semacam ini di tengah
3

masyarakat. Semua pihak-pihak di atas adalah sebab adanya kemungkaran pada badan gadis atau wanita yang memakai pakaian tersebut. Mereka semua akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu wa Taala atas perbuatan dan perannya masing-masing dan akan menanggung dosa sebanding dengan kejahatan dan pelanggaran syariat yang mereka lakukan. Seandainya bukan karena adanya izin pendirian pabrik dan perusahaan tentu pabrik tersebut tidak bisa memproduksi pakaian telanjang atau setengah telanjang. Andai bukan karena adanya buruh dan pekerja yang bekerja di pabrik tersebut tentu pabrik tersebut tidak akan eksis. Seandainya tidak ada pedagang pakaian seksi tentu wanita yang ingin mengumbar aurat tidak menemukan toko tempat berbelanja pakaian haram itu. Sehingga semua pihakpihak di atas menanggung dosa karena tersebarnya hal-hal yang keji dan buka-bukaan. Sebagaimana mereka semua menanggung dosa dampak dari buka-bukaan tersebut yaitu adanya pandangan-pandangan haram, hubungan lawan jenis yang terlarang seperti pacaran, serta dampak dari hubungan lawan jenis yang dosa berupa rusaknya hati, moralitas, dan agama. Tidak ada perbedaan hukum antara yang membuat dan yang menjual pakaian buka-bukaan tersebut, baik kepada orang kafir ataupun kepada kaum muslimin. Karena orang kafir juga akan mendapatkan tambahan dosa di akhirat lantaran melanggar aturan-aturan syariat Islam. Selain itu, pakaian tersebut juga menyebabkan tersebarnya kerusakan dan kemungkaran di masyarakat baik wanita yang memakainya muslimah atau pun bukan muslimah. Meski jelas, menjualnya kepada muslimah dosanya jauh lebih besar lagi.

1.2 Tujuan Untuk menambah pengetahuan seorang muslim bahwasannya menjual pakaian yang membuka aurat tidak diperbolehkan dalam islam apalagi memakainya. 1.3 Rumusan Masalah 1. Hukum merancang dan menjualbelikan pakaian yang mambuka aurat 2. Bagaimana pandangan dalam islam bila memproduksi dan memperjual belikan pakaian yang membuka aurat

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Menurut Para Ulama Para ulama yang duduk di Lajnah Daimah KSA pernah mendapatkan pertanyaan serupa yang kurang lebih artinya sebagai berikut, berilah kami fatwa tentang hukum menjual celana ketat untuk wanita dengan berbagai modelnya, baik yang modelnya jeans ataupun selainnya, demikian pula menjual sepatu wanita yang berhak tinggi, pewarna rambut dengan berbagai macam jenis dan warna, pakaian wanita yang transparan, pakaian wanita yang lengannya pendek dan pakaian-pakaian yang ukurannya mini. Jawaban Lajnah Daimah, semua benda yang digunakan secara haram atau ada sangkaan kuat digunakan untuk sesuatu yang haram, maka haram pula memproduksinya, mengimpornya, menjualnya, dan memasarkannya di antara kaum muslimin. Di antara perbuatan haram adalah kelakukan banyak perempuan saat ini semoga Allah memberikan limpahan hidayah-Nya kepada mereka agar kembali kepada kebenaran- yang memakai pakaian transparan, ketat, dan mini. Intinya mereka memakai pakaian yang menampakkan bagian tubuh wanita yang menjadi daya pikat lawan jenis dan menonjolkan anggota tubuhnya di tempattempat yang bisa dilihat oleh laki-laki yang tidak punya hubungan apa-apa dengannya. Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, Semua pakaian yang ada sangkaan kuat akan dan dipakai dalam kemaksiatan, untuk orang tidak yang boleh akan

memperdagangkannya

menjahitkannya

menggunakannya dalam kemaksiatan dan kezaliman. Oleh karena itu, makruh (haram) hukumnya menjual roti dan daging kepada orang yang diketahui secara pasti dia akan memakan roti dan daging itu sebagai pelengkap acara minum khamar. Demikian pula hukum menjual wewangian yang akan dicampurkan ke

dalam minum-minuman keras atau akan digunakan oleh pelacur untuk memikat orang agar berzina dengannya. Kesimpulannya, hukum haram ini berlaku untuk benda-benda yang pada dasarnya mubah namun diketahui akan dipergunakan untuk mendukung kemaksiatan. Wajib atas semua pengusaha muslim untuk bertakwa kepada Allah dan menginginkan kebaikan untuk saudaranya sesama muslim sehingga dia tidak memproduksi atau pun menjual kecuali barang mengandung kebaikan dan manfaat bagi kaum muslimin dan tidak memproduksi serta memperdagangkan barang-barang yang jelek dan membahayakan masyarakat. Membisniskan barang yang halal itu sudah mencukupi kita sehingga tidak perlu terjerumus dalam bisnis barang yang haram.

.
Allah berfirman yang artinya, Dan siapa saja yang bertakwa kepada Allah maka akan Allah berikan kepadanya jalan keluar dan Dia limpahkan rezeki-Nya dari arah yang tidak dia sangka. (QS. Ath-Thalaq:2). Menghendaki kebaikan untuk kaum muslimin adalah salah satu konsekuensi iman.

Allah berfirman yang artinya, Orang yang beriman baik laki-laki ataupun perempuan itu sebagiannya mencintai dan membela sebagian yang lain, memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran (QS. At-Taubah: 71).

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

(
Hakikat agama adalah menghendaki kebaikan untuk pihak lain. Ada sahabat yang bertanya, Pihak lain itu siapa saja, wahai Rasulullah? Jawaban Nabi, Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, pemimpin kaum muslimin dan umumnya kaum muslimin (HR. Muslim).

) (

Jarir bin Abdullah al Bajali mengatakan, Aku bersumpah setia kepada Rasulullah untuk menegakkan shalat, membayar zakat dan menghendaki kebaikan untuk setiap muslim (HR. Bukhari dan Muslim). Yang dimaksudkan oleh Syekhul Islam dalam penjelasan beliau, Oleh karena itu makruh (haram) hukumnya menjual roti dan daging kepada orang yang diketahui secara pasti dia akan memakan roti dan daging itu sebagai pelengkap acara minum khamar adalah makruh yang maknanya haram sebagaimana bisa kita ketahui dari fatwa-fatwa beliau yang lain (Sekian kutipan fatwa Lajnah Daimah). Fatwa ini ditandatangani oleh Syekh Abdul Aziz bin Baz, Syekh Abdul Aziz alu Syekh, Syekh Shalih al Fauzan, dan Syekh Bakr Abu Zaid. Fatwa ini bisa dijumpai di Fatawa Lajnah Daimah jilid 13, Hal. 111. Perlu diketahui, bahwa uang gaji atau pendapatan yang didapatkan dari pekerjaan yang haram semisal bekerja sebagai karyawan pabrik pada bagian membuat pakaian haram atau menjadi karyawan toko model yang menjual pakaian haram adalah harta yang haram.

( )

"

) 8843 "

Nabi bersabda, Sesungguhnya jika Allah mengharamkan sesuatu maka Allah pasti mengharamkan pendapatan yang dihasilkan darinya [HR. Abu Daud, no. 3488, dinilai sahih oleh Al-Albani] Orang yang sudah terlanjur bekerja dengan pekerjaan haram di atas, wajib segera keluar dan mencari pekerjaan lain yang halal sehingga halal pula gaji dan makanan yang dia makan. Semoga Allah memberi hidayah-Nya kepada kita sekalian dan memudahkan semua urusan kita serta membukakan untuk kita perbendaharaan kekayaan-Nya. 2.2 Hukum Merancang dan Menjual Belikan Pakaian Mini Hukum menjual baju seksi perempuan hukumnya ada perincian (tafshiil) sebagai berikut

Haram, jika akan menjerumuskan perempuan pemakainya ke dalam kemaksiatan, misalnya dikenakan di jalan umum, pasar, kampus, dan sebagainya.

Mubah, jika tidak menjerumuskan perempuan pemakainya ke dalam kemaksiatan, misalnya tidak dia pakai kecuali di hadapan suaminya di rumah atau kamar.

Dalam hal ini cukup ada dugaan kuat (ghalabat azh-zhann) apakah seorang pembeli perempuan akan memakainya dalam kemaksiatan atau ketaatan. Sebab dalam istinbath dan tahthbiq (penerapan) hukum syara dalam realitas tidaklah diwajibkan adanya kepastian (qathi), melainkan cukup dengan dugaan (zhann) saja. Karena itu, jika pembelinya wanita muslimah yang berbusana muslimah, yaitu jilbab (jubah) dan khimar (kerudung), berarti diduga kuat dia tidak akan menggunakan baju seksi yang dibelinya di tempat umum. Tapi jika pembelinya adalah seorang wanita yang cara berbusananya saja sudah tidak benar menurut
9

syara, misalnya mengenakan kaos dan celana jins ketat, serta tidak memakai khimar, maka diduga kuat dia akan memakai baju seksi yang dibelinya dalam kemaksiatan. Namun mengingat masyarakat sekarang adalah masyarakat yang rusak, yaitu lebih banyak perempuan muslimah yang tidak taat daripada yang taat, maka kuat dugaan kami bahwa hukum menjual baju seksi perempuan akan lebih banyak haramnya daripada halalnya. Sebab akan lebih banyak yang memakainya dalam kemaksiatan daripada dalam ketaatan. Dalam hal ini terdapat satu kaidah fiqih yang menyatakan Tidak boleh mengadakan kontrak (akad) tenaga kerja pada jasa (manfaat) yang diharamkan. Untuk menerapkan kaidah fiqih itu pada kasus yang ditanyakan, harus diketahui lebih dulu hukum menjual pakaian seksi bagi perempuan. Apakah jual beli itu boleh atau memang telah diharamkan syara. Untuk menjawabnya ada sebuah kaidah fiqih lain yang khusus berkaitan dengan jual beli, yaitu Setiaptiap jual beli yang menolong kemaksiatan, hukumnya haram. Idza Ijtamaa Al-Halal Wa Al-Haram Ghalaba Al-Haramu Jika halal dan haram bertemu, maka yang haram itu yang menang [lebih kuat]. Jika hukum menjual baju seksi perempuan saat ini hukumnya haram, maka dengan sendirinya menjadi jelas bahwa tidak sah akad ijarah (ketenagakerjaan) yang Anda lakukan dengan perusahaan. Sebab jasa yang Anda berikan kepada perusaahaan adalah jasa yang diharamkan syara, bukan jasa yang dihalalkan syara.

10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan Kesimpulannya secara umum, bekerja di factory outlet yang menjual pakaian seksi perempuan hukumnya adalah haram. Gaji yang diperoleh tidak halal, tidak barakah, dan bahkan hanya menjadi dosa di sisi Allah jika dibelanjakan. Nabi SAW bersabda: Barangsiapa mengumpulkan harta dari jalan yang haram, kemudian dia sedekahkan harta itu, maka dia tidak akan mendapat pahala dan bahkan dia mendapat dosanya. (HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan al-Hakim). Dalam hadist lain dikatakan bahwa Sesungguhnya wanita itu adalah aurat, setiap kali mereka keluar maka syaitan akan memperhatikannya. (H.R. Imam Tirmizi). Oleh karena itu wanita harus menjaga dirinya dimulai dari cara berpakaiannya. Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan (jilbab) pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha pengampun, lagi Maha Mengasihani (Surah Al-Ahzab : Ayat 59)

3.2 Kritik dan Saran Sebaiknya sebagai seorang muslim kita seharusnya bekerja sesuai dengan syariat islam yang ada, jangan memperjual belikan barang yang menyimpang dari islam dan telah dikatakan haram apabila seorang muslim tersebut masih melakukannya padahal dia tahu ketentuan dalam islam. Khususnya dalam hal ini menjual pakaian yang membuka aurat karena akan membuka pintu kemaksiatan.

11

DAFTAR PUSTAKA
Ad-Damyathi, Al-Bakri. Ianah at-Thalibin, Juz. II. Semarang: Thaha Putra, tt. Al-Khalidy, Syekh Muda Wali. Al-Fatawa. Bukit Tinggi: Nusantara, tt. An-Nabhani, Taqiyuddin. An-Nizham Al-Iqtishadi Fi Al-Islam. Beirut : Darul Ummah, 1990. As-Suyuthi, Imam. Al-Asybah wa An-Nazha`ir fi Al-Furu`. Semarang : Maktabah Usaha Keluarga, tt. Al-Allamah as-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Bahaya Pamer Aurat. Pustaka Sumayyah Bukhari. Shahih Bukhari, Dar Thauq an-Najh, Juz. VII. tt: tt, tt. Muslim, Imam. Shahih Muslim, Maktabah Dahlan, Juz. III. Indonesia: tt, tt. Muslim, Imam. Shahih Muslim, Maktabah Dahlan, Juz. III. Indonesia: tt, tt. Nawawi. Syarah Muslim, Dar Ihya al-Turatsi al-Araby, Juz. XIV. Beirut: tt, tt. Salam, Imam Izzuddin bin Abdis. Qawaid Al-Ahkam fi Mashalih Al-Anam, Juz I. Beirut : Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1999. Syaukani, Imam. Nailul Authar. Beirut : Dar Ibn Hazm, 2000.

12

Anda mungkin juga menyukai