Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kematian ibu adalah kematian perempuan selama masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah persalinan dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan karena kecelakaan. Di Negara miskin, sekitar 25-50% kematian perempuan usia subur disebabkan oleh masalah terkait kehamilan, persalinan dan nifas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2008 memperkirakan

diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Artinya, setiap menit ada satu perempuan yang meninggal. Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008 mutakhir masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah perdarahan dan eklampsia. Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum. Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan

umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum. Melihat dari kejadian tersebut, penulis tertarik untuk mengulas lebih dalam tentang perdarahan postpartum sebagai laporan kasus di RS Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa diharapkan dapat tambahan wawasan dan aplikasi asuhan kebidanan langsung pada kasus ibu dengan perdarahan postpartum. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada pasien. b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah. c. Mahasiswa mampu melakukan intervensi yang direncanakan. d. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan secara menyeluruh.

C. Manfaat Penulisan laporan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi tambahan mengenai kasus perdarahan postpartum serta asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu postpartum dengan kasus tersebut.

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Perdarahan perdarahan postpartum adalah kehilanan darah melebihi 500ml yang terjadi setelah bayi lahir (Arief Mansjoer, 2008). POGI, tahun 2000 mendefinisikan perdarahan paska persalinan adalah perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang menyebabkan perubahan tanda vital seperti klien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, dalam pemeriksaan fisik hiperpnea, sistolik < 90 mmHg, nadi > 100 x/menit dan kadar HB < 8 gr %. Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi 24 jam setelah persalinan berlansung. Perdarahan postpartum dibagi menjadi : 1. Perdarahan postpartum primer Perdarahan postpartum primer adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. 2. Perdarahan postpartum sekunder Perdarahan postpartum sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.

B. Etiologi Penyebab perdarahan postpartum antara lainadalah : 1. Atonia uteri Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi dengan baik. Dalam persalinan pembuluh darah yang mengakibatkan pembuluh darah yang melebar, bila terjadi atonia uteri akan mengakibatkan pembuluh darah yang melebar tidak dapat tertutup, sehingga dapat menimbulkan perdarahan. 2. Retensio plasenta Retensio plasneta adalah plasenta yang dilakukan secara manual mempunyai beberapa komplikasi diantaranya masih ada sebagian dari sisa

plasenta yang tidak bisa dilahirkan, sehingga akan menganggu kontraksi otot rahim yang dapat menimbulkan perdarahan. 3. Sisa plasenta Sisa plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta lahir tidak lengkap atau tertinggalnya sebagian dari plasenta. Sewaktu sebagian dari plasenta tertinggal maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif yang menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang terbuka tidak dapat tertutup dan akhirnya dapat menimbulkan perdarahan. 4. Laserasi jalan lahir Laserasi jalan lahir adalah perlukaan yang terjadi pada vagina, serviks dan perineum. Laserasi jalan lahir dapat menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh pembuluh perlukaan tersebut. 5. Kelainan darah Kelainan darah adalah kelainan yang terjadi pada sistem pembekuan darah. Kelainan darah dapat menyebabkan perdarahan karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah sehingga perdarahan sulit berhenti yang dapat mengakibatkan perdarahan. Beberapa kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan faktor predisposisi terjadinya perdarahan paska persalinan, keadaan tersebut ditambah lagi dengan tidak maksimalnya kondisi kesehatannya dan nutrisi ibu selama hamil. Oleh karena itu faktor-faktor haruslah diketahui sejak awal dan diantisipasi pada waktu persalinan yaitu : 1. Trauma Persalinan Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan harus diikuti dengan pemeriksaan jalan lahir agar diketahui adanya robekan pada jalan lahir dan segera dilakukan penjahitan dengan benar. 2. Atonia Uteri Pada kasus yang diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus diantis/ipasi dengan pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan darah yang terjadi pada

obat uterotonika serta pertolongan persalinan kala III dengan baik dan benar. 3. Jumlah Darah Sedikit Keadaan ini perlu dipertimbangkan pada kasus keadaan itu jelek, hipertensi saat hamil, pre eklampsia dan eklamsi. 4. Kelainan Pembekuan Darah Meskipun jarang tetapi bila terjadi sering berakibat fatal, sehingga perlu diantisipasi dengan hati-hati dan seksama. Selain factor-faktor tersebut, ada beberapa hal lain yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pstpartum antara lain : 1. Riwayat Persalinan yang Kurang Baik yaitu : Riwayat perdarahan pada persalinan terdahulu, Grandemultipara dan jarak kehamilan yang dekat (kurang dari 2 tahun). 2. Hasil Pemeriksaan Waktu Bersalin yaitu : Persalinan kala II yang terlalu cepat, uterus terlalu teregang misalnya pada hidramnion kehamilan kembar dan bayi besar, uterus yang kelelahan, persalinan lama dan uterus yang lembek.

C. Gejala Klinis Gejala klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak ( > 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstrimitas dingin dan mual. Gejala Klinis berdasarkan penyebab adalah sebagai berikut : 1. Atonia Uteri Gejala yang selalu ada : uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan post partum primer). Gejala yang kadang- kadang timbul : syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil,, ekstrimitas dingin, gelisah, mual 2. Robekan Jalan Lahir
5

Gejala yang selalu ada : perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik. Gejala yang kadang- kadang timbul : pucat, lemah, menggigil. 3. Retensio Plasenta Gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang- kadang timbul : tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inverse uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan. 4. Sisa Plasenta Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang- kadang timbul : uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang.

D. Patofisiologi Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka. Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus terus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti episiotomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah. Penyakit pada darah ibu misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak adanya atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab

dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.

E. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada perdarahan postpartum adalah Syok, KID, infeksi dan sindrom Sheehan (nekrosis ipofisis pars anterior)

F. Penatalaksanaan Untuk menangani perdarahan postpartum harus dicari terlebih dahulu penyebab perdarahan baru dilakukan penanganan sesuai dengan penyebab perdarahan. Cara untuk mencari penyebab perdarahan post partum dengan melakukan pemeriksaan yang meliputi : 1. Palpasi Untuk mengetahui bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri apakah normal atau tidak. 2. Periksa plasenta Untuk memastikan kelengkapan plasenta dan memastikan tidak ada bagian dari plasenta yang tertinggal. 3. Eksplorasi kavum uteri Jika dari pemeriksaan plasenta didapatkan masih ada kotiledon atau selaput plasenta yang belum lahir lengkap, maka dilakukan eksplorasi kavum uteri. 4. Inspekulo Untuk melihat robekan pada serviks atau vagina. 5. Pemeriksaan laboratorium Untuk memeriksa hemoglobin dan kelainan pembekuan darah. Penanganan perdarahan postpartum beradasarkan penyebabnya adalah sebagai berikut : 1. Atonia Uteri

Pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik sehingga dapat menimbulkan perdarahan penanganan pada atonia uteri. Penanganannya adalah sebagai berikut : a. Pertama-tama dapat diberikan obat-obatan yang dapat menimbulkan kontraksi uterus seperti oksitosin atau pemberian obat-obatan golongan metergin secara intravena atau intramuskuler disamping pemberian obat ini dapat dilakukan masase uterus melalui dinding abdomen. b. Bila perdarahan masih tetap berlangsung dapat dilakukan kompresi bimanual uterus dengan cara tangan yang satu dimasukkan dalam vagina dan digenggamkan, uterus ditekan antara tangan yang berada di vagina dan tangan yang luar. 2. Retensio Plasenta Pada retensio plasenta ditemukan plasenta tidak lahir setelah 30 menit setelah bayi lahir. Penangan pada retensio plasenta adalah dengan manual plasenta, dengan cara : a. Vulva dibersihkan begitu pula tangan dan lengan bawah si penolong. b. Setelah tangan memakai sarung tangan. Labia di buka dan tangan kanan masuk secara obstetrik ke dalam vagina. c. Tangan di luar menahan fundus uteri dan tangan dalam menyusuri tali pusat, yang sedapat-dapatnya diregangkan oleh asisten. d. Setelah tangan dalam sampai ke plasenta tangan mencari pinggir plasenta dan sedapat-dapatnya mencari pinggir yang sudah terlepas. e. Kemudian dengan sisi tangan sebelah kelingking, plasenta dilepaskan antara bagian plasenta yang sudah terlepas dari dinding rahim dengan gerakan yang sejajar dinding rahim. f. Setelah plasenta terlepas seluruhnya, plasenta dipegang dan dengan perlahan-lahan ditarik keluar. 3. Sisa Plasenta Setelah pelepasan plasenta selalu terjadi perdarahan, karena tempat insersi pada dinding uterus terbuka, biasanya perdarahan tidak banyak,

sebab dengan adanya kontraksi uterus akan menekan pembuluh darah yang terbuka,tetapi bila masih ada sisa plasenta yang tertinggal seperti kotiledon dapat menghadapi kontraksi uterus, sehingga pembuluh darah tetap terbuka dan akhirnya menimbulkan perdarahan. Penanganan terhadap sisa plasenta adalah sebagai berikut : a. Eksplorasi manual uterus Digunakan untuk mencari sisa plasenta dengan cara tangan

masuk secara obstetric kemudian sisa plasenta dilepaskan dan dikeluarkan. b. Kuretase Merupakan serangkaian proses dengan menggunakan instrument dengan tujuan mengeluarkan jaringan atau melepas jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan cara mengerok jaringan tersebut secara sistematis. Kuretase dilakukan jika serviks hanya dapat dilalui dengan instrument dan masih ada sisa plasenta yang agak melekat. c. Bila kadar hemoglobin < 8,9% berikan tranfusi darah bila kadar hemoglobin > 8,9% berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari. 4. Laserasi Jalan Lahir Pada perdarahan post partum yang disebabkan karena laserasi jalan lahir pada pemeriksaan uterus berkontraksi baik, plasenta lahir lengkap dan darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir. Penanganannya adalah sebagai berikut : a. Lakukan inspeksi yang di teliti dibawah sinar yang terang untuk melihat laserasi jalan lahir. b. Bila ditemukan adanya laserasi jalan lahir segera dilakukan penjahitan. 5. Kelaianan Darah Seringkali perdarahan post partum yang persisten adalah akibat dari kelainan gangguan pembekuan darah. Penanganannya adalah dengan

pemberian tranfusi darah.

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS IBU NIFAS DENGAN HEMORARGIK POSTPARTUM PRIMER DI RS Dr. H. Moch. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Tanggal / Jam Pengkajian Tempat Pengkajian

: :

27 April 2012 / 22.00 WITA Ruang VK Bersalin

A. Subjective Data 1. Identitas Nama Umur Agama Suku / Bangsa Pendidikan Pekerjaan Alamat 2. Keluhan Utama Ibu mengatakan telah melahirkan di bidan tadi malam, plasenta lahir hancur. Kemudian selama dirumah ibu mengeluh keluar darah yang banyak. 3. Riwayat Perkawinan Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 23 tahun, dengan suami sekarang sudah 2 tahun Istri Ny. S 25 tahun Islam Banjar / Indonesia SD Ibu Rumah Tangga Gg. Ampalam RT. 07 Suami Tn. M 30 tahun Islam Banjar / Indonesia SD Swasta Gg. Ampalam RT. 07

10

4. Riwayat Obstetri P1A0


Kehamilan No Tahun UK Penyulit UK Cara Penolong Persalinan Tempat/ Penyulit BB PB Seks n Lahir Segera Tidak 1. Ini aterm ada aterm sontan Bidan ada is BPS / Tidak 2900 50 menang rahan perda Nifas Bayi Keadaa Peny ulit Ket

5. Riwayat Persalinan a. Umur kehamilan b. Tanggal / jam persalinan c. Tempat / penolong d. Lama persalinan Kala I Kala II Kala II e. Jenis persalinan f. Penyulit saat persalinan g. Tindakan saat persalinan Pelebaran jalan lahir Penjahitan jalan lahir : 39 minggu : 27 April 2012 / 02.00 : BPS / Bidan : : 11 jam : 30 menit : 20 menit : spontan belakang kepala : tidak ada : : dilakukan : dilakukan

h. Keadaan bayi yang dilahirkan : hidup segera menangis, JK , BB / PB : 2900 gram / 50 cm 6. Riwayat Keluarga Berencana Lama No Jenis Kontrasepsi Tempat/Penolong Pemakaian 1. Pil BPS/Bidan 9 bulan Pemakaian 2010 2011 Tidak ada Mulai Berhenti Masalah Ket

11

7. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Ibu Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti asma, hipertensi, diabetes mellitus, hepatitis, TBC, jantung dan penyakit kronis lainnya. b. Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu mengatakan dari suami maupun dari pihak keluarga idk pernah menderita penykit seperti asma, hipertensi, diabetes mellitus, hepatitis, TBC, jantung dan penyakit kronis lainnya.

8. Pola Kebutuhan Sehari-hari a. Nutrisi Jenis yang dikonsumsi : nasi, ikan, sayur Frekuensi Porsi makan Pantangan b. Eliminasi BAB Frekuensi Warna : 1 kali sehari : kuning kecoklatan BAK Frekuensi : 5 kali sehari Warna Bau : kuning jernih : khas : 3 4 kali sehari : 1 2 piring : tidak ada

Konsistensi : lembek c. Personal Hygiene Frekuensi mandi Frekuensi gosok gigi Frekuensi ganti pakaian d. Aktivitas

: 2 kali sehari : 2 kali sehari : sesuai kebutuhan

Ibu mengatakan belum berani melakukan pekerjaan berat, ia hanya mengurus bayinya. e. Tidur dan istirahat Siang hari Malam hari : 1 jam : 5 6 jam

12

Masalah f. Pola seksual Frekuensi Masalah g. Pemberian ASI

: tidak ada

: belum melakukan : tidak ada

Kapan mulai memberi ASI Frekuensi menyusui Masalah 9. Data Psikososisal dan Spiritual

: 2 jam setelah lahir : on demand : tidak ada

a. Tanggapan ibu terhadap kelahiran bayi b. Tanggapan ibu terhadap perubahan fisiknya c. Tanggapan ibu terhadap persalinan

: sangat senang : baik : proses sulit yang dan

melelahkan d. Pengetahuan ibu tentang perawatan bayi : bidan keluarga e. Hubungan social ibu dengan orang tua, mertua dan keluarga : baik f. Pengembil keputusan dalam keluarga g. Orang yang membantu ibu merawat bayinya : suami : suami orang tua h. Adat / kebiasaan ibu yang berkaitan dengan kelahiran dan perawatan bayi : aqiqiah dan tasmiyah i. Kegiatan spiritual yang dilakukan pada masa nifas : ibu berdoa dan dan

B. Objective Data 1. Pemeriksaan Umum a. Keadaan Umum : lemah b. Kesadaran c. Berat Badan : composmenthis : 62 kg

13

d. Tanda Vital

: TD

: 100/60 mmHg

N : 88 x/mnt R : 20 x/mnt

Suhu : 36,8C 2. Pemeriksaan Khusus a. Inspeksi Kepala Muka Mata Telinga Hidung

: rambut tidak rontok, kulit kepala bersih : tampak pucat dan tidak ada oedem : simetris, konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik : simetris, tidak ada pengeluaran serumen berlebih : simetris, tidak ada polip, tidak ada pergerakan cuping hidung

Mulut

: bibir tampak pucat, tidak pecah-pecah, tidak ada sariawan

Leher Dada

: tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid : simetris pada saat inspirasi dan ekspirasi, tidak ada retraksi dada

Mamae

: simetris, puting menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada areola

Perut

: tidak ada jaringan parut, pembesaran sesuai umur kehamilan

Tungkai : tidak ada oedem dan verises Genetalia : tampak luka jahitan perineum dan pengeluaran darah aktif ( 600 cc) b. Palpasi Leher : tidak teraba pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid Mamae : tidak ada nyeri tekan dan massa, terdapat pengeluaran colostrum Abdomen : TFU 2 jari bawah pusat Tungkai : tidak teraba oedem dan varises

3. Pemeriksaan Penunjang Hb : 9,8 gr%

14

C. Assesment 1. Diagnosa Kebidanan : P1A0 postpartum hari ke-I dengan hemorargik postpartum primer akibat sisa plasenta 2. Masalah 3. Kebutuhan : perdarahan postpartum primer, cemas : konseling dan helath education

D. Planning 1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini yaitu TD : 100/60 mmHg, Nadi : 88 x/menit, Suhu : 36,8C, Respirasi : 20 x/menit, muka tampak pucat, konjungtiva pucat. Secara keseluruhan keadaan ibu mulai melemah akibat adanya perdarahan yang terjadi. Ibu mengetahui tentang hasil pemeriksaan 2. Menjelaskan kepada ibu tentag penyebab dari perdarahan yang ibu alami yaitu akibata adanya plasenta yang masih tertinggal dalam rahim ibu. Ibu mengerti tentang penjelasan yang disampaikan. 3. Memberikan dukungan psikologis dan menganjurkan ibu untuk tetap tenang, berdzikir dan berdoa agar kecemasan ibu berkuranga, serta melibatkan keluarga dalam memerikan dukungan psikologis pada ibu. Keluarga melakukan anjuran da ibu mulai merasa tenang 4. Melanjutkan advis dokter yaitu : a. Cek Laboratorium b. Injeksi ceftriaxson 2 x 1 c. Siapkan curettage besok tanggal 28 April 2012 d. Pasang DC Advis dokter sudah dilakukan

15

CATATAN PERKEMBANGAN

No 1.

Hari / Tanggal Sabtu, 2012 Jam : 08.00 WITA 28

Catatan Perkembangan

April S : Ibu mengatakan perdarahan masih terjadi, pusing dan terasa lemah O : KU : lemah KS : apatis TD : 90/60 mmHg N : 86 x/menit R : 20 x/menit T : 36,8C P/V (+) TFU : 2 jari bawah pusat A : P1A0 postpartum hari ke-I dengan hemorargik postpartum primer akibat sisa plasenta P : 1. Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yaitu TD : 90/60 mmHg, N : 86 x/menit, R : 20 x/menit, T : 36,8C, keadaan ibu lemah. Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan 2. Kolaborasi curettage. Curettage dilakukan oleh doketr Sp.OG dengan dokter uneuk melakukan

2.

Sabtu, 2012

28

April S : Ibu mengatakan perutnya masih agak nyeri serta agak pusing O : KU : lemah KS : apatis TD : 110/80 mmHg

Jam : 10.00 WITA

16

N : 81 x/menit R : 21 x/menit T : 36,4C P/V (+) sedikit-sedikit TFU : 2 jari bawah pusat A : P1A0 postcurettage hari ke-0 P : 1. Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yaitu TD : 110/80 mmHg, N : 81 x/menit, R : 21 x/menit, T : 36,4C, keadaan ibu lemah. Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan 2. Melanjutkan advis dokter berupa pemberian terapi, yaitu : a. Cefadroxil b. Asam mefenamat c. Metergin d. SF 3 x 100 mg 3 x 50 mg 3 x 1 amp 1 x 1 tab

Advis dokter sudah dilakukan 3. Mengantar pasien ke Ruang Nifas untuk

pengeawasan lebih lanjut Pasien sudah diantar keRuang Nifas

17

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan B. Saran

18

Anda mungkin juga menyukai