Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu trombosit, leukosit dan eritrosit. (Evelyn C. Pearce, 2006). Darah yang beredar mempunyai kaitan terhadap keadaan fisiologis normal dan patofisiologis. Sebagaimana diketahui, darah merupakan alat pengangkut, sistem pertahanan dan pengatur keseimbangan asam basa. Darah yang beredar dapat merupakan petunjuk keadaan sehat atau sakit dan juga ramalan tentang suatu penyakit. Perubahan susunan kimiawi atau sel-sel darah dapat merupakan petunjuk adanya penyakit darah, dapat pula sebagai petunjuk adanya penyakit lain. Hemoglobin adalah protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ). Dalam menunjang diagnosa suatu penyakit adalah dengan pemeriksaan laboratorium yang baik. Salah satu pemeriksaan laboratorium yang sering digunakan adalah pemeriksaan hemoglobin. Di laboratorium kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan metode sahli. Hemoglobin darah diubah menjadi asam hematin dengan pertolongan larutan HCl, lalu kadar dari asam hematin ini diukur dengan membandingkan warna yang terjadi dengan warna standar memakai mata biasa. Pengumpulan atau pengambilan sampel darah yang baik merupakan langkah awal dalam menjamin ketelitian dan kepercayaan terhadap hasil pemeriksaan laboratorium. Specimen darah untuk pemeriksaan hematologi (pemeriksaan hemoglobin) dapat diperoleh dari darah vena ataupun darah kapiler. Pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian tubuh yang masuk ke dalam jantung,. Pada umumnya darah vena banyak mengandung gas CO2. Pembuluh ini terdapat katup yang tersusun sedemikian rupa sehingga darah dapat mengalir ke jantung tanpa jatuh kearah sebaliknya.

Pembuluh darah kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan, oleh karena itu secara langsung berhubungan dengan sel. Karena dindingnya yang tipis maka plasma dan zat makanan merembes kecairan jaringan antar sel. Susunan darah dalam kapiler dan dalam vena berbeda-beda. Darah vena berwarna lebih tua dan agak ungu kerena banyak dari oksigennya sudah diberikan kepada jaringan. Darah dalam kapiler terus-menerus berubah susunan dan warnanya karena terjadinya pertukaran gas. ( Evelyn C. Pearce, 2006 )

1.2 Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar hemoglobin dalam darah pada masing masing sukarelawan, yang digunakan sebagai salah satu indikator diagnosa penyakit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi, pengaturan suhu, pemeliharaan keseimbangan cairan, serta keseimbangan basa eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam tubuh. Sel darah merah mampu mengangkut secara efektif tanpa meninggalkan fungsinya di dalam jaringan, sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja. Darah berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior. Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni. ( Evelyn C. Pearce, 2006 )

2.1.1

Pembuluh Darah Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Ada tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteri yang berfungsi membawa darah

dari jantung, kapiler yang berfungsi sebagai tempat pertukaran sebenarnya air dan bahan kimia antara darah dan jaringan dan vena, yang membawa darah dari kapiler kembali ke jantung. pembuluh darah terbesar adalah aorta. 2.1.2 Darah Kapiler Pembuluh darah kapiler adalah ujung yang berada di bagian akhir dari pembuluh arteri. Jaringan pembuluh darah kapiler bekerja membentuk sebuah anyaman yang terdiri dari suatu jaringan dengan kandungan kurang lebih 2000 kapiler darah per millimeter. Pembuluh darah kapiler berdiameter 5 10 mikrometer, pembuluh kapiler ini adalah pembuluh darah terkecil di tubuh. Fungsinya untuk menghubungkan arteroila dan venula. Dengan adanya pembuluh darah ini maka dimungkinkan terjadinya pertukaran air, oksigen, karbon dioksida, nutrien, dan zat kimia sampat antara darah dan jaringan di sekitarnya. 2.1.3 Darah Vena Pembuluh darah vena dikenal dengan nama pembuluh balik. Pembuluh darah ini adalah jenis pembuluh darah yang datang menuju serambi jantung yang sifatnya tipis dan cukup elastis. Sama halnya seperti pembuluh arteri, pembuluh vena terdiri dari dua bagian, yaitu pembuluh darah vena kava anteriod dan pembuluh darah vena kava pulmonalis. Pembuluh darah vena kava anterior adalah pembuluh darah balik yang berasal dari bagian atas tubuh. Sedangkan pembuluh darah vena kava pulmonalis bagian bawah tubuh.

Gambar 1. Sistem Peredaran Darah

2.2 Komponen Penyusun Darah Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. Korpuskula darah terdiri dari: a. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%). Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%), bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah. b. Sel darah putih atau leukosit (0,2%) Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia.

c. Plasma darah Pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung : albumin, bahan pembeku darah, immunoglobin (antibodi), hormon, berbagai jenis protein, berbagai jenis garam. ( Wikipedia, 2009 )

2.3 Hemoglobin Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan. (Evelyn C. Pearce, 2006) 2.3.1 Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiranbutiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen (Evelyn C. Pearce,2006). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin.

Tabel 2.3.1 Batas Kadar Hemoglobin


Kelompok Umur Anak 6 Bulan 6 Tahun Anak 6 Tahun 14 Tahun Pria Dewasa Ibu Hamil Wanita Dewasa Nilai Hemoglobin (g/dL) 11,0 12,0 13,0 11,0 12,0

2.3.2

Struktur Hemoglobin
Pada pusat molekul terdiri dari cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan situs/lokal ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin, globin sebagai istilah generik untuk protein globular.

Ada beberapa protein mengandung heme dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan banyak dipelajari. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 submit protein), yang terdiri dari dari masing-masing dua sub unit alfa dan beta yang terikat secara non kovalen. Sub unitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap sub unit memiliki berat molekul kurang lebih 16.000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi 64.000 Dalton. Tiap sub unit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen (Wikipedia, 2007).

Gambar 2. Hemoglobin

2.3.3

Fungsi Hemoglobin
Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain : 1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh. 2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia

2.3.4

Metode Pemeriksaan Hemoglobin Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan yang paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin. Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas sangat berpengaruh. Di samping faktor mata, faktor lain, misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode sahli ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telat terlatih hasilnya dapat diandalkan. Metode yang lebih canggih adalah metode

cyanmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida membentuk sian-methemoglobin yang berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun, fotometer saat ini 8

masih

cukup

mahal,

sehingga

belum

semua

laboratorium

memilikinya. 2.4 Anemia Kadar hemoglobin dalam darah erat kaitannya dengan penyakit anemia. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 100 ml darah. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan sehingga tubuh akan mengalami hipoksia. Anemia bukan suatu penyakit atau diagnosis melainkan merupakan pencerminan ke dalam suatu penyakit atau dasar perubahan patofisilogis yang diuraikan oleh anamnese dan pemeriksaan fisik yang teliti serta didukung oleh pemeriksaan laboratorium. 2.4.1 Etiologi Anemia Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Beberapa penyebab anemia secara umum antara lain : a. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. b. Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran

sel darah merah yang berlebihan. c. d. Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi. Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi,

faktor keturunan, penyakit kronis dan kekurangan zat besi. 2.4.2 Patofisiologi Anemia Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau

keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat

defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin

(hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara

pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

10

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu 1. Tempat Praktikum Praktikum dilakukan di laboratorium Patologi Klinik UHAMKA. 2. Waktu Praktikum Praktikum dilakukan pada tanggal 16 Maret 2012

3.2 Metodologi Praktikum 3.2.1 Alat dan Bahan Alat : - Haemometer Set - Pipet - Beaker glass - Cawan Petri - Jarum Lanset - Spuit 10 cc Bahan : - Darah Kapiler - HCl 0,1 N - Aquadest

3.2.2 Prosedur Kerja 1. Masukan 5 Tetes HCl 0,1 N atau sampai angka 2 pada tabung sahli. 2. Untuk pengambilan darah kapiler : bersihkan jari yang akan ditusuk dengan kapas alkohol, biarkan kering lagi, pegang jari dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang. 3. Kemudian ditusuk dengan lanset steril dengan cepat, arahkan tegak lurus dengan garis-garis sidik jari. 4. Tusukan ,harus cukup dalam supaya tak perlu memeras darahnya karena akan terjadi pengenceran dan menyebabkan kesalahan. 5. Tetesan pertama dibuang dengan memakai segumpal kapas kering. Tetes darah berikutnya diletakkan pada kaca objek. 6. Hisap darah pada objek glass tadi dengan pipet sahli sampai garis tanda 0,02 ml/ 20l pada pipet.

11

7. Alirkan darah segera ke dalam dasar tabung sampai bersihdan jangan ada darah yang tertinggal di pipet sahli. 8. Campurkan sampai darah dan asam jadi coklat (hemoglobin diubah menjadi hematin asam) 9. Tambahkan aquadest tetes demi tetes sambil diaduk sampai warnanya sama dengan standar. 10. Persamaan warna harus dicapai dalam 3-5 menit. 11. Tabung yang menghadap kita adalah garis-garis atau skalanya tidak terlihat. 12. Nilai normalnya laki-laki 13-16 g/dl, wanita 12-14 g/dl.

12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

Hasil praktikum patologi klinik pemeriksaan kadar hemoglobin adalah sebagai berikut : No. 1. 2. 3. 4 5. Nama Mahasiswa Endang Darmastuti Budi Iswanti Denis Sukmagatari Leny Ariani Anna Husnia Kadar Hb 11,0 g/dl 10,6 g/dl 11,9 g/dl 10,8 g/dl 9,8 g/dl

4.2 Pembahasan Salah satu ciri manusia adalah adanya transportasi dan sistem transportasi yang terdapat di dalam tubuhnya, tujuan adalah untuk menyalurkan bahan-bahan yang diperlukan tubuh dan mengeluarkan bahan-bahan yang tidak diperlukan lagi. Sari-sari makanan hasil proses pencernaan diangkut oleh darah dari usus keseluruhan jaringan tubuh. Kecuali itu, darah mengangkut zat-zat yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh keluar tubuh. Hemoglobin mengangkut oksigen ke sel-sel jaringan dan sebaliknya mengangkat hasil oksigen dari jaringan ke sel. Darah juga mempunyai fungsifungsi lain, yaitu menjaga supaya tekanan osmosis antara darah dan jaringanjaringan sel tetap normal, menjaga supaya keseimbangan asam-basa dalam darah tetap, mengatur suhu tubuh, sebagai alat pertahanan terhadap penyakit. Darah merupakan alat pengangkut utama di dalam tubuh kita. Darah manusia berwarna merah, tetapi warna merah itu tidak tetap. Kadang-kadang warna darah bisa merah tua atau warna merah muda, hal ini tergantung pada kadar oksigen dan kadar karbondioksida. Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin dalam darah. Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang sangat penting

13

dalam diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut oksigen ke jaringan dan mengembalikan karbodioksida ke paru-paru. Kekurangan hemoglobin adalah indikator terjadinya suatu penyakit, misalnya anemia. Keadaan hemoglobin yang meningkat terjadi karena keadaan

hemokonsentrasi akibat dehidarasi atau masalah lain (masalah klinis). Kadar hemoglobin dalam sampel ditentukan dengan metode sahli. Pada metode ini darah dengan larutan HCl 0,1 N membentuk hematin yang berwarna coklat. Setelah itu, warna disamakan dengan standart sahli, dengan menambahkan aquadest sebagai pengencer. Hasil yang diperoleh dari masing-masing sampel cukup bervariasi, namu tidak masuk dalam range normal (Laki-laki 13-16 g/dl dan Perempuan 12-14g/dl). Kadar hemoglobin sampel berada di bawah normal. Penurunan kadar hemoglobin dapat terjadi pada penderita anemia, kanker, pemberian cairan intravena berlebihan dan hodgkin, atau karena obat-obatan, misalnya antibiotik, aspirin, antineoplastik, indometasin, sulfonamida dan lainlain. Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh tersedianya oksigen pada tempat tinggi, misalnya kadar hemoglobin meningkat pada orang yang tinggal di tempat yang tinggi di tempat yang tinggi di atas permukaan laut, posisi pasien (berbaring/berdiri), dan variasi diurnal (paling tinggi di pagi hari).

14

BAB V PENUTUP

Kesimpulan Hasil praktikum pemeriksaan kadar hemoglobin menunjukan bahwa kadar hemoglobin pada masing-masing sukarelawan adalah di bawah normal. Dimana kadar hemoglobin normal adalah 13-16 g/dl untuk laki-laki dan 12-14 g/dl untuk perempuan.

15

DAFTAR PUSTAKA

1. http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2171026-definisi-fungsi pembuluh-darah-arteri/#ixzz1peTz3yGl. Yang diakses Pada 18 Maret 2012 2. http://www.blogdokter.net/2008/06/13/hemoglobin/. Yang diakses Pada 18 Maret 2012 3. http://id.wikipedia.org/wiki/Hemoglobin. Yang diakses Pada 18 Maret 2012 4. Guyton, Arthur C. 1983. Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap Penyakit. EGC Penerbit Buku kedokteran. Jakarta. 5. Evelyn, Pearce. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta. 6. Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai