Anda di halaman 1dari 7

Nama: Zainuddin Nim: 1002120113

Peran Ekonomi Negara berdasarkan Perspektif Ibnu Taimiyah

Akibat great gap yang disebabkan kebiasaan grereja pada abad pertengahan yang terus mempertahankan pemikiran-pemikiran yunani, tidak ada ilmu yang berkembang. Sehingga muncullah gerakan renaisans yang mana mereka melakukan pencerahan kembali pada ilmu pengetahuan dengan melakukan eksperimeneksperimen baru mereka demi meningkatkan ilmu pengetahuan terutama dalam ilmu ekonomi. Pemikir ekonomi di masa renaisans adalah adam Smith, Ricardo, dan dan Mill Akhirnya Mereka menganggap kontribusi yunani sering diidentikkan dengan Abad Kegelapan (Dark Ages), oleh karena itulah tidak banyak yang mempelajari pemikiran ekonomi pada masa itu. Namun tidak dibahas bagaimana peranan Islam di situ, maka dari artikel inilah akan dibahas bagaimana peranan pemikiran ekonom muslim pada masa great gap terutama yang akan dibahas adalah pandangan Ibnu Taimiyah mengenai peran ekonomi negara. Pertama akan dibahas biografi singkat, kedua akan dibahas kebutuhan tujuan negara Islam, ketiga membahas negara dan peranannya dalam bidang ekonomi, dan terakhir menyingkap lembaga hisbah.

Sejarah Singkat Ibnu Taimiyah lahir di Syiria pada tahun 661 H (1263 M), beliau dibesarkan dalam keluarga terdidik dan terkemuka akan mazhab Hanbali. Saat usia tujuh tahun sempat melarikan diri ke Damaskus dari serangan bangsa Mongol. Paman dan kakeknya merupakan ahli hukum mazhab hambali saat itu sehingga Ibnu Taimiyahpun belajar hukum di Damaskus dengan beberapa guru-guru terkenal seperti diantaranya Syams al-Din al-Maqdisi, Ibnu Abi al-Yuser, dsb. Beliau belajar tafsir, sunnah, filsafat

Yunani dan sejarah Islam dan sebagian besar pendidikan beliau ialah teologi dan hukum berdasarkan mazhasb Hanbali. Ia dipenjarakan berkali-kali dikarenakan tuntutan atau fitnah dari musuh-musuhnya yang tidak menyenangi semangat ijtihad beliau akan keadilan dan wafat di penjara pada tahun 728 H (1328). Di penjara itulah beliau juga menulis buku karangannya.

Menurut Ibnu Taimiyah peran pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan itu perlu, yaitu dengan menyuruh berbuat yang baik dan mencegah kemungkaran (amar maruf nahi mungkar) demi memenuhi tuntutan Allah Swt. Agama harus ada yang menegakkannya, yaitu pemerintah, tanpa pemerintah, agama tak akan bertahan hidup. Beliau menambahkan bahwa lebih baik 60 tahun dalam pemerintahan yang tidak adil daripada satu malam tanpa Sultan. Masalah tersebut tertuang dalam karangan beliau yang berjudul al-Hisbah dan al-Siyasah al-Shariyah terutama betapa pentingnya peran negara. Ibnu Taimiyah juga menegaskan peran negara selain amar maruf nahi mungkar yaitu menyuruh rakyatnya mendirikan sholat dan membayar zakat, berpuasa, berlaku jujur, dan taat terhadap orang tua dengan itu akan tercipta kesejahteraan. Dalam tulisannya juga ditegaskan pemerintah dalam negara Islam harus bertanggung jawab atas ketersediaan kebutuhan pokok, pendidikan, pakaian, dan terjaminnya kesehatan rakyatnya.

Negara dan Fungsi legalnya Ibnu Taimiyah menyinggung ketidak adlilan bukan hanya dari pemerintah, melainkan rakyatnya juga. Menurutnya, pemerintah akan dianggap tidak adil apabila kebijakannya bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah. Begitu juga rakyatnya dianggap tidak adil apabila tidak memenuhi kewajibannya terhadap negara. Negara menurutnya dalam kacamata ekonomi berfungsi mengontrol faktor produksi, seperti

harga barang dan upah demi kepentingan rakyat serta mencegah eksploitasi baik dari negara itu sendiri maupun rakyatnya.

Fungsi Ekonomi Negara Ibnutaimiyah berpandangan bahwa Islam membolehkan kebebasan individu dalam memiliki sesuatu atau mendapatkan sesuatu melalui kegiatan usaha seperti berdagang, hasil jerih payah dengan catatan tidak dari hasil menipu dan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Ia juga menyinggung dalam ketentuan negara juga harus mengatur kewajiban rakyat untuk saling membantu sesamanya seperti dalam hal makanan dan pakaian. Negara seharusnya dapat mengintervensi kebebasan individu agar kepentingan rakyat tercapai. Kemudian fungsi negara yang digambarkan Ibnu taimiyah sebagai berikut: 1. Administrasi dana masyarakat Pada administrasi ini, Ibnu Taimiyah tertuju pada tanggung jawab negara dalam mengatur para pejabat dan masyarakat dalam memenuhi kewajiban finansial serta memberikan sanksi bagi yang melanggar. Ia juga menyinggung masalah tanggung jawab negara dalam membiayai: a. Sarana publik seperti jembatan, bendungan air, irigasi, bangunan dan jalan b. Kompensasi publik, seperti gaji gubernur, hakim, legislatif, pengawas atau komisaris, tokoh agama, petugas pajak dsb. 2. Perencanaan ekonomi Tidak secara eksplisit dijelaskan di sini, namun secara pasti disinggung masalah perencanaan ekonomi sebagai bagian dari fungsi negara. Perencanaa ekonomi menurut Ibnu Taimiyah di sini berupa bidang industri seperti tekstil, pertanian sebagai kewajiban sosial. Ia berpendapat bahwa negara harus pandai dalam mengatur pasokan sumber daya agar dapat memenuhi kebutuhan rakyatnya serta mempersiapkan sumber daya insani yang berkualitas dengan

meningkatkan sarana pendidikan agar berguna di masyarakat dan negara meskipun kurang kompetitif. 3. Pengentasan kemiskinan Negara juga harus dapat mengentaskan kemiskinan berdasarkan program kerja yang digambarkan Ibnu Taimiyah sebagai berikut: a. Pelarangan bunga b. Lembaga zakat dan lembaga sanksi finansial bagi pelanggaran finansial tertentu c. Pemberian suka rela atau sedekah d. Dana bantuan pemerintah e. Kewajiban membelanjakan pada sanak kerabat f. Hak untuk tetangga. g. Dorongan bekerja dan berbisnis serta mengutuk kemalasan. Ibnu taimiyah juga menegaskan penggunaan dana pemerintah ke arah yang seharusnya dan tidak mencabut hak-hak orang yang berhak menerima dana tersebut. 4. Regulasi pasar dan kekurangannya Ibnu Taimiyah sangat menekankan kontrol harga kecuali kontrol harga yang di luar batas normal dalam suatu keadaan masyarakat. Pengaturan harga harus sesuai dengan hadis Nabi bahwa harga itu diatur oleh Allah semata. Pengendalian harga diperlukan apabila ada masalah sebagai berikut: a. Kebutuhan komoditi rakyat, di sini pemerintah dapat mewajibkan para pedagang menjual barang tanpa menaikkan harganya agar konsumen tidak merasa dirugikan. b. Masalah monopoli, menurutnya yaitu menimbun barang dagangan hingga barang tersebut langka atau ada kenaikan harga, sehingga akan menyulitkan konsumen dalam membeli barang tersebut terutama bahan pokok seperti makanan.

c. Persekongkolan, pengendalian harga diperlukan apabila para penjual bersekongkol terhadap para pembeli agar mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya begitu juga sebaliknya. Misalnya bersekongkol untuk menentukan cara bagaimana suatu barang dapat dibeli konsumen dengan harga yang sangat tinggi. Ibnu Taimiyah juga menegaskan pelarangan mediator atau tengkulak, karena akan memperburuk mekanisme pasar. Para tengkulak ini mencegat para kafilah dengan membeli barang kafilah tersebut dengan harga murah kemudian menjual ke pada penduduk kota dengan harga yang tinggi sebagai mana yang dikatakan dalam hadis Nabi. 5. Ketenaga kerjaan Ibnu taimiyah menegaskan juga dalam ketenaga kerjaan bahwa hal itu harus dilakukan rakyat sebagai pelayanan terhadap negara seperti menenun maupun sebagai kontruktor pembangunan dsb. Atas pekerjaan ini mereka berhak diberi upah yang setara dengan apa yang telah mereka kerjakan tanpa biaya, tidak kurang dan tidak lebih dari itu. 6. Kebijakan moneter Pemerintah juag bertanggung jawab dalam membuat kebijakan moneter seperti mengendalikan ekspansi atau perluasan mata uang, karena Ibnu Taimiyah menganggap bahwa uang itu sebagai alat ukur nilai dan alat tukar yang akan mempengaruhi perekonomian apabila terjadi kenaikan atau penurunan. Ia juga tidak mendukung adanya jual beli uang, apalagi kalau pertukaran tersebut ada yang tidak tunai.

Lembaga Hisbah Kegiatan pengawasan dan pengendalian ekonomi oleh negara dapat dilakukan melalui lembaga hisbah, pegawainya disebut muhtasib, selain itu lembaga ini juga

bertanggung jawab pada masalah kesejahteraan spiritual dan moral, pengawasan sosial serta proyek sipil sebagaimana termaktub dalam bukunya al-Hisbah fi al-Islam. Menurut Ibnu Taimiyah bahwa lembaga ini juga harus berperan dalam amar maruf nahi munkar seperti dalam konteks ini tindak penipuan, seperti dalam hadis Nabi yang menginspeksi pasar, ketika beliau memeriksa tumpukan makanan, teryata ditemukan makanan yang tidak biasanya, beliau kemudian mengatakan bahwa penipu bukanlah golongan beliau. Dalam risalahnya, Ibnu Taimiyah menjelaskan fungsi religius, sosial dan ekonomi muhtasib maka muhtasib tersebut diharuskan: a. Sholat jumat dan shalat berjamaah lainnya. b. Berlaku benar. c. Saling mempercayai Kemudian muhtasib dilarang: a. Berbohong b. Menyalahi berat timbangan c. Tidak jujur d. Melakukan penipuan dalam kegiatan bisnis e. Da perbuatan tercela lainnya Para muhtasib ditugaskan untuk menyuruh shalat lima waktu dan memberi hukuman bagi yang melanggar. Kemudian tugas lainnya ialah: a. Supervisi atau pengawasan industri, muhtasib harus mengawasi apabila terjadi kecacatan yang tersebunyi dalam barang yang diperdagangkan atau meminimalisir gharar. b. Megecek pasokan dan penyediaan kebutuhan akan barang dan jasa. c. Mengawasi perdagangan (Trade Supervision), mustahib bertanggung jawab mengecek kualitas dan kuantitas barang dagangan agar tidak merugikan konsumen serta keseimbangan harga dalam transaksi.

d. Mencegah penimbunan, karena menurut Ibnu Taimiyah, penimbun adalah membeli kebutuhan pokok seperti makanan, kemudian disimpan dengan maksud akan menjualnya dengan harga yang lebih tinggi. Tindakan seperti ini tentunya akan merugikan konsumen, maka dari itulah harus dicegah oleh muhtasib.

Kesimpulan Tujuan karya ilmiah ini adalah membahas peran negara pada kehidupan ekonomi rakyat yang diambil dari pemikiran Ibnu Taimiyah. Denga kata lain, tulisan Ibnu Taimiyah ini mengarah pada ekonomi politik atau ekonomi pembangunan dibandingkan dengan Ibnu Khaldun yang hanya membahas sosioekonomi. Peristiwa seperti inilah yang seharusnya dituangkan dalam sejarah pemikiran ekonomi yang bolong akan pemikir ekonomi dari timur tengah.

Anda mungkin juga menyukai